YESAYA
(YESus SAyang saYA)
September 2011
"Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu." ~ 1 Timotius 4:12
SALIB TELADAN SEGALA KEUTAMAAN
oleh: St Thomas Aquinas (± 1225-1274)
Mengapakah Putra Allah harus menderita bagi kita? Ada suatu kebutuhan besar, dan hal itu dapat direnungkan dalam dua cara: pertama, sebagai silih atas dosa, dan kedua, sebagai teladan akan bagaimana bertindak.
Sebuah silih, sebab, di hadapan segala kejahatan yang kita timbulkan akibat dosa-dosa kita, kita menemukan kelegaan melalui sengsara Kristus. Namun demikian, terlebih lagi Ia menderita sebab sengsara Kristus sepenuhnya cukup untuk menjadi teladan hidup kita. Barangsiapa rindu untuk hidup sempurna tak perlu melakukan apa-apa selain dari memandang rendah apa yang dipandang rendah Kristus di salib dan merindukan apa yang Kristus rindukan, sebab salib adalah teladan segala keutamaan.
Apabila kalian mencari teladan kasih: Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya. Seorang itu adalah Kristus di salib. Dan jika Ia memberikan nyawa-Nya bagi kita, maka tentunya tidaklah sulit untuk menanggung kesulitan apapun yang menghadang demi Kristus.
Apabila kalian mencari kesabaran, kalian tak akan menemukan teladan yang terlebih baik dari salib. Kesabaran yang besar datang dengan dua cara: entah ketika orang banyak menderita dengan sabar, atau ketika orang menderita hal-hal yang dapat dihindarinya namun demikian tak dihindarinya. Kristus menderita sengsara dahsyat di salib, dan Ia menanggungnya dengan begitu sabar, sebab ketika menderita Ia tidak mengancam; Ia digiring bagai seekor domba ke tempat pembantaian dan Ia tidak membuka mulut-Nya. Sebab itu kesabaran Kristus di salib sungguh luar biasa. Dalam kesabaran, marilah mengejar hadiah yang disediakan di hadapan kita, dengan memandang Yesus, pencipta dan penyempurna iman kita yang, demi sukacita di hadapan-Nya, memikul salib-Nya dan memandang rendah aib.
Apabila kalian mencari teladan kerendahan hati, lihatlah Ia yang tersalib, sebab Tuhan menghendaki diadili oleh Pontius Pilatus dan wafat.
Apabila kalian mencari teladan ketaatan, ikutilah Dia yang taat kepada Bapa bahkan hingga mati. Sebab seperti oleh ketidaktaatan satu orang, yakni Adam, semua orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang, semua orang menjadi orang benar.
Apabila kalian mencari teladan dalam memandang rendah hal-hal duniawi, teladanilah Dia yang adalah Raja segala Raja dan Tuan segala Tuan, dalam Siapa tersembunyi segala harta pusaka kebijaksanaan dan pengetahuan. Di atas salib Ia ditelanjangi, dicemooh, diludahi, ditampar, dimahkotai duri, dan hanya diberi cuka dan empedu sebagai minuman.
Jadi, janganlah terikat pada pakaian dan kekayaan, sebab mereka membagi-bagi pakaian-Ku di antara mereka. Pula janganlah terikat pada kehormatan, sebab Ia menanggung kata-kata cemooh dan deraan. Pula janganlah terikat pada tingginya status, sebab mereka menganyam mahkota duri dan menempatkannya di atas kepala-Ku. Pula janganlah terikat pada segala kenikmatan apapun, sebab dalam dahaga-Ku mereka memberi-Ku cuka sebagai minuman.
|
“Aku hendak meyakinkan mereka yang berada di jalan rohani bahwa jalan menuju kesempurnaan tidak terdiri dari banyak metode pun banyak pemikiran, melainkan dalam menyangkal diri dalam segala sesuatu dan menderita demi kasih kepada Yesus Kristus.”
~ St Yohanes dari Salib
|
MEREKA YANG IKUT AMBIL BAGIAN DALAM PENDERITAAN KRISTUS
oleh: Origen, Imam
Mereka yang ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus juga akan ikut ambil bagian dalam sukacita-Nya.
Jika beralih dari ketidakpercayaan kepada iman berarti bahwa kita telah beralih dari mati kepada hidup, maka janganlah kita terkejut mendapati bahwa dunia membenci kita. Barangsiapa belum beralih dari mati kepada hidup tak dapat mengasihi mereka yang telah meninggalkan tempat kediaman gelap maut untuk memasuki suatu tempat kediaman yang terbuat dari batu-batu hidup dan yang dipenuhi cahaya kehidupan. Yesus menyerahkan hidup-Nya untuk kita; demikian pula hendaknya kita menyerahkan hidup kita, tidak aku katakan untuk-Nya, melainkan untuk diri kita sendiri dan juga, pastinya, untuk mereka yang akan terbantu dengan teladan kemartiran kita.
Sekarang adalah waktunya bagi umat Kristiani untuk bersukacita, sebab Kitab Suci mengatakan bahwa hendaknya kita bersukacita dalam penderitaan-penderitaan kita, tahu bahwa penderitaan melatih kita untuk menanggung dengan sabar. Menanggung dengan sabar menjadikan kita berkenan bagi Allah, dan berkenan bagi Allah memberi kita dasar pengharapan bahwa kita tidak akan dikecewakan. Hanya ijinkanlah kasih Allah dicurahkan ke dalam hati kita melalui Roh Kudus.
Semakin kita ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus, semakin kita ikut ambil bagian, melalui Dia, dalam sukacita-Nya. Hendaknyalah kita penuh semangat untuk ikut ambil bagian dalam penderitaan Kristus dan membiarkan penderitaan itu berlipat ganda dalam kita jika kita merindukan sukacita yang berlimpah-ruah yang akan dicurahkan kepada mereka yang berdukacita. Sukacita ini mungkin tidaklah sama bagi semua orang, sebab jika tidak demikian, Kitab Suci tidak akan mengatakan: bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus. Ikut ambil bagian dalam sukacita-Nya akan sebanding dengan keikutsertaan kita dalam penderitaan-Nya. Kita belajar ini dari dia yang dapat mengatakan dengan penuh keyakinan: Bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya.
Allah bersabda melalui nabi: Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau. Bilamanakah waktunya lebih berkenan dari saat ketika, demi kesetiaan kepada Allah dalam Kristus, kita dijadikan tontonan umum dan digiring sebagai tawanan, namun tidak kalah melainkan menang jaya?
Dalam Kristus dan bersama Kristus, para martir menaklukkan kerajaan-kerajaan dan penguasa-penguasa dan ikut serta dalam kemenangan-Nya atas mereka, sebab keikutsertaan mereka dalam penderitaan Kristus menjadikan mereka partisipan juga dalam perbuatan-perbuatan besar yang digenapi oleh penderitaan-penderitaan itu. Apakah yang dapat lebih tepat disebut hari keselamatan selain dari hari meninggalkan dunia ini dalam kemuliaan? Akan tetapi aku meminta dengan sangat kepada kalian untuk tidak menyakiti siapapun, agar pelayanan kita tidak dipersalahkan. Bersabarlah dengan sungguh dan tunjukkan dalam segala cara bahwa kalian adalah hamba-hamba Allah. Katakan: Dan sekarang, apakah lagi yang aku nantikan? Bukankah Tuhan Sendiri?
“Menulis yang indah-indah tentang penderitaan? Bukan apa-apa, bukan apa-apa! Harus mengalami sendiri untuk mengerti!”
~ St Theresia dari Kanak-kanak Yesus
|
|
INJIL TENTANG PENDERITAAN
oleh: Beato Paus Yohanes Paulus II, “SALVIFICI DOLORIS” (Penderitaan yang Menyelamatkan), # 25
Kristus tidak menyembunyikan dari para pendengar-Nya perlunya penderitaan. Ia berkata dengan sangat jelas: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus … memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku,” dan di hadapan murid-murid-Nya Ia mengajukan tuntutan-tuntutan moral yang hanya dapat dilaksanakan dengan syarat bahwa mereka “menyangkal diri sendiri”. Jalan yang menuju ke Kerajaan Surga “berat dan sempit”, dan Kristus mempertentangkannya dengan jalan “yang lebar dan mudah” tetapi yang “membawa ke kebinasaan”.…
Injil tentang penderitaan pertama-tama di banyak tempat berbicara mengenai menderita “untuk Kristus”, “demi Kristus”, dan hal itu dilakukan dengan menggunakan kata-kata Kristus Sendiri atau kata-kata dari para rasul-Nya. Sang Guru tidak menyembunyikan prospek penderitaan dari para murid-Nya dan para pengikut-Nya. Sebaliknya Ia mewahyukan pencobaan “oleh karena nama-Nya”. Penganiayaan dan pencobaan tadi juga akan merupakan suatu bukti khusus mengenai keserupaan mereka dengan Kristus dan persatuan mereka dengan-Nya. “Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu… Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu… Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu … Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.” “Semuanya itu Ku-katakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia.”
