Bab 1
Silsilah, Kelahiran dan Perkawinan St Anna

Superior Kaum Esseni

Leluhur St Anna adalah kaum Esseni. Kaum yang teramat saleh ini adalah keturunan dari para imam yang di jaman Musa dan Harun memanggul Tabut Perjanjian, dan yang menerima ketetapan-ketetapan berharga pada masa Yesaya dan Yeremia. Jumlah mereka tidaklah banyak pada awalnya. Di kemudian hari di Palestina, mereka hidup dalam komunitas-komunitas yang mendiami suatu wilayah sekitar empatpuluh delapan mil panjangnya dan 36 mil lebarnya. (1 mil Jerman sama dengan 4 ½ mil Inggris.) Beberapa waktu sesudahnya, mereka bermigrasi ke wilayah Yordan di mana mereka tinggal terutama di Gunung Horeb dan di Gunung Karmel.

Pada masa-masa awal, sebelum Yesaya mengumpulkan mereka, kaum Esseni tinggal terserak sebagai kaum Yahudi pertapa yang saleh. Mereka tidak menukar ataupun menambal pakaian mereka hingga pakaian sungguh koyak. Mereka menikah, tetapi mempraktekkan pantang berat dalam status perkawinan. Dengan persetujuan bersama, suami dan isteri kerap hidup terpisah dalam gubuk-gubuk yang saling berjauhan. Mereka juga makan secara terpisah, pertama-tama suami, dan setelah suami pergi barulah isteri. Bahkan di masa-masa awali itu, sebagian leluhur Anna dan sanak Keluarga Kudus lainnya ada di antara mereka. Dari mereka muncullah yang disebut keturunan para Nabi. Mereka tinggal di padang gurun dan sekitar Gunung Horeb. Ada banyak juga dari kalangan mereka yang tinggal di Mesir. Dalam kurun waktu yang lama perang menghalau mereka dari Gunung Horeb, tetapi mereka dikumpulkan kembali oleh para Superior mereka. Makabe termasuk dalam sekte ini. Mereka amat menghormati Musa. Ada pada mereka sehelai pakaian Musa. Musa memberikannya kepada Harun, dan melalui Harun pakaian itu jatuh dalam kepemilikan kaum Esseni. Mereka menyimpannya sebagai suatu benda yang sakral, dan aku mendapat suatu penglihatan di mana aku melihat limabelas orang dari kalangan Esseni binasa demi mempertahankannya. Para Superior mereka tahu perihal Misteri, Yang Kudus, dalam Tabut Perjanjian. Mereka yang selibat di antara kaum Esseni membentuk suatu kongregasi khusus serupa ordo religius. Mereka harus melewati suatu masa percobaan bertahun-tahun lamanya sebelum diterima, dan mereka diterima untuk suatu jangka waktu yang lebih panjang atau lebih pendek sesuai ilham kenabian yang diperintahkan para Superior. Kaum Esseni yang menikah, yang menerapkan pengawasan ketat atas anak-anak dan rumah tangga mereka, memiliki hubungan rohani terhadap Komunitas Esseni yang selibat sama seperti yang dimiliki Ordo Ketiga Fransiskan terhadap Ordo Fransiskan. Dalam segala hal mereka dibimbing dengan nasehat Superior rohani mereka di Horeb.

Kaum Esseni yang selibat sungguh tak terkatakan saleh dan murni. Mereka mengenakan pakaian putih panjang, yang mereka jaga bersih tanpa cela. Mereka menerima anak-anak untuk dididik. Seorang aspiran dalam kehidupan mereka yang ketat haruslah berusia empatbelas tahun. Para postulan yang terlebih saleh menjalani masa pencobaan hanya satu tahun; sementara yang lainnya dua tahun. Mereka hidup dalam kemurnian sempurna dan tidak melakukan kegiatan usaha apapun; mereka menukarkan hasil-hasil bumi mereka dengan berbagai macam kebutuhan hidup. Jika ada seorang dari antara mereka yang demikian celaka dengan melakukan dosa berat, ia akan diekskomunikasi; ekskomunikasi ini diiikuti dengan konsekuensi-konsekuensi seperti kutukan St Petrus terhadap Ananias - ia mati. Para superior kaum Esseni mengetahui lewat inspirasi ilahi bilamana seseorang jatuh dalam dosa. Aku melihat juga beberapa orang yang hidup hanya untuk melakukan penitensi; seorang misalnya, berdiri dalam balutan semacam jaket kaku, dengan lengan-lengan baju kaku terentang, dengan ditempeli duri-duri.

Mereka memiliki gua-gua di Gunung Horeb yang berfungsi sebagai bilik-bilik. Dekat gua-gua itu, dibatasi oleh anyam-anyaman, terdapat sebuah gua besar untuk pertemuan bersama. Pukul sebelas, semua berkumpul di sini untuk bersantap. Di hadapan masing-masing terdapat seketul kecil roti dan cawan. Superior berkeliling dan memberkati roti mereka masing-masing. Selesai bersantap, semua kembali ke bilik masing-masing. Di balai besar terdapat sebuah altar, di atasnya terdapat roti-roti yang telah diberkati. Roti-roti itu diselubungi dan dimaksudkan untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. Ada banyak burung merpati jinak sekitarnya yang makan dari tangan orang. Kaum Esseni menggunakan merpati-merpati ini untuk makanan, juga untuk upacara-upacara keagamaan. Mereka mengucapkan beberapa patah kata atas burung-burung ini dan kemudian membiarkan mereka terbang pergi. Aku melihat mereka juga melakukan upacara yang sama atas anak-anak domba; mereka mengucapkan beberapa patah kata atas anak-anak domba dan kemudian membiarkan mereka berlarian ke padang.

Aku melihat mereka pergi tiga kali dalam setahun ke Bait Allah di Yerusalem. Di antara mereka terdapat imam-imam yang perhatian utamanya adalah memelihara busana-busana suci; mereka membersihkannya dan mempersiapkan yang baru, yang mereka ikut urun dalam pembeliannya. Aku melihat orang-orang ini sibuk dalam pertanian, peternakan, dan teristimewa dalam perkebunan. Bagian Gunung Horeb yang terbentang sekeliling bilik-bilik mereka dipenuhi kebun-kebun dan pohon-pohon buah-buahan. Aku melihat banyak dari antara mereka yang juga sibuk menenun dan menyulam busana-busana suci. Aku melihat bahwa mereka tidak membuat kain-kain sutera sendiri. Kain-kain sutera itu datang dalam potongan-potongan untuk dijual dan mereka menukarkan hasil produk mereka dengannya.

Di Yerusalem mereka mempunyai sebuah tempat tinggal khusus, juga suatu bagian khusus dari Bait Allah diperuntukkan bagi mereka. Kaum Eseni merupakan obyek ketidaksenangan bagi kaum Yahudi lainnya. Aku melihat mereka mengirimkan persembahan-persembahan ke Bait Allah sebagai kurban, tandan-tandan besar anggur dibawa dua orang dalam satu pikulan, dan juga anak-anak domba. Tetapi anak-anak domba ini tidak disembelih; mereka dibiarkan berlarian. Aku tidak pernah melihat mereka membawa persembahan untuk disembelih. Sebelum naik ke Bait Allah, mereka mempersiapkan diri dengan berdoa, berpuasa ketat, melakukan laku tapa dan praktek-praktek silih lainnya. Ia yang dengan dosa-dosa yang tidak disilih datang ke Bait Allah, takut akan mengalami kematian tiba-tiba, dan sungguh, ini terjadi pada beberapa orang. Jika dalam perjalanan ke Bait Allah mereka berjumpa dengan seorang yang sakit atau tak berdaya, mereka berhenti dan tidak melanjutkan perjalanan hingga mereka menolongnya dengan suatu cara. Aku melihat mereka mengumpulkan tanaman ramu-ramuan. Mereka menyembuhkan orang-orang sakit dengan menumpangkan tangan ke atas mereka, atau mengunjurkan badan di atas mereka dengan tangan-tangan terentang. Aku melihat mereka juga menggunakan kuasa penyembuhan jarak jauh. Apabila seorang yang sakit tidak dapat datang sendiri kepada kaum Esseni, ia dapat mengirimkan kepada mereka seorang lain untuk mewakilinya. Segala yang akan diperbuat terhadap si sakit andai ia sendiri datang, akan diperbuat terhadap wakilnya, dan si sakit pun disembuhkan pada saat yang sama.

Superior pada masa kakek nenek St Anna adalah seorang nabi bernama Archos. Ia mendapat penglihatan-penglihatan di gua Elia di Horeb mengenai kedatangan Mesias. Archos tahu dari keluarga mana Mesias akan datang dan, ketika ia menubuatkan kepada kakek nenek Anna mengenai keturunan mereka, ia melihat bahwa waktunya sudah dekat. Ia tidak tahu pasti seberapa jauh itu pun bagaimana hal itu masih dihambat oleh dosa, tetapi ia mendesak matiraga dan kurban.

Kakek Anna, seorang Esseni, sebelum menikah bernama Stolanus, tetapi karena isterinya dan mengingat maharnya, ia mendapat nama Garescha atau Sarziri. Nenek Anna berasal dari Mara di padang gurun. Namanya adalah Moruni, atau Emorun, yang artinya ibunda yang luhur. Ia menikahi Stolanus atas nasehat Archos, sang Nabi, yang adalah Superior kaum Esseni selama kira-kira sembilanpuluh tahun. Ia adalah seorang yang amat kudus kepada siapa mereka yang berniat masuk dalam status perkawinan memohon nasehat agar mereka dapat membuat pilihan yang tepat. Bagiku aneh bahwa ilham ilahi ini menerangi Superior untuk selalu bernubuat mengenai keturunan-keturunan perempuan, dan bahwa leluhur Anna, termasuk Anna sendiri, selalu mempunyai anak-anak perempuan. Seolah pendidikan religius dari bejana-bejana suci yang akan mengandung anak-anak kudus yang ditetapkan untuk menjadi pendahulu para murid, para rasul dan Tuhan Sendiri, berasal dari mereka.

Aku melihat Emorun datang kepada Archos sebelum perkawinannya. Ia memasuki balai di Horeb; dari sana masuk ke dalam sebuah apartemen samping dan berbicara dengan Superior melalui terali seperti dalam kamar pengakuan. Kemudian Archos pergi mendaki anak tangga panjang ke puncak gunung di mana terdapat gua Nabi Elia. Jalan masuknya sempit, beberapa langkah turun menghantar orang masuk ke dalam gua yang berceruk amat rapi. Sinar masuk melalui sebuah lubang di atap yang berkubah. Aku melihat di dinding terdapat sebuah altar kecil dari batu yang di atasnya ditempatkan tongkat Harun dan sebuah piala mengkilap dari batu berharga. Dalam piala ini terdapat sebagian dari Tabut Perjanjian. Kaum Esseni memilikinya pada saat ketika Tabut jatuh ke dalam tangan musuh. Tongkat Harun berdiri pada sebuah pohon kecil bagai dalam sebuah kotak. Pohon itu memiliki daun-daun berwarna kekuningan yang melingkar-lingkar bagai spiral. Aku tak dapat mengatakan apakah pohon kecil ini sungguh hidup ataukah buatan. Pohon ini, misalnya, mempunyai sesuatu seperti pangkal Isai. Apabila Superior berdoa mengenai suatu perkawinan, ia menggenggam tongkat Harun dalam tangannya. Jika perkawinan yang dipertanyakan ada hubungannya dengan garis keturunan Maria, maka dari tongkat akan muncul suatu tunas dan dari tunas akan muncul satu bunga atau lebih dengan tanda pilihan. Leluhur Anna adalah keturunan sah dari garis keturunan ini dan puteri-puteri mereka yang terpilih ditetapkan dengan tanda-tanda demikian. Bunga-bunga baru akan muncul apabila seorang puteri pilihan akan memasuki status hidup perkawinan. Pohon kecil dengan daun-daunnya yang spiral itu bagaikan suatu daftar silsilah, bagaikan pokok Isai, dan dengannya dapat dilihat seberapa jauh kedatangan Maria harus dinantikan. Juga di atas altar terdapat berkas-berkas kecil tanam-tanaman dalam pot-pot. Suburnya atau meranggasnya tanam-tanaman ini menandakan sesuatu.

Aku melihat sekeliling pada tembok-tembok ruang-ruang yang berkisi-kisi di mana disimpan tulang-belulang kuno yang kudus, yang dibungkus amat indah dalam sutera dan wol. Tulang-belulang ini adalah tulang-belulang para nabi dan orang-orang Israel yang kudus yang tinggal di pegunungan dan wilayah sekitarnya. Aku melihat tulang-belulang macam itu dalam bilik-bilik atau gua-gua kaum Esseni. Mereka biasa menempatkan lentera-lentera menyala dan bunga-bunga di depannya, dan di sana mereka memanjatkan doa.

Ketika Archos berdoa dalam gua ini, ia mengenakan busana yang persis sama dengan yang dikenakan Imam Besar di Bait Allah. Busananya terdiri dari sekitar delapan lapis. Pertama, ia mengenakan di depan dadanya semacam skapulir lebar seperti yang biasa dikenakan Musa. Skapulir itu memiliki sebuah lubang di tengah-tengahnya untuk leher dan jatuh terjuntai sama panjangnya di bagian depan dan di bagian belakang. Di atas skapulir, ia mengenakan sebuah alba putih dari sutera yang diikat dengan sebuah singel yang mengikat juga stola lebar yang menyilang di dada dan jatuh terjuntai hingga lutut. Di atas alba terdapat semacam kasula dari  sutera putih. Kasula itu bagian belakangnya terjuntai hingga ke lantai dan terdapat dua lonceng kecil di tepi bagian bawahnya. Sekeliling leher terdapat sebuah kolar yang dikancingkan di bagian depan. Jenggot dipisahkan di atas kolar ini. Akhirnya dikenakanlah sebuah mantol kemilau dari sutera putih yang terjuntai lepas. Mantol dikancingkan di bagian depan dengan tiga gesper batu yang di atasnya diukirkan sesuatu. Dari masing-masing bahu ke arah dada terdapat satu barisan terdiri dari enam batu berharga yang di atasnya juga diukirkan simbol-simbol. Di bagian belakangnya dan di tengah, terdapat semacam perisai yang di atasnya dituliskan huruf-huruf. Mantol ini juga dihiasi dengan jumbai-jumbai, simpul-simpul dan tiruan buah-buahan. Hiasan kepala terbuat dari sutera putih yang digulung menggembung satu di atas yang lain dan berakhir dengan berkas sutera. Di atas dahi dikenakan sebuah piringan emas bertahtakan batu-batu berharga.

Archos berdoa prostratio di depan altar. Aku melihat ia mendapat suatu penglihatan mengenai sebuah pohon mawar dengan tiga cabang muncul dari Emorun. Di masing-masing cabang terdapat sekuntum mawar; bunga mawar yang kedua ditandai dengan sebuah huruf. Ia melihat juga seorang malaikat menuliskan huruf-huruf di dinding. Karena penglihatan ini Archos mengatakan kepada Emorun bahwa hendaknya ia menikah dengan pelamar keenam, bahwa ia akan melahirkan seorang anak terpilih yang akan membawa tanda dan yang akan menjadi bejana Janji yang akan segera datang. Pelamar keenam adalah Stolanus. Pasangan suami isteri ini tidak tinggal lama di Mara; mereka pindah ke Ephron. Lagi aku melihat puteri-puteri mereka, Emerentia dan Ismeria, memohon nasehat Archos. Archos menasehati mereka untuk masuk dalam status hidup perkawinan, sebab mereka adalah juga bejana-bejana-serta dari Janji. Yang sulung, Emerentia, menikah dengan seorang Lewi bernama Aphras dan menjadi ibu Elisabet yang melahirkan Yohanes Pembaptis. Puteri ketiga dari Emorun bernama Enue. Ismeria adalah puteri kedua dari Stolanus dan Emorun. Saat kelahirannya, Ismeria membawa tanda yang dilihat Archos dalam penglihatannya mengenai Emorun pada mawar dari cabang kedua. Ismeria menikah dengan Eliud dari suku Lewi. Mereka kaya, sebagaimana aku menilainya dari rumah mereka yang besar megah. Mereka mempunyai banyak ternak, tetapi mereka tidak menyimpan apa-apa bagi diri mereka sendiri, melainkan membagi-bagikan semuanya kepada orang-orang miskin. Mereka tinggal di Sephoris, empat jam jauhnya dari Nazaret, di mana mereka memiliki rumah. Mereka mempunyai rumah juga di Lembah Zebulon ke mana mereka biasa pindah selama musim panas. Setelah Ismeria wafat, Eliud menetap di sana. Ayah Yoakim bersama keluarganya juga tinggal di lembah yang sama.

Keutamaan kesalehan dan matiraga Stolanus dan Emorun menurun pada Ismeria dan Eliud. Puteri sulung Ismeria bernama Sobe. Sobe menikah dengan Solomon dan menjadi ibu dari Maria Salome yang menikah dengan Zebedeus dan melahirkan Yakobus Tua dan Yohanes yang kelak menjadi Rasul. Ketika pada saat kelahiran Sobe, tanda Janji tidak didapati padanya, orangtuanya amat gelisah. Mereka mendatangi Nabi di Horeb. Nabi mendesak mereka untuk memanjatkan doa dan melakukan kurban, serta menjanjikan penghiburan bagi mereka. Selama delapanbelas tahun mereka tidak dikarunia anak lagi hingga kemudian Anna dilahirkan. Baik bapa dan ibunya mendapat penglihatan yang sama pada suatu malam di pembaringan mereka. Ismeria melihat seorang malaikat di dekatnya menulis di dinding. Ketika terbangun, ia menceritakan kepada suaminya yang juga mendapatkan penglihatan yang sama, dan keduanya masih melihat huruf yang dituliskan di dinding. Huruf itu adalah huruf M. Pada saat kelahirannya Anna membawa masuk ke dalam dunia tanda yang sama di bagian perutnya.

Anna dikasihi secara istimewa oleh kedua orangtuanya. Aku melihatnya semasa kanak-kanak. Ia tidaklah teramat cantik jelita, meski lebih cantik dari sebagian lainnya. Kecantikannya tidak dapat disetarakan dengan Maria, tetapi ia teramat saleh, lugu dan polos. Ia tampak sama di segala usia, sebagaimana aku melihatnya, sebagai seorang gadis, seorang ibu dan seorang nenek muda. Apabila kebetulan aku bertemu dengan seorang petani perempuan yang amat lugu, aku selalu berpikir, “Ia seperti Anna.”

Keika usianya lima tahun, Anna dibawa ke Bait Allah seperti Maria juga kelak. Di sana ia tinggal selama duabelas tahun lamanya dan pulang kembali ke rumah di usianya yang ketujuhbelas. Sementara itu, ibunya telah mendapatkan anak ketiga yang dinamainya Maraha, dan Anna mendapati juga di rumah orangtuanya, seorang anak laki-laki kecil putera dari saudari sulungnya, Sobe, yang bernama Eliud. Sesudahnya, Maraha mewarisi rumah orangtuanya di Sephoris dan menjadi ibu dari Arastaria dan Copharia, keduanya kelak termasuk dalam bilangan para murid. Eliud muda di kemudian hari menjadi suami kedua dari Maroni dari Naim.

Setahun kemudian, Ismeria jatuh sakit dan wafat. Sebelum wafat, ia memanggil seisi rumah berkumpul sekeliling pembaringannya dan menyampaikan nasehat-nasehat terakhir, serta menunjuk Anna sebagai nyonya rumah yang baru. Kemudian Ismeria berbicara empat mata dengan Anna, mengatakan bahwa ia harus menikah, sebab ia adalah bejana dari yang Terjanji. Sekitar delapanbelas bulan kemudian, Anna di usianya yang kesembilan belas tahun, menikah dengan Heli atau Yoakim. Hal ini dilakukannya dalam ketaatan pada bimbingan rohani Nabi. Sehubungan dengan datangnya adven sang Juruselamat, ia menikah dengan Yoakim dari Keturunan Daud, sebab Maria harus termasuk dalam bilangan Keturunan Daud; jika tidak, pastilah Anna akan harus memilih suami dari kalangan kaum Lewi dari suku Harun, sebagaimana dilakukan semua orang dari sukunya. Ada banyak orang yang melamarnya, dan pada saat kepututsan Nabi, ia masih belum mengenal Yoakim. Anna memilih Yoakim seturut bimbingan rohani semata.

