Saya, Sakramen dan Sakramentali
Sakramen:
Sakramen Baptis
Sakramen Penguatan / Krisma
Sakramen Pengakuan Dosa
Sakramen Perkawinan
Sakramen Pengurapan Orang Sakit
Sakramentali:
APA ITU SAKRAMEN BAPTIS? Baptis merupakan inti serta langkah awal yang paling penting untuk menjadi seorang Kristen. Baptis merupakan sakramen. Artinya, "bahasa isyarat" dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali mempunyai pengaruh lebih besar daripada bahasa-bahasa lain. Sebab bahasa isyarat itu bersifat umum. Dalam sakramen, Tuhan menggunakan benda-benda biasa seperti air, roti, minyak zaitun serta tindakan tertentu untuk berbicara secara langsung kepada jiwa kita. Tidak seperti bahasa isyarat yang lain, bahasa isyarat Tuhan mempunyai kuasa untuk mengubah orang yang dijamahnya. Yang mengejutkan, bahasa isyarat dalam sakramen baptis kadang-kadang bukan hanya sekedar air, tetapi juga menenggelamkan atau pun merendam dalam air. Jika kamu memasukkan suatu barang ke dalam suatu cairan, maka cairan itu akan berubah atau barang yang kamu rendam itu berubah. Misalnya saja, jika kamu merendam sehelai baju yang terkena noda ke dalam air yang telah diberi bubuk deterjen, maka bubuk itu akan menghilangkan noda baju. Kita semua dilahirkan ke dunia dengan noda: ketidakacuhan dan ketamakan. Dalam sakramen baptis kita direndam dan dibersihkan dalam Nama Yesus. Yesus membersihkan dan mengisi hidup kita. Lambat laun hidup kita akan menjadi seperti Kristus, namun tanpa kehilangan identitas pribadi kita. Lambat laun hidup kita menyatu dengan hidup-Nya. Kita menjadi bagian hidup-Nya dan Ia menjadi bagian hidup kita.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APA ITU PEMBAPTISAN DENGAN AIR, DENGAN DARAH DAN DENGAN KERINDUAN? Gereja Katolik mengajarkan bahwa seseorang dapat menerima Sakramen Pembaptisan dengan salah satu dari ketiga cara berikut. Yang pertama adalah DENGAN AIR. Ini adalah cara yang paling umum. Air dituangkan ke kepala seseorang, atau orang tersebut seluruhnya dibenamkan ke dalam air. Kedua cara tersebut dapat diterima. Yang dipergunakan haruslah betul-betul air, bukan cairan yang lain.
PEMBAPTISAN DENGAN DARAH: Jika seseorang rindu untuk dibaptis, tetapi ia wafat sebagai martir sebelum menerima Sakramen, Gereja percaya bahwa ia telah dibaptis oleh kemartirannya.
PEMBAPTISAN KARENA KERINDUAN: Jika seseorang rindu untuk menjadi bagian dari Yesus dan Gereja-Nya, tetapi oleh karena suatu alasan tertentu tidak dapat menerima pembaptisan. Meskipun ia meninggal tanpa pernah menerima Sakramen, kerinduannya yang mendalam untuk menerima pembaptisan telah memungkinkannya menerima buah-buah pembaptisan yang sama seperti jika ia menerima Sakramen.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com; tambahan: Katekismus Gereja Katolik edisi Indonesia, Propinsi Gerejani Ende 1995, Percetakan Arnoldus - Ende
APA ITU SAKRAMEN PENGUATAN/KRISMA? Mungkin banyak di antara kalian yang sedang mempersiapkan diri untuk menerima Sakramen Penguatan. Mengertikah kalian apa itu Sakramen Penguatan? Dapatkah kalian menjelaskannya kepada teman-teman kalian secara ringkas dan sederhana? Pada dasarnya ada dua hal yang perlu kalian pahami:
1. Apa itu Sakramen? 2. Apa itu Penguatan / Krisma?
Sakramen adalah semacam bahasa isyarat. Jika kalian pernah mencoba berbicara kepada seseorang yang tidak mengerti bahasa kalian, mungkin kalian akan menggunakan gerak isyarat agar maksud kalian itu dipahami olehnya. Gerak isyarat itu dapat sederhana seperti mengusap-usap perutmu jika kamu lapar atau mengisyaratkan "OK" dengan menjentikkan ibu jari dan jari tengahmu. Tuhan menggunakan bahasa isyarat jika Ia berbicara kepada kita, karena kita tidak paham bahasa Tuhan. Tuhan itu Roh, jadi bahasa Tuhan adalah bahasa roh. Untuk mempermudah komunikasi-Nya dengan kita, Tuhan berbicara kepada kita melalui tindakan atau isyarat. Sakramen adalah bahasa isyarat dari Tuhan. Sakramen menyampaikan pesan dari Tuhan saat perubahan-perubahan besar terjadi dalam hidup kita. Seperti misalnya: kelahiran, tumbuh dewasa, pernikahan dan sakit parah.
Setiap kali, Tuhan mengirimkan pesan yang berbeda-beda sesuai dengan perubahan yang terjadi pada diri kita. Pada umumnya Tuhan menyampaikan pesan bahwa Ia mengasihi kita, Ia senantiasa bersama kita, dan akan memelihara kita, apa pun yang terjadi. Sakramen Penguatan adalah sakramen yang membimbing kita untuk tumbuh dewasa. Ketika kita dilahirkan, kita tinggal dalam dunia yang sempit. Dunia itu terdiri dari orangtua, kakak serta adik. Kita tinggal dalam dunia keluarga karena kita belum siap untuk berhubungan dengan dunia yang lebih luas. Demikian juga, kita adalah bagian dari dunia sempit yang lain, yaitu paroki. Pada mulanya mungkin kita tidak menyadarinya, tetapi mereka menyentuh dan mempengaruhi hidup kita. Lambat laun dunia kita berkembang semakin luas. Ketika kita bersekolah, kita menjadi sadar bahwa dunia sekolah jauh lebih luas dari dunia keluarga. Mungkin pada awalnya kita merasa takut. Ingatkah kamu bagaimana perasaanmu pada hari pertama bersekolah? Kamu membutuhkan bantuan untuk berkenalan dan bermain dengan anak-anak lain. Sebagian dari anak-anak itu sama sekali berbeda dengan kakak atau adikmu. Mungkin kamu punya seorang sahabat atau kakak atau saudara yang membantumu melewati masa-masa itu. Ia yang menasehati kamu bagaimana menghadapi duniamu. Nah, itulah sebenarnya Sakramen Penguatan itu, yaitu bagian untuk bertumbuh dan berkembang dalam dunia Tuhan. Awalnya hanya parokimu saja. Dengan Sakramen Penguatan duniamu semakin luas. Sekarang kamu menyadari bahwa kamu bagian dari suatu keuskupan. Yaitu sekelompok orang yang memiliki iman yang sama tetapi tinggal tersebar di daerah yang lebih luas yang dipimpin oleh seorang Uskup. Teman yang membimbingmu adalah Allah Roh Kudus.
Tadi sudah saya katakan bahwa sakramen adalah salah satu bentuk dari bahasa isyarat - gerak isyarat atau tindakan yang dilakukan Tuhan untuk berkomunikasi dengan kita. Apa saja gerak isyarat tersebut? Ada dua gerak isyarat Tuhan dalam Sakramen Penguatan. Bapa Uskup yang melakukannya atas nama Tuhan. Yang pertama, Ia menumpangkan tanganNya di atas kepala kita. Yang kedua, Ia mengolesi kening kita dengan minyak krisma, yaitu campuran minyak dan balsem harum dari pohon zaitun. Bau harum itu dimaksudkan untuk menghilangkan bau tidak enak dari minyak zaitun. Apa sebenarnya yang hendak Tuhan sampaikan melalui dua gerak isyarat itu?
Penumpangan tangan. Sentuhan tangan - seperti jabat tangan - adalah isyarat penerimaan. Di masa lampau seseorang akan menumpangkan tangan ke atas kepala atau menumpangkan tangan ke atas bahu orang lain untuk menyatakan sesuatu. Ketika Bapa Uskup menumpangkan tangannya atasmu, Tuhan berkata kepadamu, "Aku mengasihi engkau, Aku ingin agar engkau menjadi bagian dari Keluarga-Ku, Gereja-Ku."