Bab Pertama dari Injil tentang penderitaan, yang berbicara tentang penganiayaan, yaitu pencobaan-pencobaan yang dialami oleh karena Kristus, dalam dirinya sendiri berisi suatu panggilan khusus untuk menjadi berani dan teguh hati, yang ditopang oleh daya kekuatan Kebangkitan. Kristus secara definitif telah mengalahkan dunia karena Kebangkitan-Nya. Tetapi karena hubungan antara Kebangkitan dan Kesengsaraan-Nya serta Kematian-Nya, Ia sekaligus mengalahkan dunia dengan penderitaan-Nya. Ya, penderitaan secara istimewa telah hadir dalam kemenangan atas dunia tadi, yang nampak dalam Kebangkitan. Kristus tetap menyimpan dalam tubuh-Nya yang dibangkitkan tanda-tanda dari luka-luka di Salib pada tangan, kaki dan lambung-Nya. Melalui kebangkitan, Ia menampakkan kekuatan penderitaan yang penuh kemenangan, dan Ia ingin meresapi hati orang-orang yang dipilihnya dan diutus-Nya dengan keyakinan akan kekuatan tadi. Rasul Paulus berkata: “Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya.” …
Sepanjang abad dan generasi ke generasi telah terlihatlah bahwa di dalam penderitaan tersembunyilah suatu kekuatan yang khusus yang menarik seseorang secara batin dekat kepada Kristus, suatu rahmat khusus. Berkat rahmat inilah maka banyak orang kudus, seperti misalnya Santo Fransiskus Assisi, Santo Ignatius dari Loyola dan orang-orang lain, bertobat secara mendalam. Sebagai akibat pertobatan semacam ini bukan hanya individu itu saja yang menemukan arti penyelamatan dari penderitaannya tetapi lebih-lebih ia menjadi orang yang sama sekali baru. Dia menemukan suatu dimensi baru, yang menyangkut seluruh hidup dan panggilannya. Penemuan ini merupakan suatu peneguhan khusus dari kebesaran rohaniah, yang di dalam diri manusia melebihi tubuh, dalam suatu cara yang sama sekali tak dapat dibandingkan. Bila tubuh tadi sakit berat, sama sekali tidak berdaya, dan orang tadi hampir tidak dapat hidup dan berbuat sesuatu, maka kematangan dan kebesaran rohaninya semakin menjadi lebih jelas, memberikan suatu pelajaran yang menyentuh kepada mereka yang sehat dan normal.
Tuhan, salib ini terlalu berat...
Tolong potong sedikit....
|
|
|
Tuhan, tolong potong sedikit lagi... aku akan dapat memikulnya lebih baik ....
|
Tuhan, terima kasih banyak ....
|
|
|
Mari kita gunakan salib sebagai jembatan untuk menyeberang....
|
|
Apapun salibmu, apapun deritamu, akan selalu ada matahari, sesudah hujan....
Mungkin engkau tersandung, bahkan mungkin terjatuh; akan tetapi Allah selalu siap menjawab panggilanmu…. Ia tahu setiap sakit hati, melihat setiap tetes airmata. Sepatah kata dari bibir-Nya, berkuasa menenangkan setiap ketakutan…. Duka masih meliputi hatimu sepanjang malam, namun sekonyong-konyong lenyap, kala terang fajar merekah…. Juruselamat menanti, di suatu tempat di atas, untuk melimpahkan rahmat-Nya dan mencurahkan kasih-Nya atasmu.
|
“Anak-anak-Ku, kalian yang mengikuti jejak-Ku, janganlah lepaskan salib kalian bahkan meski tampaknya amat berat. Lakukanlah itu untuk-Ku. Dengan memikul salibmu, engkau membantu-Ku memikul salib-Ku, dan di jalan-jalan yang sulit, engkau akan mendapati BundaKu dan jiwa-jiwa kudus yang akan memberimu dukungan dan penghiburan.”
~ YESUS, pesan kepada Catalina Rivas
|
|
KEAKRABAN ILAHI
oleh: P. Gabriel dari St. Maria Magdalena, O.C.D.
|
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan sebagian / seluruh artikel di atas dengan mencantumkan: “dikutip dari YESAYA: yesaya.indocell.net”
|