Yoakim adalah seorang miskin, masih sanak St Yosef. Mathan, kakek Yosef, adalah keturunan Daud melalui Salomo. Mathan mempunyai dua putera: Yoses dan Yakub. Yakub adalah ayah St Yosef. Ketika Mathan wafat, isterinya menikah dengan suami kedua bernama Lewi, keturunan Daud melalui Natan. Anak dari perkawinan ini adalah Mathat, ayah dari Heli atau Yoakim. Yoakim adalah seorang yang berperawakan bidang, kurus dan pendek. St Yosef bahkan di masa tuanya jauh lebih tampan dibandingkan dengannya. Namun demikian, dalam disposisi batin dan moral, Yoakim sungguh seorang yang luar biasa. Seperti Anna, ada sesuatu yang istimewa dalam dirinya. Keduanya adalah orang-orang Israel sejati; namun ada sesuatu dalam diri mereka yang mereka sendiri tidak mengetahuinya, suatu kerinduan, suatu ketulusan yang mengagumkan. Aku jarang melihat mereka tertawa, meski di masa awal kehidupan perkawinan mereka tidak bersedih. Keduanya memiliki pembawaan yang tenang dan stabil: bahkan di awal masa muda; mereka seperti orang-orang dewasa yang bijak.  

Mereka menikah di sebuah kota kecil yang memiliki hanya sebuah sekolah yang tak terlalu dikenal, dan hanya satu imam yang memimpin upacara. Masa berpacaran pada masa itu dilakukan secara sangat sederhana. Pasangan kekasih sangat menutup diri. Mereka saling berbicara mengenai perkawinan dan menganggap perkawinan sekedar sebagai sesuatu yang tak terhindarkan. Jika si gadis menjawab ya, orangtuanya akan merasa puas; jika tidak, dan si gadis dapat memberikan alasan yang tepat mengenai penolakannya, mereka menganggap hubungan itu telah berakhir. Pertama-tama masalah diselesaikan di hadapan orangtua, dan kemudian janji-janji diikrarkan di hadapan imam di sinagoga. Imam berdoa di sanctuarium di depan gulungan-gulungan Taurat, orangtua di tempat mereka biasanya, sementara pasangan muda di suatu apartemen yang bersebelahan berbicara secara pribadi mengenai maksud dan perjanjian. Ketika mereka telah mencapai kesepakatan, mereka menyampaikannya kepada orangtua mereka. Lagi, orangtua membicarakannya dengan imam, yang sekarang pergi menjumpai pasangan di luar sanctuarium. Upacara perkawinan dirayakan keesokan harinya.

Yoakim dan Anna tinggal bersama Eliud, ayah Anna. Di seluruh rumah diberlakukan tertib dan disiplin ketat kaum Esseni. Rumah itu terletak di daerah Sephoris, merupakan salah satu dari sekelompok rumah yang ada di sana, dan yang adalah terbesar di antaranya. Di sana Yoakim dan Anna tinggal tujuh tahun lamanya.

Orangtua Anna berkecukupan. Mereka mempunyai banyak ternak dan sebuah rumah yang ditata menawan dengan karpet-karpet, meja perabotan, dan sebagainya. Ada banyak pelayan, laki-laki dan perempuan. Aku tidak pernah melihat mereka mengerjakan pertanian, melainkan menggembalakan ternak di tanah-tanah yang subur. Ismeria dan Eliud adalah orang-orang yang saleh, taat beragama, banyak melakukan amal kasih dan adil. Mereka kerap membagi-bagi ternak dan harta milik lainnya menjadi tiga bagian: bagian pertama untuk Bait Allah, entah mereka mengantarkannya sendiri ataukah diterimakan pada pelayan-pelayan Bait Allah. Bagian kedua mereka berikan kepada fakir miskin atau sanak saudara mereka yang berkekurangan, sebagian dari mereka biasa datang untuk menerimanya. Bagian ketiga mereka simpan untuk keperluan mereka sendiri. Mereka hidup amat sederhana dan memberi kepada semua yang meminta pertolongan. Ketika aku melihat semua ini, bahkan di masa kanak-kanak, aku berpikiran bahwa memberi itu abadi. Ia yang memberi menerimanya kembali dua kali lipat, sebab aku melihat bahwa bagian yang ketiga itu dengan cepat bertambah banyak kembali. Segera saja bagian itu menjadi begitu besar hingga dapat dibagi-bagi lagi menjadi tiga bagian seperti sebelumnya. Ada banyak sanak saudara yang dalam segala peristiwa-peristiwa khusus datang berkumpul di rumah mereka. Tetapi aku tidak pernah melihat banyak pesta-pora dalam kesempatan-kesempatan itu. Makanan sungguh dibagi-bagikan di antara orang-orang miskin, namun tiada pernah aku melihat hiburan-hiburan meriah. Dalam pertemuan-pertemuan ini para tamu biasa duduk melingkar di tanah dan berbicara mengenai Allah dengan pengharapan yang sungguh. Seringkali terjadi bahwa sebagian dari sanak saudara ini adalah orang-orang jahat. Mereka tampak jengkel dan tidak senang apabila Eliud dan Ismeria, dengan penuh kerinduan surgawi menatap ke atas sementara mereka berbicara mengenai Allah. Tetapi, terhadap orang-orang yang bepikiran jahat, pasangan kudus ini tetap bersikap baik. Eliud dan Ismeria tidak pernah lalai mengundang mereka ke pertemuan-pertemuan dan memberikan kepada mereka dua kali lebih banyak dari yang lainnya. Aku biasa melihat bahwa orang-orang itu dengan perasaan pahit serta tak sabar saling iri hati akan apa yang diberikan Eliud dan Ismeria kepada mereka dengan maksud baik yang tulus. Bukan hal yang tak lazim pasangan kudus ini memberikan domba, terkadang satu, terkadang lebih, kepada mereka yang miskin.

Di sini, di rumah ayahnya, Anna melahirkan puteri sulungnya yang dinamai Maria. Aku melihat Anna bersukacita atas bayinya yang baru dilahirkan. Seorang bayi mungil yang menawan. Aku melihat bayi itu tumbuh sehat dan kuat; seorang kanak-kanak yang lembut dan saleh, dan orangtuanya mengasihinya. Namun demikian, ada sesuatu mengenai anak itu yang tak dapat aku mengerti, sesuatu yang menyatakan bahwa ia bukanlah anak yang dinanti-nantikan kedua orangtuanya sebagai buah persatuan mereka. Senantiasa ada suatu bayang-bayang kecemasan dan kegelisahan dalam diri mereka, seolah mereka telah menghinakan Allah, sebab itu mereka melakukan silih, bermatiraga dan melipatgandakan amal baik mereka. Aku kerap melihat mereka pergi secara terpisah untuk berdoa.

Mereka hidup secara demikian bersama ayah mereka - Eliud - selama tujuh tahun lamanya (yang aku perkirakan dari usia puteri sulung mereka), ketika pada akhirnya mereka memutuskan untuk keluar dari rumah Eliud. Tujuan mereka adalah untuk hidup secara pribadi, untuk memulai kembali hidup perkawinan mereka dan, dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang berkenan di hadapan Allah, mendatangkan berkat-Nya atas persatuan mereka. Aku melihat mereka mengambil keputusan ini di rumah Eliud, dan aku juga melihat Eliud menyisihkan sebagian dari harta miliknya untuk mereka. Ternak dibagi, sapi, keledai dan domba disisihkan bagi rumah tangga baru. Semua binatang itu jauh lebih banyak dari yang kita punyai di desa. Di atas punggung keledai dan sapi dibebankan segala macam barang, perabot dan pakaian. Orang-orang baik ini sungguh terampil dalam mengepak sementara hewan-hewan juga siap menerima dan membawa beban-beban.

Kita tidak mengepak barang-barang kita sedemikian terampil dalam kereta-kereta kita sebagaimana dilakukan orang-orang ini dengan hewan ternak mereka. Ada pada mereka bejana-bejana indah, semuanya jauh lebih penuh hiasan dibandingkan bejana-bejana pada masa sekarang. Buyung-buyung indah yang mudah pecah, yang dibentuk dengan amat seksama dengan banyak aneka rupa hiasan seperti ukiran, disumpal dengan lumut, dibalut dalam bungkusan-bungkusan, dililit dengan tali hingga ujung-ujungnya, dan digantungkan di punggung binatang di mana dibebankan buntalan-buntalan selimut berwarna dan pakaian. Sebagian dari kain-kain itu bersulam emas dan amat mahal harganya. Eliud memberikan kepada pasangan yang akan pergi itu suatu bungkah kecil namun berat dalam sebuah kantong; sepertinya bungkahan emas atau logam mulia. Ketika semuanya telah siap, para pelayan laki-laki dan perempuan membentuk iring-iringan dan menggiring ternak dan hewan beban di depan mereka menuju kediaman yang baru sekitar lima atau enam jam jauhnya.

Rumah itu berdiri di atas sebuah bukit di antara lembah Nazaret dan lembah Zebulon. Sebuah jalan setapak dengan pohon-pohon tarbantin menghantar orang ke sana. Di depan rumah, terdapat sebuah halaman tertutup, lantainya tampak olehku seperti dari batu. Halaman itu dikelilingi oleh sebuah dinding batu yang rendah dengan pagar tanam-tanaman tumbuh entah di atas atau di belakangnya. Di satu sisi halaman ini terdapat naungan untuk ternak. Di tengah rumah yang cukup besar terdapat sebuah pintu yang dipasang pada engsel-engselnya. Melalui pintu ini orang dihantar masuk ke semacam ruangan tamu, yang lebarnya selebar seluruh rumah. Sebelah kiri dan kanan ruangan terdapat kamar-kamar yang dipisahkan oleh sekat anyam-anyaman yang ringan, atau tirai-tirai, yang dapat dipindah-pindahkan sesuai kebutuhan. Di ruangan inilah jamuan-jamuan utama disajikan pada perayaan-perayaan, misalnya ketika Maria dipersembahkan di Bait Allah. Di seberang pintu masuk, sebuah pintu dari anyam-anyaman yang ringan menghantar orang dari ruangan ke sebuah lorong di mana di masing-masing sisinya terdapat empat kamar di sebelah kanan dan sebelah kiri. Kamar-kamar ini dipisah-pisahkan dengan sekat anyam-anyaman yang dapat dipindahkan, dan bagian atasnya berakhir dengan terali-terali. Sekat-sekat ini ditempatkan begitu rupa membentuk suatu ruang yang bundar, atau tepatnya semacam ruang segitiga; di bagian tengahnya, di seberang pintu, terdapat perapian. Di balik dua sisi yang miring, kiri dan kanan, terdapat kamar-kamar lain. Di tengah dapur ini, di langit-langit tergantung sebuah lampu dengan banyak cabang. Sekeliling rumah adalah padang dan kebun buah-buahan.

Ketika Yoakim dan Anna memasuki rumah baru mereka, mereka mendapati segala sesuatunya tertata rapi berkat kerapian para pelayan yang menatanya. Mereka membongkar barang-barang sebaik dan secermat mereka mengepaknya, dan semua ditata di tempatnya. Pelayan-pelayan Anna begitu terampil, mereka melakukan semuanya dengan tenang dan baik. Mereka tidak seperti pelayan-pelayan pada masa sekarang yang harus didikte satu persatu.

Dan sekarang pasangan yang kudus ini memulai di sini suatu hidup perkawinan yang baru. Mereka melakukan silih di hadapan Allah atas segala tahun-tahun yang telah lewat dan memulai kembali seolah-olah mereka baru saja menempuh hidup baru. Tujuan mereka satu-satunya adalah, dengan hidup berkenan di hadapan Allah, mendatangkan atas diri mereka berkat yang begitu mereka dambakan. Aku melihat mereka berdua hilir mudik di antara kawanan ternak. Mereka membagi-bagi ternak menjadi tiga bagian dan mempersembahkan bagian terbaik kepada Bait Allah. Kaum miskin menerima bagian yang kedua, dan bagian yang paling kurang baik mereka simpan untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka melakukan hal yang sama dengan segala milik kepunyaan mereka.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Santa Perawan Maria            Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama