LAMPIRAN
Gambaran Obyektif Mengenai Longinus
Pada tanggal 15 Maret 1821, Sr Emmerick menyampaikan gambaran obyektif berikut sebagai bagian dari suatu penglihatan yang ia alami malam sebelumnya mengenai St Longinus, yang pestanya dirayakan tepat pada hari itu, walau ia tidak mengetahuinya.
“Longinus, yang aku pikir, punya nama lain, memegang suatu jabatan setengah sipil dan setengah militer dalam rumah tangga Pilatus, yang mempercayakan kepadanya tugas mengawasi segala sesuatu yang terjadi dan melaporkan kepadanya. Longinus seorang yang dapat dipercaya dan siap sedia melaksanakan tugas; namun demikian, sebelum pertobatannya, ia seorang yang bimbang dan lemah karakternya. Ia sangat tidak sabaran dalam segala yang ia kerjakan dan berambisi dianggap sebagai seorang penting; karena ia juling dan matanya lemah, kerap kali ia diejek dan dijadikan bahan olok-olok rekan-rekannya. Kerap kali aku melihatnya sepanjang malam ini, dan sehubungan dengan dia, pada saat yang sama aku juga melihat segala kisah Sengsara; aku tidak tahu bagaimana, aku hanya ingat bahwa hal itu ada hubungannya dengan dia.
Longinus hanyalah seorang pegawai bawahan dan wajib melaporkan kepada Pilatus segala sesuatu yang ia ketahui. Pada malam Yesus digiring ke hadapan pengadilan Kayafas, ia berada di halaman luar di antara para prajurit, tak henti-hentinya hilir-mudik kian kemari. Ketika Petrus gelisah atas kata-kata hamba perempuan yang berdiri dekat perapian, dialah yang mengatakan, “Bukankah engkau juga seorang murid-Nya?”
Pada waktu Yesus digiring ke Kalvari, Longinus, atas perintah Pilatus, mengawasi-Nya dari dekat, dan Tuhan Ilahi kita memberinya tatapan mata yang menyentuh hatinya. Selanjutnya, aku melihat dia di Golgota bersama dengan para prajurit. Ia menunggang kuda dan sebilah tombak ada di tangannya; aku melihatnya di istana Pilatus setelah wafat Tuhan kita, mengatakan bahwa kaki Yesus tidak perlu dipatahkan. Lalu, seketika itu juga ia kembali ke Kalvari. Tombak Longinus terbuat dari beberapa potongan yang saling dipasangkan satu dengan yang lainnya, sehingga dengan menghunusnya, tombak dapat dipanjangkan hingga tiga kali dari panjang semula. Ia baru saja melakukannya ketika tiba-tiba ia memutuskan untuk menikam lambung Juruselamat kita. Ia dipertobatkan di atas Bukit Kalvari, dan tak lama sesudahnya, ia menyatakan keyakinannya kepada Pilatus bahwa Yesus adalah Putra Allah. Nikodemus berhasil membujuk Pilatus untuk memberikan tombak Longinus kepadanya; aku melihat banyak hal sehubungan dengan sejarah tombak ini sesudahnya. Longinus, setelah pertobatannya, meninggalkan ketentaraan dan menggabungkan diri dengan para murid. Ia dan dua prajurit lain yang dipertobatkan di kaki Salib, termasuk di antara mereka yang pertama dibaptis sesudah Pentakosta.
Aku melihat Longinus dan kedua temannya itu mengenakan jubah putih panjang, kembali ke tanah asal mereka. Di sana mereka tinggal di desa, di daerah yang tandus dan berawa-rawa. Di tempat ini empatpuluh orang wafat sebagai martir. Longinus bukan seorang imam, melainkan seorang diakon; ia berkeliling ke sana kemari dalam kapasitasnya sebagai diakon untuk mewartakan nama Kristus dan menyampaikan, sebagai seorang saksi mata, kisah Sengsara dan Kebangkitan Kristus. Ia mempertobatkan sejumlah besar orang dan menyembuhkan banyak dari antara mereka yang sakit dengan mengijinkan mereka menyentuh potongan tombak suci yang ia bawa bersamanya. Orang-orang Yahudi amat geram terhadapnya, maupun terhadap kedua temannya, sebab mereka mewartakan kebenaran Kebangkitan Yesus ke seluruh negeri, pula kekejian dan dusta para musuh-Nya. Atas hasutan orang Yahudi, beberapa prajurit Romawi diutus ke negeri Longinus untuk menangkap serta mengadilinya dengan tuduhan meninggalkan ketentaraan tanpa ijin, dan menjadi seorang pengacau ketenangan rakyat. Longinus sedang bekerja di ladangnya ketika para prajurit datang; ia mengundang mereka ke rumahnya dan menyambut mereka dengan ramah-tamah. Para prajurit tidak mengenalinya, tetapi ketika mereka mengenalinya sebagai orang yang mereka cari, dengan diam-diam Longinus memanggil kedua sahabatnya yang tinggal di semacam pertapaan tak jauh dari sana; kepada para prajurit ia mengatakan bahwa mereka bertiga adalah orang yang mereka cari. Hal yang sama terjadi pada seorang tukang kebun yang kudus, Phocas. Para prajurit sungguh sedih, sebab mereka telah menjalin persahabatan dengannya. Aku melihat Longinus dan kedua sahabatnya digiring ke suatu kota kecil dekat sana, di mana mereka diinterogasi. Mereka tidak dijebloskan ke dalam penjara, melainkan diijinkan pergi ke mana mereka suka, sebagai tahanan dalam kata, dan hanya diperintahkan mengenakan tanda pengenal di bahu mereka. Di kemudian hari, mereka bertiga dipenggal kepalanya di atas sebuah bukit yang terletak antara kota kecil itu dan rumah Longinus, di sanalah mereka dimakamkan. Para prajurit menancapkan kepala Longinus pada ujung sebilah tombak dan membawanya ke Yerusalem sebagai bukti bahwa mereka telah menunaikan tugas mereka. Aku pikir aku ingat bahwa peristiwa ini terjadi selang beberapa tahun saja sesudah wafat Tuhan kita.
Sesudahnya, aku mendapat penglihatan akan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa sesudahnya. Seorang perempuan buta dari desa St Longinus pergi bersama puteranya dalam suatu ziarah ke Yerusalem, dengan harapan matanya dapat dicelikkan di kota suci di mana kedua mata Longinus disembuhkan. Ia dituntun oleh puteranya, tetapi sungguh malang, puteranya itu mati, meninggalkannya seorang diri dalam keadaan putus asa. Kemudian, St Longinus menampakkan diri kepadanya dan mengatakan bahwa ia akan dapat melihat apabila ia telah menarik kepala orang kudus tersebut dari suatu sumur, ke dalam mana orang-orang Yahudi telah membuangnya. Sumur itu dalam, pinggirnya bertembok, segala limbah dan sampah kota tercurah ke dalamnya dari beberapa saluran pembuangan air. Aku melihat beberapa orang membimbing perempuan malang ini ke sumur, ia turun ke dalamnya hingga sebatas leher dan menarik kepala Longinus dari dalamnya, segera kemudian matanya pun dicelikkan. Perempuan itu kembali ke daerah asalnya, para sahabat menyimpan kepala Longinus. Hanya itu yang dapat aku ingat mengenainya.”
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
|