FIAT VOLUNTAS TUAM
“Terjadilah padaku, menurut kehendak-MU”
oleh: P. Gregorius Kaha, SVD
Seorang ibu bertanya kepada saya, “Romo, bagaimana saya bisa mengetahui bahwa apa yang saya putuskan ini, apa yang saya lakukan ini, sungguh sesuai dengan kehendak Tuhan?” Dia takut jangan sampai memutuskan yang keliru atau bertindak yang salah. Menurut saya ini bukan persoalan yang baru, memang banyak orang mengajukan pertanyaan kritis, bagaimana saya mengetahui bahwa ini kehendak dan rencana Tuhan bagi saya?
Belajar menangkap Kehendak Tuhan
Dalam Perjanjian Lama, kehadiran Tabut Perjanjian adalah sebuah kekuatan sekaligus sarana berkat bagi umat. Oleh karena itu Raja Daud ingin membangun sebuah rumah ibadat yang layak dan tempat yang pantas untuk meletakkan Tabut Perjanjian. Namun sayang, Tuhan justru menghendaki yang lain. Tuhan menghendaki agar Daud tidak mendirikan “sebuah rumah” bagi-Nya, tetapi Tuhan sendiri akan membuat Daud “menjadi sebuah rumah”, tempat keyakinan turun-temurun dimaklumkan. Pertanyaan kita, dari mana Daud mengetahui bahwa itu kehendak Allah?
Dalam Perjanjian Baru, kehadiran Yesus Kristus adalah anugerah besar bagi umat manusia. Oleh karena itu kehadiran-Nya dinanti-nantikan. Jemaat Perjanjian Baru mengharapkan bahwa Dia yang akan datang ini bukan hanya menyelamatkan manusia, tetapi membebaskan manusia dari belenggu penjajahan. Maka sarana untuk kehadiran “Pribadi Yang Sedemikian Penting” ini adalah hal dan keadaan yang luar biasa. Jadi orang banyak mengharapkan Yesus sebagai mesias politik, tetapi Tuhan sendiri menghendaki lain, yakni supaya “Yang Datang” ini mengambil rupa manusia lemah, hidup seperti kita dalam segala hal kecuali dalam hal dosa. Dan untuk tujuan mulia ini Bunda Maria, perempuan Nazaret yang sederhana dan bersahaja itu yang dipilih. Walau untuk itu dia harus bergumul dan berjuang memahami, sampai pada kata-kata tegas ini: “Aku ini Hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut kehendak-Mu.” Bagaimana Bunda Maria akhirnya sampai pada kesadaran bahwa ini kehendak atau rencana Tuhan?
Pengalaman rohani yang dialami Daud maupun Bunda Maria, hendak melukiskan kepada kita bahwa manusia boleh merencanakan tetapi kehendak Tuhan-lah yang akan terjadi. Supaya manusia bisa menemukan kehendak Tuhan, manusia perlu membangun relasi personal dengan Tuhan. Pengalaman rohani itulah yang kadang mempertajam mata batin kita, untuk melihat apa yang Tuhan ingin kita lakukan dalam hidup ini.
Berani berkata ”Ya” bagi Tuhan
Ketika Bunda Maria menjawab “terjadilah padaku menurut perkataan-Mu,” pada saat itulah terjadi suatu peristiwa luar biasa yang belum pernah terjadi dan tak akan pernah terulang kembali: Putra Allah menjadi manusia dan tinggal di tengah-tengah kita. Bunda Maria sungguh mengajari kita bagaimana kita “menerima Sabda dan menjaga-Nya”. Jawaban “Ya” yang lahir dari hati kita yang terbuka dan tulus justru akan mendatangkan pembaharuan / perubahan dalam hidup kita; manusia lama ditanggalkan dan kita mengenakan perlengkapan manusia baru, yakni manusia Kristus. Kita hidup sebagai orang beriman dan hidup kita dibimbing dan dituntun oleh kehendak Allah.
Di Minggu Adven terakhir ini, kita diajak merenungkan pernyataan iman dan kesetiaan Bunda Maria. Bunda Maria sungguh memberikan kepada kita jaminan bahwa barang siapa percaya kepada Allah, dia tidak akan dikecewakan. Atau dalam bahasa Santo Yohanes: “semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah.”
|