Apa artinya minyak Krisma? Ketika kamu masih kanak-kanak, pernahkah ibumu menggosok dadamu dengan Vicks Vaporub ketika kamu pilek? Atau mungkin menggosok kakimu yang keseleo? Kamu akan segera merasa nyaman karena dua hal. Pertama, obat gosok itu meresap ke dalam kulitmu dan menghangatkan tubuhmu sehingga kamu merasa nyaman. Kedua, karena kamu menikmati sentuhan dari orang yang mengasihimu. Sama halnya dalam Sakramen Penguatan. Tuhan menyentuhmu dan menawarkan kesembuhan bagimu dari segala macam beban yang kamu pikul selama bertumbuh. Tuhan berkata kepadamu, "Aku tidak akan tinggal jauh darimu, Aku sungguh memperhatikan kamu karena kamu adalah pribadi yang berharga bagi-Ku." Kita pun perlu melakukan sentuhan fisik dengan orang-orang yang kita kasihi. Sebagian dokter menggunakan sarung tangan ketika mereka menyentuh pasien. Mungkin mereka takut pasiennya menderita kusta, AIDS, atau penyakit lainnya. Tetapi Tuhan tidak pernah berbuat begitu.
Suatu ketika seorang penderita kusta datang kepada Yesus dan berkata, "Tuhan, jika Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku." Sesungguhnya ia hendak mengatakan bahwa Yesus memiliki kuasa untuk menyembuhkannya dengan sentuhan-Nya. Masa itu orang banyak mengira bahwa kusta adalah penyakit menular yang sangat mengerikan, seperti AIDS sekarang. Sesungguhnya pertanyaan orang kusta itu adalah, "Apakah Engkau sungguh mengasihi aku sehingga Engkau mau menyembuhkan aku?" Jawab Yesus kepadanya, "Aku mau, jadilah tahir." Dalam Sakramen Penguatan Tuhan menjamahmu dengan tangan-Nya yang menyembuhkan. Yang terindah dari bahasa isyarat Tuhan adalah ia menggenapi apa yang dijanjikan-Nya. Sakramen Penguatan menjanjikan bimbingan agar kamu tumbuh serta menjadi kuat dalam hidup rohanimu dan dalam Gereja Dunia.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
MENGAPA SAYA HARUS MENGAKUKAN DOSA SAYA KEPADA IMAM?
Sebagian orang beranggapan bahwa mereka tidak perlu mengakukan dosa mereka kepada imam yang hanyalah seorang manusia. Mereka beranggapan bahwa mereka dapat langsung mengatakan kepada Tuhan bahwa mereka menyesali dosa mereka dan Ia akan mengampuni mereka, di mana saja dan kapan saja. Sebenarnya, pendapat tersebut benar jika yang kita mohon hanyalah pengampunan belaka. Tetapi Sakramen Pengakuan Dosa (atau Rekonsiliasi) lebih dari hanya sekedar pengampunan dosa. Jika kita sungguh-sungguh menyesal atas dosa kita, maka kita dituntut untuk berubah dan tidak berbuat dosa lagi. Semua hal yang menyakiti atau merugikan orang lain adalah dosa. Banyak orang yang tidak peduli akan kebutuhan sesama, jadi mereka terus-menerus berbuat dosa. Sakramen Pengakuan Dosa mengajak kita untuk meneliti diri kita dan melihat bagaimana perbuatan-perbuatan kita mempengaruhi orang lain. Imam bertindak sebagai penasehat yang akan menjelaskan di mana kesalahan kita dan bagaimana kita harus berubah. Ia tidak bertugas untuk menghakimi atau menghukum kita. Tetapi tugas imam ialah menganalisa masalah dan memberi saran, jalan keluar atas suatu masalah. Seorang imam dapat menjelaskan banyak hal kepada kita dan bahkan mengatakan kepada kita jika kita memang tidak bersalah. Penitensi (= denda dosa) adalah suatu langkah awal kecil untuk berubah. Kita tidak harus berubah saat itu juga, tetapi kita perlu berubah. Sakramen Pengakuan Dosa memberi kekuatan kepada kita untuk melakukan perubahan itu.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APAKAH MUNGKIN MENGAKU DOSA - YAITU, MENERIMA SAKRAMEN REKONSILIASI - MELALUI INTERNET?
