Bab 1
St Maria Dipertunangkan dengan St Yosef

Rumah Leluhur St Yosef

Yosef adalah yang ketiga dari enam bersaudara laki-laki. Orangtuanya tinggal di sebuah rumah besar yang megah di luar Betlehem. Di sanalah tempat kelahiran Daud, tetapi di masa Yosef, hanya tembok-tembok utamanya saja yang masih tersisa. Ayahnya bernama Yakub. Di depan rumah terdapat sebuah lapangan atau taman yang luas. Di taman itu terdapat sebuah pondok batu yang dibangun di atas sebuah mata air, yang airnya memancar dari aliran-aliran air yang masing-masing melambangkan kepala binatang. Taman itu dibentengi oleh tembok dan dikelilingi oleh jalanan yang terlindung oleh pepohonan dan perdu.

Lantai bawah dari tempat tinggal tersebut mempunyai sebuah pintu, tetapi tanpa jendela. Di lantai atas terdapat lubang-lubang bundar, yang di atasnya, sekeliling seluruh bubungan rumah, terdapat sebuah serambi yang luas dengan empat paviliun kecil dengan kubah-kubah di atasnya. Dari kubah-kubah ini orang dapat melayangkan pandangan hingga jauh ke wilayah sekitarnya. Istana Daud di Yerusalem juga memiliki menara-menara dan kubah-kubah serupa. Dari salah satu menara itulah Daud melihat Batsyeba. Di atas bagian tengah dari atap yang datar, berdiri sebuah bangunan lain yang lebih kecil, juga dimahkotai dengan sebuah menara dan kubah.

Yosef dan saudara-saudaranya menempati bangunan kecil itu bersama seorang Yahudi tua, pendidik mereka. Sang guru menempati kamar tertinggi dalam bangunan itu, sementara keenam bersaudara tidur dalam satu kamar; tempat tidur mereka dipisahkan satu dengan yang lainnya dengan tikar-tikar, yang pada siang hari digulung ke dinding. Aku melihat mereka bermain di sana, masing-masing di tempatnya sendiri yang terpisah. Mereka memiliki mainan-mainan yang berbentuk seperti binatang-binatang, seperti anjing kecil. Guru mereka memberikan berbagai macam instruksi yang aneh, yang tak dapat aku pahami. Ia meletakkan potongan-potongan kayu di atas tanah dalam berbagai bentuk dan menyuruh anak-anak berdiri di sana. Sang Guru menginjakkan kaki ke dalam bentuk-bentuk lain yang telah mereka bentuk dengan menyusun kembali potongan-potongan kayu. Mereka juga menata potongan-potongan itu dalam berbagai posisi, seolah untuk mengukur. Aku juga melihat ayah dan ibu anak-anak. Mereka tampaknya tidak terlalu merepotkan diri dengan anak-anak, hanya sedikit saja mereka memberikan perhatian kepada anak-anak mereka. Kedua orangtua itu, dalam pandanganku, bukanlah orangtua yang baik, bukan pula orangtua yang buruk.

Yosef mungkin delapan tahun usianya. Ia amat berbeda dari saudara-saudaranya; seorang anak yang amat berbakat, cepat belajar; namun demikian seorang yang sederhana, lemah lembut, saleh dan tidak ambisius. Anak-anak yang lain biasa mempermainkannya dengan berbagai macam tipu daya dan memperlakukannya dengan kasar sesuka hati. Mereka memiliki taman-taman kecil yang dikelilingi tembok, yang di pintu masuknya berdiri pilar-pilar dengan gambar-gambar seperti bayi yang dibedung. Aku sering melihat gambar-gambar serupa pada tirai-tirai ruang doa; seperti milik St Anna dan Santa Perawan, misalnya. Bedanya hanyalah gambar milik Maria kedua tangannya memegang sebuah piala yang di atasnya muncul sesuatu. Di rumah orangtua Yosef, gambar-gambar ini seperti bayi yang dibedung dengan wajah bulat yang dikelilingi berkas-berkas cahaya. Ada banyak gambar-gambar serupa di Yerusalem, teristimewa di masa-masa silam, dan juga di antara dekorasi-dekorasi Bait Allah. Aku melihatnya juga di Mesir; dan di antara berhala-berhala yang dicuri Rahel dari ayahnya, bentuknya mirip meski lebih kecil. Banyak di kalangan Yahudi memiliki boneka-boneka yang dibedung seperti itu yang dibaringkan dalam peti-peti dan keranjang-keranjang kecil. Boneka-boneka itu dimaksudkan untuk melambangkan kanak-kanak Musa dalam peti kecilnya, dan kain bedung melambangkan daya ikat Hukum. Ketika memandang boneka-boneka ini, aku biasa berpikir: Bangsa Yahudi menghormati gambar kanak-kanak Musa, sedangkan pada kita ada gambar Kanak-Kanak Yesus.

Di taman-taman kecil milik anak-anak, tumbuh semak-semak, perdu, dan tanam-tanaman. Aku melihat saudara-saudaranya seringkali secara licik menginjak-injak dan merobohkan tanam-tanaman di taman kecil milik Yosef. Mereka selalu memperlakukannya dengan kasar, tetapi Yosef menanggung semuanya dengan sabar. Terkadang, apabila ia sedang berlutut dalam doa di barisan pilar yang ada sekeliling halaman, dengan wajahnya menghadap ke dinding, saudara-saudaranya akan mendorongnya hingga roboh. Suatu kali aku melihat salah seorang dari mereka, ketika Yosef sedang berdoa demikian, menendang punggungnya; tetapi Yosef tampaknya tidak mengacuhkannya. Saudaranya itu mengulangi kembali tendangan-tendangannya, hingga akhirnya Yosef jatuh tersungkur di atas tanah. Saat itulah aku melihat bagaimana Yosef begitu tenggelam dalam Allah. Yosef tidak membalas; ia hanya berbalik pergi diam-diam dan mencari tempat lain yang tersembunyi.

Di luar dan menempel pada tembok taman, terdapat pondok-pondok yang kecil dan rendah. Di dalamnya tinggallah dua tua-tua, perempuan-perempuan berkerudung, seperti biasa terdapat dekat sekolah-sekolah. Mereka adalah para pelayan. Aku melihat mereka membawa air masuk ke dalam rumah. Tata ruang rumah serupa dengan rumah milik St Yoakim dan St Anna; tempat-tempat tidur tergulung dan sekat-sekat dari anyaman di depannya. Aku sering melihat saudara-saudara Yosef berbicara dengan gadis-gadis pelayan dan membantu mereka dalam pekerjaan mereka; tetapi Yosef tak pernah berbicara dengan mereka, ia senantiasa amat pendiam. Aku pikir ada juga anak-anak perempuan dalam keluarga.

Orangtuanya merasa kurang puas dengan Yosef. Mengingat bakat-bakatnya, tentunya mereka berharap ia menempatkan diri dalam suatu posisi duniawi. Tetapi Yosef terlalu acuh tak acuh dengan perkara duniawi untuk mengejar cita-cita yang demikian; ia sama sekali tak berkeinginan memiliki karir yang gemilang. Yosef kurang lebih berusia duabelas tahun ketika aku sering melihatnya di luar Betlehem, di seberang gua palungan, berdoa bersama beberapa perempuan tua Yahudi yang sangat saleh. Mereka memiliki sebuah tempat doa yang tersembunyi di suatu gua. Aku tidak tahu apakah para perempuan ini adalah sanak saudara Yosef atau bukan; aku lebih cenderung berpikir bahwa mereka ini ada hubungannya dengan St Anna. Yosef kerap kali datang kepada mereka dalam masa-masa kesulitan dan ikut ambil bagian dalam ibadat mereka. Terkadang ia tinggal di sekitar sana bersama seorang tukang kayu yang cakap, kepada siapa ia menawarkan bantuan. Si tukang kayu mengajarkan keahliannya kepadanya; Yosef mendapati ilmu ukurnya berguna di sini. Sikap bermusuhan dari saudara-saudaranya akhirnya telah melampaui batas hingga, ketika usianya sekitar delapanbelas tahun, Yosef melarikan diri dari rumah ayahnya di waktu malam. Seorang sahabat, yang tinggal di luar kota Betlehem, membawakan pakaian-pakaiannya saat ia melarikan diri. Aku melihat Yosef di Libona mengerjakan pertukangan kayu. Ia bekerja demi menunjang hidupnya di sebuah keluarga yang sangat miskin. Kepala rumah menghidupi keluarganya dengan membuat sekat anyaman kasar sehingga Yosef tahu bagaimana cara menjalinnya. Yosef dengan rendah hati membantu keluarga tersebut sejauh ia mampu. Aku melihatnya mengumpulkan kayu dan membawanya ke rumah. Sementara itu, orangtuanya yakin bahwa Yosef telah diculik; tetapi saudara-saudaranya berhasil menemukannya, dan lalu ia kembali dianiaya. Namun demikian, Yosef tak hendak meninggalkan keluarga miskin ini pun tak hendak pergi dari tempat tinggal sederhana yang membuat keluarganya malu. Sesudahnya, aku melihat Yosef di lain tempat (Thanach). Di sana ia melakukan pekerjaan yang lebih baik bagi sebuah keluarga berada. Walau kecil, tempat itu memiliki sebuah sinagoga. Yosef hidup dengan amat saleh dan bersahaja; ia dikasihi dan dihormati semua orang. Kemudian ia bekerja untuk seorang di Tiberias, di mana ia tinggal seorang diri dekat perairan.

Orangtua Yosef telah lama meninggal dunia, dan saudara-saudaranya berpencaran; hanya dua dari antara mereka yang masih tinggal di Betlehem. Rumah orangtua mereka telah beralih ke tangan-tangan lain, dan seluruh keluarga dengan cepat mengalami kemerosotan. Yosef sungguh teramat saleh; ia banyak berdoa demi kedatangan sang Mesias. Aku memperhatikan juga betapa ia menjaga jarak dengan perempuan. Tak lama sebelum dipanggil ke Yerusalem untuk dipertunangkan dengan Maria, ia memikirkan gagasan untuk membangun sebuah tempat doa yang lebih tersembunyi di tempat tinggalnya. Tetapi, seorang malaikat menampakkan diri kepadanya dalam doa, dan menyuruhnya untuk tidak berbuat demikian; bahwa, seperti di masa lampau, Bapa Bangsa Yosef oleh penentuan Allah menjadi pengurus lumbung-lumbung Mesir, demikian pula sekarang kepada Yosef akan dinikahkan lumbung Penebusan. Dalam kerendahan hatinya, Yosef tidak dapat memahami makna pesan ini, maka ia semakin masuk ke dalam doa. Akhirnya, ia dipangil ke Yerusalem untuk dipertunangkan dengan Santa Perawan.

Ada tujuh perawan lainnya yang bersama Maria akan dibebaskan dari Bait Allah dan dinikahkan. Karena alasan ini, St Anna pergi ke Yerusalem guna menemani Maria, yang sangat berduka karena harus meninggalkan Bait Allah. Tetapi, diberitahukan kepadanya bahwa ia harus menikah. Aku melihat salah seorang dari imam-imam tua yang dihormati; imam ini tak lagi dapat berjalan; ia dibawa ke dalam tempat Yang Mahakudus dari Yang Terkudus. Dupa persembahan dinyalakan. Imam berdoa dengan duduk di hadapan sebuah gulungan kitab, dan dalam penglihatan tangannya dibimbing ke suatu ayat dari nubuat Nabi Yesaya (Yes 11:1) di mana tertulis, “suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbunga.” Kemudian aku melihat segenap laki-laki yang belum menikah dari seluruh negeri, yang termasuk keturunan Raja Daud, dipanggil ke Bait Allah. Banyak dari antara mereka datang dalam busana pesta, dan Maria dibimbing ke hadapan mereka. Aku melihat dari antara mereka, seorang pemuda yang teramat saleh dari wilayah Betlehem, yang senantiasa berdoa dengan tekun agar diperkenankan melayani kedatangan Mesias. Sungguh besar kerinduannya untuk menikahi Maria. Tetapi Maria menangis; ia berharap tidak diharuskan menikah. Lalu, Imam Besar memberikan kepada masing-masing peminang satu ranting yang harus dipegang di tangan sepanjang persembahan doa dan kurban. Sesudah itu, semua ranting ditempatkan di ruang Yang Mahakudus dari Yang Terkudus dengan pengertian bahwa ia, yang rantingnya berbunga, akan menjadi suami Maria. Ketika pemuda yang begitu berharap dapat menikahi Maria, mendapati bahwa rantingnya dan ranting segenap pemuda lainnya tidak berbunga, ia undur diri ke suatu ruangan di luar Bait Allah dan, dengan tangannya dikedangkan kepada Allah, ia menangis pilu. Para peminang yang lain meningalkan Bait Allah, sementara pemuda itu bergegas ke Gunung Karmel di mana para pertapa tinggal sejak dari masa Nabi Elia. Ia tinggal di gunung, dan di sana melewatkan hari-harinya dalam doa demi kedatangan Mesias.

Aku melihat para imam, setelah meneliti berbagai gulungan tulisan dengan seksama dalam usaha mereka mencari keturunan Raja Daud yang lain, mendapati bahwa seorang tidak datang menghadap bersama para peminang lainnya untuk mendapatkan Maria. Dari sana mereka mendapati bahwa dari antara keenam bersaudara dari Betlehem, seorang dari antaranya tak diketahui keberadaannya dan diabaikan. Maka mereka mencarinya dan menemukan tempat di mana Yosef mengasingkan diri, enam mil dari Yerusalem, dekat Samaria, di suatu tempat dekat sebuah sungai kecil. Di sanalah Yosef tinggal seorang diri dalam sebuah rumah sederhana dekat sungai, bekerja sebagai seorang tukang kayu bagi seorang tuan yang lain. Yosef diperintahkan untuk pergi ke Bait Allah. Segera ia berangkat, berdandan sebaiknya. Sebuah ranting diberikan kepadanya. Sementara ia hendak meletakkannya di atas altar, dari puncak ranting muncul sekuntum bunga putih bersih serupa bunga bakung. Pada saat yang sama, aku melihat suatu cahaya seperti Roh Kudus menaungi Yosef. Ia kemudian dihantar kepada Maria, yang sedang berada di kamarnya, dan Maria menerimanya sebagai calon mempelainya.

Pertunangan, aku pikir, dilangsungkan pada tanggal 23 Januari penanggalan kita; dirayakan di Yerusalem, di Gunung Sion, dalam sebuah rumah yang biasa dipergunakan untuk perayaan-perayaan yang demikian. Ketujuh perawan yang harus meninggalkan Bait Allah bersama Maria, telah pergi. Karenanya, mereka dipanggil kembali guna menemani Maria dalam perjalanan pestanya ke Nazaret di mana St Anna telah mempersiapkan sebuah rumah kecil untuknya. Pesta perkawinan berlangsung tujuh atau delapan hari. Para perempuan dan para perawan, sahabat-sahabat Maria di Bait Allah, hadir dalam pesta, juga banyak sanak saudara dari Yoakim dan Anna, pula dua anak perempuan dari Gophna. Banyak anak domba disembelih dan dipersembahkan sebagai kurban.


Aku mendapat suatu penglihatan yang jelas akan Maria dalam gaun pengantinnya. Ia mengenakan baju dalam tanpa lengan dari wol berwarna; pita-pita putih dari wol dililitkan pada kedua lengannya. Pada dada hingga setinggi leher, dikenakan sebuah kerah putih berhiaskan batu-batu permata, mutiara, dll. Lalu dikenakan semacam jubah yang terbuka di bagian depannya, lebar seperti sebuah mantol dari atas hingga ke bawah, dengan lengan-lengan longgar yang tergantung bebas. Jubah ini berwarna biru, bersulam bunga-bunga mawar besar berwarna merah, putih dan kuning, dan dengan daun-daun hijau, serupa jubah liturgi kuno yang dikenakan dalam Misa. Jubah diikatkan sekeliling leher pada kerah putih, dan pinggiran bawahnya dihiasi rumbai dan jumbai-jumbai. Di atas jubah dikenakan semacam skapulir dari sutera putih dan emas yang berbunga-bunga, dipasang di dada dengan mutiara-mutiara dan batu-batu yang kemilau. Bagian depan skapulir tergantung di bagian depan jubah yang terbuka, dan panjangnya hingga panjang jubah; lebarnya sekitar satu setengah ela dan pinggirnya dihiasi jumbai-jumbai dan bola-bola. Bagian belakang skapulir tergantung dipunggung; sementara potongan-potongan yang lebih pendek dan lebih sempit, jatuh di atas bahu dan lengan. Bagian-bagian ini, dengan tali-tali emas atau rantai-rantai halus, ditarik dari muka ke belakang dan diikat di bawah ketiak, dengan demikian bagian atas yang lebar dari korset dikencangkan, juga penutup dada yang dikenakan di depan tubuh bagian atas. Dengan penataan ini, jubah yang berbunga-bunga digembungkan di antara tali-talinya. Lengan yang lebar diikat erat di tengah antara lengan atas dan lengan bawah dengan gesper-gesper, sehingga bagian sekitar pundak, siku dan pergelangan tampak menggembung.

Di atas kostum ini dikenakan sebuah mantol panjang berwarna biru langit. Mantol diikatkan di leher dengan sebuah perhiasan, dan di atasnya terdapat sebuah kerut-kerut putih yang tampaknya terbuat dari bulu atau simpul-simpul sutera. Mantol ini jatuh dari bahu ke belakang, membentuk suatu lipatan besar di sisi-isinya, dan tergantung di belakang membentuk ekor baju yang runcing. Mantol berhiaskan sulaman sekeliling pinggirnya dengan bunga-bunga emas.

Rambut Maria ditata dengan keahlian begitu rupa sehingga sulit digambarkan. Rambut dibelah di atas kepala dan dibagi-bagi menjadi banyak kepang yang saling dijalin dengan mutiara-mutiara dan sutera putih, membentuk sebuah net lebar yang jatuh di bahu dan terus ke punggung hingga ke pertengahan mantol; tampak bagaikan sebuah jaring. Ujung-ujung rambut digulung ke dalam, dan keseluruhan jaring dihiasi dengan pinggiran dan mutiara-mutiara.

Di atas kepalanya dikenakan, pertama sebuah lingkaran kepala dari sutera atau wol putih, bagian atasnya ditutup dengan tiga pita dari lingkaran kepala yang diikat menjadi satu di pangkalnya. Di atasnya dikenakan sebuah mahkota kira-kira selebar tangan, bertahtakan intan permata warna-warni. Tiga batu permata muncul dari mahkota dan saling bertemu di tengah-tengah, di mana di atasnya terdapat sebuah bola.

Di tangan kirinya Maria membawa sebuah karangan bunga kecil dari bunga-bunga mawar merah dan putih yang terbuat dari sutera, dan di tangan kanannya sebuah kandelar berbentuk tongkat yang indah bersepuh emas. Kandelar ini tidak mempunyai kaki, tetapi dihias bagaikan sebuah tongkat lambang kekuasaan dengan hiasan-hiasan bulat di atas dan di bawah tempat di mana kandelar harus dipegang dengan tangan. Batang kandelar mulai menggembung di bagian tengah dan berakhir di sebuah piringan kecil yang diatasnya menyala sebuah api putih.

Di kedua kakinya, Maria mengenakan sepasang sandal yang berat, sekitar dua jari tebalnya; di bawah sandal, di bagian depan dan belakang, terdapat penyangga serupa hak sepatu. Sandalnya berwarna hijau, dan memberi kesan seolah kaki berdiri di atas rerumputan. Dua tali pengikat, putih dan emas, melintasi kaki dan menahan kaki pada tempatnya.

Para perawan dari Bait Allah menata jaring rambut Maria yang dijalin dengan begitu ahli. Aku melihat mereka begitu sibuk mengerjakannya. Ada banyak orang yang sibuk dengan itu dan pekerjaan dilakukan lebih cekatan daripada yang dapat dibayangkan orang.

Anna membawa segala macam pakaian yang indah-indah, tetapi Maria begitu sederhana hingga hanya dengan rasa enggan ia membiarkan dirinya didandani demikian.

Setelah upacara perkawinan, rambutnya yang terkepang dilingkarkan sekeliling kepalanya, sebuah kerudung putih susu yang panjangnya hingga ke siku dikenakan di atas kepalanya, dan sebuah mahkota diletakkan di atasnya.

Santa Perawan berambut merah kecoklatan, alis berwarna gelap yang melengkung indah, kening yang sangat tinggi, mata lebar yang memandang ke bawah dengan bulu mata yang lentik berwarna gelap, hidung mancung, lembut dan agak panjang, bibir yang menawan yang menampilkan ekspresi yang paling agung, dan dagu yang lancip. Tingginya rata-rata, dan ia bergerak dengan sangat lemah gemulai dan anggun, terlihat amat malu-malu dalam busananya yang gemerlap. Setelah pesta perkawinan, Maria mengenakan baju yang lain. Bajunya bergaris-garis dan tidak segemerlap yang digambarkan di atas. Ada secarik potongannya di antara relikui-relikui yang aku miliki. Gaun bergaris ini ia kenakan di Kana dan dalam perayaan-perayaan lainnya. Maria mengenakan gaun pengantinnya sekali lagi di Bait Allah.

Mereka yang kaya-raya di kalangan Yahudi mengganti busana mereka tiga hingga empat kali sepanjang suatu pesta perkawinan. Maria dalam busananya yang semarak berpenampilan agak lebih menyerupai perempuan dengan busana gemerlap dari masa yang jauh sesudahnya, busana Ratu Helena, misalnya, dan bahkan Cunegundis. Busana para perempuan Yahudi pada umumnya membalut mereka rapat-rapat, memberikan kesan seolah mereka dibungkus; tetapi busana pengantin Maria amat berbeda, lebih mirip gaya Romawi.

Yosef mengenakan sebuah jas panjang yang lebar berwarna biru, yang dari dada ke bawah dikancingkan dengan simpul-simpul dan kancing-kancing. Lengan-lengan yang lebar, yang berenda pada sisi-sisinya, ujungnya digulung pada pergelangan tangan membentuk sebuah lipatan yang lebar, bagian dalamnya seolah berfungsi sebagai saku-saku. Sekeliling lehernya terdapat serupa kerah berwarna coklat, yang di atasnya dipasang semacam stola, dan di atas dada tergantung dua pita putih.

Setelah pernikahan, Yosef pergi ke Betlehem untuk suatu urusan pekerjaan, sementara Maria bersama duabelas atau limabelas perempuan dan gadis pergi ke rumah Anna dekat Nazaret. Mereka melakukan perjalanan dengan berjalan kaki. Ketika Yosef kembali, aku melihat di rumah Anna diselenggarakan pesta, di mana, di samping seisi rumah terdapat juga sekitar enam tamu dan beberapa anak-anak yang hadir. Cawan-cawan ditata di atas meja. Santa Perawan mengenakan sebuah mantol bersulamkan bunga-bunga merah, putih dan biru. Wajahnya diselubungi dengan sebuah kerudung transparan, dan di atas kepalanya dikenakan sehelai kerudung hitam.

Kemudian aku melihat Yosef dan Maria dalam rumah di Nazaret. Yosef memiliki sebuah apartemen terpisah di bagian depan rumah, sebuah kamar tidur dengan tiga sudut di samping dapur. Baik Maria mapun Yosef keduanya malu-malu dan saling menjaga jarak satu sama lain. Mereka amat pendiam dan tenggelam dalam doa.

Sekali waktu aku melihat Anna bersiap untuk pergi ke Nazaret. Di tangannya ia membawa sebuah buntalan berisi beberapa barang untuk Maria. Untuk tiba di Nazaret, yang terhampar di depan sebuah bukit, Anna harus melewati sebuah dataran dan melintasi sebuah hutan kecil. Maria banyak menangis ketika Anna pergi; ia menyertai ibunya hingga sebagian perjalanan. Yosef sendirian di apartemennya di bagian depan rumah.

Maria dan Yosef, tepatnya, tidak mempunyai tugas rutin rumah tangga; mereka menerima dari Anna segala yang mereka butuhkan. Aku melihat Maria memintal dan menjahit juga, tetapi dengan setik jahitan yang lebar. Baju yang dikenakan pada masa itu tak banyak memiliki keliman dan keseluruhannya merupakan satu potong. Aku melihatnya menyulam juga, dan dengan tongkat-tongkat kecil putih merajut atau bekerja. Pekerjaan memasak yang dilakukannya sangat sederhana dan, sementara itu dilakukan, roti dipanggang di atas abu. Mereka mempergunakan susu kambing, dan daging yang pada umumnya disantap adalah daging burung dara.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Inkarnasi Mahakudus            Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama