YESAYA
(YESus SAyang saYA)
April - Mei 2010
"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." ~ 1 Timotius 4:12
EKARISTI ADALAH PASKAH TUHAN
oleh: St. Gaudentius dari Brescia, Uskup (wafat 410)
 Satu orang telah mati untuk semua, dan sekarang di setiap gereja dalam Misteri Roti dan Anggur Ia memulihkan mereka bagi siapa Ia dipersembahkan dalam kurban, memberi hidup kepada mereka yang percaya dan menguduskan mereka yang mengkonsekrasikan persembahan. Inilah Daging Anak Domba; inilah Darah-Nya. Roti yang turun dari surga memaklumkan: Roti yang Ku-berikan itu ialah daging-Ku, yang akan Ku-berikan untuk hidup dunia. Adalah penuh makna juga bahwa darah-Nya diberikan kepada kita dalam rupa anggur, sebab sabda-Nya sendiri dalam Injil: Akulah pokok anggur yang benar, mengindikasikan dengan cukup jelas bahwa bilamana anggur dipersembahkan sebagai gambaran sengsara Kristus, itu adalah darah-Nya. Artinya, Kristus-lah yang dinubuatkan Patriak Yakub yang terberkati saat ia mengatakan: Ia akan membasuh jubahnya dalam anggur dan pakaiannya dalam darah buah anggur. Jubah-Nya adalah daging kita, yang dikenakan Kristus sebagai pakaian dan yang akan Ia basuh dalam darah-Nya sendiri.
Pencipta dan Tuan atas segalanya, Ia membawa roti dari bumi dan mengubahnya menjadi tubuh-Nya sendiri. Bukan saja Ia mempunyai kuasa untuk melakukan ini, melainkan Ia telah menjanjikannya; dan, sebagaimana Ia telah mengubah air menjadi anggur, Ia juga mengubah anggur menjadi darah-Nya Sendiri. Inilah Paskah Tuhan, demikian kata Kitab Suci, yakni Tuhan lewat. Kita tak lagi memandang roti dan anggur sebagai substansi duniawi. Roti dan anggur telah menjadi surgawi, sebab Kristus telah melewatinya dan mengubahnya menjadi tubuh dan darah-Nya. Apa yang kalian terima adalah tubuh Dia yang adalah roti surgawi, dan darah Dia yang adalah pokok anggur; sebab ketika Ia menawarkan kepada para murid-Nya roti dan anggur yang telah dikonsekrasikan, Ia bersabda: Inilah tubuh-Ku, inilah darah-Ku. Kita telah menempatkan kepercayaan kita pada-Nya. Aku mendesak kalian untuk beriman kepada-Nya: kebenaran tak akan pernah menipu.
Ketika Kristus mengatakan kepada orang banyak bahwa mereka harus makan daging-Nya dan minum darah-Nya, mereka gempar dan mulai bersungut-sungut di antara mereka: Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup mendengarkannya? Sebagaimana telah Aku katakan kepada kalian, pemikiran macam ini harus disingkirkan. Tuhan Sendiri, yang mempergunakan api surgawi untuk menghalaunya, selanjutnya memaklumkan: Roh-lah yang memberi hidup, daging sama sekali tidak berguna. Perkataan-perkataan yang Ku-katakan kepadamu adalah roh dan hidup.
|
“Ia adalah Roti yang ditabur dalam rahim Perawan, diragikan dalam Daging, dibentuk dalam Sengsara-Nya, dipanggang dalam dapur api Makam, ditempatkan dalam Gereja, dan disajikan di atas Altar-altar yang setiap hari menyediakan Makanan Surgawi bagi umat beriman.”
~ Petrus Krisologus (400-450)
|
EKARISTI ADALAH JANTUNG GEREJA
oleh: Paus Yohanes Paulus II, 1997
“MISTERI IMAN!”
 Guna memahami secara mendalam Misteri Ekaristi, haruslah kita terus-menerus kembali ke Ruang Atas, di mana pada sore Kamis Putih diadakan Perjamuan Malam Terakhir. Dalam liturgi hari ini, St Paulus berbicara secara tepat mengenai penetapan Ekaristi. Teks ini tampaknya merupakan teks paling awal mengenai Ekaristi, dengan diawali kisah Ekaristi itu sendiri sebagaimana disampaikan para Penginjil. Dalam surat kepada jemaat di Korintus, Paulus menulis, “Tuhan Yesus, pada malam waktu Ia diserahkan, mengambil roti dan sesudah itu Ia mengucap syukur atasnya; Ia memecah-mecahkannya dan berkata: `Inilah tubuh-Ku, yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku!' Demikian juga Ia mengambil cawan, sesudah makan, lalu berkata: `Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!' Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang”(1 Korintus 11:23-26).
“Kristus telah wafat. Kristus telah bangkit. Kristus akan kembali.” Kata-kata ini mengandung intisari Misteri Ekaristi. Di dalamnya kita menemukan apa yang kita imani dan ikut ambil bagian di dalamnya setiap hari sementara kita merayakan dan menyambut Ekaristi. Di Ruang Atas, Yesus mengadakan konsekrasi. Dengan kuasa perkataan-Nya, roti - meski secara lahiriah tetap berupa roti - menjadi Tubuh-Nya, dan anggur - meski secara lahiriah tetap berupa anggur - menjadi Darah-Nya. INILAH MISTERI AGUNG IMAN! INILAH ROTI HIDUP YANG TURUN DARI SURGA!
Dengan merayakan misteri ini, kita tak hanya memperbaharui apa yang dilakukan Kristus di Ruang Atas, melainkan kita juga masuk ke dalam misteri wafat-Nya! “Kami memaklumkan wafat-Mu!” - wafat yang menebus. “Kristus telah bangkit!” Kita adalah partisipan dalam Trihari Suci dan Malam Paskah. Kita adalah partisipan dalam Misteri Keselamatan Kristus sementara kita menantikan kedatangan-Nya dalam kemuliaan. Melalui penetapan Ekaristi, kita telah memasuki akhir waktu, yakni waktu menantikan kedatangan Kristus yang kedua kalinya secara definitif, ketika dunia akan dihakimi dan pada saat yang sama karya penebusan akan dihantar ke kegenapannya. Ekaristi tak sekedar berbicara mengenai semua ini. Dalam Ekaristi - semua ini dirayakan - dalam Ekaristi semua ini digenapi. Sungguh, Ekaristi adalah Sakramen Agung Gereja. Gereja merayakan Ekaristi dan pada saat yang sama Ekaristi menjadikan Gereja.
“Aku-lah Roti Hidup” (Yohanes 6:51). Pesan Injil Yohanes menyempurnakan gambaran liturgis Misteri Ekaristi yang agung ini yang kita rayakan sekarang… Kata-kata Injil Yohanes merupakan pemakluman agung Ekaristi, sesudah mukjizat penggandaan roti dekat Kapernaum. Mengantisipasi ini - bahkan sebelum penetapan Ekaristi - Kristus menyingkapkan apa itu Ekaristi. Ia berbicara demikian: “Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Ku-berikan itu ialah daging-Ku, yang akan Ku-berikan untuk hidup dunia.” (Yohanes 6:51). Dan ketika kata-kata ini mendatangkan sungut-sungut dari banyak pendengar-Nya, Yesus menambahkan: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman. Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia” (Yohanes 6:53-56).
Inilah kata-kata yang mencakup intisari Ekaristi. Lihatlah, Kristus datang ke dalam dunia untuk menganugerahkan kehidupan ilahi kepada manusia. Ia tak hanya memaklumkan Kabar Gembira, melainkan Ia juga menetapkan Ekaristi guna menghadirkan hingga akhir waktu Misteri Penebusan-Nya. Dan sebagai sarana untuk mengekspresikan ini, Ia memilih unsur-unsur alam - roti dan anggur, makanan dan minuman yang perlu disantap manusia demi kelangsungan hidupnya. Ekaristi adalah tepat makanan dan minuman ini. Makanan ini mengandung di dalam dirinya segala kuasa Penebusan yang didatangkan Kristus. Untuk dapat hidup, manusia membutuhkan makanan dan minuman. Untuk dapat memperoleh hidup yang kekal, manusia membutuhkan Ekaristi. Inilah makanan dan minuman yang mengubah hidup manusia dan membuka di hadapannya jalan ke kehidupan kekal. Dengan menyantap Tubuh dan Darah Kristus, manusia telah mengandung dalam dirinya sendiri, semasa masih di dunia ini, benih kehidupan kekal, sebab Ekaristi adalah sakramen hidup dalam Allah. Kristus Mengatakan, “Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa, demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku” (Yohanes 6:57).

|
EKARISTI:
YESUS BERSAMA KITA
oleh
P. Thomas Richstatter, O.F.M., S.T.D.
|
HARAP MENYADARI MISA ITU IBADAH SUCI
dikutip dari tulisan: P. Dicky Rukmanto Pr, Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Surabaya
 Sejumlah keprihatinan terutama berkaitan dengan fenomena sikap sejumlah umat dalam mengikuti Perayaan Ekaristi. Keprihatinan yang gampang terlihat adalah fenomena datang terlambat Misa dan pulang secepat mungkin. Mungkin karena pengaruh budaya instant dari jaman ini, untuk Misa pun umat ingin tak membuang banyak waktu dan to the point, menerima komuni saja. Wah, kalau kebablasan, bisa jadi nantinya umat minta agar Gereja membuka drive thru untuk komuni. Dan jika malas ke Gereja, jangan-jangan umat angkat telepon lalu pesan komuni lewat jasa delivery. Tentu saja hal macam ini tak layak terjadi.
Fenomena umat baru datang saat Liturgi Sabda, bahkan saat imam menyampaikan Homili, cukup sering terlihat. Sayang, umat ini tak sempat menerima secara utuh Sabda Allah yang diwartakan. Lebih rugi lagi adalah umat pulang sebelum menerima berkat Tuhan. Fenomena lain adalah umat mengobrol, secara sembunyi-sembunyi melakukan aktivasi ponsel, memberi makan anak, apatis dan mengantuk, berpenampilan dan berbusana kurang layak (pakaian tipis menerawang, busana dan celana minim, sandal jepit, dan sebagainya).
Secara hakiki, Misa Kudus merupakan liturgi resmi Gereja di mana perayaan misteri Paskah Kristus - yakni penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya dihadirkan kembali dalam rasa syukur dan sekaligus mendatangkan penebusan, pengudusan dan keselamatan secara nyata. Dalam faham liturgi, ibadat merupakan ungkapan syukur dan perayaan iman Gereja atas karya penebusan Kristus. Dalam sejarah keselamatan, Allah mengutus Yesus Kristus PutraNya untuk menebus dosa manusia. Yesus, karena kemuliaan cinta-Nya, kemudian rela menderita dan menyerahkan nyawa-Nya di atas salib Golgota demi menebus dosa manusia. Dan kebangkitan-Nya, sebagai buahnya, memberikan harapan nyata kehidupan kekal. Misteri karya penebusan dan keselamatan itu sekarang, berdasar mandat Kristus Sendiri, dihadirkan kembali secara nyata oleh Gereja sebagai sarana dan sakramen keselamatan. Misa Kudus dengan demikian sungguh merupakan ungkapan syukur atas karya penebusan, pengudusan dan keselamatan Kristus atas manusia. Namun sekaligus, Misa Kudus merupakan perayaan iman Gereja itu sendiri. Dalam Misa-lah iman dinyatakan dan diwartakan, didoakan, dihidupi dan dirayakan.
Pernahkah kita sungguh mengakui dalam keadaan dosa, saat kita merasa tidak mampu menanggungnya dengan kekuatan sendiri? Dan terlebih, pernahkah kita sungguh merasa diampuni Tuhan dan diselamatkan oleh-Nya? Andai saat mengikuti perayaan Misa Kudus kita mempunyai rasa demikian, pastilah setiap detik yang kita lalui dalam Perayaan Ekaristi akan menjadi saat yang indah dan selalu disyukuri. Pastilah Misa Kudus akan dianggap sebagai urusan dan kebutuhanku, di dalamnya aku menemukan nilai, arti, makna hidup dan keselamatanku.
“Perayaan Misa Kudus sama berharganya dengan wafat Yesus di salib.”
~ St Thomas Aquinas
|
|
BEATA ALEXANDRINA DA COSTA
13 Tahun Hidup Hanya dari Ekaristi Saja!
“Seorang `mempelai darah', ia secara mistik mengalami sengsara Kristus dan mempersembahkan diri sebagai kurban bagi para pendosa, dengan mendapatkan kekuatan dari Ekaristi: yang menjadi satu-satunya sumber makanan baginya selama tigabelas tahun terakhir masa hidupnya.”
~ Paus Yohanes Paulus II, 25 April 2004
Pada hari Sabtu Suci 1918, ketika Alexandrina berusia empatbelas tahun, sementara ia dan Deolinda serta seorang gadis magang sibuk menjahit, tiga lelaki memasuki rumah mereka secara paksa dengan niat melakukan kejahatan seksual terhadap mereka. Demi memelihara kemurnian dan menghindari dosa, Alexandrina melompat dari sebuah jendela, dan jatuh sekitar empat meter dari permukaan tanah. Sakitnya tak terperi, namun dengan kertak gigi dan dengan menghapus darah yang membasahi wajahnya, Alexandrina merenggut sepotong kayu yang kuat dan dengan terhuyung-huyung kembali demi membela kawan-kawannya. Beberapa pukulan yang diayunkannya mengenai sasaran. Para lelaki itu melarikan diri karena terkena hantaman dan terlebih lagi karena terkejut atas serangan balik yang tak terduga. Kedua gadis yang lain pun selamatlah.
Alexandrina mengalami luka-luka parah yang serius. Para dokter mendiagnosa kondisinya sebagai “tak dapat disembuhkan”. Mereka memprediksi kelumpuhan yang dideritanya hanya akan semakin bertambah buruk keadaannya.
Hingga usia sembilanbelas tahun, Alexandrina masih dapat “menyeret dirinya” ke gereja di mana, dengan tubuh terbungkuk, ia akan tinggal dalam doa. Akan tetapi, keadaannya semakin memburuk. Sejak tanggal 14 April 1924 hingga akhir hayatnya - yakni selama 31 tahun - ia sama sekali lumpuh dan harus tinggal terus-menerus di atas pembaringan.
Di awal tahun-tahun penderitaan ini, Alexandrina memohon dengan sangat rahmat mukjizat kesembuhan. Ia berjanji untuk menjadi seorang misionaris jika ia disembuhkan. Ia berjanji untuk membagi-bagikan segala yang ia miliki, memotong rambutnya dan mengenakan pakaian kabung sepanjang hidupnya, asal saja ia disembuhkan. Akan tetapi, bukannya membaik, kondisinya malahan semakin parah hingga gerakan sekecil apapun akan membuatnya kesakitan. Beberapa kali sudah ia berada di ambang maut dan Sakramen Pengurapan Orang Sakit diterimakan kepadanya.
Perlahan-lahan, Tuhan membantu Alexandrina melihat bahwa penderitaan adalah panggilannya dan bahwa ia mempunyai suatu panggilan istimewa untuk menjadi “kurban” bagi Tuhan. Semakin Alexandrina “memahami” bahwa ini adalah misinya, semakin ia bersuka-hati memeluknya. Ia mulai merindukan suatu hidup dalam persatuan yang akrab mesra dengan Yesus. Persatuan ini, demikian sebagaimana dimengertinya, hanya dapat terwujud melalui menanggung sakit dan kelemahan demi kasih kepada-Nya. Ia mempersembahkan diri kepada Tuhan sebagai jiwa yang berkurban demi pertobatan orang-orang berdosa.
|
“Engkau datang kepadaku dan mempersatukan Diri-Mu secara akrab mesra denganku dalam rupa makanan. Darah-Mu sekarang mengalir dalam darahku, Jiwa-Mu, Tuhan yang berinkarnasi, merasuki jiwaku, memberinya keberanian dan topangan. Betapa mukjizat! Siapakah gerangan yang pernah membayangkannya!”
~ St. Maximilianus Kolbe
|
|
“Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” tanya Maria. “Roh Kudus akan turun atasmu,” jawab malaikat, “dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau.” Dan sekarang kalianlah yang bertanya: “Bagaimana mungkin roti menjadi Kristus dan anggur menjadi Darah-Nya?” Aku jawab: “Kuasa Roh Kudus akan bekerja untuk menganugerahkan kepada kita suatu mukjizat yang melampaui pemahaman kita.”
~ St Yohanes Damaskus
|
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “dikutip dari YESAYA: yesaya.indocell.net”
|