Bab LXV
Cerita yang Disampaikan Para Prajurit Penjaga
Cassius bergegas menuju istana Pilatus kurang lebih satu jam setelah Kebangkitan, guna melaporkan peristiwa-peristiwa menakjubkan yang telah terjadi. Pilatus masih terlelap, tetapi Cassius diperkenankan masuk ke dalam kamar tidurnya. Cassius menceritakan segala sesuatu yang telah terjadi dan mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata yang paling meyakinkan. Ia menggambarkan bagaimana bukit karang terbelah, bagaimana seorang malaikat turun dari Surga dan menggulingkan batu makam; ia juga bercerita tentang kain kafan yang kosong, dan menambahkan bahwa sungguh Yesus adalah Mesias, Putra Allah, dan bahwa Ia telah bangkit. Pilatus mendengarkan ceritanya; ia gemetar dan menggigil ketakutan, namun berusaha sebaik mungkin menyembunyikan rasa gentarnya, dan menjawab Cassius dengan kata-kata ini, “Engkau terlalu percaya takhyul; sungguh bodoh masuk ke dalam makam Orang Galilea itu; pastilah dewa-dewanya memanfaatkan kelemahanmu dan memperlihatkan segala penglihatan yang tak masuk akal itu guna menakut-nakutimu. Aku sarankan kau tutup mulut dan tidak menceritakan dongeng-dongeng tolol macam ini kepada para imam, atau kau akan menerima akibat yang paling buruk dari mereka.” Pilatus berpura-pura yakin bahwa tubuh Yesus dicuri oleh para murid-Nya, dan bahwa para prajurit, yang telah mereka suap, dan yang tertidur dalam tugas, atau mungkin dipengaruhi kuasa sihir, telah mereka-reka cerita ini agar mereka terbebas dari kesalahan. Ketika Pilatus telah menyampaikan segala hal yang dapat ia katakan mengenai perkara ini, Cassius pergi meninggalkannya, sementara sang gubernur pergi mempersembahkan kurban kepada dewa-dewa berhalanya.
Keempat prajurit yang diperintahkan menjaga makam tiba tak lama sesudahnya di istana Pilatus; mereka mulai melaporkan kepadanya segala hal yang telah ia dengar dari Cassius; tapi ia tak hendak mendengar lagi tentangnya dan segera mengutus mereka kepada Kayafas. Para prajurit penjaga yang lain berkumpul di suatu balai yang luas dekat Bait Allah di mana para tua-tua Yahudi berkumpul. Setelah berunding, para tua-tua mengumpulkan para prajurit ke satu sisi, dan dengan suap serta ancaman berusaha membujuk mereka untuk mengatakan bahwa mereka tertidur, dan bahwa ketika mereka terlelap, para murid-Nya datang dan mencuri tubuh Tuhan kita. Namun demikian, para prajurit berkeberatan, sebab laporan yang disampaikan rekan-rekan mereka kepada Pilatus pasti akan bertentangan dengan cerita apapun yang dapat mereka reka sekarang, tetapi kaum Farisi berjanji untuk mengatur segala sesuatunya dengan gubernur. Sementara mereka masih berselisih pendapat, keempat prajurit kembali dari menghadap Pilatus; kaum Farisi berusaha membujuk mereka untuk menyembunyikan kebenaran, namun mereka menolak dan mengatakan dengan tegas bahwa mereka tidak akan mengubah barang sedikit pun pernyataan mereka. Berita mengenai Yusuf dari Arimatea dibebaskan secara ajaib dari penjara telah tersiar luas; ketika kaum Farisi menuduh para prajurit membiarkan para rasul membawa pergi tubuh Yesus, dan mengancam para penjaga itu dengan hukuman yang paling berat jika mereka tidak mendapatkan kembali tubuh Yesus, para prajurit menjawab bahwa mustahil bagi mereka mendapatkan kembali tubuh Yesus, sama seperti halnya para prajurit yang mengawal Yusuf dari Arimatea mustahil diminta untuk membawanya kembali ke dalam penjara. Para prajurit itu berbicara dengan amat tegas dan gagah berani; segala janji maupun ancaman kaum Farisi sama sekali tak ada gunanya. Mereka menyatakan bahwa mereka akan mengatakan kebenaran dan tak ada yang lain selain kebenaran, bahwa hukuman mati yang dijatuhkan atas diri Yesus adalah sekaligus tidak adil dan biadab, dan bahwa kejahatan yang adalah menjatuhkan hukuman mati atas-Nya merupakan satu-satunya penyebab cemarnya kekhidmadan Paskah. Kaum Farisi sungguh amat murka; mereka memerintahkan agar keempat prajurit ini ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, sementara yang lainnya, yang telah menerima tawaran suap mereka, lalu menegaskan bahwa tubuh Yesus telah dicuri oleh para murid-Nya saat mereka tertidur. Kaum Farisi, kaum Saduki, dan kaum Herodian dengan segala daya-upaya mereka berusaha menyebarluaskan dusta ini, tidak hanya di sinagoga, melainkan juga di kalangan rakyat; mereka menyertai pernyataan dusta ini dengan dusta-dusta fitnah yang keji mengenai Yesus.
Namun demikian, segala upaya ini hanya sedikit saja membuahkan hasil, sebab, setelah wafat Yesus, banyak orang yang telah lama mati bangkit dari kubur-kubur mereka dan menampakkan diri kepada keturunan mereka yang tidak berkeras hati menolak rahmat, dan mendesak mereka untuk segera bertobat. Orang-orang mati ini juga dilihat oleh banyak dari antara para murid, yang karena dicekam ketakutan dan tergoncang imannya, melarikan diri. Jiwa-jiwa ini mendorong serta mendesak para murid untuk kembali, dan iman mereka yang tergoncang pun dipulihkan. Kebangkitan orang-orang mati ini sedikitpun tidak sama dengan Kebangkitan Yesus. Tuhan kita bangkit dengan tubuh yang telah dimuliakan, yang tak lagi dapat rusak ataupun mati, dan Ia naik ke surga dengan tubuh mulia ini di hadapan segenap murid-Nya; tetapi tubuh orang-orang mati yang kita bicarakan di atas adalah mayat-mayat yang tak bergerak, dan jiwa-jiwa yang dulu pernah tinggal di dalamnya hanya diijinkan untuk masuk dan menggerakkannya sesaat saja, dan setelah menunaikan misi yang dipercayakan kepada mereka, jiwa-jiwa meninggalkan tubuh itu, yang segera kembali ke keadaan mereka yang semula dalam perut bumi di mana mereka akan tetap tinggal hingga kebangkitan pada hari penghakiman. Pula, kebangkitan orang-orang mati ini tak dapat dibandingkan dengan kebangkitan Lazarus dari mati, sebab Lazarus sungguh kembali untuk mengalami suatu hidup yang baru, dan mati untuk kedua kalinya.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
|