Apakah Yesus Turun ke Neraka?
oleh: P. William P. Saunders *
Apakah artinya ketika dalam Syahadat Para Rasul kita mengatakan bahwa Yesus turun ke tempat penantian? Apakah Yesus turun ke neraka?
~ seorang pembaca di Winchester
Guna menjawab pertanyaan ini, kita perlu memahami arti kata 'neraka'. Biasanya, apabila kita mendengar kata 'neraka', pikiran kita segera tertuju pada tempat siksa abadi bagi mereka yang menolak Allah di dunia dan melakukan dosa-dosa berat tanpa bertobat.
Namun demikian, dalam Perjanjian Lama, 'neraka' (atau sheol dalam bahasa Ibrani atau hades dalam bahasa Yunani) menunjuk pada “dunia orang mati”. Neraka ini diperuntukkan bagi mereka yang baik maupun yang jahat, yang benar maupun yang tidak benar. Neraka adalah dunia yang paling bawah, daerah kegelapan. Dalam tulisan-tulisan sesudahnya dalam Perjanjian Lama, suatu perbedaan yang jelas terlihat antara di mana mereka yang baik dan mereka yang jahat tinggal di neraka, keduanya dipisahkan oleh suatu jurang yang tak terseberangi. Daerah yang diperuntukkan bagi mereka yang jahat disebut Gehenna, di mana jiwa-jiwa menderita siksa api abadi.
Katekismus Gereja Katolik (no. 633) dengan jelas mengatakan, “Kitab Suci menamakan tempat perhentian orang mati, yang dimasuki Kristus sesudah kematian-Nya “neraka”, “sheol” atau “hades”, karena mereka yang tertahan di sana tidak memandang Allah. Itulah keadaan semua orang yang mati sebelum kedatangan Penebus, apakah mereka jahat atau jujur.”
Kristus menegaskan hal “dunia orang mati” ini dalam perumpamaan tentang Lazarus, pengemis malang yang berbaring dekat pintu rumah seorang kaya (Lukas 16:19 dst). Lazarus mati dan dibawa ke “dunia orang mati” (teks asli bahasa Yunani menggunakan kata hades) dan dihibur di pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati dan dibawa ke “dunia orang mati”; tetapi ia mendapat siksa abadi dalam nyala api. Orang kaya itu melihat Lazarus dan berseru kepada Abraham untuk minta pertolongan. Tetapi, Abraham menjawab, “Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. Selain dari pada itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ kepada kami tidak dapat menyeberang.”
Kristus juga menekankan “siksa abadi” di neraka: Ketika Yesus berbicara tentang penghakiman terakhir dan pemisahan antara orang benar dari orang jahat, Ia berkata kepada mereka yang jahat, “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.” (Mat 25:31 dst). Yesus juga berbicara tentang “api Gehenna yang bernyala-nyala” untuk dosa-dosa berat, seperti marah dan benci (Mat 5:21 dst), perzinahan dan percabulan (Mat 5:27 dst).
Dengan memahami pengertian ini, kita percaya bahwa dosa Adam dan Hawa telah menutup Pintu Surga. Jiwa-jiwa suci menunggu Sang Penebus di dunia orang mati, atau neraka. Kristus mempersembahkan kurban silih yang sempurna atas segala dosa dengan wafat di salib, tindakan penebusan yang menyentuh hati semua orang sepanjang masa - dulu, sekarang, dan di masa mendatang. Ia kemudian dimakamkan. Saat itulah Ia turun di antara orang mati: Jiwa-Nya, terpisah dari Tubuh-Nya, bergabung dengan jiwa-jiwa suci yang menanti Juruselamat di Dunia Orang Mati. St. Paulus menulis, “Bukankah 'Ia telah naik' berarti, bahwa Ia juga telah turun ke bagian bumi yang paling bawah? Ia yang telah turun, Ia juga yang telah naik jauh lebih tinggi dari pada semua langit, untuk memenuhkan segala sesuatu.” (Ef 4:9-10). Ia turun ke dunia orang mati untuk menuntaskan pewartaan Injil dan membebaskan jiwa-jiwa suci yang telah lama menanti Penebus mereka. Pintu Surga sekarang terbuka, dan jiwa-jiwa suci ini memasuki kebahagiaan kekal. Perlu diperhatikan bahwa Yesus tidak membebaskan jiwa-jiwa yang dikutuk dalam siksa abadi di neraka, juga tidak menghapuskan neraka, tempat terkutuk; jiwa-jiwa sesat itu tetap ada dalam keadaannya dan dalam tempat siksa sejak saat penghakiman mereka.
Katekismus (no. 634) menegaskan pentingnya peristiwa ini: “'Juga kepada orang-orang mati, Injil diwartakan.' (1 Ptr 4:6). Dengan turunnya Yesus ke dunia orang mati, selesailah sudah penyampaian warta gembira mengenai keselamatan. Itulah tahap terakhir perutusan Yesus sebagai Mesias - terhadap yang menurut rentang waktu sangat singkat, tetapi menurut nilainya tidak dapat diukur: penyebarluasan karya penebusan kepada semua orang dari segala waktu dan tempat, karena penebusan diperuntukkan bagi semua orang benar.”
Suatu “Homili Kuno” dari masa Gereja Perdana untuk hari Sabtu Suci mencatat demikian, “Hari ini suasana sunyi mendalam meliputi dunia, suasana sunyi mendalam dan lengang. Suasana sunyi mendalam, karena raja mengasoh. Rasa takut menguasai dunia dan ia menjadi bisu, karena Allah - dalam daging - tertidur dan membangunkan manusia yang tidur sejak zaman baheula… Ia pergi mencari Adam, leluhur kita, mencari domba yang hilang. Ia hendak mengunjungi mereka yang hidup dalam kegelapan dan dalam bayangan maut. Ia datang supaya membebaskan Adam yang tertangkap dan Hawa yang turut tertangkap itu dari penderitaannya. Ia, yang sekaligus Allah dan anak mereka… 'demi engkau Aku menjadi anakmu, Aku, Allahmu… Bangunlah, hai orang yang sedang tidur… Aku tidak menciptakan kamu, supaya kamu ditahan dalam penjara dunia orang mati. Bangunlah dari orang-orang mati. Akulah kehidupan orang-orang mati.'”
* Fr. Saunders is dean of the Notre Dame Graduate School of Christendom College in Alexandria and pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.
sumber : “Straight Answers: Did Jesus Descend into Hell?” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2001 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
|