Bab LXIV
Para Perempuan Kudus di Makam Yesus


Para perempuan kudus sudah sangat dekat dengan pintu rumah Nikodemus saat Tuhan kita bangkit; tetapi mereka tidak melihat suatupun dari peristiwa-peristiwa ajaib yang terjadi di makam. Mereka tidak tahu bahwa prajurit-prajurit telah disiagakan sekeliling makam, sebab mereka tidak mengunjungi makam pada hari sebelumnya karena hari itu adalah hari Sabat. Para perempuan itu saling bertanya dengan cemas mengenai apa yang harus dilakukan dengan batu besar di pintu makam, siapakah yang paling tepat untuk memintanya agar digulingkan bagi mereka, sebab mereka semua begitu larut dalam duka hingga hal itu tak terpikirkan sebelumnya. Rencana mereka adalah membubuhkan minyak urapan yang berharga ke atas tubuh Yesus, dan lalu menaburkan ke atasnya bunga-bungaan yang langka dan harum baunya; dengan demikian menyampaikan segala penghormatan yang mungkin kepada Guru Ilahi kita yang terbaring dalam makam-Nya. Salome, yang membeli lebih banyak daripada yang lain, adalah seorang perempuan kaya yang tinggal di Yerusalem, merupakan kerabat St Yosef, tetapi bukan ibunda Yohanes. Para perempuan kudus sampai pada keputusan untuk meletakkan rempah-rempah di atas batu yang menutup pintu makam dan menanti hingga seseorang datang untuk menggulingkannya.

Para prajurit masih terkapar di tanah, goncangan dahsyat yang bahkan membuat seluruh tubuh mereka gemetar menunjukkan dengan jelas betapa hebat rasa ngeri mereka; batu besar terlempar ke satu sisi, hingga pintu dapat dibuka dengan mudah. Aku dapat melihat kain lenan yang membungkus tubuh Yesus tercecer dalam makam, dan kain kafan besar tergeletak di tempat yang sama seperti saat mereka meninggalkannya, tetapi terlipat menjadi dua begitu rupa hingga seketika orang akan tahu bahwa kain itu tidak lagi membungkus apapun selain rempah-rempah yang telah dibubuhkan sekujur tubuh kudus, tali-tali pengikat tergeletak di luar makam. Kain lenan yang dipergunakan Bunda Maria untuk menyelubungi kepala kudus Putranya masih ada di sana.

Aku melihat para perempuan kudus masuk ke dalam taman; tetapi ketika melihat cahaya yang berasal dari lentera-lentera para prajurit, dan melihat sosok-sosok prajurit yang bergelimpangan di atas tanah sekeliling makam, sebagian besar dari mereka merasa takut dan berbalik menuju Golgota. Tetapi, Maria Magdalena lebih berani, dengan diikuti Salome, ia masuk ke dalam taman, sementara para perempuan yang lain tinggal dengan was-was di luar.

Magdalena takut, dan sekejap tampak ngeri ketika langkah kaki membawanya semakin mendekati para prajurit. Ia mundur beberapa langkah dan menggabungkan diri dengan Salome, tetapi keduanya segera tersadar kembali dan bersama melangkah melewati para prajurit yang bergelimpangan, masuk ke dalam gua di mana makam terletak. Segera mereka melihat bahwa batu besar telah digulingkan, tetapi pintu-pintu masih tertutup, mungkin Cassius yang melakukan semua ini. Magdalena cepat membuka pintu dan dengan tak sabar melongok ke dalam makam; ia amat terkejut mendapati kain-kain yang mereka pergunakan untuk membungkus Tuhan kita tergeletak di satu sisi, dan tempat di mana mereka membaringkan tubuh kudus tampak kosong. Seberkas cahaya surgawi memenuhi gua, dan seorang malaikat duduk di sisi kanan. Magdalena nyaris gila karena kecewa dan frustasi. Aku tidak tahu apakah ia mendengar kata-kata yang disampaikan malaikat kepadanya, tetapi serta-merta ia meninggalkan taman dan lari ke kota guna memberitahukan apa yang telah terjadi kepada para rasul yang berkumpul di sana. Aku tidak tahu apakah malaikat berbicara kepada Maria Salome, sebab ia tidak masuk ke dalam makam; tetapi aku melihatnya meninggalkan taman segera sesudah Magdalena, guna memberitahukan segala yang telah terjadi kepada para perempuan kudus lainnya, yang ketakutan sekaligus bersukacita atas kabar tersebut, tetapi mereka tak dapat memutuskan apakah mereka akan masuk ke dalam taman atau tidak.

Sementara itu, Cassius tetap tinggal dekat makam dengan harapan melihat Yesus, sebab ia pikir pastilah Yesus menampakkan diri kepada para perempuan kudus; tetapi, karena tak melihat apa-apa, ia mengayunkan langkahnya menuju istana Pilatus guna menceritakan segala yang telah terjadi kepadanya; namun demikian ia berhenti, pertama di tempat di mana para perempuan kudus berkumpul untuk memberitahukan kepada mereka apa yang telah ia lihat dan menyarankan mereka untuk segera masuk ke dalam taman. Mereka mengikuti sarannya dan langsung berangkat ke sana. Begitu tiba di pintu makam, mereka melihat dua malaikat mengenakan jubah imam berwarna putih yang berkilau-kilauan. Para perempuan sangat ketakutan; mereka menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan merebahkan diri nyaris mencium tanah; tetapi, seorang dari malaikat menyapa mereka, meminta mereka untuk jangan takut, dan memberitahu mereka untuk tidak mencari Tuhan mereka yang tersalib di sana, sebab Ia hidup, Ia telah bangkit, dan tidak lagi tinggal dalam makam. Pada saat yang sama, ia menunjukkan kepada mereka makam yang telah kosong, dan meminta mereka untuk pergi serta menyampaikan kepada para murid segala sesuatu yang telah mereka lihat dan dengar. Ia juga mengatakan kepada mereka bahwa Yesus akan pergi mendahului mereka ke Galilea, pula mengingatkan mereka akan kata-kata yang telah disampaikan Juruselamat kita kepada mereka dalam suatu kesempatan: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia dan mereka akan membunuh Dia dan pada hari ketiga Ia akan dibangkitkan” Lalu, kedua malaikat itu lenyap, meninggalkan para wanita yang diliputi sukacita, walau tentu saja mereka sangat gemetar; mereka menangis, melihat makam yang telah kosong dan kain-kain lenan yang berserakan, lalu segera berangkat kembali ke kota. Tetapi, karena masih sangat terpengaruh dengan banyak peristiwa menakjubkan yang telah terjadi, mereka berjalan dengan amat lamban, kerapkali berhenti dan menengok ke belakang, dengan harapan melihat Tuhan kita, atau setidak-tidaknya Magdalena.

Sementara itu, Magdalena tiba di Senakel. Ia begitu tegang hingga tampak bagaikan seorang yang tidak waras, dengan tergesa ia mengetuk pintu. Sebagian dari para murid masih terlelap, dan mereka yang telah bangun sedang bercakap-cakap. Petrus dan Yohanes membuka pintu, tetapi Magdalena hanya berteriak tanpa masuk ke dalam rumah, “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan,” lalu ia pun segera berlari kembali ke taman. Petrus dan Yohanes masuk ke dalam rumah, dan setelah mengucapkan beberapa patah kata kepada para murid yang lain, mereka mengikutinya secepat mungkin, tetapi Yohanes berlari jauh lebih cepat daripada Petrus. Lalu, aku melihat Magdalena masuk kembali ke dalam taman dan langsung bergegas menuju makam; ia tampak amat gemetar, sebagian karena dukacita, sebagian lagi karena berlari begitu kencang. Gaunnya basah oleh embun, kerudungnya tergantung di satu sisi, sementara rambutnya yang indah dan tebal, yang dulu sangat ia banggakan, jatuh tergerai kusut di atas bahunya bagaikan mantol. Karena seorang diri saja, ia takut masuk ke dalam gua, jadi ia berhenti sebentar di luar dan berlutut agar dapat melihat ke dalam makam dengan lebih baik. Ia sedang berusaha menyibakkan rambutnya yang panjang, yang terjuntai ke wajahnya hingga menghalangi pandangan, ketika ia melihat kedua malaikat yang sedang duduk di atas makam; aku mendengar salah seorang dari mereka menyapanya demikian, “Perempuan, mengapa engkau menangis?” Magdalena menjawab, dengan suara yang tercekik oleh airmata (sebab ia teramat sedih mendapati bahwa tubuh Yesus sungguh tak ada lagi di sana), “Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan.” Magdalena tak berkata-kata lagi, melainkan, melihat kain kafan yang kosong, ia keluar dari makam dan mulai mencari-cari di segala tempat. Ia merasakan suatu firasat rahasia bahwa bukan hanya ia akan menemukan Yesus, tetapi bahwa Ia bahkan sangat dekat dengannya; kehadiran kedua malaikat nyaris tak diindahkannya; bahkan tampaknya ia tidak menyadari bahwa mereka itu adalah malaikat, segenap jiwa raganya tertuju pada satu pikiran ini, “Yesus tidak di sana! Di manakah Yesus?” Aku melihatnya berkeliaran kian kemari bagaikan seorang gila, dengan rambutnya yang tergerai terayun-ayun dipermainkan angin; rambutnya itu tampak sangat menjengkelkannya; lagi, ia berusaha menyibakkannya dari wajahnya dan setelah membaginya menjadi dua bagian, melemparkannya ke belakang bahu.

Lalu ia mengangkat wajahnya, mengamati sekeliling, dan melihat suatu sosok yang tinggi, berjubah putih, berdiri pada jarak kira-kira sepuluh langkah dari makam di sebelah timur taman, di mana jalanan sedikit menanjak ke arah kota; sosok itu setengah tersembunyi dari pandangannya, terhalang oleh sebatang pohon palma, tetapi, ia agak terkejut juga ketika sosok itu menyapanya dengan kata-kata ini, “Perempuan, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?” Magdalena menyangka bahwa Orang itu adalah tukang kebun; sesungguhnya, sebuah sekop ada dalam tangan-Nya dan sebuah topi lebar (yang tampaknya terbuat dari kulit kayu) di atas kepala-Nya. Jubah-Nya serupa dengan yang dikenakan tukang kebun yang digambarkan Yesus dalam suatu perumpamaan yang diceritakan-Nya kepada para perempuan kudus di Betania sesaat sebelum Sengsara-Nya. Tubuh-Nya tidak bercahaya, penampilan-Nya secara keseluruhan lebih menyerupai seorang yang berjubah putih, yang dilihat dalam keremangan cahaya. Saat Ia mengatakan, “Siapakah yang engkau cari?” Magdalena menatap-Nya dan menjawab cepat, “Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya.” Lalu, ia memandang sekeliling dengan harap-harap cemas. Yesus berkata kepadanya, “Maria.” Seketika itu juga ia mengenali suara yang dikasihinya, ia berpaling segera seraya berseru, “Rabuni! (Guru)!” Ia bersembah sujud di hadapan-Nya dan mengulurkan tangan hendak menjamah kaki-Nya; tetapi Yesus mengisyaratkan padanya untuk diam, dan berkata, “Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu” Lalu, Yesus pun lenyap.

Alasan Yesus mengatakan, “Janganlah engkau memegang Aku,” sesudahnya dijelaskan kepadaku, tetapi aku hanya memiliki ingatan samar saja akan penjelasan tersebut. Aku pikir Yesus mengucapkan kata-kata ini karena kesembronoan perasaan Magdalena, yang pada tingkat tertentu membuatnya terlupa akan misteri mulia yang telah digenapi, dan merasa seolah apa yang ia lihat saat itu adalah makhluk yang masih fana, dan bukannya tubuh yang telah dimuliakan. Mengenai kata-kata Yesus, “Aku belum pergi kepada Bapa,” dikatakan kepadaku bahwa maknanya adalah bahwa sejak Kebangkitan-Nya, Yesus belum menghadap BapaNya untuk mengucap syukur atas kemenangan-Nya atas maut, dan untuk karya penebusan yang telah Ia genapi. Yesus berharap Magdalena dapat mengerti dari kata-kata ini bahwa buah-buah pertama sukacita adalah milik Allah, dan bahwa ia harus merenungkan serta mengucap syukur kepada-Nya atas digenapinya misteri mulia penebusan, dan atas kemenangan yang telah diperoleh-Nya atas maut; dan jika Magdalena diperkenankan mencium kaki-Nya seperti yang biasa ia lakukan sebelum Sengsara-Nya, maka pikirannya akan terpaku pada Guru Ilahi-nya, dan dalam luapan kasihnya, ia akan sama sekali melupakan peristiwa-peristiwa mengagumkan yang membangkitkan rasa takjub dan sukacita hebat di Surga. Aku melihat Magdalena segera bangkit berdiri begitu Tuhan kita lenyap dari pandangan; ia berlari dan melihat kembali dalam makam, seolah ia yakin bahwa dirinya pastilah sedang bermimpi. Ia melihat kedua malaikat masih duduk di sana, dan mereka berbicara kepadanya mengenai kebangkitan Tuhan kita dengan kata-kata yang sama seperti yang mereka sampaikan kepada para perempuan lainnya. Magdalena juga melihat kain kafan yang kosong, dan lalu, merasa yakin bahwa ia tidak sedang berkhayal, tetapi bahwa penampakan Tuhan kita sungguh nyata, ia melangkah tergesa kembali ke Golgota untuk mencari para sahabatnya, yang sedang berjalan hilir-mudik, menanti kedatangannya kembali dengan tak sabar, merasakan dalam batin mereka semacam suatu pengharapan samar bahwa mereka akan melihat atau mendengar sesuatu tentang Yesus.

Keseluruhan peristiwa di atas memakan waktu dua atau tiga menit lebih. Kira-kira pukul setengah empat dini hari ketika Tuhan menampakkan diri kepada Magdalena, dan Yohanes serta Petrus masuk ke dalam taman tepat saat Magdalena lari meninggalkannya. Yohanes, yang tiba lebih dulu dari Petrus, berhenti di pintu masuk gua dan melongok ke dalam. Ia melihat kain-kain lenan tergeletak di satu sisi; ia menunggu hingga Petrus datang, lalu bersama-sama mereka masuk ke dalam makam dan melihat kain kafan yang kosong seperti telah disampaikan kepada mereka. Yohanes seketika itu juga percaya akan Kebangkitan Yesus, dan mereka berdua memahami dengan jelas kata-kata yang disampaikan Yesus kepada mereka sebelum Sengsara-Nya, pula akan berbagai ayat dalam Kitab Suci yang berhubungan dengan peristiwa itu, yang hingga sebelum saat itu tidak terpahami oleh mereka. Petrus meletakkan kain-kain lenan di bawah jubahnya, dan mereka bergegas kembali ke kota melewati pintu masuk kecil milik Nikodemus.

Keadaan makam suci ketika kedua rasul itu masuk sama seperti ketika Magdalena pertama kali melihatnya. Kedua malaikat bersembah sujud, satu di bagian kepala dan yang lain di bagian kaki, dalam sikap yang persis sama seperti ketika tubuh-Nya yang menawan terbaring di sana. Aku pikir Petrus tidak menyadari kehadiran para malaikat ini. Sesudahnya, aku mendengar Yohanes mengatakan kepada para murid di Emaus bahwa ketika ia melongok ke dalam makam, ia melihat seorang malaikat. Mungkin Yohanes terkejut dengan penglihatan ini, oleh sebab itu ia mundur dan membiarkan Petrus masuk terlebih dahulu ke dalam makam; tetapi sangat mungkin juga bahwa alasan Yohanes tidak menyebutkan mengenai hal ini dalam Injil-nya adalah karena kerendahan hatinya membuatnya enggan mengungkapkan kenyataan bahwa ia lebih dikasihi daripada Petrus.   

Saat itu, para prajurit mulai siuman kembali; mereka bangkit berdiri, memungut tombak-tombak mereka, dan menurunkan lentera-lentera yang ada di pintu, darimana mereka memperoleh sedikit sinar samar untuk melihat sekeliling. Lalu, aku melihat mereka berjalan tergesa keluar taman karena takut dan gentar, menuju ke kota.

Sementara itu Magdalena telah bergabung kembali dengan para perempuan kudus dan menceritakan kepada mereka bahwa ia melihat Tuhan dalam taman, dan juga segala perkataan para malaikat sesudahnya; segera pula para perempuan menceritakan apa yang telah mereka sendiri lihat. Magdalena bergegas menuju Yerusalem, sementara para perempuan kembali ke bagian taman di mana mereka berharap dapat bertemu dengan kedua rasul. Sebelum mereka tiba di sana, Yesus menampakkan diri kepada mereka. Ia mengenakan jubah putih panjang, yang bahkan menutupi kedua tangan-Nya, dan menyapa mereka, “Salam bagimu.” Mereka terkejut sekaligus takjub, lalu bersembah sujud di kaki-Nya; Yesus menyampaikan beberapa patah kata, mengulurkan tangan-Nya seolah menunjukkan sesuatu kepada mereka, lalu menghilang. Para perempuan kudus segera menuju Senakel, dan menyampaikan kepada para murid yang berkumpul di sana bahwa mereka telah melihat Tuhan; para murid menganggap kabar itu tidak masuk akal, dan tidak mau percaya baik akan kabar yang disampaikan oleh mereka maupun oleh Magdalena. Mereka menganggap cerita-cerita itu merupakan akibat dari daya imajinasi mereka yang berlebihan; tetapi ketika Petrus dan Yohanes masuk ke dalam ruangan dan menceritakan apa yang juga telah mereka lihat, para murid itu tidak tahu harus berkata apa, dan mereka semuanya merasa takjub.

Beberapa saat kemudian, Petrus dan Yohanes meninggalkan Senakel; segala peristiwa mengagumkan yang telah terjadi membuat mereka luar biasa diam dan berpikir dalam-dalam; tak lama berselang mereka berjumpa dengan Yakobus Muda dan Tadeus, yang bermaksud mengikuti mereka ke makam. Baik Yakobus maupun Tadeus disambut baik, Tuhan telah menampakkan diri beberapa saat sebelum mereka bertemu Petrus dan Yohanes. Aku juga melihat Yesus lewat dekat Petrus dan Yohanes. Aku pikir Petrus mengenali-Nya, sebab ia tiba-tiba terkejut, tetapi, aku pikir Yohanes tidak melihat-Nya.

sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dukacita Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama