Bagian II
Film The Messiah dan Penyaliban Yesus
Pada bagian ini kita akan melihat konsekuensi pencitraan Yesus dalam film The Messiah dan keterkaitannya dengan makna penyaliban Yesus yang telah kita lihat. Kita juga akan melacak dan mengkritisi sumber film ini sendiri sehingga bisa dijadikan bahan pertimbangan laik-tidaknya pencitraan Yesus dalam film ini dipercaya.
A. FILM THE MESSIAH MENYANGKAL PENYALIBAN YESUS
Sekarang kita melihat apa yang diwartakan oleh film The Messiah dari Iran yang telah dirilis tahun 2008 lalu. Dalam film ini diwartakan Yesus dari Nazaret versi lain. Dan puncaknya, peristiwa penyaliban Yesus disangkal dengan menampilkan bahwa bukan Yesus dari Nazaret yang disalibkan, melainkan malahan Yudas Iskariot. Dan “Allah” sengaja menyerupakan dia dengan Yesus sehingga orang-orang lain tidak bisa mengenalinya. Sementara Yesus sendiri sudah lebih dulu diselamatkan dan diangkat oleh “Allah”. Dengan demikian mau dikatakan bahwa:
Pengorbanan Yang Tersalib itu tidak lagi bernilai, karena toh Dia bukanlah Anak Domba Allah yang tak bercela yang sanggup menghapus dosa dunia.
Maka penebusan dosa dunia dan pemenuhan janji Tuhan tidak tergenapi.
Maka nubuat para nabi tentang Mesias yang menderita hanya omong-kosong.
“Yesus dari Nazaret” ini ternyata “pengecut”, setelah mengajarkan “kasih yang besar yang berani menyerahkan nyawanya sendiri bagi yang lain”, ternyata dia sendiri lari ketakutan. Bukankah banyak nabi dengan gagah berani menanggung konsekuensi mewartakan Sabda Allah: bukan hanya dibenci dan dimusuhi, tetapi juga dibantai dan dibunuh. Kita ingat keluhan Yesus tentang kota Yerusalem, “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu!” (Luk 13:34). Kita ingat pula bagaimana nabi Yeremia dimasukkan dalam perigi (Yer 38:6), bagaimana para nabi dibantai dan nabi Elia dikejar-kejar oleh Ratu Izebel (1 Raj 18:4; 19:2-3) dan Yohanes Pemandi (Yahya) dipancung kepalanya oleh Herodes (Mrk 6:17-29). Kenapa “Yesus dari Nazaret” ini menjadi “pengecut”, tidak berani menghadapi konsekuensi dari mewartakan Sabda Tuhan?
Ternyata “Allah” itu suka menipu dan mengelabui manusia. Dia sengaja menyesatkan banyak orang. Padahal Nabi Musa sendiri telah memperkenalkan siapakah Yahwe Tuhan Allah kita, “Sebab nama TUHAN akan kuserukan: Berilah hormat kepada Allah kita, Gunung Batu, yang pekerjaan-Nya sempurna, karena segala jalan-Nya adil, Allah yang setia, dengan tiada kecurangan, adil dan benar Dia” (Ul 32:3-4).
Dengan mengelabui mata semua orang yang menyaksikan penyaliban Yesus, “Allah” bertindak tidak adil dan tidak benar, karena membiarkan semua saksi mata dan pengikut Kristus kemudian tersesat sampai berabad-abad. Sabda-Nya yang ada dalam Kitab Suci dan dinubuatkan oleh para nabi tentang Mesias yang menderita tidak terpenuhi. Dengan demikian apakah “Allah” memang suka berbohong?
Dengan “menyelamatkan Yesus” sebelum penyaliban itu berarti “Allah” tidak sungguhan menebus dosa manusia. Manusia dibiarkannya tetap dalam kuasa dosa dan maut. Janjinya kepada Adam - Hawa tidak tergenapi.
Dan bila Yesus tidak sungguh disalibkan, otomatis warta kebangkitan-Nya juga omong kosong! Maka sia-sialah kepercayaan kita akan Yesus Kristus yang telah diwartakan oleh para saksi mata. “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup itulah yang kami tuliskan kepada kamu” (1 Yoh 1:1).
B. MELACAK SUMBER DARI YESUS VERSI FILM THE MESSIAH
Memang dikatakan bahwa film The Messiah itu bersumber pada Quran dan Injil Barnabas. Maka kita juga perlu mengkritisi sumber-sumber itu sendiri, khususnya berkaitan dengan Yesus Almasih (Messiah) dan penyaliban-Nya, sehingga kita bisa mempertimbangkan layakkah Yesus “versi film The Messiah” ini dipercaya. Maka terlebih dahulu kita akan membahas apakah itu Injil dan karenanya apakah “Injil Barnabas” ini juga layak dianggap sebagai kitab Injil?
1. APAKAH YANG DIMAKSUD DENGAN INJIL?
Pengikut Kristus memahami bahwa Injil (euvaggeli,on) atau Kabar Gembira / Kabar Baik itu bukanlah sebuah buku yang jatuh dari langit, melainkan Firman Allah yang hidup dalam diri Yesus Kristus. “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran” (Yoh 1:14). Jadi, seluruh pribadi Yesus Kristus dari Nazaret inilah yang disebut dengan Injil, Kabar Gembira dari Allah. Seluruh hidup, sabda, dan karya-Nya adalah warta gembira dari Allah yang mengasihi dan mau menyelamatkan manusia. Bila dulu Tuhan menyampaikan Firman-Nya melalui para nabi, kini Dia menyampaikan Firman-Nya dalam diri Yesus Kristus. “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka” (Ibr 1:1-4). Sekali lagi, Injil atau Kabar Gembira itu adalah Yesus Kristus sendiri, Firman Allah yang hidup dan yang telah menjadi manusia.
Demikian pula selama hidup, mengajar, dan bergaul dengan para murid, Yesus tidak pernah meninggalkan satu buku atau diktat pun. Bahkan hanya sekali disebutkan Dia menulis di atas tanah (Yoh 8:6). Maka setelah kebangkitan-Nya, para rasul mewartakan siapakah Yesus yang telah wafat tersalib dan bangkit mulia itu secara lisan. Mereka adalah saksi mata atas peristiwa Yesus (bdk. 1 Yoh 1:1). Dan mereka berani mempertaruhkan nyawanya demi membela kebenaran warta Injil. Seandainya mereka berbohong, kenapa St. Stefanus rela dilempari batu sampai mati, St. Yakobus dibunuh dengan pedang, St. Petrus sampai mau disalib-terbalikkan, St. Paulus dipenggal kepalanya? Mereka bukanlah orang-orang nekad laiknya pengebom bunuh diri yang membahayakan nyawa orang lain. Mereka adalah orang-orang lugu tulus yang mewartakan kebenaran dan berani mati demi kebenaran yang menyelamatkan ini. Maka dari sejak awal para pengikut Kristus menerima pewartaan siapakah Yesus Kristus ini dari para saksi mata dan para rasulnya yang setia.
Dan dengan berjalannya waktu, banyaklah saksi mata yang mulai meninggal, maka mulai diperlukan buku yang merekam pewartaan para rasul. Inilah keempat kitab Injil yang kita kenal dan akui sekarang. Keempatnya ditulis oleh rasul Yesus (Matius dan Yohanes) ataupun murid dari para rasul (Markus adalah murid St. Petrus dan Lukas adalah murid St. Paulus). Maka tidaklah mengherankan bila ada variasi dalam mengungkapkan peristiwa yang sama di antara keempat Injil; sama halnya dengan peristiwa bobolnya tanggul di Situ Gintung (27 Maret 2009) dilaporkan tidak persis sama oleh para wartawan, masing-masing mengungkapkan peristiwa yang sama dengan ungkapan dan gaya yang berbeda-beda. Dan Gereja yang sejak awal mendengar pewartaan para rasul Yesus inilah yang menyatakan apakah tulisan itu secara benar telah melukiskan iman Gereja akan Yesus Kristus atau tidak.
Sebab dalam perkembangan sejarah, pada abad kedua - ketiga, juga mulai menyusup paham Gnostisme dari Persia yang menganggap bahwa materi (termasuk tubuh) itu jahat dan roh murni itu baik. Maka Gnostisme yang menyusup dalam kekristenan pada abad kedua - ketiga ini pun mulai menciptakan Injil mereka sendiri dan membentuk sekte-sekte tersendiri. Injil milik mereka adalah Injil Thomas, Injil Maria Magdalena, Injil Yudas, dsb. Di sini mereka lebih tertarik pada kata-kata Yesus yang dianggap bisa memberikan “gnosis” (pengetahuan rahasia) agar roh manusia mengalami pelepasan dari tubuh yang jahat ini. Maka mereka menganggap sepi peristiwa penyaliban Yesus dan lebih mencari dan mengumpulkan kata-kata Yesus yang dianggap mengandung “gnosis” lalu dicocokkan dengan paham mereka sendiri. Jadi, Gnostisme ini sudah ada dan menyebar sebelumnya mulai dari Persia; lalu orang Kristen yang tertarik dengan Gnostisme ini pun mulai mensikretiskan kedua ajaran ini dan lahirlah injil-injil gnostis ciptaan mereka (paling awal abad kedua). Maka pemahaman mereka tentang Yesus berbeda dengan iman Gereja awali yang diwariskan oleh para rasul. Tentu saja terhadap injil-injil demikian Gereja menolaknya sebab apa yang mereka tulis tidak menggambarkan iman yang diajarkan dan diwariskan oleh para rasul Yesus. Inilah yang kemudian disebut dengan injil-injil apokrip dan ajaran mereka dianggap sesat (bidaah). Aneka literature yang ditemukan di perpustakaan Nag Hammadi - Mesir (1948) adalah koleksi bidaah Gnostisme Kristen ini dan sekarang telah banyak dipublikasikan, seperti Injil Thomas, Injil Yudas, Injil Maria Magdalena, dsb; sehingga mungkin akan membuat umat awam merasa bingung. Informasi detail mengenai injil-injil apokrip ini bisa dibaca dalam buku Rm. Deshi Ramadhani, SJ “Menguak Injil-Injil Rahasia” (Kanisius, 2007). Semoga setelah ini, Anda tidak lagi terkecoh dan tetap berpegang teguh pada iman apostolik (diajarkan oleh para rasul).
2. LAYAKKAH "INJIL" BARNABAS DIPERCAYA?
Bagaimana dengan “Injil” Barnabas yang kadang dianggap sebagian orang kemungkinan inilah “Injil asli” karena isinya ada banyak kemiripan dengan Al Quran. Untuk menanggapi klaim demikian, harus ditegaskan lagi: Yesus tidak pernah datang ke dunia dengan membawa sebuah “diktat / cacatan / kitab”. Bahkan Kitab Taurat (lima kitab pertama dari Perjanjian Lama) yang dianggap berasal dari Nabi Musa, tidaklah ditulis sendiri oleh Nabi Musa. Sebab dalam Ulangan 34 disebutkan kisah kematian Nabi Musa, masak dia menuliskan kematiannya sendiri? Isinya memang dari Nabi Musa, namun tidak berarti Nabi Musa sendiri yang menulisnya. Demikian pula kitab Mazmur (Zabur) yang dianggap berasal dari Raja Daud; dari 150 mazmur itu tidak semuanya dikarang oleh Daud sendiri, ada juga mazmur susunan orang lain! Jadi baik Nabi Musa maupun Raja Daud tidak pernah menerima satu eksemplar kitab yang turun dari sorga. Jadi, kalau kita mencari “injil asli” dalam arti sebuah buku, kita tidak akan mendapatkan, karena yang dimaksudkan dengan injil atau kabar baik dari Tuhan itu ya pribadi Yesus - Almasih - Mesias - Kristus itu sendiri.
Berkaitan dengan “Injil” Barnabas, ada baiknya Anda membaca uraian Pdt. Bambang Noorsena dalam buku: Injil Barnabas: Asal - Usul, Historisitas, dan Isinya (Yogyakarta: Andi, 1990). Konon “injil” Barnabas ini ditemukan oleh Fra Marino atau Mustafa de Aranda di perpustakaan Paus Sixtus V (1521-1590) dan dinyatakan bahwa ini adalah termasuk kitab injil pada zaman awali Gereja (abad I - II) yang sengaja disembunyikan. Mari secara singkat kita lihat beberapa `kejanggalan' dalam `Injil' Barnabas ini.
Dari penelitian para ahli, disimpulkan bahwa penulis injil ini tidak mengenal betul situasi sosial - keagamaan di Palestina pada abad I - II. Sebab ada banyak “error” dalam “injil” Barnabas ini:
Sejarah: Dikatakan bahwa Yesus lahir pada zaman Pilatus (ps. 3), sementara Pontius Pilatus baru menjadi gubernur di Palestina pada tahun 29 M.
Geografis: Disebutkan bahwa Yesus berlayar dari Danau Galilea ke Nazaret. Padahal Nazaret itu berada di dataran tinggi dan berjarak 20 km dari Danau Galilea. Disebutkan pula bahwa Yesus mendaki ke Kapernaum, padahal kota Kapernaum itu berada di tepi danau Galilea.
Ekonomi: Disebutkan pula dua mata uang: Denarius dan Minuti (ps 54). Padahal kedua istilah ini adalah pembagian mata uang Spanyol kuno! Tidak ada kaitannya dengan orang Yahudi di Palestina ataupun penjajah Romawi.
Keagamaan: Setidaknya ada tiga `kejanggalan': Pertama, dalam judulnya disebutkan “Injil yang benar tentang Yesus yang bergelar Kristus”, namun pasal 96 Yesus disangkal sebagai Mesias. Padahal kata Mesias / Mesiah (Ibrani) dan Kristus (Yunani) itu searti, yakni “Dia yang terurapi”. Kedua, orang-orang Farisi (ps. 144-150) digambarkan sebagai biarawan yang hidup selibat. Padahal dalam masyarakat Yahudi waktu itu yang hidup membiara dan kemungkinan juga hidup selibat adalah kaum Esseni. Ketiga, Ps.152 menyebut bahwa serdadu Romawi masuk Bait Allah dan mengganggu Yesus. Hal ini tidak masuk akal karena orang asing dilarang masuk Bait Allah dan orang Romawi cukup hati-hati menjalankan strategi politiknya terhadap orang dan agama Yahudi.
Istilah Filsafat: bertebaran dari mulut Yesus dalam `injil' ini, seperti accident, substansi, dsb. Padahal dalam injil kanonik Yesus selalu menggunakan bahasa yang sederhana dan langsung. Di sini nampak bahwa trend filsafat abad pertengahan mempengaruhi `injil' Barnabas ini.
Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa `injil' ini bukanlah berasal dari penulis abad II - III yang tahu tentang Palestina masa itu. Kesalahannya terlalu menyolok. Begitu pula terdapat `petunjuk' mulai kapan injil ini ditulis:
Yesus berdoa malam dengan menyebut kutipan 1 Ptr 5:8; jelas ini berasal dari liturgi ibadat penutup sejak abad pertengahan.
Gambaran tentang Sorga (langit bertingkat sembilan dan tingkat kesepuluh adalah sorga) dan Neraka (ada tujuh tingkat neraka bergantung besar - kecilnya tujuh dosa pokok yang dilakukan) mirip dengan gambaran Sorga - Neraka dari penyair Dante. Demikian pula perumusan tujuh dosa pokok adalah hasil refleksi teologi moral abad pertengahan.
Yesus menetapkan tahun Yobel setiap 100 tahun sekali (ps. 82), padahal dalam tradisi Yahudi tahun Yobel dirayakan setiap 50 tahun sekali (Im 25:4). Agaknya kejanggalan ini berasal dari perubahan perayaan tahun Yobel. Paus Bonifasius VIII (1300) menetapkan tahun Yobel 100 tahun sekali, Paus Clemet VI (1340) mengubahnya menjadi 50 tahun sekali dan Paus Paulus II (1470) mengubahnya menjadi 25 tahun sekali. Pada tahun 1585 Paus Sixtus V merayakan tahun Yobel bukan karena memang sudah saatnya, melainkan karena mau merayakan pengangkatannya sebagai paus. Agaknya latar belakang sejarah inilah yang mau dikritik.
Dari sini justru tampak keterkaitan antara isi “injil” ini dengan si Fra Marino atau Mustafa de Aranda sendiri yang konon menemukan terjemahan “injil” dalam bahasa Italia di perpustakaan Paus Sixtus V. Bahasa Italia sendiri baru berkembang sekitar abad XIII dan menurut para ahli “teks terjemahan” ini lebih kelihatan sebagai tulisan dari orang pertama dalam bahasa Italia dan munculnya aksen spanyol (juga mata uang Spanyol kuno!).
3. YESUS DALAM "INJIL" BARNABAS?
Setidaknya dua pokok bisa kita garis bawahi berkaitan dengan Yesus dalam “injil” Barnabas yang berbeda dengan Injil Kanonik, yakni:
Penunjukan St. Yohanes Pemandi kepada Yesus sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (lih. Yoh 1:29-34) diganti dengan penunjukan Yesus kepada Muhammad sebagai Mesias (ps. 42).
Peristiwa penyaliban Yesus disangkal (ps. 215) dengan mengisahkan bahwa Yesus sudah diangkat dan diselamatkan oleh para malaikat dan dibawa ke langit ketiga. Kemudian disebutkan bahwa Yudas Iskariot diserupakan (oleh `Allah'?) wajah dan suaranya mirip Yesus dan dialah yang disalibkan. Hal demikian tidak diketahui oleh para saksi mata.
4. KEMIRIPAN YESUS DALAM "INJIL" BARNABAS DENGAN AL QURAN
Tidak bisa disangkal penggambaran Yesus dalam `injil' Barnabas lebih mirip dengan gambaran Nabi Isa (Yesus) dalam Al Quran, khususnya berkaitan dengan kedua poin di atas.
Berikut kesaksian Al Quran mengenai penunjukan Nabi Isa kepada seorang nabi yang akan datang yang bernama Ahmad (Surah Ash Shaaff 61:6 - Terj. Depag RI).
Dan (ingatlah) ketika Isa putera Maryam berkata: Hai bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Maka tatkala Rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata: Ini adalah sihir yang nyata. (QS. 61:6)
Sementara perihal penggantian orang yang disalibkan, bukanlah Nabi Isa, disebutkan dalam Surah An Nisaa' 4:157-158 - Terj. Depag RI:
dan karena ucapan mereka: Sesungguhnya kami telah membunuh Al-Masih, Isa putera Maryam, Rasul Allah, padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh ialah) orang yang diserupakan dengan Isa bagi mereka. Sesungguhnya orang-orang yang berselisih paham tentang (pembunuhan) Isa, benar-benar dalam keragu-raguan tentang yang dibunuh itu. Mereka tidak mempunyai keyakinan tentang siapa yang dibunuh itu, kecuali mengikuti persangkaan belaka, mereka tidak (pula) yakin bahwa yang mereka bunuh itu adalah Isa. (QS. 4:157)
Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. 4:158)
Dengan data-data ini kita bisa melihat dengan jelas bahwa Yesus versi “film The Messiah”, terlebih peristiwa penyaliban-Nya, bersumber dari `injil' Barnabas dan Al Quran.
C. MENGKRITISI FILM THE MESSIAH
Berikut dua poin pokok yang krusial dalam film The Messiah itu patut kita kritisi, sejauh mana bisa diterima dan dipercaya.
1. APAKAH YESUS MERAMALKAN DATANGNYA AHMAD?
Kesaksian menjadi valid bila setidaknya ada dua saksi yang berbeda yang menyatakan essensi yang sama. Bila Quran 61:6 menyebutkan bahwa Nabi Isa menunjukkan / meramalkan seorang rasul sesudahnya yang bernama Ahmad (artinya: terpuji), dimanakah itu bisa kita dapatkan petunjuknya di luar Quran. Bila hal demikian benar adanya, maka dalam kitab Injil yang memuat lengkap hidup, sabda, dan karya Yesus akan mengindikasikan hal tersebut.
Namun, Perjanjian Baru tidak pernah berbicara tentang akan datangnya nabi / rasul yang kemudian. Yang ada hanya pada akhir zaman, Yesus akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya. Dan seluruh Kitab Suci, mulai dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru, berbicara tentang umat Israel sebagai bangsa terpilih; demikian pula pengikut Kristus sebagai Israel yang baru. Tokoh-tokoh awali Perjanjian Lama menjadi cikal-bakal bangsa Israel, seperti Adam - Hawa, Nuh, Henokh, Abraham, Ishak, dan tentunya Yakub yang juga bernama Israel. Mulai dari kedua belas anak Israel, lalu Yusuf, Musa, Simson, Samuel, Raja Daud, Raja Salomo, Elia, para nabi Perjanjian Lama, sampai Yohanes Pemandi (Yahya) dan tentunya Yesus dari Nazaret, semuanya adalah orang Yahudi. Bahkan Nabi Yunus malahan digambarkan diutus Tuhan untuk mempertobatkan bangsa Niniwe (Iran sekarang?) agar Tuhan - Yahwe tidak menghukum mereka. Nabi Yesaya menggambarkan pada zaman Mesias kelak semua bangsa akan datang ke Israel untuk menerima keselamatan Tuhan melalui bangsa Israel. Perjanjian Lama (Taurat, Mazmur, kitab para nabi) tidak membicarakan tentang pemimpin / nabi dari bangsa lain, karena mereka meyakini diri sebagai umat terpilih. Maka nubuat tentang datangnya Mesias sebagai puncak pengharapan orang Yahudi juga akan terpenuhi di antara bangsa Israel sendiri. Mesias itu haruslah lahir dari keturunan Raja Daud dan di kota Betlehem - tempat asal Raja Daud. Sementara Yesaya menambahkan bahwa Mesias sebagai tanda “Tuhan beserta kita” akan lahir dari seorang perawan. Semua ini terpenuhi dan tergenapi dalam diri Yesus Kristus.
Ada yang berusaha menghubungkan teks Quran 61:6 tentang datangnya seorang Rasul yang bernama Ahmad (arti: terpuji) dengan menunjuk Yoh 14:16 dan 16:7. Mari kita lihat sejenak teks aslinya dalam bahasa Yunani:
Yoh 14:16-17a kavgw. evrwth,sw to.n pate,ra kai. a;llon para,klhton dw,sei u`mi/n( i[na meqV u`mw/n eivj to.n aivw/na h=|( to. pneu/ma th/j avlhqei,aj(
Terjemahan LAI: Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.
Yoh 16:7 avllV evgw. th.n avlh,qeian le,gw u`mi/n( sumfe,rei u`mi/n i[na evgw. avpe,lqwÅ eva.n ga.r mh. avpe,lqw( o` para,klhtoj ouvk evleu,setai pro.j u`ma/j\ eva.n de. poreuqw/( pe,myw auvto.n pro.j u`ma/jÅ
Terjemahan LAI: Namun benar yang Ku-katakan ini kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu.
Kata benda o` para,klhtoj (ho parakletos) bisa diterjemahkan dengan penolong atau penghibur. Dia bukanlah manusia karena “akan menyertai kamu selama-lamanya, yaitu Roh Kebenaran.” Siapakah penghibur yang dimaksudkan oleh Kristus ini? Yoh 14:26 memberi penjelasan, “tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu.” Dan Roh Kudus ini sudah turun pada hari Pentakosta (50 hari setelah kebangkitan Yesus) dan kini menyertai perjalanan Gereja sampai hari ini. Jadi, setelah hari Pentakosta itu Gereja tidak pernah menantikan datangnya nabi / Mesias yang lain selain Yesus Kristus yang akan datang kembali dalam kemuliaan-Nya pada akhir zaman.
Lalu di mana hubungan antara parakletos dengan Ahmad? Konon klaim keterkaitan dua istilah ini adalah dugaan adanya korupsi teks atas Injil Yohanes; semestinya bukan tertulis parakletos, melainkan perikletos yang berarti terpuji (mirip dengan arti Ahmad). Berkaitan dengan dugaan dan klaim ini, terdapat beberapa keberatan:
1. Teks asli Perjanjian Baru (termasuk Injil) tertulis dalam bahasa Yunani. Bahasa Yunani tidak seperti bahasa Ibrani atau Arab yang hanya menuliskan konsonan sehingga setiap orang bisa keliru memberikan vokal saat membacanya. Bahasa Yunani seperti halnya bahasa Indonesia atau bahasa Latin - Eropa modern yang lengkap menyebutkan vokal, konsonan, dan diftong. Jadi, tidak mungkin keliru membacanya.
2. Seandainya ada variasi pembacaan teks asli Kitab Suci, itu langsung dapat dilihat dalam buku Apparitus Criticus yang mencantumkan aneka variasi penulisan (pembacaan) teks dalam manuskrip-manuskrip kuno, mulai dari teks tertua yang masih tersimpan sampai sekarang (abad IV M). Perbedaan teks demikian menjadi salah satu kajian dalam ilmu tafsir Kitab Suci. Maka bila ada dugaan variasi pembacaan atau penulisan teks akan dicantumkan dalam buku apparaticus criticus (perangkat untuk kritik teks). Kita bisa melihatnya pada buku: Nestle-Aland, Novum Testamentum Graecae, edisi 27 (Stuttgart: Deutsche Bibelgesellschaft, 1998), hlm. 298 dan 302. Ternyata pada kata parakletos (sebagai subjek) ataupun parakleton (sebagai akkusatif atau direct objek) semua manuskrip kuno sama dalam pembacaan dan penulisannya, jadi memang tidak ada variasi pembacaan untuk kedua kata tersebut.
3. Saya telah mengecek di internet pelbagai pengejaan transeliterasi teks Yunani yang diduga memiliki arti mirip dengan Ahmad, seperti: perikletos, periklutos, bahkan ada yang menulis peroclotos. Dan saya coba mencarinya dalam buku kamus Yunani - Inggris, F.W. Danker - W. Bauer, A Greek-English Lexicon of the New Testament and Other Early Christian Literature (Chicago: Univercity of Chicago, 2000). Sayangnya, tema tentang perikletos, periklutos, ataupun peroklotos sama sekali tidak ada. Itu berarti kata tersebut memang tidak pernah ada dalam teks Yunani Perjanjian Baru maupun literatur kekristenan awali, termasuk dalam injil-injil apokrif.
4. Apakah ada kemungkinan teks asli Yoh 14:6 dan 16:7 itu searti dengan Ahmad seperti disebut oleh Quran 61:6? Kiranya kita tidak cukup dengan menduga-duga teks aslinya itu parakletos ataukah yang mirip dengan Ahmad (lihat lagi keberatan kedua di atas). Kita perlu melihat juga dalam keseluruhan konteks kalimat, tidak hanya asal comot kata parakletos dan menganggapnya sebagai korupsi teks. Dari keseluruhan teks Yoh 14:16 dan 16:7 jelas bahwa yang dijanjikan oleh Yesus itu bukanlah seorang manusia ataupun nabi karena dia “akan menyertaimu selamanya.” Dia juga akan mengajarkan segala sesuatu dan mengingatkan para rasul (juga kita) akan apa yang telah dikatakan oleh Yesus (bdk. Yoh 14:26). Jadi, tidak ada sangkut-pautnya dengan seorang bernama Ahmad. Dengan demikian klaim bahwa Yesus menjanjikan datangnya seorang rasul yang bernama Ahmad itu hanya terdapat dalam Al Quran saja.
2. SEBENARNYA SIAPAKAH YANG DISALIBKAN?
Bagaimana dengan pernyataan Al Quran dalam Surah An Nisaa' 4:157-158 yang menyatakan bahwa bukan Nabi Isa yang disalibkan, melainkan orang lain yang diserupakan wajahnya, sementara Nabi Isa sendiri sudah lebih dulu diangkat oleh Allah? Baiklah kita mencoba membacanya dengan lebih kritis sejauh mana pernyataan demikian bisa diterima.
1. Dari konteks ayat sebelumnya (4:153) dan sesudahnya (4:160) yang mengucapkan “kami telah membunuh Almasih, Isa, Putra Maryam” adalah orang-orang Yahudi. Jadi kata “mereka” di sini merujuk pada orang-orang Yahudi. Pernyataan demikian tidak sepenuhnya benar dari sudut historis. Karena waktu itu Israel dijajah oleh Romawi maka seandainya ada permasalahan hukum dalam intern agama Yahudi yang mengharuskan si terdakwa dihukum mati, si terdakwa mesti dibawa kepada Gubernur Romawi di Palestina (waktu itu Pontius Pilatus). Dialah yang berwenang untuk memberikan vonis hukuman mati ataupun membebaskan tawanan pada hari raya Paskah; seperti halnya pemberian grasi, amnesti, dan abolisi di Indonesia pada hari raya Kemerdekaan RI. Demikian pula para algojo yang mendera, mempermainkan, dan menggiring Yesus ke Golgota dan akhirnya menyalibkannya adalah para prajurit Romawi, bukan para pemimpin Yahudi; sehingga kepala pasukan Romawi setelah melihat kematian Yesus secara demikian, dia pun mengakui, "Sungguh, orang ini adalah Anak Allah!" (Mrk 15:39). Sementara para pemimpin Yahudi sendiri hanya menjadi penonton setelah mereka berhasil mendesak Pontius Pilatus agar menjatuhkan hukuman mati bagi Yesus. Jadi, yang membunuh Yesus justru prajurit-prajurit Romawi.
2. Dikatakan bahwa: bukan Isa yang dibunuh, sebab sebelumnya Dia telah diangkat (dan diselamatkan) oleh Allah. Dengan demikian mau dinyatakan bukanlah Isa yang mati di kayu salib itu, bahkan juga berarti Isa langsung diangkat oleh Allah. Pernyataan demikian kontradiksi dengan ayat lain dalam Al Quran yang dengan tegas menyebut kematian Isa Almasih, yakni dalam:
Surah Al-Imran 3:55:
(Ingatlah), ketika Allah berfirman: Hai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku serta membersihkan kamu dari orang-orang kafir, dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat. Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan di antaramu tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya. (QS. 3:55)
Sementara dalam Surah Maryam 19:30-33, Isa kecil yang masih dalam ayunan sudah berbicara untuk membela ibunya yang dituduh mengandung Dia sebagai hasil perbuatan zinah. Dalam Surah Al Maryam 19:33 Bayi Isa ini sudah mengatakan masa depannya:
Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali. (QS. 19:33)
Kedua ayat di atas dengan jelas menyebut kematian Isa, bahkan kebangkitan-Nya kembali. Dengan demikian bertentangan dengan pernyataan Surah An Nisaa' 4:157-158 sendiri.
3. Surah An Nisaa' 4:157 menyebut bahwa ada “orang yang diserupakan dengan 'Isa bagi mereka”. Pernyataan demikian bertentangan dengan kesaksian keempat Injil kanonik, literatur Yahudi, maupun data sejarah yang nanti akan kita lihat di bagian III. Jadi, orang Yahudi tidak pernah berselisih tentang siapa yang mereka salibkan. Yang mereka perdebatkan dengan pengikut Kristus adalah apakah Yesus Kristus yang tersalib itu sungguh bangkit lagi pada hari ketiga ataukah tidak.
Kita andaikan saja pernyataan tentang penggantian orang yang disalibkan itu benar, lalu siapakah orangnya? Anehnya, Quran (atau `Allah') sendiri tidak menyebut siapa orangnya. Semuanya berdasarkan “persangkaan belaka”. Dari teks ini kemudian muncul aneka penafsiran berbeda di kalangan ulama Islam sendiri dan muncullah dua teori:
a) Teori Penggantian: Ada yang orang lain menggantikan Isa untuk disalibkan; namun para ulama Islam sendiri tidak sepakat tentang siapakah dia yang disalibkan menggantikan Isa. Ada yang menafsirkannya sebagai seorang sukarelawan (Tafsir Ibn Kathir), tujuh belas Isa Palsu (Tafsir Tabari - 923 M), ataupun Yudas Iskariot 2. Pendapat yang terakhir inilah yang diikuti oleh penulis `injil' Barnabas dan dijadikan dasar untuk film The Messiah ini. Sementara Quran sendiri tidak menyebut dengan jelas siapakah yang disalibkan menggantikan Isa.
b) Teori Pingsan: Pendapat ini dimunculkan oleh Mirza Ghulam Ahmad3 yang mengatakan bahwa Isa memang disalibkan, tetapi Dia tidak mati sungguhan, hanya luka-luka dan pingsan, kemudian Dia siuman dan melarikan diri dan hidup sampai umur 120 tahun. Makamnya terdapat di Srinagar, Kashmir - India sampai hari ini. Pandangan yang kurang umum di kalangan kaum Muslim ini diikuti oleh jemaat Ahmadiyah.
Dari pelbagai analisa di atas menjadi jelas, siapakah sebenarnya yang berselisih tentang penyaliban Yesus, sementara pihak Yahudi - Yunani - Kristiani semua sepakat pada fakta kematian Yesus. Pernyataan An Nisaa' 4:157-158 itu sendiri bertentangan dengan kesaksian Surah Al Imran 3:55 dan Surah Maryam 19:33. Dan lebih dari itu, pernyataan ini bertentangan dengan fakta penyaliban Yesus yang diakui oleh pihak Yahudi, Yunani, dan Kristiani.
Footnotes:
2 Lihat selengkapnya dalam posting Vivaldi, “Tanggapan Atas Kritik Terhadap Penyaliban Yesus” dalam situs Sarapan Pagi Biblika: http://www.sarapanpagi.org/tanggapan-atas-kritik-terhadap-penyaliban-yesus-1-vt615.html atau artikel yang sama dalam http://www. indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?t=26091.
3 Lihat “Kebohongan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Al-Masih Mau'ud” dalam http://www.geocities.com/kebohongan/almasih.html dan penyataan Prof. Louis J. Hammann Ph.D (pakar perbandingan agama dari Gettysburg College) dalam brosurnya tentang Ahmadiyah di situs resmi Komunitas Muslim Ahmadiyah di : http://www.alislam.org/indonesia/ahmadiyyat.html. Beliau menulis, “Di negeri Kashmir, di ibu kota Srinagar, sebuah kuburan telah ditemukan, melindungi jenazah dari seorang nabi kuno yang dikenal sebagai Yus Asaf. Ketika anggapan atas legenda ini bertemu dengan nubuatan Al-Kitab dan dengan membaca Injil-Injil secara teliti, kisah tradisional pasca penyaliban berubah secara radikal. Untuk memenuhi nubuatan bahwa messias harus mengajarkan "domba Israel yang hilang," Yesus pulih dari luka parah akibat penyaliban, pergi berpindah tempat ke arah Timur kepada domba-domba Afghan yang kesasar dan kepada suku-suku di deretan sebelah Utara India-Pakistan dimana tinggal suku-suku pengembara (nomad) yang sampai dengan hari ini budaya, agama dan sifat khas ras-nya terbuat dari bangsa Semit asli adalah merupakan sebab yang dapat diterima seluruhnya. Disana "Yus Asaf" menikah, melanjutkan pekerjaan kenabiannya, menjadi orang tua dan wafat dalam usia 120 tahun” (cetak tebal dan bergaris bawah dari saya).
|