YESAYA
(YESus SAyang saYA)
November 2006
"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." ~ 1 Timotius 4:12
TUJUH DOSA POKOK
 Kita bersyukur bahwa para teolog, para ahli spiritualitas dan moralitas Kristiani boleh mengelompokkan ketujuh dosa pokok yang menjadi sumber utama dari suatu mata rantai gangguan terhadap hidup Kristiani. Evagrius Ponticus, rahib dari abad ke-4 M di padang gurun Mesir dikenal sebagai yang pertama mengelompokkan `tujuh semangat' ini dan yang kemudian diberi nama tujuh cacat utama atau disebut tujuh dosa pokok. Penemuan ini adalah hasil dari perjuangan yang panjang dalam pendampingan rohani bagi para rahib muda maupun para tamu yang datang memohonkan bimbingan rohani.
Mengenal ketujuh dosa pokok ini amat penting sebab mereka adalah asal muasal segala dosa, dan peranan mereka inilah yang perlu dilawan terus-menerus. Kerap kali peranan dan cara kerja mereka begitu `tersamar', begitu `interior' dan tak mudah terdeteksi, sehingga kita sendiri tak sadar bahwa kita sudah `terperdaya'. Perjuangan rohani melawan tujuh dosa pokok ini jauh lebih berat dari perjuangan fisik, di mana si musuh tampak dan kelihatan, terukur kekuatannya, terlihat keterpojokannya; tetapi perang melawan tujuh dosa pokok ini adalah melawan sesuatu yang tidak tampak oleh mata.... St. Paulus mengingatkan kita dengan jitu “Kenakanlah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat bertahan melawan tipu muslihat iblis; karena perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara. Sebab itu ambillah seluruh perlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu” (Ef 6:11-13).
Ketujuh dosa pokok manusia itu ialah: kesombongan, kerakusan, hawa nafsu, ketamakan, iri hati, kemarahan dan kemalasan.
Mereka disebut dosa pokok karena, pertama, dosa karena mereka dinomorsatukan manusia sebagai `Tuhan'nya atau melebihi Tuhan-nya; pilihan ini membuat mereka kehilangan kebaikan dan kebenaran; pilihan ini membuat mereka menghina Tuhan sang kebaikan tak terbatas; pilihan itu menjadi `idol', `allah' mereka (Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. bdk. Fil 3.19).
Kedua, pokok dalam arti `utama', sangat strategis, sangat sentral posisi dan peranannya sebab darinya akan melahirkan mata rantai dosa-dosa lainnya. Ia sebagai sumber utama; maka keterangan `pokok' di sini menunjuk pada dosa yang `maut', `mematikan' dan `principal'.
dikutip dari : “Perjuangan Rohani Semesta” oleh P. Terry Th Ponomban, Pr; Seri Emas Seminari Agung Pineleng 1; diterbitkan oleh Yayasan Pustaka Nusatama bekerjasama dengan Seminari Agung Hati Kudus Pineleng, Keuskupan Manado - Sulut
KATEKESE TUJUH DOSA POKOK
oleh : ST YOHANES MARIA VIANNEY
|
|
KATEKESE TENTANG IRI HATI
oleh St Siprianus (wafat thn 258)
 Kamu yang iri hati, aku katakan kepadamu bahwa bagaimanapun seringnya kamu mencari kesempatan untuk mencelakakan dia yang kamu benci, kamu tidak akan pernah dapat mencelakakan dia sebanyak kamu mencelakakan dirimu sendiri.
Dia yang hendak kamu hukum dengan kekejian kedengkianmu, mungkin saja lolos, tetapi kamu tidak akan pernah dapat lari dari dirimu sendiri. Di mana pun kamu berada, musuhmu ada bersamamu, dosa-dosamu mengganggumu dari dalam. Pastilah suatu kejahatan yang egois menganiaya seorang yang dilindungi Tuhan dalam naungan rahmat-Nya; dan menjadi suatu dosa yang tak tersembuhkan dengan membeci orang yang Tuhan kehendaki hidup bahagia.
Iri hati berkembang biak pula merugikan diri; iri hati adalah akar dari segala kejahatan, sumber dari segala kekacauan dan kemalangan yang tak habis-habisnya, penyebab dari sebagian besar dosa yang dilakukan. Iri hati memperanakkan kebencian dan dendam. Dari iri hati diperanakkan ketamakan, sebab ia memandang dengan mata yang jahat penghormatan dan penghargaan yang diberikan kepada orang lain, dan beranggapan bahwa penghormatan yang sedemikian itu seharusnya, sepantasnya, diberikan kepada dirinya. Dari iri hati datanglah sikap menghinakan Tuhan dan mencemoohkan ajaran keselamatan Juruselamat kita.
Seorang yang iri hati adalah seorang yang keji, sombong, tidak setia, tidak sabar, dan suka bertikai; dan, anehnya, apabila kelemahan ini berkuasa, orang tak lagi menjadi tuan atas dirinya, dan orang tak dapat memperbaiki kesalahannya yang begitu banyak itu. Apabila ikatan damai diputuskan, apabila hak-hak kasih persaudaraan dilanggar, apabila kebenaran diselewengkan atau disamarkan, seringkali iri hatilah yang mendorong orang untuk bergegas di jalan kejahatan.
Kebahagiaan apakah yang dapat dinikmati orang semacam itu di dunia ini? Iri hati atau dengki pada yang lain, karena orang lain saleh dan bahagia, berarti membenci kasih karunia dan berkat yang telah Tuhan limpahkan atas orang lain.
Tidakkah ia menghukum dirinya sendiri apabila ia melihat kesuksesan dan kesejahteraan sesamanya? Tidakkah ia menimpakan atas dirinya sendiri aniaya yang tak berkesudahan? Tidakkah pikiran-pikirannya, akal budinya, terus-menerus tersiksa?
Ia menghukum dirinya sendiri tanpa ampun, dan, dalam hatinya, melakukan kekejaman yang sama seperti yang oleh Keadilan Ilahi diperuntukkan bagi penghukuman penjahat-penjahat terbesar.
 Seorang kaya raya terbaring tak berdaya di ambang ajal. Seluruh hidupnya diabdikannya demi uang semata. Sementara hidupnya akan segera berakhir, ia masih beranggapan bahwa dalam kehidupan sesudah mati, uang juga akan menjadi segalanya. Maka ia memberikan perintah agar sebuah pundi-pundi penuh berisi uang emas ditempatkan dalam peti meti di sisi tubuhnya dibaringkan. Permintaan terakhirnya dilaksanakan.
Dalam kehidupan selanjutnya, dibutuhkan waktu yang lama bagi para petugas pencatat untuk menemukan nama si orang kaya dalam buku-buku catatan perbuatan baik. Sesungguhnya, amat lama ia harus menanti hingga ia merasa lapar dan haus karena terlalu lama menunggu, Ia melihat berkeliling dan terlihatlah olehnya sebuah restoran yang menarik tak jauh dari sana. “Aha,” katanya kepada dirinya sendiri, “persis seperti yang aku bayangkan. Untunglah aku membawa bekal uang bersamaku.”
Air liurnya sudah hampir menetes ketika ia tiba di restoran. Tetapi, sebelum ia duduk makan, diberitahukan kepadanya bahwa uang yang ia bawa tak ada nilainya di sini. Sesungguhnya, satu-satunya uang yang ada nilainya di sini sekarang ini adalah uang yang telah ia amalkan semasa di dunia.
Orang kaya itu akhirnya tertunduk lesu, sebab ia tak dapat ingat telah mengamalkan uangnya… jadi, sekarang ia tak memilikinya sama sekali.
Seperti prasasti yang tertulis di batu nisan seorang Inggris:
“What I spent I had. What I kept I lost. What I gave I have.”
 Di Afrika terdapat suatu cara istimewa untuk menangkap monyet. Binatang mamalia kecil yang berhati-hati ini amat suka makan nasi. Untuk menangkap mereka, para petani setempat biasa menempatkan nasi ke dalam tempurung kelapa, di mana mereka membuat sebuah lubang yang hanya cukup lebar untuk dapat dilalui tangan seekor monyet.
Setengah lusin perangkap semacam ini dibiarkan tergeletak di lapangan di tengah-tengah dusun. Tiap-tiap perangkap dihubungkan dengan sebuah tali ke sebuah rumah dekat sana.
Muncullah sekawanan monyet, sebab tercium oleh mereka bau nasi yang harum. Segera saja, masing-masing monyet memasukkan tangannya ke dalam tempurung kelapa untuk mendapatkan segenggam nasi. Tetapi, dengan tangannya penuh berisi nasi, monyet tak dapat mengeluarkan tangannya.
Saat itulah para pemburu datang dan dengan mudah menangkap korban mereka. Sesungguhnya, monyet hanya perlu melepaskan nasi dalam genggamannya agar dapat meloloskan diri dari perangkap yang telah dipasang baginya. Tetapi, monyet terlalu amat suka dengan nasi dan tak mau melepaskannya - meski dengan resiko nyawanya sendiri.
Betapa hal yang sama berlaku juga bagi kita manusia: tangan yang menggenggam erat tak dapat menerima - bahkan kebebasan.
 Suatu hari seorang datang berlari-lari mendapatkan Socrates tua yang bijaksana, lalu berbisik, “Socrates, dengarlah gosip yang menarik ini mengenai salah seorang sahabatmu.”
“Tunggu!” jawab orang bijaksana itu cepat-cepat. “Apakah engkau telah menguji gosip tersebut melalui ketiga saringan?”
“Tiga saringan apa?”
“Ya, sobat, ketiga saringan. Sekarang marilah kita lihat apakah gosip yang hendak kau ceritakan kepadaku itu lolos melewati ketiga saringan. Saringan pertama adalah kebenaran. Adakah kau yakin bahwa apa yang hendak kau ceritakan kepadaku itu suatu yang benar?”
“Wah,” orang tersebut tergagap, “sesungguhnya aku mendengar kisah ini dari seorang teman lain.”
“Hmmm,” jawab Socrates. “Marilah kita lanjutkan dengan saringan kedua. Apakah berita yang hendak kau sampaikan kepadaku itu sesuatu yang baik?”
“Tidak juga,” kata sang teman, “sesungguhnya malah sebaliknya.”
“Sekarang katakan kepadaku: apakah berita itu penting?”
“Nyaris tidak.”
“Baiklah, jika apa yang hendak kau ceritakan kepadaku belum tentu suatu yang benar, bukan suatu yang baik dan bukan suatu yang penting, lupakanlah.”
“Sebab kita semua bersalah dalam banyak hal; barangsiapa tidak bersalah dalam perkataannya, ia adalah orang sempurna, yang dapat juga mengendalikan seluruh tubuhnya” Yakobus 3:2
“Pertama-tama, mata wajib berpantang. Kita wajib berpantang dari melihat obyek apapun yang dapat menimbulkan kesempatan dosa. Kita wajib pula berpantang dalam hal lidah, dengan berpantang mengucapkan kata-kata yang menghina, melecehkan dan cemar. Sepatah kata yang tidak sopan yang asal
|
|
dilontarkan ternyata dapat menjadi suatu aib bagi yang lain; dan terkadang, suatu kata yang bermakna ganda, yang diucapkan dengan cerdik, dapat lebih menyakitkan daripada sepatah kata yang jelas-jelas tidak sopan.”
~ St Alfonsus Maria de Liguori
|
KUMPULAN KHOTBAH
oleh : ST YOHANES MARIA VIANNEY
|
|
AKUKANLAH DOSA-DOSAMU PADA SAAT TUHAN BERKENAN
oleh: St Sirilus dari Yerusalem, Uskup (± 315-386)
 Apabila ada budak dosa hadir di sini, hendaknyalah ia segera mempersiapkan diri melalui iman untuk dilahirkan kembali ke dalam kebebasan yang menjadikan kita anak-anak Allah. Hendaknyalah ia menanggalkan dukacita hamba dosa, dan mengenakan sukacita hamba Tuhan, agar didapati layak mewarisi kerajaan surga. Dengan mengakukan dosa-dosamu, tanggalkanlah manusia lamamu, yang dibujuk sedemikian rupa oleh hasrat-hasrat yang merusak, dan kenakanlah manusia baru, yang diperbaharui dalam keserupaan dengan Pencipta-nya. Melalui iman, terimalah tanda ikatan Roh Kudus, agar engkau dapat disambut ke dalam tempat tinggal abadi. Mendekatlah untuk ditandai dengan meterai adikodrati, agar engkau dapat dengan mudah dikenali oleh Tuan-mu. Jadilah anggota kawanan rohani yang kudus dari Kristus, agar suatu hari kelak engkau boleh ditempatkan di sebelah kanan-Nya, dan memperoleh hidup yang telah dipersiapkan sebagai warisanmu.
Mereka yang dosanya masih menempel pada mereka bagaikan kulit kambing, akan ditempatkan di sebelah kiri-Nya sebab mereka tidak mendatangi sumber kelahiran kembali dalam Kristus untuk menerima rahmat Tuhan. Kelahiran kembali yang aku maksudkan bukanlah kelahiran kembali jasmani, melainkan kelahiran kembali rohani dari jiwa. Tubuh kita mendapatkan jasmaninya dari orangtua kita yang dapat dilihat, tetapi jiwa kita dilahirkan kembali melalui iman: Roh berhembus kemana Ia kehendaki. Pada akhirnya, apabila engkau layak, engkau akan mendengar kata-kata ini: Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, yaitu ketika engkau didapati tanpa noda kemunafikan dalam nuranimu.
Apabila ada orang yang hadir di sini berpikiran hendak menguji rahmat Tuhan, ia menipu dirinya sendiri, dan ia tidak memahami kodrat ciptaan. Engkau tak lain hanyalah seorang manusia; ada Dia yang menyelidiki hati dan pikiran manusia. Engkau wajib memelihara jiwamu tak bercela dan bebas dari dusta.
Waktu sekarang adalah waktu untuk mengakukan dosa-dosamu. Akukanlah apa yang telah engkau lakukan, dalam perkataan ataupun perbuatan, siang ataupun malam. Akukanlah dosa-dosamu pada saat Tuhan berkenan, dan pada hari keselamatan engkau akan menerima pusaka surgawi.
Basuhlah dirimu bersih-bersih, agar engkau dapat beroleh lebih banyak kekayaan rahmat. Dosa-dosa diampuni sama bagi semua orang, tetapi persatuan dalam Roh Kudus dianugerahkan menurut ukuran iman tiap-tiap orang. Apabila engkau melakukan sedikit perkerjaan, engkau akan menerima sedikit; apabila engkau melakukan banyak, maka banyak pula ganjaranmu. Perlombaan yang engkau ikuti ini adalah demi kebaikanmu sendiri; peliharalah semangatmu.
Apabila engkau bersungut-sungut terhadap seseorang, ampunilah dia. Engkau datang mendekat untuk menerima pengampunan atas dosa-dosamu; tetapi haruslah engkau terlebih dahulu mengampuni mereka yang bersalah terhadapmu.
“Dosa pertama-tama menyenangkan, kemudian menjadi mudah dilakukan, kemudian menjadi kesukaan, kemudian semakin sering dilakukan, kemudian menjadi kebiasaan, kemudian melekat; kemudian orang tidak menyesal, kemudian ia menjadi kepala batu, kemudian ia berketetapan untuk tidak pernah menyesal. Dan kemudian ia binasa.”
~ Uskup Leighton
|
|
PERCAKAPAN ALLAH YANG MAHARAHIM DENGAN SUATU JIWA YANG BERDOSA
dari Buku Catatan Harian St Faustina Kowalska
“Janganlah takut kepada Juruselamat-mu, wahai jiwa yang berdosa. Aku yang membuat langkah pertama datang kepadamu, sebab Aku tahu bahwa dari dirimu sendiri, engkau tak dapat mengangkat dirimu kepada-Ku. Anak-Ku, janganlah lari dari Bapa-mu; bersedialah berbicara terus terang kepada Allah-mu yang berbelas kasih, yang rindu menyampaikan kata-kata pengampunan dan mencurahkan rahmat-Nya atasmu. Betapa berharga jiwamu bagi-Ku! Aku telah menuliskan namamu di atas telapak tangan-Ku; engkau terukir bagai suatu luka yang dalam di Hati-Ku.”
“Tuhan, aku mendengar suara-Mu yang memanggilku untuk kembali dari jalan dosa, namun aku tak memiliki baik kekuatan maupun keberanian untuk melakukannya.”
“Aku-lah kekuatanmu, Aku akan menolongmu dalam pergumulan.”
“Tuhan, aku menyadari kekudusan-Mu, dan aku takut kepada-Mu.”
“Anak-ku, adakah engkau takut kepada Allah yang berbelas-kasihan? Kekudusan-Ku tak menghalangi-Ku untuk berbelas-kasihan. Lihatlah, bagi kalian, Aku telah mendirikan suatu tahta belas kasihan di bumi - tabernakel - dan dari tahta ini, Aku rindu untuk masuk ke dalam hatimu. Aku tidak dikelilingi oleh bala tentara ataupun para pengawal. Engkau dapat datang kepada-Ku setiap saat, setiap waktu; Aku ingin berbicara denganmu dan rindu untuk menganugerahkan rahmat-Ku kepadamu.”
“Tuhan, aku ragu apakah Engkau akan mengampuni dosa-dosaku yang begitu banyak itu; kemalanganku memenuhiku dengan kegentaran.”
“Belas kasihan-Ku lebih besar daripada dosa-dosamu dan dosa-dosa seluruh dunia. Siapakah gerangan yang dapat mengukur dalamnya kebajikan-Ku? Untuk kalian, Aku telah turun dari surga ke dunia; untuk kalian Aku membiarkan DiriKu dipaku di kayu salib; untuk kalian Aku membiarkan Hati-Ku yang Mahakudus ditembusi sebilah tombak, sehingga memancarlah sumber belas kasihan bagi kalian. Maka, marilah, dengan penuh kepercayaan timbalah rahmat-rahmat dari sumber ini. Kemalanganmu lenyap dalam kedalaman belas kasihan-Ku. Janganlah berdebat dengan-Ku mengenai kemalanganmu. Engkau akan menyenangkan-Ku apabila engkau menyerahkan kepada-Ku segala masalah dan penderitaanmu. Aku akan melimpahkan ke atasmu harta pusaka rahmat-Ku…. Anak-Ku, janganlah lagi berbicara mengenai kemalanganmu; kemalanganmu sudah dilupakan. Dengarkanlah, anak-Ku, akan apa yang hendak Ku-katakan kepadamu. Mari, mendekatlah pada luka-luka-Ku dan timbalah dari Sumber Kehidupan apapun yang dikehendaki hatimu. Reguklah sepuas-puasnya dari Sumber Kehidupan dan engkau tidak akan lemah lesu dalam perjalananmu. Lihatlah akan belas kasih-Ku yang berlimpah dan janganlah gentar pada musuh-musuh keselamatanmu. Muliakanlah kerahiman-Ku.
Puteri-Ku, janganlah pernah lelah mewartakan kerahiman-Ku. Dengan demikian engkau akan menyegarkan kembali Hati-Ku ini, yang bernyala-nyala dengan api belas kasihan bagi para pendosa. Katakanlah kepada para imam-Ku bahwa para pendosa yang berkeras hati sekalipun akan bertobat mendengarkan perkataan mereka apabila mereka berbicara tentang kerahiman-Ku yang tak terhingga, tentang belas kasih dalam Hati-Ku bagi mereka.” (1521)
“Tuliskanlah ini demi kebaikan jiwa-jiwa yang bersusah hati: apabila suatu jiwa melihat dan menyadari betapa besar dosa-dosanya, apabila seluruh jurang kemalangan ke dalam mana jiwa membenamkan diri diperlihatkan di hadapan matanya, janganlah jiwa berputus asa, melainkan dengan penuh kepercayaan membenamkan dirinya ke dalam pelukan belas kasih-Ku, bagai seorang anak ke dalam pelukan ibundanya terkasih. Jiwa-jiwa ini mendapatkan hak prioritas dalam Hati-Ku yang berbelas-kasihan, mereka memiliki jalan masuk pertama ke dalam kerahiman-Ku. Katakanlah kepada mereka bahwa tak suatu jiwa pun yang berseru kepada belas kasihan-Ku pernah dikecewakan atau dipermalukan. Aku bersukacita teristimewa atas suatu jiwa yang mengandalkan kebajikan-Ku.” (1541)
“Tuliskanlah: Aku Tritunggal Mahakudus, dan Aku jijik terhadap dosa terkecil sekalipun. Aku tak dapat mengasihi suatu jiwa yang ternoda oleh dosa; tetapi apabila jiwa bertobat, tak ada batas kemurahan hati-Ku terhadapnya. Kerahiman-Ku memeluk dan memulihkannya. Dengan belas kasihan-Ku, aku mengejar para pendosa sepanjang jalan mereka, dan Hati-Ku bersukacita apabila mereka berbalik kembali kepada-Ku. Aku melupakan segala kepahitan dengan mana mereka mengisi Hati-Ku dan bersukacita atas kepulangan mereka.... Katakanlah kepada para pendosa bahwa tak satu pun akan dapat lolos dari Tangan-Ku; apabila mereka melarikan diri dari Hati-Ku yang berbelas kasihan, mereka akan jatuh ke dalam Tangan keadilan-Ku. Katakanlah kepada para pendosa bahwa Aku senantiasa menanti mereka, bahwa Aku mendengarkan dengan seksama detak jantung mereka... bilakah ia berdetak untuk-Ku?” (1728)

“Saudara-Saudari terkasih,
kecaplah dan lihatlah betapa baiknya Tuhan.
Dia-lah santapan jiwa,
daya ilahi untuk melawan dosa.”
|
|
BAGAIMANA AGAR DOSA-DOSA RINGAN DAPAT DIAMPUNI?
oleh: P. John A. Hardon, S.J
 Pengampunan dosa-dosa ringan merupakan bagian yang amat penting dari iman Katolik kita. Pertama-tama, ada dua hal yang dapat diampuni apabila orang melakukan dosa ringan. Kesalahan dapat diampuni, artinya rahmat yang hilang akibat dosa-dosa ringan dapat dipulihkan kembali. Kedua, penghukuman akibat dosa-dosa ringan dapat dihapuskan, baik seluruhnya maupun sebagian.
Berdasarkan pemahaman di atas, dosa-dosa ringan dapat diampuni dengan segala cara di mana kita dapat memperoleh rahmat Tuhan. Dengan demikian, setiap penerimaan Komuni Kudus, setiap keikutsertaan dalam Misa Kudus, setiap adorasi Sakramen Mahakudus, setiap penerimaan Sakramen Tobat, setiap indulgensi yang diperoleh, setiap doa yang didaraskan, setiap tindak kesalehan yang dilakukan dalam keadaan rahmat - semuanya itu merupakan sarana dengan mana dosa-dosa ringan dapat diampuni seperti dijelaskan di atas.
Satu syarat lagi perlu ditambahkan. Kita memperoleh penghapusan dosa-dosa ringan kita pada tingkat bahwa kita dipersatukan dengan Tuhan oleh rahmat-Nya dan kita melakukan perbuatan baik dengan kesadaran dan kesediaan untuk melakukan kehendak Tuhan. Semakin kita bermurah hati dalam melakukan kehendak Tuhan dalam hidup kita, semakin banyak kesalahan dan penghukuman dosa-dosa ringan kita dihapuskan.
“Hendaknyalah kalian melakukan segala daya upaya demi membebaskan diri kalian dari dosa-dosa ringan, dan melakukan apa yang paling sempurna.”
~ St Theresia dari Avila
|
|
DOA KEPADA SANTA PERAWAN MARIA
oleh St. Gertrude dari Helfta, Saxony (1256-1301)
|
Santa Perawan Maria yang termurni, dengan kemurnian tanpa cela dengan mana engkau mempersiapkan suatu tempat tinggal yang menyenangkan bagi Putra Allah dalam rahimmu yang perawan, aku mohon kepadamu untuk menjadi perantaraku agar aku dapat dibersihkan dari segala noda dosa.
Santa Perawan Maria yang bersahaja, dengan kerendahan hati yang luar biasa yang menjadikanmu layak diangkat tinggi melampaui segenap paduan suara malaikat dan para kudus, aku mohon kepadamu untuk menjadi perantaraku agar segala dosa-dosaku dapat diampuni.
|
Santa Perawan Maria yang menawan, dengan kasih tak terperi yang mempersatukanmu begitu akrab mesra dan tak terpisahkan dengan Tuhan, aku mohon kepadamu untuk menjadi perantaraku agar aku dapat beroleh kekayaan berlimpah dari jasa-jasa Putramu. Amin.
|
ST YOHANES MARIA VIANNEY :
“SEMINARIS PALING BODOH, NAMUN PALING SALEH DI LYONS”
 Pada tahun 1813, Yohanes Maria melanjutkan studinya di seminari tinggi di Lyons. Sejak itu ia dikenal sebagai Abbè Vianney, sebab ia telah menerima Tonsura tahun sebelumnya. Di antara 250 seminaris yang ada di sana, Abbè Vianney terkenal karena laku tapa, silih, kerendahan hati dan permenungannya yang mendalam. Tetapi, dalam bidang akademis ia amat lemah; ia sulit sekali belajar dan menghafal. Walau telah berjuang sekuat tenaga, ia tidak pernah berhasil menguasai bahasa Latin; sebab itu Abbè Vianney dijuluki sebagai “seminaris paling bodoh, namun paling saleh di Lyons”. Enam bulan kemudian, yang berwenang terpaksa harus mengeluarkannya dari seminari sebab pengetahuan akademisnya sungguh buruk.
Nyaris putus asa, Abbè Vianney mendengar suatu suara yang menghiburnya untuk tidak bersedih hati, sebab suatu hari kelak ia akan sungguh menjadi seorang imam. Abbè Balley juga tak hendak menyerah, ia secara privat membimbing Abbè Vianney dan segera mengirimnya kembali untuk mengikuti ujian tahbisan rendah dan diakonat. Kali ini, ujian diberikan dalam bahasa Perancis dan ia berhasil lulus; sesungguhnya para penguji mencatat bahwa ia “memberikan jawaban-jawaban yang sungguh bagus serta memuaskan....”
Kesalehan Yohanes Maria Vianney terdengar juga oleh Bapa Uskup. Beliau bertanya, “Apakah ia berdevosi kepada Bunda Maria? Apakah ia setia mendaraskan rosario? Apakah ia sungguh seorang teladan kesalehan? Baguslah jika demikian! Aku memanggilnya untuk datang dan ditahbiskan! Gereja tidak hanya membutuhkan imam-imam yang terpelajar, tetapi, terlebih lagi, imam-imam yang saleh;” demikian Uskup, “rahmat Tuhan akan melakukan selanjutnya.”
Akhirnya, pada tanggal 2 Juli 1814, pada pesta SP Maria Mengunjungi Elisabet, Abbè Vianney ditahbiskan sebagai subdiakon dan pada tanggal 12 Agustus 1815, ia ditahbiskan menjadi imam untuk selamanya. Pada mulanya, karena pengetahuannya dianggap tidak mencukupi, yang berwenang tidak memperkenankan P Vianney melayani Sakramen Pengakuan Dosa; tetapi ternyata Tuhan suka bergurau juga, sebab tak lama lagi ia akan harus melayani pengakuan dosa hingga 18 jam dalam sehari!
P Vianney ditugaskan sebagai imam pembantu P Balley di Ecully hingga pembimbingnya itu wafat pada tahun 1817. Awal tahun 1818, P Vianney ditugaskan sebagai imam paroki sebuah dusun kecil Ars-en-Dombes yang berpenduduk 230 jiwa. Ia mengabdi di sana selama 41 tahun lamanya, dan buahnya sungguh luar biasa!
|
ROSARIO
PAUS YOHANES PAULUS II :
Duapuluh Misteri Rosario
setiap misteri dilengkapi dengan meditasi dari Kitab Suci dan Katekismus Gereja Katolik
|
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “dikutip dari YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|