Pertanyaan tersebut tidak semudah tampaknya. Pertama-tama kalian perlu menjawab beberapa pertanyaan berikut ini:
1. Mengapa kita perlu mengaku dosa? Memang mengaku dosa itu penting dan wajib, tetapi mengapa? Coba bertanyalah kepada dirimu sendiri, mengapa berdosa tidak diperbolehkan?
2. Apa gunanya Pengakuan Dosa? Salah satu hal yang biasa kita terima dari Sakramen Pengakuan Dosa adalah Absolusi atau pengampunan dosa. Tetapi, adakah hal-hal lain yang terjadi? Coba pikirkan sekurang-kurangnya 2 hal lain.
3. Siapakah yang dapat memberikan absolusi? Apakah ia harus hadir secara fisik?
4. Apa gunanya Penitensi (=denda dosa)? Apakah penitensi itu hukuman atau sesuatu yang lain?
5. Apa maksudnya Pengakuan Dosa itu bersifat pribadi?
6. Dan yang terakhir, dapatkah kamu menerima Sakramen Rekonsiliasi melalui Internet?
Tentu saja untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas kita tidak dapat mengandalkan pendapat kita sendiri. Gereja Katolik memiliki ajaran-ajaran yang indah mengenai Sakramen. Untuk memulainya pelajarilah telebih dahulu ajaran-ajaran tersebut dan berpikirlah dari sana. Latihan ini dapat membantumu untuk lebih menghargai Sakramen Rekonsiliasi dan melakukannya dengan lebih baik.
JAWAB:
1. Kita mengaku dosa karena mengaku dosa adalah perintah (kewajiban bagi seluruh anggota) Gereja Katolik. Kita adalah bagian dari komunitas gereja dan dosa-dosa yang kita perbuat merugikan anggota-anggota komunitas yang lain.
2. Di samping dosa-dosa kita diampuni, Sakramen Pengakuan Dosa juga memberikan kepada kita: Rahmat untuk menghapuskan dosa-dosa yang kita akukan dan Nasehat dari imam yang berguna untuk mengubah cara hidup kita.
3. Hanya imam Katolik yang telah ditahbiskan dapat memberikan absolusi. Pertanyaan apakah seorang imam harus hadir secara fisik untuk memberikan Sakramen Pengakuan adalah pertanyaan yang menjebak. Di masa perang, seorang imam Katolik yang bertanggung jawab untuk militer dapat memberikan absolusi umum kepada sekelompok besar tentara, di mana beberapa di antara mereka berada sangat jauh jaraknya dari imam. Dalam beberapa kasus, seorang Uskup dapat memberikan absolusi jarak jauh.
4. Penitensi dimaksudkan sebagai obat penyembuh sebagian dosa.
5. Sakramen Pengakuan Dosa bersifat pribadi dan dalam kondisi normal harus dilaksanakan secara pribadi. Seorang imam tidak diperkenankan mengungkapkan dosa-dosa kita kepada siapa pun juga. Jika ia melanggar, hukumannya sangat serius. Internet tidak bersifat pribadi!
6. Mengaku dosa melalui internet mungkin saja bisa, tetapi hingga kini tidak disetujui oleh Gereja atau pun oleh Bapa Suci.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APA ITU SAKRAMEN TERAKHIR? Jika seorang Katolik mendekati ajal, maka menurut Tradisi Katolik, dipanggillah seorang imam untuk memberikan “Sakramen Terakhir”. Sakramen Terakhir diberikan dengan tujuan memberi rasa tenang serta memberi kekuatan bagi si sakit dalam menanggung penderitaannya. (Bacalah Yakobus 5:14-15 untuk melihat darimana sakramen ini berasal). Sakramen Terakhir juga membantu keluarga penderita melewati masa-masa kritis.
Sakramen Terakhir adalah suatu upacara atau ibadat di mana diberikan tiga sakramen sekaligus, yaitu: Sakramen Ekaristi, Sakramen Tobat/Rekonsiliasi dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Kadang-kadang terjadi, si sakit merasa ketakutan menerima Sakramen Terkahir. Oleh karena itulah istilah Sakramen Terakhir tidak dipakai lagi sekarang, sebagai gantinya digunakan istilah Sakramen Pengurapan Orang Sakit.
Viaticum adalah istilah yang digunakan untuk menyebut Komuni bagi mereka yang sedang menghadapi ajal. Viaticum adalah bahasa Latin yang artinya “santapan untuk perjalanan”. Santapannya ialah Ekaristi dan perjalanannya ialah ke surga.
Jika seseorang dalam keluarga kalian menderita suatu penyakit yang parah dan jiwanya berada dalam bahaya, panggillah seorang imam untuk memberikan Sakramen Pengurapan Orang Sakit. Jika keadaan si sakit menjadi lebih baik, itu bagus. Jika si sakit pada akhirnya meninggal dunia, kalian boleh yakin bahwa ia pergi kepada Tuhan untuk mengalami kasih-Nya selamanya.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APA ITU SAKRAMEN PERKAWINAN? Sakramen Perkawinan bukanlah sekedar upacara perkawinan belaka. Sakramen Perkawinan adalah sakramen. Artinya, "bahasa isyarat" dari Tuhan. Bahasa isyarat seringkali mempunyai pengaruh lebih besar daripada bahasa-bahasa lain. Sebab bahasa isyarat itu bersifat umum. Dalam sakramen, Tuhan menggunakan benda-benda biasa seperti air, roti, minyak serta tindakan tertentu untuk berbicara secara langsung kepada jiwa kita. Tidak seperti bahasa isyarat yang lain, bahasa isyarat Tuhan mempunyai kuasa untuk mengubah orang yang dijamahnya. Ada beberapa isyarat/lambang yang digunakan dalam Sakramen Perkawinan, misalnya cincin, lilin, dsbnya. Tetapi dua isyarat yang terpenting adalah janji dan berkat perkawinan. Keduanya menyampaikan hal yang sama: kita menyatakan janji setia satu sama lain sementara Tuhan juga menyatakan janji setia kepada kita.
Kita harus ingat bahwa Sakramen Baptis bukan sekedar upacara belaka - tetapi suatu awal di mana kita memulai usaha seumur hidup untuk menyatukan diri serta disatukan di dalam diri Yesus. Jadi Sakramen Baptis bukanlah perjanjian sekali-selesai, melainkan perjanjian seumur hidup. Demikian juga halnya dengan Sakramen Perkawinan. Pasangan yang menikah bukannya menikah untuk satu hari saja, tetapi mereka akan hidup bersama sepanjang hayat mereka. Janji Perkawinan yang diucapkan oleh pasangan pengantin merupakan perjanjian sah yang mengikat mereka secara hukum. Artinya, masing-masing pengantin itu saling mengatakan satu kepada yang lainnya, "Aku mencintaimu lebih dari siapa pun di dunia ini. Aku tahu bahwa aku hanyalah seorang manusia dan cintaku dapat menjadi lemah. Oleh karena itu, aku membuat suatu perjanjian denganmu untuk mendorongku agar selalu berusaha mempertahankan pernikahan kita. Jika tidak demikan halnya, maka engkau dapat menuntutku di pengadilan."
Sakramen Perkawinan lebih dari sekedar perjanjian. Tuhan menyatakan perjanjianNya - dalam isyarat berkat - untuk membantu pengantin agar tetap saling setia apa pun yang terjadi. Sakramen Perkawinan membekali pasangan pengantin dengan kekuatan yang berasal dari Tuhan. Rahmat itu senantiasa bersama mereka kapanpun mereka membutuhkannya. Yang mereka perlukan hanyalah memintanya. Untuk memintanya, mereka tidak perlu mencari kata-kata yang indah serta muluk-muluk. Sebab Tuhan paham semua bahasa, terutama bahasa cinta. Jika mereka menggunakan kekuatan yang mereka terima dari Tuhan itu, mereka bisa mencapai tingkat tertinggi dalam hidup perkawinan. Yaitu ketika pasangan suami isteri demikian terikat satu sama lain. Jika yang seorang gembira, yang lain ikut tertawa; jika yang seorang terluka, yang lain ikut menderita.
Mengapa pasangan pengantin perlu menyatakan janji perkawinan? Karena cinta sejati perlu waktu untuk tumbuh dan berkembang. Tanpa janji, pasangan suami isteri akan mudah menyerah jika masalah mulai muncul dalam hubungan mereka. Dengan demikian mereka tidak akan pernah mengenal cinta sejati yang baru dapat dicapai setelah beberapa tahun masa perkawinan.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
TRITUNGGAL MAHA KUDUS & SAKRAMEN : YANG MANAKAH SAKRAMEN BAPA? Umat Katolik percaya akan Allah Tritunggal. Artinya, Allah itu memiliki Tiga Pribadi yang berbeda, yaitu: Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus, dalam Satu Allah. Ketiga Pribadi Allah bekerja bersama-sama dalam Allah yang Satu. Dalam setiap sakramen, ketiga pribadi dalam Tritunggal Maha Kudus hadir bersama-sama.
Namun demikian, Allah menjumpai kita sebagai pribadi yang berbeda-beda. Kita berjumpa dengan salah satu dari ketiga pribadi tersebut secara istimewa. Sebagai contoh, dalam Sakramen Ekaristi kita lebih banyak berjumpa dengan Yesus, sang Allah Putera. Dalam Sakramen Penguatan, kita lebih banyak berjumpa dengan Allah Roh Kudus.
Pertanyaannya ialah: Dalam Sakramen manakah kita lebih banyak berjumpa dengan Allah Bapa? Ingatlah bahwa jika kita menjumpai salah satu pribadi Tritunggal Maha Kudus, sesungguhnya kita berjumpa dengan ketiga pribadi Allah secara bersama-sama. Namun demikian, ketiga pribadi Allah tersebut memberikan tanggapan yang berbeda-beda kepada kita. Jadi, jika demikian yang manakah Sakramen Bapa?
Jawab atas pertanyaan tersebut di atas adalah kita lebih banyak berjumpa dengan Allah Bapa dalam Sakramen Tobat (Pengakuan Dosa). Tuhan itu belas kasihnya tak terbatas. Ia mengasihi kita; Ia menciptakan kita karena kasih-Nya. Kita berhutang kepada Bapa atas segala sesuatu yang kita miliki, termasuk hidup kita.
Allah Bapa ialah kasih yang sempurna. Ia mengampuni kita dan membantu kita bertumbuh mengatasi dosa-dosa kita. Bapa tidak pernah mengeluh. Ia mengampuni dan melupakannya! Jadi, janganlah pernah merasa takut kepada Bapa-mu yang di surga.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APA ITU SAKRAMENTALI? Sakramentali (Lat: sacramentalia = semacam sakramen) adalah benda-benda suci (seperti rosario, medali, patung, skapulir, air suci, dsbnya) atau tindakan-tindakan (seperti berkat seorang pastor atau uskup) yang mendatangkan rahmat dan kemurahan Tuhan bagi kita melalui doa-doa Gereja. Benda-benda suci menjadi sakramentali setelah seorang pastor atau uskup memberkatinya. Salah satu sakramentali yang harus kita gunakan setiap kali kita hendak masuk atau keluar gereja adalah air suci. Air suci tersebut berguna untuk mengingatkan kita akan Pembaptisan kita dan sebagai senjata yang ampuh melawan kejahatan. Jika kita menggunakan atau mengenakan sakramentali dengan maksud yang baik, kita bisa memperoleh banyak keuntungan, misalnya bertambahnya persekutuan kita dengan Tuhan, pengampunan dosa-dosa ringan, perlindungan dari roh-roh jahat, pembatalan hukuman sementara karena dosa, dan banyak lagi berkat jasmani maupun rohani! Sungguh, suatu rahmat yang luar biasa dari Tuhan! Namun demikian, kita harus berhati-hati untuk tidak mempergunakan sakramentali sebagai jimat keberuntungan. Itu adalah dosa dan takhayul. Sakramentali harus digunakan dengan iman, kasih dan pengertian penuh bahwa semua berkat serta rahmat hanya datang dari Tuhan saja. Mari kita menggunakan sakramentali dengan benar karena sakramentali dapat membantu kita hidup kudus, yang merupakan tujuan hidup kita yang sebenarnya!
sumber : The Young Saints Club; www.geocities.com/Athens/1619
MENGAPA KITA MEMBUAT TANDA SALIB, BAIK DENGAN ATAU PUN TANPA AIR SUCI? Tanda Salib dan Air Suci, keduanya adalah sakramentali ( lihat Apa itu Sakramantali?). Dengan membuat tanda salib, kita sebagai umat Kristiani, melakukan suatu tindakan sakramentali yang sudah dilakukan setidak-tidaknya sejak abad kedua di mana tanda salib dipergunakan sebagai tanda pengenal atau salam di antara umat Kristiani, dan juga sebagai tanda berkat.
Dengan membuat tanda salib, kita mempertegas keyakinan kita akan dua misteri iman kita yang paling utama:
1.
|
Ucapan “Dalam nama Bapa, dan Putera, dan Roh Kudus” mempertegas
kepercayaan kita akan Allah Tritunggal Mahakudus, satu Allah tiga pribadi.
|
2.
|
Dengan membuat bentuk tanda salib di tubuh kita, kita mempertegas
kepercayaan kita bahwa dengan wafat-Nya disalib, Yesus memperoleh
penebusan bagi kita.
|
Dan yang terakhir, dalam Markus 12:30, Yesus menyatakan kepada kita bahwa hukum yang terutama ialah: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”
Dengan anggota-anggota tubuh kita yang kita sentuh sementara membuat tanda salib, kita mempertegas ajaran-Nya tersebut: akal budi (dahi), hati dan jiwa (dada) serta kekuatan (pundak) kita. Hukum tersebut bukanlah suatu hukum baru yang ditetapkan oleh Yesus, tetapi sesungguhnya merupakan bagian dari 'shema' (Ul 6:5) yang didoakan setiap hari oleh setiap orang Yahudi yang taat.
Dengan membuat tanda salib setelah mencelupkan jari-jari kita ke dalam air suci, kita memberkati diri kita dengan air suci serta memperbaharui Janji Baptis kita.
Lebih lanjut, baca Tanda Salib oleh Rm Victor Hoagland, C.P.
sumber : "I'm Glad You Asked", Questions from the parishioners of St. Charles Borromeo Catholic Church Picayune, Mississippi; by Fr. John Noone; Copyright © 1999; www.scborromeo.org
APA ITU ROSARIO? Oktober dicanangkankan sebagai "Bulan Rosario" Kalau kamu mendengar kata rosario, apakah yang terlintas di benakmu? Mungkin kamu beranggapan bahwa berdoa rosario adalah pekerjaan orang-orang lanjut usia. Mereka berkomat-kamit mengulang-ulang doa yang sama. Rosario lebih dari hanya sekedar mengulang-ulang doa. Rosario adalah sarana yang ampuh. Dengan rosario, sebagian masalah-masalah terbesar dalam gereja dapat ditanggulangi. Salah satu bentuk doa yang paling indah ialah meditasi, mendengarkan Tuhan. Tetapi kita punya masalah yang harus kita hadapi jika bermeditasi. Tuhan berbicara sangat halus sehingga kita tidak selalu dapat mendengar-Nya. Dalam Kitab Suci dikatakan bahwa suara Tuhan halus seperti desiran angin. Sedangkan pikiran kita penuh dengan segala macam kebisingan. Oleh karenanya kita tidak dapat mendengar suara Tuhan. Kita menyebut suara-suara bising itu sebagai "distraksi". Gangguan itu dapat diatasi dengan berdoa rosario. Ribuan tahun yang lalu, rakyat di India dan di Cina mendapatkan bahwa pengulangan kata-kata yang sama dapat membantu memusatkan pikiran dan menghilangkan gangguan distraksi. Maka mereka menggumamkan kata-kata yang sama berulang-ulang. Dengan demikian distraksi lenyap dan pikiran menjadi bebas. Orang-orang kuno menyebutnya "mantra". Sama halnya dengan pengulangan doa dalam rosario - tujuannya membebaskan pikiran kita dari gangguan distraksi. Dalam rosario, sementara bibir kita mengulang-ulang doa yang sama, kita merenungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan Yesus dan Maria. Manik-manik rosario juga ada gunanya. Selain untuk menghitung, manik-manik itu membuat tangan kita bebas dari gangguan. Akan sulit bagi kita untuk bermeditasi jika tubuh kita merasa tidak nyaman. Manik-manik rosario dapat mengendorkan ketegangan dan membuat kita rileks. Banyak orang di berbagai pelosok dunia menggunakan semacam rosario untuk bermeditasi. Misalnya saja orang Yunani, Yahudi, Hindu dan juga Budha menggunakan sarana doa yang mirip rosario. Doa seperti itu dapat membuat kita rileks dan pikiran kita bersih.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APAKAH MEDALI MERUPAKAN “JIMAT" KEBERUNTUNGAN? Umat Katolik tidak menyembah santa atau pun santo. Kita memandang mereka sebagai teladan mengagumkan hidup Kristiani. Mereka dengan gagah berani mengamalkan apa yang disebut keutamaan-keutamaan; seringkali dalam situasi-situasi yang sulit. Setiap negara atau kelompok mempunyai pahlawan-pahlawan mereka. Misalnya saja Soekarno, Mohandas K. Gandhi, Martin Luther King, Jr., dan masih banyak lainnya. Orang memberi nama kota, bangunan dan monumen sesuai nama mereka. Kita juga memberi nama gereja-gereja seturut nama para pahlawan iman kita.
Para kudus mengingatkan kita akan tujuan hidup Kristiani serta membuktikan bahwa kekudusan mungkin dicapai. Medali religius adalah tanda pengingat yang mudah dibawa untuk mengingatkan kita akan para pahlawan iman. Kita membawa atau mengenakannya untuk mengingatkan kita akan hidup, kata dan karya pribadi yang diwakilinya. Banyak orang mengantongi foto dan tanda pengingat lain sebagai kenangan akan keluarga dan teman-teman mereka. Kita tahu bagaimana wajah serta penampilan orang-orang yang kita kasihi tersebut, namun demikian foto mereka merupakan tanda nyata dan kenang-kenangan yang dapat membangkitkan perasaan kita. Inilah ide di balik benda-benda religius. Salib dan medali menjadikan pribadi-pribadi yang diwakilinya lebih hidup bagi kita pada saat kita membutuhkan mereka.
Tidak ada kekuatan magis yang ajaib dalam benda-benda religius, tetapi kehadiran mereka memberi dampak psikologi yang kuat. Manusia memerlukan tanda pengingat seperti itu untuk memusatkan pikiran dan kerinduan-kerinduan mereka. Suatu kenyataan akan kelemahan manusiawi adalah kita tidak dapat memusatkan perhatian lebih lama pada pribadi-pribadi atau benda-benda yang tidak dapat kita lihat. Di masa silam, orang mungkin menyimpan segumpal rambut, atau sepatu bayi untuk membangkitkan kenangan akan mereka yang jauh.
Medali militer merupakan lambang keberanian. Orang yang mengenakannya tidak akan berkurang keberaniannya jika tidak mengenakannya, tetapi medali tersebut mengingatkan mereka yang melihatnya akan teladan yang dimenangkan dan dikenangkannya. Medali religius mewakili nilai yang tak kurang berharganya. Medali religius merupakan tanda iman.
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
APA ITU SIMONI? Tahukah kalian bahwa menjual rosario atau medali yang telah diberkati itu salah? Sebelum diberkati, rosario, medali atau benda-benda lainnya boleh diperjualbelikan oleh siapa saja.
Kata “Simoni” berasal dari nama seorang tukang sihir bernama Simon Majus. Ia hidup 2000 tahun yang lalu. Jaman sekarang tukang sihir atau tukang sulap menggunakan muslihat-muslihatnya untuk menghibur orang lain. Pada jaman dahulu para tukang sihir mengatakan bahwa mereka memiliki kuasa rahasia. Salah seorang di antara mereka ialah Simon Majus. Kata “Majus” artinya “orang bijaksana”. Para Majus adalah ketiga Orang Bijaksana yang datang mengunjungi bayi Yesus.
Ketika Simon Majus melihat bagaimana Santo Petrus melakukan mukjizat-mukjizat, ia berusaha membeli Kuasa itu dari para Rasul (Kisah Para Rasul 8:4-24).
Jadi, Simoni adalah usaha untuk menjual atau membeli sesuatu yang suci. Misalnya saja mencoba memperoleh kedudukan sebagai seorang Uskup atau Kardinal. Simoni juga berarti menjual atau membeli patung atau benda-benda religius lainnya yang telah diberkati oleh seorang imam. Benda-benda yang telah diberkati dapat diberikan sebagai hadiah, tetapi bukan untuk mendapatkan untung. Berkat yang diberikan pada benda-benda itu membuatnya tak ternilai!
sumber : P. Richard Lonsdale; Catholic1 Publishing Company; www.catholic1.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|