Ziarah Iman bersama Para Kudus:
Februari
16 Februari
St. Onesimus
Onesimus adalah hamba St Filemon dan St Apphia di Kolose, Frigia, Asia Kecil. Karena mencuri, ia melarikan diri ke Roma untuk menghindari hukuman. Di sana ia bertemu dengan Paulus dan menerima pewartaan iman akan Yesus Kristus, lalu dibaptis. Hubungan baik antara Paulus dan Filemon dipergunakan Paulus untuk mendamaikan Onesimus dengan mantan majikannya itu. Paulus menulis surat meminta agar Onesimus diterima kembali bukan sebagai budak melainkan sebagai saudara. Paulus minta supaya kebebasan penuh diberikan kepada Onesimus. Karena di mata Tuhan tidak ada seorang pun dilahirkan sebagai hamba atau budak (bdk Filemon 1:8-19). Betapa beruntungnya Onesimus! Onesimus kemudian kembali kepada Paulus di Roma. Selanjutnya ia diangkat sebagai uskup di Efesus menggantikan Santo Timotius. Keberhasilan Onesimus membangkitkan iri hati para musuhnya. Onesimus ditangkap lalu dikirim kepada Tertule, Gubernur Romawi. Onesimus dipaksa menyembah dewa-dewa Romawi. Karena menolak, tangan dan kaki Onesimus dipotong, lalu ia dirajam hingga tewas.
Renungan:
Hamba berarti manusia yang tak memiliki kebebasan. Ia terikat terhadap seorang majikan; ia tidak memiliki hak; hidup matinya ditentukan dan diatur oleh sang majikan. Tetapi di hadapan sang Pencipta, semua orang adalah sederajat. Martabat manusia adalah mulia karena diciptakan seturut gambar dan citra Allah. “Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:27). Sejauh mana Onesimus adalah budak belian bagi Filemon, kita tidak tahu. Paulus mengembalikan status manusia bebas kepada Onesimus. Filemon menerima Onesimus sebagai saudara atas jasa Paulus. Kepada kita, Yesus pun bersabda: “Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku” (Yohanes 15:15).
17 Februari
Tujuh Pendiri Ordo Hamba Maria
Sekitar tahun 1200, tujuh pedagang di Florence meninggalkan usaha dagangnya. Mereka menarik diri dari kesibukan dunia guna mendekatkan hidup pada Tuhan di pegunungan, dekat Florence. Ketujuh orang ini adalah Bonfllio, Yohanes Bonagiunta, Gerard, Amadeus, Hugo, Sostenes dan Alexius. Ketujuh orang ini mendirikan Ordo Hamba Maria atau Ordo Servite pada tahun 1233 untuk melakukan bakti kepada Sengsara dan Tujuh Dukacita St. Perawan Maria, sesuai ramalan Simeon, “Suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri” (Lukas 2:35). Mereka sangat mengutamakan suasana tenang dan berdoa dalam biara. Mereka melakukan karya penyebaran devosi kepada Bunda Maria. Tujuh pendiri ordo ini digelari kudus oleh Paus Leo XIII pada tahun 1888.
Renungan:
Roh Tuhan bertiup ke mana-mana sejak penciptaan langit dan bumi. Apa yang tercipta dalam roh dan jiwa manusia, kini menjadi nyata dalam bentuk Ordo Hamba Maria atau Ordo Servite. Mereka hendak menyertai Santa Perawan Maria Bunda Tujuh Dukacita di Jalan Salib menyertai Kristus. Stabat mater dolorosa iuxta crucem lacrimosa dum pendebat Filius. Berdiri Bunda menangis di bawah salib yang keji karena Putra terpaku. Adakah kita juga turut serta dalam penderitaan Jalan Salib Kristus? Ataukah barangkali kita turut menambah penderitaan Kristus dengan perilaku kita sehari-hari terhadap sesama? Seperti tujuh orang di atas, orang Katolik perlu mewujudkan kepedulian terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. “Apa yang kita lakukan terhadap saudara yang paling hina, kita melakukannya untuk Kristus.”
18 Februari
St. Flavianus, Uskup dan Martir
Flavianus dipilih sebagai Patriark Konstantinopel (Istambul) pada tahun 447. Di masa kepemimpinannya, Gereja sarat dengan masalah konflik dan aniaya. Chrysaphius, kepercayaan Kaisar Teodosius, meminta Flavianus untuk menyerahkan sejumlah kekayaan Gereja kepada kaisar. Flavianus menolak. Secara simbolis Flavianus mengirim roti yang sudah diberkati. Penolakan itu merupakan pertentangan antara Flavianus dengan Chrysaphius dan sang kaisar. Sementara itu Eutyches, seorang pertapa menyangkal kodrat manusia Kristus. Flavianus menyelenggarakan sinode di Konstantinopel pada tahun 448 dan mengekskomunikasi Eutyches. Paus St Leo I mendukung keputusan sinode dan mengirim surat berisikan ajaran dogmatis bahwa Kristus berkodrat Allah dan berkodrat manusia sebagaimana diwariskan oleh para rasul. Pada tahun 449 sebuah sinode tandingan diadakan dan dipimpin oleh Dioscorus, Patriark Aleksandria, untuk membela Eutyches. Flavianus diserang dan disiksa, lalu dibuang ke Lydia hingga wafatnya sekitar tahun 449.
Renungan:
Gereja terus-menerus berhadapan dengan kesulitan sepanjang hidupnya. Dunia kebaikan terus ditentang oleh dunia kejahatan. Kerajaan Allah sumber kebaikan selalu dibenci kerajaan setan, sumber dusta dan penipuan. Santo Paulus menyebutkan beberapa perbuatan yang berasal dari dunia kejahatan: “percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya” (Galatia 5:19-21). Santo Paulus juga menyebut beberapa perbuatan orang beriman yang dikatakan sebagai buah-buah roh kebajikan: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu (Galatia 5:22-23).
21 Februari
St. Petrus Damianus, Uskup dan Pujangga Gereja
Petrus Damianus dilahirkan pada tahun 1007. Namun, kedua orangtuanya meninggal dunia ketika Petrus masih kecil. Ia diasuh oleh kakaknya dan dikirim belajar di Parma. Ia meraih keberhasilan prestasi belajar yang luar biasa. Secara umum hidupnya membawa berkat bagi teman dan rekan sekolahnya. Ia suka menolong kawan-kawannya yang membutuhkan, kepeduliannya yang besar diamalkannya melalui bantuan keuangan sekalipun ia sendiri hidup kekurangan. Puncak prestasi hidupnya diraih ketika Petrus Damianus ditahbiskan menjadi imam. Roh pembaharuan mendorong dan mendesaknya untuk mengabdi Tuhan tanpa tanggung-tanggung. Ia mengambil keputusan untuk mati demi dunia ini dan menjadi rahib di pertapaan di Fonte Avellana. Karena kesalehan, kebijaksanaan dan kecerdasannya, ia diangkat menjadi uskup dan kardinal dalam masa pontifikat Paus Stephanus IX (1057-1058). Petrus tak segan-segan mengutuk simoni (= pembelian jabatan gerejani) dan menegur pejabat-pejabat tinggi Gereja. Buah karyanya terdiri dari banyak buku, surat, sajak, khotbah dan doa, sebab itulah ia dihormati sebagai Pujangga Gereja. Petrus Damianus wafat pada tahun 1072.
Renungan:
Kebijaksanaan Tuhan dalam karya penyelamatan umat manusia nampak dalam pengalaman hidup manusia dan para bangsa. Dalam Perang Dunia I (1914-1918) para misionaris SVD dipulangkan dari misi di Togo, Afrika untuk kembali ke tanah airnya, Jerman. Pada tahun 1920, para imam misionaris SVD diterima di Flores. Serikat SVD di Nusa Tenggara Timur berkembang berkat bimbingan Roh Kudus, Roh Kebijaksanaan dan Pembaharuan, sebagaimana dikatakan Kitab Suci, “Tuhan telah menghantar kamu masuk ke tanah yang berlimpah susu dan madu. Semoga hukum Tuhan kau renungkan selalu.” Sesudah lebih dari 75 tahun Serikat Sabda Allah berkarya di Nusa Tenggara, buah-buah kebijaksanaan Tuhan yaitu para imam, bruder dan suster misionaris, ikut serta dalam membangun Gereja Kristus di berbagai belahan dunia: Afrika, Madagaskar, Amerika Latin juga Amerika Serikat, New Guinee, Philipina. Putra Sirakh menulis, “Kebijaksanaan dianugerahkan kepada kita laksana air untuk diminum.” Kebijaksanaan ilahi itu sungguh-sungguh dialami oleh Santo Petrus Damianus. Secara batiniah ia mau memberikan diri kepada Tuhan untuk menjadi seorang imam.
22 Februari
Pesta Tahta Suci Santo Petrus
Gereja Katolik Roma memiliki tradisi yang terus dipelihara. Tradisi mengakui Santo Petrus, pemimpin tertinggi Gereja Kristus, telah mendirikan dua tahta keuskupan. Takhta pertama di Antiokhia pada tahun 35. Dan sesudah dua kali mengunjungi Roma, pada tahun 65 Petrus menetap di Roma sebagai uskup pertama Roma. Sejak itu Uskup Roma diakui sebagai Paus, Kepala Gereja Katolik tertinggi, wakil Kristus. Petrus akhirnya wafat sebagai martir, disalib dengan kepala di bawah sesuai permintaannya sendiri. Di atas makamnya di kaki Bukit Vatican, semenjak jaman Kaisar Konstantinus, telah dibangun sebuah gereja untuk menghormati Uskup Roma yang pertama dan wakil Kristus itu. Kuasa Petrus ini, yang lazim disebut Primat Petrus, diberikan oleh Yesus sebelum kenaikan-Nya ke surga (Yoh 21:15-19). Gereja yang sederhana itu kini telah menjelma menjadi Basilika Santo Petrus yang megah mulia dan agung.
Renungan:
Roma disebut Kota Suci. Roma menjadi kota kiblat orang Katolik. Alasannya jelas. Pemimpin Gereja Katolik tinggal di sana. Ini melanjutkan tradisi sejak zaman St Petrus. Roma, karena proses sejarah, telah berkembang menjadi pusat penyebaran agama Katolik. Cukupkah karena itu Roma menjadi kiblat? Dalam hal apa? Memang diakui, sah-sah saja kalau orang secara psikologis merasa perlu berkiblat ke suatu tempat. Tetapi menganggap suatu tempat suci hanya karena itu, kita melupakan hal yang suci itu sendiri. Kota, atau barang lain apapun, tidak akan menjadi suci kalau orang-orangnya tidak suci atau terus berupaya meningkatkan kesucian diri. Segala sesuatu baru dikatakan suci kalau berhubungan dengan orang suci. Rumah, misalnya, tidak artinya, kalau orang yang tinggal di dalamnya tidak membuat rumah itu menjadi kudus dengan menguduskan diri. Berkat atas rumah tidak ada artinya kalau orang yang tinggal di dalam rumah itu tidak menghayati berkat dalam hidupnya. Jadikanlah diri suci agar segala sesuatu yang berhubungan denganmu dipandang suci. St. Petrus, doakanlah kami. Amin.
23 Februari
St. Polikarpus, Uskup dan Martir
Polikarpus dikenal sebagai murid istimewa Rasul Yohanes Penginjil. St Ignatius dari Antiokhia, dalam perjalanannya menuju Roma untuk dimaritr, menulis sepucuk surat khusus kepada Polikarpus yang menjabat sebagai Uskup Smyrna, Turki (Asia Kecil). Di masa tuanya, Polikarpus pergi ke Roma guna membicarakan tanggal perayaan Paska. Pada tahun 155, demi alasan uang seorang pelayan mengkhianati Uskup dengan melaporkannya kepada penguasa. Uskup Polikarpus ditangkap. Ia dibujuk untuk menyangkal Yesus. Namun Polikarpus menjawab, “Sudah delapanpuluh enam tahun aku mengabdi Kristus dan tidak pernah Kristus menghianatiku. Bagaimana mungkin aku menghujat Raja dan Penyelamat-ku?” Karena kata-katanya itu Polikarpus dibakar hingga tewas.
Renungan:
“Hendaklah engkau setia sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan” (Wahyu 2:10). Kelahiran membuat manusia bergembira. Kematian mendatangkan rasa duka. Yesus telah mengalahkan maut dengan kebangkitan-Nya. Penginjil Yohanes mengagungkan kemenangan Kristus atas maut dengan mencatat kata-kata Yesus: “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati” (Yohanes 11:25). Iman akan kemenangan Kristus telah memberi kekuatan untuk bertahan dalam penderitaan. “Sudah delapanpuluh enam tahun aku mengabdi Kristus dan tidak pernah Kristus menghianatiku,” demikian Uskup Polikarpus. Pertanyaan untuk kita renungkan: Apakah yang akan kita lakukan apabila dalam menghadapi kondisi sekarang ini kita diiming-iming dengan uang? Masih sanggupkah kita memelihara iman?
24 Februari
St. Montanus dan St. Lucius, Martir
Para martir suci, Montanus dan Lucius serta kawan-kawan sependeritaan mereka: Flavianus, Yulianus, Viktorikus, Quartillosia, Viktor, Donatian, Primolus dan Remus dipenjarakan di Kartago (Tunisia). Alasan mereka dibelenggu adalah karena mereka berpegang teguh dalam iman kepada Kristus. Selama di penjara mereka diwajibkan kerja paksa sembari bergulat melawan lapar dan haus. Banyak di antara mereka mati. Yang lain diseret ke tempat penjagalan. Mari mohon mereka mendoakan kita dari surga.
Renungan:
Kesetiaan merupakan tanggung jawab bagi orang yang menyebut dirinya Kristen. Kesetiaan merupakan bagian dari buah roh agar kita selalu setia pada kesaksian kita, setia pada penyerahan dan panggilan dan setia pada perintah Kristus. Para martir: St Montanus dan St Lucius serta rekan-rekannya menulis pada sehelai kertas yang ditempelkan di dada mereka “Setia Sampai Mati”. Itulah kesetiaan iman. Bagaimanakah dengan kesetiaan kita? Kesetiaan merupakan suatu tantangan bagi kita di tengah hadangan dunia yang menawarkan berbagai kenikmatan dan kemewahan. Betapa mudahnya kita melupakan dan menolak Allah di tengah pergaulan kita. Belum lagi banyak godaan menggiurkan yang ditawarkan di hadapan kita. Adakah mudah bagi kita menjadi seorang Kristen di dunia dewasa ini? Mari pada hari ini kita merefleksikan peringatan dan kenangan indah iman kita yang tak pernah pudar dari hati, meskipun sering kita ingkari.
25 Februari
St. Walburga, Abbas
Walburga dilahirkan pada tahun 710 di Devonshire, Inggris dalam sebuah keluarga bangsawan. Ia adalah adik kandung St Willibald dan St Winebald. Sejak umur 11 tahun, Walburga dididik di Biara Benediktin Wimbourne di Dorset dan akhirnya menjadi anggota biara. Mereka masih sanak keluarga dari Santo Bonifasius yang dikenal sebagai “Rasul bangsa Jerman”. Pada tahun 748 ia bersama St Lioba diutus ke Jerman untuk membantu St Bonifasius dalam karya misionaris. Di kemudian hari Willibald menjadi Uskup Eichstadt dan Walburga ditunjuk menjadi abbas rangkap di biara pria dan biara wanita di Heidenheim yang didirikan oleh St Winebald hingga akhir hayatnya pada tahun 779. Biara itu kemudian menjadi pusat kebudayaan, pendidikan dan karya amal. Bertahun-tahun setelah wafatnya, tulang-belulang Walburga dibawa dari Heidenheim ke Gereja Salib Suci Eichstadt, Bavaria, Jerman, yang didirikan oleh saudaranya, St Willibald. Tulang-belulang itu secara ajaib mengeluarkan cairan bening, semacam minyak, yang digunakan orang untuk menyembuhkan berbagai penyakit jasmani dan rohani.
Renungan:
“Kerahkan upayamu demi alam hidup yang mulia di mana Kristus memerintah di sisi Allah.” Pendidikan Kristiani berfokus pada tujuan akhir, yaitu surga. Surga bukanlah suatu tempat khayalan atau tempat di lapisan langit ketujuh. Surga adalah sebuah realitas cita-cita yang harus diciptakan di dunia ini. Dengan demikian, rumusan “Datanglah Kerajaan-Mu” dalam Doa Bapa Kami mempunyai arti riil. Orang Kristen dipanggil untuk mewujudkan cita-cita Kerajaan Surga di dunia ini. Jika kita melakukan hal-hal kecil dan riil untuk banyak orang, kita telah menciptakan surga-surga kecil di lingkungan kita. Selamat!
26 Februari
St. Didakus Carvalho, Martir
Didakus Carvalho dilahirkan di Coimbra, Portugal pada tahun 1578. Sejak masa muda ia rajin dengan kegiatan-kegiatan gereja. Pada tahun 1594 ia masuk Serikat Yesus dan ditahbiskan sebagai imam di India pada tahun 1600. Pada abad ke-16 itu terbuka peluang penyebaran Injil ke benua Asia-Afrika. Demikianlah, pada tahun 1609 Didakus yang rindu menjadi seorang misionaris tiba di negeri sakura Jepang. Ia lembut hati dan ramah terhadap umatnya pula tak segan melakukan pekerjaan kasar. Segala tantangan dihadapinya dengan tabah demi keselamatan jiwa-jiwa dan kemuliaan Allah sesuai semboyan Serikat SJ: Ad Majorem Dei Gloriam (Demi Kemuliaan Allah yang Terlebih Besar). Sayang, pada tahun 1623 Didakus ditangkap dan dibawa ke Sendai. Sesudah 12 jam mengalami penderitaan dan aniaya, Didakus, bersama umat Kristiani Jepang lainnya, menghembuskan nafas terakhir sebagai martir Kristus yang gagah berani pada usia 46 tahun.
Renungan:
“Ad Majorem Dei Gloriam.” Untuk apakah segala kebaikan kita lakukan? Untuk mencari kebesaran diri dan keagungan diri? Mencari pujian dari dunia? Kalau demikian, kita sudah kehilangan ganjaran di surga. “Janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu.” Bersuka-citalah karena dengan perbuatanmu yang baik, namamu tercatat di surga. Tetapi lihatlah sekeliling kita. Orang mengerahkan segala daya upaya demi memegahkan diri. Apa yang dilakukan bukan untuk kebaikan masyarakat luar tetapi untuk memegahkan dirinya sendiri. Orang Kristen juga berbuat sesuatu bukan untuk menyelamatkan orang lain, tetapi untuk menyatakan: Inilah kami orang Kristen yang selalu berbuat baik. Jika motivasi utama adalah untuk unjuk diri, ganjaran kita telah berkurang. Marilah kita terus menerus berbuat baik dalam segala keadaan demi keselamatan semua orang. Ya Allah, semoga kehendak-Mu dikenal di seluruh bumi dan keselamatan-Mu dinyatakan di antara segala bangsa. Amin.
27 Februari
St. Gabriel Possenti, Pengaku Iman
Fransiskus dilahirkan di Asisi, Italia pada tahun 1838. Ibunya meninggal dunia tatkala ia masih balita. Pada usia 7 tahun ia menerima komuni pertama. Fransiskus bertumbuh menjadi manusia baru dalam Kristus yang berpusat pada Ekaristi. Berbakat dalam belajar, trampil dan saleh dalam pergaulan, menonjol dalam banyak dimensi hidup rohani dan jasmani. Ia dipromosikan sebagai Ketua Akademi Siswa dan Prefek Kongregasi Maria. Sekalipun Fransiskus berperangai cukup romantis, tetapi Tuhan memimpin sesuai kehendak-Nya. Dalam suatu perarakan dengan patung Santa Maria di Kota Spolete, pada tanggal 15 Agustus 1855, Gabriel mendengar suara Bunda Maria yang memanggilnya: “Fransiskus, engkau tidak diciptakan untuk dunia ini, tetapi untuk kehidupan bakti kepada Allah di dalam biara.” Fransiskus membuka diri terhadap panggilan Bunda Maria. Ia masuk kongregasi imam-imam Passionis dan mengambil nama Gabriel dari Bunda Dukacita. Pada tahun 1856 ia menerima jubah Kongregasi Passionis. Sebagai seorang biarawan Passionis yang saleh, devosinya bersumber kepada Yesus yang tersalib dan Bunda Maria yang berduka. Gabriel Possenti wafat pada tahun 1862 dalam usia 24 tahun.
Renungan:
“Oleh karena Dialah aku telah melepaskan semuanya” (Filipi 3:8). Manusia bisa saja berencana, bercita-cita setinggi langit dan sedalam lautan. Tetapi Tuhan lebih berkuasa. Tuhan-lah yang menentukan. Panggilan hidup itu misteri. Perjalanan hidup bisa berbalik 100% dari reneana semula. Roh itu ibarat angin. Ia bertiup ke mana ia suka dan menyapa siapa saja. Ketika ia menyentuhmu untuk melakukan kehendak Allah, adakah engkau membuka hatimu untuk mendengarkan bisikan suara Allah? Setiap hari di sudut-sudut jalan, kita bisa berbuat baik. Allah hadir dalam diri orang-orang yang kita bantu, dalam diri orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita. Sekali lagi, adakah kita cukup memiliki keheningan batin untuk menangkap getar-getar cinta Allah?
28 Februari
St. Antonia, Abbas
Santa Antonia adalah seorang ibu rumah tangga yang saleh. Sesudah suaminya meninggal dunia, Antonia berencana menjalani hidup bakti sebagai seorang biarawati. Dengan bantuan St Yohanes Kapistrano, ia mendirikan Biara Klaris di Firenze, Italia. Ia memimpin biara hingga akhir hayatnya pada tahun 1472.
St. Hilarius, Paus
Hilarius berasal dari Sardinia. Ia melayani umat sebagai diakon. Di kemudian hari ia diutus sebagai wakil Paus Leo I (Agung) dalam sinode di Efesus yang membahas ajaran sesat Eutyches yang menyangkal kodrat manusia Kristus. Pada tanggal 19 November 461, ia diangkat sebagai paus ke-46 menggantikan Paus Leo Agung (440-461) yang wafat. Paus Hilarius mengawasi pembangunan beberapa gedung di Roma. Pada tanggal 19 November 462 memimpin sinode di Roma dan pada tanggal 19 November 465 mengadakan lagi sebuah sinode guna membicarakan pengangkatan dan kuasa yurisdiksi para uskup Spanyol. Paus Hilarius wafat pada tanggal 28 Februari 468 di Roma dimakamkan di Gereja Laurensius, Roma.
Renungan:
Salah satu tugas pokok dan utama Gereja adalah menjaga dan memelihara ajaran Wahyu ilahi agar utuh dan tak bercacat. Kebenaran abadi harus terjamin demi kemuliaan Tuhan, sumber segala kebenaran, demi keselamatan manusia. Paus Hilarius, sewaktu masih diakon, sebagai wakil Paus Leo I, diutus untuk membicarakan sanksi ekskomunikasi terhadap Eutyches, seorang penyebar ajaran sesat. Sebagai Paus, Hilarius juga mengurus pembangunan beberapa gedung di Roma. Salah satunya ialah Oratorium, dan dipersembahkan kepada Santo Yohanes Penginjil. Gereja menjamin: “Orang benar akan hidup oleh iman” (Roma 1:17). Orang menjalani hidup berdasarkan keyakinan yang dipegangnya. Keyakinan merupakan lampu atau mercusuar yang menunjukkan arah, rambu-rambu yang bisa dilalui. Ya Allah Tuhan-ku, aku percaya akan semuanya yang telah Kau wahyukan dan Kau ajarkan dengan perantaraan Gereja Kudus.
29 Februari
St. Romanus, Rahib
Romanus adalah seorang rahib di sebuah biara pertapaan dekat Subiaco, Italia. Ia mendampingi Santo Benediktus dari Nursia (pendiri Biara Benediktin) hingga menjadi seorang rahib yang terkenal dalam sejarah Gereja. Perjumpaannya dengan Benediktus berawal di daerah pegunungan Subiaco. Benediktus ingin menjadi rahib. Romanus membantu Benediktus dengan menyediakan jubah religius, makanan setiap hari dan tempat tinggal berupa sebuah gua yang sangat cocok untuk berdoa dan bermeditasi; di sanalah Benediktus tinggal selama tiga tahun. Kemudian Romanus pergi ke Italia guna menghindari serangan bangsa barbar. Ia mendirikan Biara Fontrouge di Auxerre, Perancis dan tinggal di sana hingga akhir hayatnya pada tahun 550.
Renungan:
“Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku” (Imamat 20:26). Dalam sejarah keselamatan, Allah memisahkan umat Israel dari bangsa-bangsa lain agar umat pilihan Yahwe tetap menjadi milik Allah dan tetap berbakti kepada-Nya, menjadi umat beriman, takwa dan saleh. Dalam sejarah hidup para kudus terbentuklah tarekat, biara, kongregasi, ordo dan pertapaan, tempat umat Kristiani mengasingkan diri untuk menjadi kudus. Harapan yang kuat bersumber pada Sabda Allah sendiri. “Haruslah kamu kudus, sama seperti Bapa-mu yang di sorga adalah kudus.” Menjadi milik Tuhan sama dengan menjadi milik yang kudus. Harapan untuk menjadi kudus itu mendorong Romanus menjadi rahib. Biara pertapaan itu menjadi tempat biarawan / biarawati mengasingkan diri untuk menjadi saleh dan kudus. Rahib adalah anggota ordo yang mengikat diri dengan kaul untuk hidup kontemplatif dan berkarya di sebuah biara dengan peraturan yang ketat, yang disebut pertapaan. Mereka hidup hanya mencari Allah dengan mendalami misteri-misteri ilahi dan bekerja dalam keheningan. Mereka mempersembahkan hidup mereka dengan penuh harapan untuk memperoleh segala rahmat dan berkat demi kemuliaan Tuhan yang lebih besar dan keselamatan sesamanya. Sungguh sangat berdaya guna bila kita menggabungkan hidup kita bersama hidup mereka. Dalam hidup membiara, orang mempersembahkan diri dalam hidup bakti berdoa bagi banyak kepentingan orang lain.
Sumber: “Ziarah Iman Pastor Jan Lali SVD, Renungan Harian Bersama Para Kudus Sepanjang Tahun”; diterbitkan oleh Penerbit Buku Sabda, Yayasan Sabda Bahagia; Jakarta 2005; tambahan dan edit oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|