Beata Margareta Castello
Buta, Timpang, Bongkok dan Beata!
Jenazah B Margareta Castello yang tidak mengalami kerusakan.
Tahun 1287, sebuah keluarga bangsawan di Metola, Umbria, Italia sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka. Mereka mengharapkan seorang putera yang kuat dan sehat atau seorang puteri yang cantik. Tetapi, bayi yang kemudian lahir adalah bayi perempuan yang kecil dengan kaki kanannya lebih pendek dari yang kiri, dan bayi itu …..sama sekali tidak cantik. Karena malu mempunyai seorang anak yang cacat, orangtuanya memerintahkan agar bayi itu disembunyikan saja. Sementara anak itu tumbuh besar, mereka mendapati bahwa anak itu juga buta. Karena kakinya yang timpang dan karena tidak diberi perawatan yang baik, Margareta kemudian menjadi bongkok.
Margareta kecil suka sekali berjalan-jalan di sekitar istana, sampai suatu ketika seorang tamu terhormat memergokinya. Orangtuanya sangat cemas dan khawatir, jangan-jangan orang-orang akan tahu bahwa anak yang cacat dan buruk itu adalah anak mereka. Karenanya mereka membangun sebuah kamar di samping sebuah kapel kecil yang berada di hutan. Margareta ditempatkan di kamar yang terkunci itu ketika usianya 6 tahun. Tidak seorang pun yang menemaninya kecuali seorang pelayan yang bertugas mengantarkan makanannya dan seorang imam yang mengajarinya tentang Yesus.
Empat belas tahun lamanya Margareta dikurung di kamarnya, sampai meletuslah perang dan Margareta dibawa kembali ke istana. Sementara itu tersiarlah kabar tentang mukjizat kesembuhan yang terjadi di makam Frater Giaco, seorang biarawan kudus yang meninggal di kota Castello. Orangtua Margareta berpikir, tentulah Margareta juga dapat disembuhkan dengan mukjizat. Jadi, mereka pergi ke Castello. Dari pagi hingga petang Margareta berdoa dengan khusuk, ia yakin bahwa Tuhan akan berbelas kasihan kepadanya. Margareta yakin akan terjadi mukjizat dan Tuhan akan menjadikannya normal seperti gadis-gadis lain. Namun, tidak terjadi suatu mukjizat apa pun padanya. Orangtuanya sangat kecewa. Mereka beranggapan, jika Tuhan sendiri telah menolak Margareta, tentunya mereka juga berhak untuk menolaknya. Jadi, malam itu mereka pulang ke rumah dan meninggalkan Margareta di gereja Città-di-Castello. Margareta sangat cemas, seorang gadis buta di kota yang asing, bisakah ia bertahan hidup? Dikatupkannya tangannya dan ia pun berdoa menyerahkan hidupnya pada Tuhan.
Pengemis-pengemis jalanan menemukan Margareta, membawanya pulang, dan mengajarinya menjadi pengemis. Margareta segera menjadi perhatian penduduk kota Castello. Seorang pengemis buta, timpang dan bongkok, tetapi tingkah laku serta tutur katanya terpelajar, terlebih lagi kelembutan hatinya dan kepenuhan sukacitanya. Kepada mereka yang iba kepadanya Margareta dengan bahagia mengatakan, "Oh, seandainya engkau tahu apa yang ada di dalam hatiku!" Beberapa dari mereka membawanya pulang, Margareta membantu mereka mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia juga mengumpulkan anak-anak, memberikan pelajaran agama, bercerita, dan mengajar mereka berdoa dan mengucapkan Mazmur. Margareta memberi pengaruh besar pada keluarga di mana ia tinggal dengan tingkah lakunya dan doa-doanya. Jadi, demikianlah Margareta berpindah-pindah dari satu keluarga ke keluarga lainnya.
Berita mengenai Margareta dan kesalehannya terdengar juga sampai ke biara Castello. Para biarawati di sana mengajak Margareta untuk tinggal bersama mereka. Margareta senang sekali, pertama ia tidak ingin menjadi beban orang lain lagi, kedua karena ia ingin membaktikan dirinya dalam kehidupan doa. Demikian senang hatinya sehingga di biara Margareta bekerja lebih keras dan berdoa lebih sering dan lebih khusuk dari semua biarawati di sana. Hal itu membuat Margareta lebih menonjol dari para biarawati itu sendiri sehingga para biarawati itu tidak senang. Sebentar saja Margareta sudah menjadi pengemis jalanan lagi.
Kelompok Mantellatae, kelompok awam dari Ordo Dominikan, menaruh belas kasihan kepada Margareta dan mengajaknya bergabung. Ia diangkat anak oleh sebuah keluarga di Castello. Margareta senang karena sekarang ia memiliki sebuah keluarga. Ia mengabdikan dirinya kepada mereka yang kurang beruntung, sakit dan menderita. Ia juga mengunjungi tahanan-tahanan dalam penjara, dan menaruh simpati yang besar kepada mereka. Ia senantiasa mengingatkan bahwa meskipun mereka hidup dalam penjara, mereka adalah anak-anak Tuhan juga.
Margareta melakukan karya amal kasih sepanjang hidupnya, sampai ia meninggal pada tanggal 13 April 1320 dalam usia 33 tahun. Banyak mukjizat terjadi selama hidupnya maupun setelah kematiannya. Pada tahun 1558, lebih dari dua ratus tahun setelah wafatnya, kuburnya dibuka dan jenazahnya diketemukan dalam keadaan utuh. Margareta dibeatifikasi pada tahun 1609. Pestanya dirayakan tanggal 13 April. Margareta adalah pelindung orang-orang cacat dan terbuang.
"Yesus juga ditolak oleh orang-orang-Nya sendiri, Ia memperkenankan aku diperlakukan sama dengan-Nya, sehingga aku dapat lebih meneladani Tuhan-ku yang Terkasih." ~ B. Margareta Castello.
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|