Bab 3
Kabar Sukacita


Pada hari Gereja merayakan pesta ini, aku mendapat suatu penglihatan mengenai Kabar Sukacita kepada Maria.

Aku melihat Santa Perawan di rumah Nazaret tak lama setelah pernikahannya. Yosef tidak ada di sana. Saat itu, ia sedang bepergian dengan dua binatang beban dalam perjalanan menuju Tiberias untuk mengambil perkakasnya. Tetapi Anna ada di rumah bersama seorang pelayan perempuan dan dua dari para perawan yang bersama-sama dengan Maria di Bait Allah. Semua yang ada dalam rumah baru saja ditata oleh Anna. Menjelang sore, mereka semua berdoa dengan berdiri sekeliling suatu meja bundar, di mana sesudahnya mereka makan sayur-sayuran yang dihidangkan. Anna tampak sangat sibuk dengan urusan rumah tangga, sebentar ia bergerak ke sana dan ke sini, sementara Santa Perawan menaiki tangga menuju kamarnya. Di sana, Maria mengenakan sehelai pakaian wol panjang berwarna putih, seperti biasa dikenakan apabila orang berdoa, ikat pinggang sekeliling pinggangnya, dan kerudung putih kekuningan di atas kepalanya. Pelayan perempuan masuk, menyalakan lentera, dan undur diri. Maria menarik keluar sebuah meja kecil yang rendah, yang berdiri terlipat dekat dinding, dan menempatkannya di tengah kamar. Meja itu memiliki daun meja setengah lingkaran yang dapat diberdirikan pada suatu penyangga yang dapat dipindah-pindahkan sehingga apabila siap dipergunakan, meja kecil itu berdiri di atas ketiga kakinya. Di atas meja, Maria membentangkan sebuah taplak merah, dan kemudian sebuah taplak putih transparan, yang tergantung pada sisi yang berlawanan dengan daun meja. Taplak itu berhias pada pinggirnya dan bersulam di tengahnya. Sebuah taplak putih dibentangkan pada sisi yang bundar. Ketika meja kecil telah siap, Maria menempatkan sebuah bantalan kecil bundar di depannya dan, dengan kedua tanggannya bertumpu di atas daun meja, dengan lembut ia menjatuhkan diri di atas kedua lututnya, punggungnya menghadap pembaringan, dan pintu kamar ada di sebelah kanannya. Permadani terhampar di atas lantai kamar. Maria membiarkan kerudung menutupi wajahnya, melipat kedua tangannya, bukan menjalin jari-jemarinya, di atas dadanya. Aku melihatnya berdoa sangat lama dengan kekhusukan mendalam. Ia berdoa demi Penebusan, demi Raja yang dijanjikan, dan agar permohonannya akan kedatangan-Nya didengarkan. Ia berlutut lama, seolah dalam ekstasi, wajahnya terangkat ke surga; lalu ia menundukkan kepalanya di atas dadanya dan meneruskan doanya dalam keadaan demikian. Sekarang, ia menoleh ke kanan dan melihat seorang muda yang bercahaya dengan rambut pirang yang melambai. Itulah Malaikat Agung St Gabriel. Kedua kakinya tidak menyentuh tanah. Dalam suatu garis miring dan dengan dikelilingi cahaya kemilau dan kemuliaan, ia datang melayang turun kepada Maria. Lentera menjadi redup, oleh sebab seluruh ruangan dipenuhi cahaya kemuliaan.

Malaikat Agung, dengan kedua tangannya terangkat lembut di atas dadanya, berbicara kepada Maria. Aku melihat kata-katanya bagaikan huruf-huruf dari cahaya gemerlap meluncur dari bibirnya. Maria menjawab, tetapi tanpa mendongakkan kepalanya. Kemudian malaikat berbicara lagi dan Maria, seolah patuh pada perintahnya, mengangkat sedikit kerudungnya, menatapnya dan berkata, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Allah; jadilah padaku menurut perkataanmu itu!” Aku melihat Maria sekarang dalam ekstasi yang terlebih dalam. Langit-langit kamar lenyap, dan di atas rumah muncul suatu awan bercahaya dengan suatu jalan cahaya dari sana mengarah naik ke langit yang terbuka. Jauh di atas, dalam sumber dari cahaya ini, tampak padaku suatu penglihatan akan Tritunggal Mahakudus. Bagaikan suatu segitiga kemuliaan, dan aku pikir, aku melihat di sana, Bapa, Putra dan Roh Kudus.

Sementara Maria mengucapkan kata-kata, “Jadilah padaku menurut perkataanmu itu!” aku melihat suatu penampakan Roh Kudus. Wajah-Nya manusia, dan keseluruhan penampakan dilingkupi oleh semarak kemuliaan yang kemilau, seolah dikelilingi oleh sayap-sayap. Dari dada dan kedua tangan, aku melihat, terpancar tiga berkas cahaya. Ketiganya menembusi lambung kanan Santa Perawan dan bergabung menjadi satu di bawah hatinya. Tepat saat itu Maria menjadi sepenuhnya transparan dan bercahaya. Seolah tak ada yang tak tertembusi cahaya, bagaikan kegelapan sirna dihalau limpahan cahaya.

Ketika malaikat, dan bersamanya aliran-aliran cahaya kemuliaan lenyap, aku melihat dari pangkal jalan cahaya yang menuju ke surga, tercurah kuntum-kuntum mawar setengah mekar dan daun-daun hijau kecil bertaburan ke atas Maria. Santa Perawan, yang sepenuhnya tenggelam dalam dirinya, melihat dalam dirinya sendiri Putra Allah yang ber-Inkarnasi, suatu bentuk manusia yang teramat mungil dari cahaya dengan segala anggota tubuhnya, bahkan jari-jarinya yang begitu kecil telah sempurna. Waktu itu kira-kira tengah malam ketika aku melihat misteri ini.

Beberapa waktu berlalu, dan kemudian Anna dan para perempuan lainnya masuk ke dalam kamar Maria, tetapi ketika mereka melihatnya dalam ekstasi, dengan segera mereka undur diri. Santa Perawan kemudian bangkit berdiri, melangkah menuju altar kecil di dinding, menurunkan gambar seorang bayi yang dibedung, yang tergulung di atas altar, dan berdoa dengan berdiri di bawah lentera di depannya. Hanya ketika hari telah menjelang pagi Maria membaringkan diri. Pada waktu peristiwa ini terjadi, Maria berusia empatbelas tahun lebih sedikit.

Pemahaman intuitif akan apa yang telah terjadi disampaikan Maria kepada Anna. Maria tahu bahwa ia telah mengandung sang Penebus, ya, batinnya terbuka lebar di hadapannya, dan dengan demikian ia telah mengerti bahwa kerajaan Putranya akan merupakan kerajaan adikodrati, dan bahwa keturunan Yakub, Gereja, akan merupakan persatuan kembali umat manusia yang telah dipulihkan. Maria mengerti bahwa sang Penebus akan menjadi Raja atas Umat-Nya, bahwa Ia akan memurnikan mereka dan mendatangkan kemenangan bagi mereka; tetapi bahwa demi menebus mereka, Ia harus menderita sengsara dan wafat.

Dijelaskan kepadaku juga mengapa Penebus harus tinggal sembilan bulan lamanya dalam rahim BundaNya, mengapa Ia harus dilahirkan sebagai seorang bayi kecil dan bukannya seorang manusia sempurna seperti Adam, dan mengapa pula Ia tidak mengenakan semarak Adam di Firdaus. Putra Allah yang ber-Inkarnasi menghendaki dikandung dan dilahirkan agar perkandungan dan kelahiran, yang dipandang sebagai sesuatu yang amat cemar dengan jatuhnya manusia ke dalam dosa, dapat dikuduskan kembali. Maria adalah BundaNya, dan Ia tidak datang sebelum itu oleh sebab Maria adalah yang pertama dan satu-satunya perempuan yang dikandung tanpa dosa. Yesus, ketika dijatuhi hukuman mati, berusia tigapuluh tiga tahun, empat bulan dan dua minggu.

Sementara itu, aku merenungkan semuanya: Di sini, di Nazaret, halnya berbeda dari di Yerusalem. Di sana, kaum perempuan tidak berani menginjakkan kaki di Bait Allah, tetapi di sini, di Gereja Nazaret ini, seorang perawan itu sendirilah Bait Allah dan Yang Mahakudus bersemayam di dalamnya.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Inkarnasi Mahakudus          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama