Dismas dan Longinus
oleh: P. William P. Saunders *
Dalam film “The Passion of the Christ”, penyamun yang baik disebut “Dismas” dan prajurit yang menikam lambung Yesus disebut “Cassius”. Apakah memang itu sesungguhnya nama mereka, atau apakah kita mengetahui nama mereka yang sesungguhnya? Saya tak dapat menemukannya dalam Injil.
~ seorang pembaca di Sterling
Kisah Sengsara dalam Injil tidak menyebutkan nama tokoh-tokoh yang dipertanyakan di atas; nama-nama tersebut merupakan bagian dari tradisi awali yang berkembang dalam Gereja. Walau demikian, baik jika kita mengenal lebih jauh kedua tokoh ini yang dianggap kudus oleh Gereja.
Pertama-tama, St Dismas. Injil St Lukas mencatat sebagai berikut, “Seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Dia, katanya: `Bukankah Engkau adalah Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!' Tetapi yang seorang menegor dia, katanya: `Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah, sedang engkau menerima hukuman yang sama? Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.' Lalu ia berkata: `Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.' Kata Yesus kepadanya: `Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus'” (Luk 23:39-43). Injil St Matius hanya mencatat, “Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga” (Mat 27:44).
Dari beberapa ayat di atas, dapat kita ketahui: Pertama, ada orang-orang lain yang disalibkan bersama Tuhan kita, yang cocok dengan metodologi eksekusi Romawi. Kedua, “penjahat” yang dimaksud tentulah lebih dari sekedar penjahat; kemungkinan mereka adalah pemberontak yang terlibat dalam kejahatan atau kegiatan melawan hukum Romawi, sebab hanya kejahatan yang demikian yang dapat berakibat penyaliban. Perlu dicatat oleh sebab alasan inilah para pemimpin Yahudi mengubah dakwaan terhadap Tuhan kita dari menghujat Allah menjadi menyatakan diri sebagai Raja Orang Yahudi, ketika mereka membawa Yesus ke hadapan Pilatus; hanya tuduhan terakhir itu saja yang dapat berakibat penyaliban. Ketiga, seorang penyamun menghujat Tuhan kita, sementara yang lainnya membuat suatu pernyataan iman dan karenanya dihantar ke dalam surga.
Menurut tradisi, “penyamun yang baik” bernama Dismas, dan “penyamun yang jahat” bernama Gestas. (Perlu diperhatikan Beata Anna Katharina Emmerick dalam penglihatannya akan kisah sengsara mencatat nama “penyamun yang jahat” sebagai “Gesmas,” yang juga dipergunakan dalam film The Passion of the Christ).
Kisah lain yang beredar dalam Gereja Perdana, tetapi tak memiliki bukti kuat, menceritakan bagaimana Keluarga Kudus bertemu dengan kedua penyamun ini dalam perjalanan mereka ke Mesir saat melarikan diri dari murka Raja Herodes. Tergerak oleh belas kasihan, Dismas tak hendak mencelakai Keluarga Kudus, sedangkan Gestas bermaksud merampok dan mencelakai mereka. Karenanya, Dismas menyogok Gestas sebesar 40 drachma agar Gestas jangan mengganggu mereka. Bunda Maria berkata kepada Dismas, “Tuhan Allah akan menopang engkau dengan tangan kanan-Nya dan mengampuni dosa-dosamu.” Kemudian Bayi Yesus menambahkan, “Setelah tigapuluh tahun, Bunda, orang-orang Yahudi akan menyalibkan-Ku di Yerusalem, dan kedua penyamun ini akan ditinggikan di atas salib bersama-Ku; Dismas di sebelah kanan-Ku, Gestas di sebelah kiri-Ku, dan sesudah hari itu, Dismas akan bersama-Ku masuk ke dalam Firdaus.” Pesta St Dismas dirayakan pada tanggal 25 Maret; Martirium Romawi merayakan pestanya dengan memaklumkan, “Di Yerusalem, kenangan akan penyamun kudus yang menjadi pengaku Kristus di atas salib dan didapati layak mendengar dari-Nya kata-kata: “Sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.”
Kedua, St Longinus (dalam film diidentifikasikan sebagai Cassius). St Longinus menikam lambung Tuhan dengan tombaknya. “Seorang dari antara prajurit itu menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air” (Yoh 19:34).
Beata Anna Katharina Emmerick, yang dalam penglihatan-penglihatannya mencatat peristiwa ini, menambahkan bahwa saat sang prajurit menikam hati Tuhan kita, darah dan air muncrat membasahi wajah dan sekujur tubuhnya. Sr Anna Katharina menulis, “Pembasuhan ini mendatangkan buah-buah yang sama dengan buah-buah dari air Sakramen Baptis, yaitu: rahmat dan keselamatan yang saat itu juga masuk ke dalam jiwanya. Ia meloncat dari kudanya, jatuh berlutut, menebah dadanya, dan memaklumkan dengan suara nyaring imannya yang teguh akan ke-Allah-an Yesus di hadapan semua yang hadir.” Di samping itu, mata Longinus yang cacat juga disembuhkan secara ajaib. Menurut penglihatan ini, Bunda Maria, St Yohanes, para perempuan kudus dan sang prajurit mengumpulkan darah dan air Yesus dalam bejana-bejana, dan menyeka sisanya dengan potongan-potongan kain lenan.
Beata Anna Katharina Emmerick mengidentifikasikan sang prajurit Romawi sebagai “Cassius”. Ia mencatat, “Cassius dibaptis dengan nama Longinus, ditahbiskan sebagai diakon dan mewartakan iman. Ia senantiasa menyimpan sedikit darah Kristus, - darah yang sudah mengering itu ditemukan dalam peti jenazahnya di Italia. Longinus dimakamkan di suatu kota tak jauh dari tempat di mana St Klara melewatkan hidupnya. Terdapat sebuah danau dengan pulau di atasnya dekat kota ini, pastilah jenazah Longinus dibawa ke sana” (lih. Bab XLVIII, Dukacita Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus). Tempat yang dimaksud adalah Mantua, menurut tradisi St Longinus wafat sebagai martir di sana.
Beato Yakobus dari Voragine (wafat tahun 1298) dalam tulisannya Legenda Kencana yang memuat kumpulan kisah mengenai para kudus, walau sebagian lebih merupakan kisah kesalehan populer daripada fakta historis, menceritakan suatu versi lain dari kemartiran St Longinus. Di Caesarea Cappadocia (sekarang Turki), ia ditangkap sebab ia seorang pengikut Kristus. Ia termashyur karena khotbah-khotbahnya dan mempertobatkan banyak orang ke dalam iman Kristiani. Ketika Longinus menolak untuk mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa kafir, Gubernur Romawi memerintahkan agar gigi Longinus dirontokkan dan lidahnya dipotong, tetapi secara ajaib ia masih dapat terus berbicara membela iman. Ia bahkan merobohkan patung-patung berhala kafir. Lalu gubernur memerintahkan agar Longinus dipenggal kepalanya. Menyaksikan keberanian dan ketulusan Longinus, sang gubernur pun akhirnya bertobat.
Pesta St Longinus dirayakan pada tanggal 15 Maret. Menariknya, reliqui tombak St Longinus disimpan di St Petrus di Roma, setelah dihibahkan kepada Paus Innosensius VIII pada tahun 1492 oleh Sultan Turki Bajazet; sebagian dari reliqui-reliqui kudus jatuh ke tangan kaum Muslim ketika mereka menaklukkan Yerusalem dan Konstantinopel.
Meski masih ada sebagian misteri menyelimuti baik St Dismas dan St Longinus, yang terpenting di sini adalah peran mereka dalam Injil. Kedua orang kudus ini menjadi saksi kasih kepada Tuhan kita dan menguatkan pengharapan kita akan keselamatan kekal.
* Fr. Saunders is pastor of Our Lady of Hope Parish in Potomac Falls.
sumber : “Straight Answers: Dismas and Longinus” by Fr. William P. Saunders; Arlington Catholic Herald, Inc; Copyright ©2004 Arlington Catholic Herald. All rights reserved; www.catholicherald.com
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya atas ijin The Arlington Catholic Herald.”
|