Media Bina Iman Katolik
YESAYA
(YESus SAyang saYA)
yesaya.indocell.net
Edisi Oktober 2024
YESAYA (YESus SAyang saYA)
ANNA DAN MARIA SIMON IBUNDA YUDAS
dikutip dari: Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku, Jilid 6
Yesus menjawab Anna dari Keriot, "... dan kau akan mengingat Aku, dan kau akan mengerti bahwa ada dukacita yang lebih dahsyat daripada dukacitamu..."
"Lebih dahsyat? Itu tidak mungkin!"
"Bagaimana dengan Bunda-Ku yang akan melihat Aku mati di salib?" Yesus telah berdiri. Dia tampak mengesankan.
"Dan bagaimana dengan dukacita ibu dari si pengkhianat Yesus Kristus Putra Allah? Pikirkan, perempuan, tentang ibu itu... Kau... Seluruh Keriot, negeri di sekitarnya dan lebih jauh dari itu sudah bersimpati terhadapmu dalam dukacitamu! Kau sudah membanggakannya seperti mahkota seorang martir. Tetapi ibu itu! Seperti Kain, tanpa menjadi Kain, malahan seperti Habel: korban dari putranya yang berkhianat, pembunuh Allah, seorang putra terkutuk yang sakrilegius, dia tidak akan sanggup menahan tatapan mata orang, karena setiap tatapan akan menjadi seperti batu rajam, dan dalam setiap kata, dalam setiap suara orang, dia akan seolah-olah mendengar kutukan, caci maki dan dia tidak akan pernah menemukan tempat perlindungan di Bumi sampai kematiannya, sampai Allah, Yang adil, membawa si martir bersama-Nya, dan membuatnya untuk melupakan bahwa dia adalah ibu dari si pembunuh Allah, dengan memberinya kepemilikan akan Allah... Bukankah dukacita ibu itu lebih dahsyat?
"Oh! dukacita yang sangat luar biasa!..."
"Kau mengerti... Jadilah baik, Anna. Akui bahwa Allah itu baik dalam apa yang Dia lakukan..."
"Tetapi putriku sudah mati! Yudas membuatnya mati, supaya mendapatkan mas kawin yang lebih besar... Ibunya menyetujuinya..."
"Tidak. Itu tidak benar. Aku dapat meyakinkanmu, dan Aku membaca hati. Yudas adalah rasul-Ku, tetapi Aku katakan kepadamu - dia berperilaku buruk dan akan dihukum untuk itu. Tetapi ibunya tidak bersalah. Dia mengasihimu, dan ingin dikasihi olehmu... Anna, kalian berdua adalah ibu yang tidak berbahagia. Tetapi kau bangga akan anakmu yang sudah mati, yang tak berdosa dan murni, yang dikenang dan dihormati oleh dunia... Maria Simon tidak dapat bangga akan putranya. Perilakunya dicela orang."
... Dalam perjalanan pulang ke rumah, sesudah perpisahan yang damai, Maria Simon bersyukur kepada Tuhan-nya dan bertanya, "Kapankah Engkau akan kembali untuk melakukan lebih banyak kebaikan?"
"Tidak pernah, perempuan. Aku sudah mengatakannya kepada penduduk. Tetapi, hati-Ku akan selalu bersamamu. Ingatlah, selalu ingat bahwa Aku sudah mengasihimu dan Aku selalu mengasihimu. Ingatlah bahwa Aku tahu bahwa kau baik, dan itulah sebabnya Allah mengasihimu. Selalu camkan itu dalam benakmu, juga di saat-saat yang paling mengerikan. Jangan pernah berpikir bahwa Allah menganggapmu bersalah. Di mata-Nya, jiwamu tampak dan akan selalu tampak berhiaskan permata-permata keutamaanmu dan mutiara-mutiara penderitaanmu. Maria Simon, ibunda Yudas, Aku ingin memberkatimu, Aku ingin memelukmu dan menciummu supaya ciuman keibuanmu yang tulus dan setia bisa mengompensasi-Ku untuk ciuman yang lainnya... dan ciuman-Ku dapat menebus semua dukacitamu. Kemarilah, ibunda Yudas. Dan terima kasih, terima kasih atas semua kasih dan hormat yang sudah kau berikan kepada-Ku," dan Dia memeluknya dan mencium keningnya, seperti yang Dia lakukan kepada Maria Alfeus.
"Tapi kita akan bertemu lagi! Aku akan datang saat Paskah..."
"Tidak. Jangan datang. Aku mohon kepadamu. Apakah kau ingin membuat-Ku bahagia? Jangan datang. Kaum perempuan saat Paskah mendatang... jangan!"
"Tapi kenapa?..."
"Karena... akan ada huru-hara yang mengerikan di Yerusalem pada Paskah mendatang. Itu bukan tempat untuk perempuan! Tidak... Maria, Aku akan memerintahkan sanakmu laki-laki untuk bergabung denganmu. Kalian harus tetap bersama. Kau membutuhkannya karena... Yudas mulai sekarang tidak akan dapat membantumu atau datang..."
"Aku akan melakukan seperti yang Engkau katakan... Jadi aku tidak akan pernah lagi melihat wajah-Mu yang mencerminkan damai Surga? Betapa damai yang telah Kau pancarkan dari mata-Mu ke dalam hatiku yang berduka!..." kata Maria seraya menangis.
"Janganlah menangis. Hidup ini singkat. Kelak kau akan melihat-Ku untuk selamanya dalam Kerajaan-Ku."
"Jadi Engkau pikir hamba-Mu yang hina ini akan memasukinya?..."
"Aku sudah melihat tempatmu di antara para martir dan penebus-serta. Janganlah takut, Maria. Tuhan akan menjadi kompensasi abadimu. Ayo kita pergi. Malam telah tiba dan sudah saatnya bagi-Ku untuk melanjutkan perjalanan-Ku kembali..."
Dan mereka kembali melalui jalan yang sama melewati ladang-ladang dan kebun-kebun buah-buahan, menuju rumah, di mana para rasul sedang menunggu.
Yesus mengucapkan selamat tinggal dengan tergesa-gesa, memberkati, dan berangkat di depan para rasul-Nya... Ketika Dia pergi, Maria menangis sementara berlutut...
Selengkapnya silakan baca "Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku" [Puisi Manusia-Allah]
oleh: Maria Valtorta
AUDIO: "Injil Sebagaimana Diwahyukan kepadaku" dalam bentuk audio difasilitasi oleh "Belajar Alkitab" di YouTube Channel.
Setahun sebelum wafat Padre Pio, seorang perempuan bernama Ny Elisa Lucchi menanyakan kepadanya apakah ia menganjurkannya membaca "Puisi Manusia-Allah" oleh Maria Valtorta. Padre Pio menjawab, "Aku tak hanya menganjurkannya, aku mendesakmu untuk membacanya!"
Pater Leo, yang menjadi imam pribadi Beata Teresa dari Calcutta selama tiga tahun, memperhatikan bahwa sang biarawati selalu membawa tiga buku bersamanya, ke manapun ia pergi. Yang satu adalah Kitab Suci dan yang lain adalah Brevir. Pater Leo menanyakan buku yang ketiga, dan itu adalah "Puisi Manusia-Allah" oleh Maria Valtorta. Ia menanyakan kepada Moeder Teresa buku tentang apa itu, dan sang beata mengatakan kepadanya "Bacalah." Sang imam bertanya lagi, dan ia menanggapi dengan jawaban yang sama, "Bacalah." Lebih lanjut, pada tahun 1996, Beata Teresa mengajukan satu permintaan pribadi kepada seniman Susan Conroy untuk menggambarkan lukisan Bunda Maria sebagaimana Ia tampak menurut penggambaran Maria Valtorta.
Penglihatan dan Dikte Yesus kepada Uskup Agung Don Ottavio Michelini, "Aku telah mendiktekan kepada Maria Valtorta, suatu jiwa yang berkurban, suatu karya yang mengagumkan. Mengenai karya ini, Aku-lah Pengarangnya."
Vicka Ivankovic-Mijatovic, Visionaris Medjugorje: "Bunda Maria mengatakan bahwa jika seorang ingin mengenal Yesus dia hendaknya membaca Puisi Manusia-Allah oleh Maria Valtorta. Buku itu adalah kebenaran." (Wawancara dengan Attorney Jan Connell dari Pittsburgh Center for Peace, 27 Januari 1988)
Yang Baru:
Kesaksian Mario Joseph : Al-Quran menghantar seorang imam Muslim menjadi seorang Kristen
Yang Tetap:
GEREJA KATOLIK (Hierarki, Magisterium, …)
SAKRAMEN EKARISTI (Perayaan Ekaristi, Komuni Kudus, Adorasi, Mukjizat, Kesaksian …)
MENGUNJUNGI GEREJA KATOLIK (Tempat Ibadat, Perangkat Liturgis,…)
DOA & DEVOSI (Macam2 Doa, Devosi, Meditasi, …)
BUNDA MARIA (Dogma, Devosi, Penampakan, …)
HIDUP MANUSIA (Keluarga, Feminisme, Seksualitas, Kontrasepsi, Aborsi, Eutanasia, Kematian, …)
KEHIDUPAN SESUDAH MATI (Api Penyucian, Surga, Neraka, …)
KATEKESE (berbagai topik)
Kontak Webmaster : yesaya@indocell.net
Website Media Bina Iman Katolik YESAYA
Sejak November 2000
Last updated : Oktober 2024
|
||||||||||||||||||||||||||