Bab 27
![]() Keluarga Kudus Kembali dari Mesir
![]() Aku melihat keberangkatan Keluarga Kudus dari Mesir. Herodes telah lama meninggal, tetapi bahaya masih mengancam karenanya mereka tidak dapat kembali. Aku melihat St Yosef yang senantiasa sibuk bekerja, suatu sore tampak amat bersusah hati. Orang-orang kepada siapa ia bekerja selama ini tidak memberinya apa-apa, sehingga ia harus pulang dengan tangan kosong sementara ada begitu banyak kebutuhan. Ia berlutut di udara terbuka dan berdoa. Ia begitu berduka; keberadaannya di antara orang-orang itu sudah tak tertahankan lagi. Mereka mempraktekkan pemujaan berhala yang keji, bahkan mengurbankan anak-anak yang cacat. Orangtua yang mengurbankan seorang anak yang normal dan sehat dianggap sebagai teramat saleh. Di samping itu, masih ada upacara-upacara aib yang mereka lakukan secara sembunyi-sembunyi. Bahkan orang-orang Yahudi di kota-kota Yahudi telah menjadi obyek kengerian bagi Yosef.
Ketika dalam kegalauan hatinya ia berdoa kepada Allah memohon pertolongan, aku melihat seorang malaikat menampakkan diri kepadanya. Malaikat menyuruhnya bangkit, dan keesokan paginya berangkat dari Mesir melalui jalan umum. Malaikat juga mengatakan agar jangan takut, sebab ia akan menyertainya. Aku melihat Yosef bergegas menyampaikan kabar ini kepada Santa Perawan dan Yesus, dan semuanya segera sibuk mengemasi barang-barang yang perlu dibawa dan dimuat ke atas keledai beban.
Keesokan paginya, rencana mereka untuk pergi telah diketahui orang banyak. Para tetangga yang bersedih hati berduyun-duyun datang dengan membawa aneka macam hadiah dalam wadah-wadah kecil dari kulit kayu. Beberapa ibu membawa serta anak-anak mereka. Di antaranya ada seorang perempuan terhormat dengan seorang anak laki-laki kecil beberapa tahun umurnya. Perempuan itu menyebut anaknya sebagai putera Maria, sebab telah lama ia putus pengharapan beroleh seorang putera, dan anak ini diperolehnya sebagai jawab atas doa Maria. Ia memberikan kepada Kanak-kanak Yesus koin-koin berbentuk segitiga berwarna kuning, putih dan coklat. Yesus memandang koin-koin itu dan lalu menatap BundaNya. Putera dari perempuan ini di kemudian hari dimasukkan Yesus ke dalam bilangan para murid-Nya; namanya Deodatus. Nama ibunya adalah Mira.
Orang-orang daerah ini, di mana lebih banyak orang-orang kafir daripada orang-orang Yahudi, dari lubuk hatinya yang terdalam bersedih atas kepergian Keluarga Kudus, meski beberapa orang merasa senang. Mereka yang bergirang hati ini menganggap Keluarga Kudus sebagai tukang tenung yang mendapatkan segala yang mereka inginkan melalui Lucifer, pangeran iblis. Orang-orang Yahudi tak dapat lagi dianggap sebagai kaum Yahudi, sebab mereka begitu dalam tenggelam dalam pemujaan berhala.
Keluarga Kudus segera berangkat dengan diantar oleh segenap sahabat dan teman. Mereka mengambil arah antara On dan kota Yahudi, menjauh dari On agak sedikit ke selatan menuju Kebun Balsem. Mereka bermaksud beristirahat sejenak di sana dan mengisi kembali persediaan air mereka. Kebun telah tumbuh subur. Pohon-pohon balsem sudah setinggi pohon anggur yang besar dan empat baris pohon-pohonnya mengelilingi kebun balsem yang mempunyai sebuah pintu masuk. Ada pohon-pohon ara dan berbagai jenis pohon buah-buahan, sebagian serupa kurma. Mata air mengaliri seluruh taman. Sahabat dan teman yang mengantar mengucapkan selamat tinggal di sini, sementara Keluarga Kudus tetap tinggal di kebun ini beberapa jam lamanya. Yosef telah membuat beberapa bejana-bejana kecil dari kulit kayu yang dilapisi ter, amat halus dan indah. Dari ranting-ranting balsem yang kemerah-merahan, Yosef mencabik daun-daun serupa daun semanggi dan menggantungkan bejana-bejana di bawahnya untuk menampung tetes-tetes balsem sebagai bekal perjalanan. Apabila mereka berhenti untuk beristirahat, Yosef biasa membuat bejana-bejana dari kulit kayu untuk keperluan sehari-hari. Santa Perawan mencuci dan mengeringkan beberapa barang di sini. Sesudah melepas lelah dan menyegarkan diri, mereka melanjutkan perjalanan lewat jalan umum.
Aku mendapat banyak penglihatan mengenai perjalanan mereka, yang mereka lalui dengan aman tanpa bahaya. Maria seringkali merasa perih hatinya sebab berjalan di atas pasir panas begitu menyakitkan bagi Kanak-kanak Yesus. Yosef telah membuatkan untuk-Nya sepasang sepatu dari kulit kayu setinggi atas mata kaki, di mana sepatu ditalikan erat-erat; meski demikian, aku melihat para pengelana kudus kerap kali berhenti sementara Maria mengguncangkan sepatu Kanak-kanak Yesus untuk mengeluarkan pasir dari dalamnya. Santa Perawan sendiri hanya mengenakan sandal. Yesus mengenakan jubah kecil-Nya berwarna coklat; mereka seringkali harus mendudukkan-Nya di atas punggung keledai. Sebagai pelindung terhadap sinar terik matahari, ketiganya mengenakan topi yang amat lebar terbuat dari kulit kayu, yang diikatkan dengan seutas tali di bawah dagu.
Aku melihat mereka melewati banyak kota, tetapi sekarang aku hanya mengingat nama Rameses. Akhirnya, aku melihat mereka di Gaza, di mana mereka tinggal selama tiga bulan. Ada banyak orang kafir di kota itu. Yosef tak hendak kembali ke Nazaret, melainkan pergi ke Betlehem; meski demikian ia masih bimbang, sebab ia mendengar Archelaus sekarang berkuasa di Yudea, dan ia juga amat bengis. Seorang malaikat menampakkan diri dan mengakhiri kebimbangannya dengan mengatakan bahwa hendaknya ia kembali ke Nazaret. Anna masih hidup. Anna dan beberapa kerabatnya adalah segelintir orang yang tahu di mana Keluarga Kudus berada sepanjang tahun-tahun itu.
Aku menatap Kanak-kanak Yesus, yang sekarang berumur tujuh tahun, sementara Ia berjalan di antara Maria dan Yosef dalam perjalanan pulang dari Mesir ke Yudea. Aku tidak melihat keledai bersama mereka, melainkan mereka membawa sendiri buntalan-buntalan mereka. Yosef sekitar tigapuluh tahun lebih tua umurnya dari Maria. Aku melihat mereka di suatu jalan di padang gurun, sekitar dua jam perjalanan jauhnya dari gua Yohanes. Sementara Ia berjalan, Kanak-kanak Yesus menatap ke arah gua, dan aku melihat jiwa-Nya menjumpai Yohanes. Pada saat yang sama, aku melihat Yohanes sedang berdoa dalam guanya. Seorang malaikat dalam rupa seorang kanak-kanak menampakkan diri kepadanya, mengatakan bahwa Juruselamat sedang lewat. Yohanes segera bangkit dan berlari ke luar gua dengan kedua tangannya terentang, melesat ke arah Juruselamat-nya lewat. Ia begitu penuh harap dan menari-nari dengan sukacita. Penglihatan ini sungguh amat menyentuh hati. Gua Yohanes terletak jauh dalam sebuah bukit; tidak lebih lebar dari pembaringannya yang kecil, meski gua itu cukup panjang. Pintu masuknya hanyalah sebuah lubang kecil, melalui mana ia biasa berayun keluar gua. Di atasnya terdapat sebuah celah miring tempat sinar matahari masuk. Di dalam gua aku melihat sebuah tiang dari buluh di mana terdapat sarang madu dan belalang-belalang kering. Belalang-belalang ini berwarna kuning dan berbintik-bintik, kira-kira sebesar kepiting kecil. Padang gurun di mana Yesus berpuasa kurang lebih empat jam perjalanan jauhnya dari sini. Yohanes mengenakan pakaian dari kulit onta. Malaikat yang menampakkan diri kepadanya serupa seorang anak laki-laki sebaya Yohanes. Aku melihat malaikat itu di masa-masa yang berbeda, pada mulanya kecil dan kemudian bertambah besar, seolah ia tumbuh besar bersama Yohanes. Malaikat itu tidak selalu bersama Yohanes; melainkan ia biasa datang dan pergi.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|