Bab 30
Keluarga Kudus di Nazaret;
Yesus Pada Umur Duabelas Tahun di Bait Allah di Yerusalem


Ada tiga kamar terpisah di rumah Nazaret; kamar Bunda Allah adalah yang paling besar dan paling menyenangkan; di dalamnya Yesus, Maria dan Yosef bertemu untuk berdoa. Aku amat jarang melihat mereka bersama di kesempatan-kesempatan lain. Mereka berdiri sementara berdoa, tangan-tangan mereka disilangkan di dada, dan tampaknya mereka berbicara lantang. Aku sering melihat mereka berdoa dengan penerangan sebuah lentera. Mereka berdiri di bawah lentera yang mempunyai beberapa sumbu, atau dekat semacam kandil bercabang yang tertempel di dinding, di mana api dinyalakan. Mereka nyaris sebagian besar waktu sendirian dalam kamar masing-masing. Yosef bekerja di bengkelnya. Aku melihatnya memotong batang-batang dan bilah-bilah kayu, merancang, dan menggotong balok; Yesus membantunya. Maria biasanya sibuk menjahit atau merajut dengan jarum-jarum kecil; ia duduk di lantai, kakinya terlipat di bawah tubuhnya, sebuah keranjang kecil di sampingnya. Mereka tidur sendiri-sendiri, masing-masing dalam kamar yang terpisah. Tempat tidur mereka terdiri atas sehelai selimut tebal yang pada pagi harinya digulung.

Aku melihat Yesus membantu kedua orangtuaNya dalam segala cara yang mungkin dilakukan-Nya, dan juga di manapun dan kapanpun setiap ada kesempatan, dengan gembira, dengan semangat, dan dengan suka hati membantu semua orang. Ia membantu bapa asuhnya dalam pertukangan, atau membaktikan diri dalam doa dan kontemplasi. Yesus adalah teladan bagi semua anak di Nazaret; mereka mencintai-Nya dan takut menyedihkan hati-Nya. Apabila mereka nakal atau berbuat salah, orangtua mereka biasa berkata kepada mereka, “Apakah yang akan dikatakan Putra Yosef jika kukatakan hal ini kepada-Nya? Betapa Ia akan bersedih hati!” Terkadang para orangtua mengeluh halus kepada-Nya di hadapan anak-anak mereka, mengatakan, “Katakanlah kepadanya untuk tidak melakukan ini atau itu lagi.” Dan Yesus menanggapinya dengan canda dan seperti anak-anak kecil pada umumnya. Ia akan memohon penuh kasih kepada anak-anak untuk melakukan ini dan itu, dan berdoa bersama mereka kepada Bapa SurgawiNya mohon kekuatan untuk menjadi lebih baik, dan Ia akan membujuk mereka untuk mengakui keselahan-kesalahan mereka dan meminta maaf.

Sekitar satu jam perjalanan jauhnya dari Nazaret ke arah Sephoris, adalah sebuah tempat kecil yang disebut Ophna. Di sana, pada masa kanak-kanak Yesus, tinggallah orangtua Yakobus Tua dan Yohanes. Pada masa-masa awal itu, mereka berkawan dengan Yesus, hingga orangtua mereka pindah ke Betsaida dan mereka sendiri pergi melaut.

Di Nazaret, tinggallah sebuah keluarga Esseni sanak Yoakim. Mereka mempunyai empat orang putera, beberapa tahun lebih tua atau lebih muda dari Yesus; nama mereka adalah Kleopas, Yakobus, Yudas dan Yafet. Mereka juga adalah teman-teman bermain Yesus, dan bersama orangtuanya mereka biasa pergi ke Bait Allah bersama Keluarga Kudus. Keempat bersaudara ini, pada masa pembaptisan Yesus, menjadi murid-murid Yohanes, dan setelah Yohanes dibunuh, mereka menjadi murid-murid Yesus. Ketika Andreas dan Saturnin menyeberangi Sungai Yordan untuk datang kepada Yesus, mereka mengikuti keempat bersaudara ini dan melewatkan sepanjang hari bersama-Nya. Mereka termasuk di antara murid-murid Yohanes yang dibawa Yesus bersama-Nya ke pesta perkawinan di Kana. Kleopas adalah dia, bersama Lukas, kepada siapa Yesus menampakkan diri di Emaus. Kleopas menikah dan tinggal di Emaus. Isteri Kleopas di kemudian hari menggabungkan diri dengan para perempuan dalam komunitas.

Yesus seorang yang tinggi dan ramping perawakannya, wajah-Nya lembut dan bercahaya; meski pucat, Ia tampak sehat. Rambut-Nya yang lurus berwarna pirang keemasan dibelah di atas kening-Nya yang tinggi dan lebar, dan jatuh terjuntai di atas bahu-Nya. Ia mengenakan jubah panjang berwarna abu-abu muda kecoklatan yang panjangnya hingga ke kaki, lengan-lengan baju-Nya agak lebih lebar di bagian tangan.

Pada usia delapan tahun, Yesus pergi untuk pertama kali bersama kedua orangtua-Nya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah, dan setiap tahun sesudahnya Ia melakukan hal yang sama.

Pada kunjungan-kunjungan-Nya yang pertama itu, Yesus telah menarik perhatian orang di Yerusalem, di kalangan para sahabat dan teman dengan siapa Ia dan orangtua-Nya tinggal, juga di kalangan para imam dan alim ulama. Mereka membicarakan seorang Anak yang saleh dan cerdas, Putra Yosef yang luar biasa; sama yang seperti mungkin terjadi di antara kita, pada acara ziarah tahunan, kita memberikan perhatian secara istimewa pada orang ini atau itu yang tampak bersahaja dan saleh, pada anak dusun ini atau itu yang pandai, dan mengenalinya kembali di tahun berikutnya. Jadi, Yesus telah memiliki teman-teman di kota ketika, pada usianya yang keduabelas tahun, Ia menyertai orangtua-Nya ke Yerusalem bersama dengan para sahabat dan teman beserta anak-anak mereka. Orangtua-Nya biasa berjalan bersama orang-orang sedaerah, dan mereka tahu bahwa Yesus, yang sekarang melakukan perjalanan untuk yang kelima kalinya, selalu pergi bersama anak-anak lain dari Nazaret.

Namun kali ini, dalam perjalanan pulang tak jauh dari Bukit Zaitun, Yesus memisahkan diri dari teman-teman-Nya yang semuanya mengira Ia pergi menggabungkan diri dengan orangtua-Nya yang berjalan di belakang. Tetapi, Yesus pergi ke bagian Yerusalem yang paling dekat dengan Betlehem, ke penginapan di mana Keluarga Kudus menginap sebelum Pentahiran Maria. Maria dan Yosef menyangka Ia berada di depan bersama orang-orang Nazaret lainnya, sementara orang-orang Nazaret menyangka Ia ada bersama orangtua-Nya. Ketika akhirnya mereka semua bertemu di Gophna, betapa Maria dan Yosef teramat panik mengetahui bahwa Ia tidak ada. Seketika itu juga mereka kembali ke Yerusalem, sambil bertanya mengenai-Nya sepanjang perjalanan dan juga di mana-mana dalam kota. Tetapi, mereka tidak dapat menemukan-Nya sebab Ia tidak berada di tempat di mana Ia biasa berada. Yesus tidur di penginapan sebelum pintu gerbang Betlehem, di mana pemiliknya mengenal-Nya dan kedua orangtua-Nya.

Di sana Ia menggabungkan diri dengan beberapa remaja dan pergi bersama mereka ke dua sekolah kota. Pada hari pertama pergi ke sekolah yang satu, dan hari berikutnya ke sekolah yang lain. Pada pagi hari ketiga, Ia pergi ke sekolah ketiga di Bait Allah, dan pada siang hari Ia masuk ke dalam Bait Allah di mana orangtua-Nya menemukan-Nya. Sekolah-sekolah ini semuanya amat berbeda dan sama sekali bukan sekolah-sekolah Hukum Taurat. Cabang-cabang ilmu pengetahuan diajarkan di sana. Sekolah terakhir berada di dekat Bait Allah dan dari sekolah itu dipilih kaum Lewi dan para imam.

Yesus, dengan pertanyaan-pertanyaan dan jawaban-jawaban-Nya, telah begitu mencengangkan serta mempermalukan para cerdik pandai dan alim ulama dari sekolah-sekolah tersebut hingga mereka bermufakat, pada siang hari ketiga, di balai pengajaran umum Bait Allah dan di hadapan para cerdik pandai yang paling ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan, hendak “mempermalukan Kanak-kanak Yesus”. Para cerdik pandai dan alim ulama telah bersama-sama menyepakati suatu rencana; sebab, meski merasa senang pada awalnya, pada akhirnya mereka menjadi amat geram kepada-Nya. Mereka bertemu di balai pengajaran umum di tengah serambi Bait Allah di depan Sanctuarium, di tempat bundar di mana kelak Yesus juga mengajar. Di sana aku melihat Yesus duduk di sebuah kursi besar, yang terlalu besar untuk-Nya. Sekeliling-Nya berkerumun tua-tua Yahudi dalam jubah imam. Mereka mendengarkan dengan seksama dan tampak sungguh-sungguh murka. Aku takut kalau-kalau mereka menghajar-Nya. Di atas kursi di mana Yesus duduk, terdapat kepala-kepala serupa kepala anjing berwarna coklat. Kepala-kepala binatang itu berwarna coklat kehijauan, bagian atasnya gemerlap dan kemilau dengan cahaya kuning. Ada kepala-kepala serupa dan figur-figur di atas beberapa meja, atau bangku-bangku panjang, yang berjajar di sisi pinggir Bait Allah, dengan persembahan-persembahan di atasnya. Tempat itu begitu luas dan begitu ramai hingga orang nyaris tak dapat membayangkan ia berada dalam sebuah gereja.

Karena di sekolah-sekolah Yesus menguraikan jawaban-jawaban dan penjelasan-penjelasan-Nya dengan berbagai macam contoh dari alam, seni dan ilmu pengetahuan, maka para cerdik pandai dan alim ulama bersusah-susah mengumpulkan para ahli dari segala cabang ilmu pengetahuan ini. Sekarang mereka mulai, satu persatu, berdebat dengan-Nya. Yesus mengatakan bahwa meski, sejujurnya, subyek-subyek yang demikian tidak pantas dibicarakan dalam Bait Allah, tetapi Ia akan membicarakannya juga dengan mereka sebab demikianlah kehendak BapaNya. Tetapi mereka tidak mengerti bahwa yang dimaksudkan-Nya adalah Bapa Surgawi-Nya; mereka menyangka bahwa Yosef telah menyuruh-Nya untuk memamerkan pengetahuan-Nya.

Sekarang Yesus menjawab dan mengajar mengenai ilmu pengobatan. Ia menguraikan keseluruhan tubuh manusia dengan suatu cara yang jauh melampaui bahkan mereka yang paling ahli sekalipun. Dengan cara yang sama Ia menguraikan juga astronomi, arsitektur, agrikultur, geometri, aritmatika, hukum dan, akhirnya, segala subyek yang diajukan kepada-Nya. Ia mengaplikasikan semuanya dengan begitu cakap pada Taurat dan Janji, Nubuat dan Bait Allah, misteri-misteri sembah sujud dan kurban hingga para pendengar-Nya, tercengang dan geram, berangsur-angsur beralih dari takjub dan kagum ke murka dan malu. Mereka berang mendengarkan beberapa hal yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya, dan hal-hal lain yang belum pernah mereka mengerti sebelumnya.

Yesus telah mengajar selama dua jam lamanya ketika Yosef dan Maria memasuki Bait Allah. Mereka menanyakan perihal Putra mereka kepada kaum Lewi yang mereka kenal dan mendapat jawaban bahwa Ia sedang bersama para alim ulama di balai pengajaran umum. Tetapi, karena mereka tidak boleh masuk ke dalam balai, mereka meminta seorang dari kaum Lewi untuk memanggil Yesus. Yesus mengirim pesan kepada mereka bahwa Ia haruslah terlebih dahulu menyelesaikan apa yang sedang Ia lakukan. Maria amat gelisah sebab Ia tidak taat saat itu juga, sebab inilah pertama kalinya Ia membuat orangtua-Nya mengerti bahwa ada pada-Nya perintah yang harus ditaati-Nya selain dari perintah mereka. Yesus melanjutkan pengajaran-Nya hingga satu jam lamanya dan barulah Ia kemudian meninggalkan balai dan menggabungkan diri dengan orangtua-Nya di serambi Israel, serambi kaum perempuan, meninggalkan para pendengar-Nya dalam keadaan malu, heran dan geram. Yosef merasa takjub dan kagum, namun dalam kerendahan hatinya ia diam seribu bahasa. Tetapi Maria menghampiri Yesus dan berkata, “Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami? Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau.” Tetapi Yesus menjawab dengan tegas, “Mengapakah kalian mencari Aku? Tidakkah kalian tahu bahwa Aku harus melakukan kehendak BapaKu?” Tetapi mereka tidak mengerti. Segera mereka berangkat pulang bersama-Nya. Semua yang menonton memandang mereka dengan tercengang, dan aku takut kalau-kalau mereka menghajar Anak itu sebab aku melihat sebagian dari mereka begitu terbakar oleh angkara murka. Aku heran mereka mengijinkan Keluarga Kudus pergi dengan damai. Meski khalayak penuh sesak, namun sebuah jalan lebar disediakan guna memberi jalan kepada Keluarga Kudus. Aku melihat semuanya secara terperinci dan mendengarkan nyaris semua pengajaran Yesus, tetapi aku tak dapat mengingatnya semua. Pengajaran Yesus meninggalkan kesan mendalam pada alim ulama. Sebagian dari mereka mencatat peristiwa itu sebagai peristiwa penting, sementara di sana sini terdengar bisik-bisik, membesar-besarkan segala macam komentar dan berita-berita yang salah. Tetapi pernyataan yang benar disimpan para alim ulama bagi diri mereka sendiri. Mereka membicarakan Yesus sebagai seorang anak yang teramat cerdas, sungguh memiliki bakat-bakat unggul, tetapi perlu dibimbing dan dikembangkan.

Aku melihat Keluarga Kudus meninggalkan kota; di luar kota mereka bergabung dengan sekelompok orang yang terdiri dari tiga laki-laki, dua perempuan dan beberapa anak-anak. Aku tidak mengenal mereka, tetapi tampaknya mereka berasal dari Nazaret. Mereka pergi bersama ke beberapa tempat sekitar Yerusalem, juga ke Bukit Zaitun. Mereka bepergian sekeliling tempat-tempat wisata yang indah yang ditemukan di sana, sesekali berdiri untuk berdoa dengan tangan-tangan bersilang di depan dada. Aku juga melihat mereka menyeberangi sebuah jembatan yang terentang di atas sebuah sungai. Wisata dan doa dari kelompok kecil ini tak dapat tidak mengingatkanku akan suatu ziarah.

Ketika Yesus telah kembali ke Nazaret, aku melihat suatu pesta diadakan di rumah Anna, di mana berkumpul semua anak remaja dan anak gadis di kalangan kerabat dan sahabat mereka. Aku tidak tahu apakah ini sebuah pesta sukacita karena Yesus telah diketemukan kembali, sebuah pesta syukur atas kembalinya mereka dari perjalanan Paskah, atau sebuah pesta yang lazim diadakan apabila seorang anak laki-laki telah mencapai usia duabelas tahun. Apapun alasannya, Yesus tampaknya menjadi obyek pesta.

Tenda indah didirikan menaungi meja; di tenda digantungkan karangan-karangan dari daun-daun anggur dan bulir-bulir gandum. Kepada anak-anak diberikan anggur dan roti-roti kecil. Yang hadir dalam pesta ini ada tigapuluh tiga anak laki-laki, semuanya kelak menjadi murid-murid Yesus, dan aku mendapatkan suatu pengajaran mengenai tahun-tahun masa hidup Yesus. Sepanjang pesta, Yesus mengajar anak-anak yang lain dan menjelaskan kepada mereka suatu perumpamaan yang amat indah, yang sayangnya, hanya secara samar dipahami. Perumpamaan itu mengenai suatu perjamuan kawin di mana air diubah menjadi anggur dan tamu-tamu yang suam-suam kuku diubah menjadi sahabat-sahabat sejati; dan lagi, perumpamaan mengenai suatu perjamuan kawin di mana anggur diubah menjadi darah dan roti menjadi daging, di mana darah dan daging akan tinggal dalam para tamu hingga akhir zaman sebagai kekuatan dan penghiburan, sebagai ikatan persatuan yang hidup. Ia juga mengatakan kepada salah seorang anak, seorang sanak-Nya sendiri bernama Natanael, “Aku akan hadir dalam perkawinanmu.”

Sejak usia duabelas tahun, Yesus senantiasa seperti seorang guru di antara teman-teman-Nya. Ia sering kali duduk di antara mereka, mengajar atau berjalan-jalan keliling daerah bersama mereka.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Inkarnasi Mahakudus          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama