Bab 2
Maria Dikandung Tanpa Dosa

St. Anna & St. Yoakim

Anna mendapatkan kepastian, suatu keyakinan yang teguh, bahwa kedatangan Mesias telah amat dekat, dan bahwa ia sendiri akan termasuk dalam bilangan keluarga-Nya menurut daging. Doanya dipanjatkan tanpa henti dan ia terus-menerus mengupayakan kekudusan yang terlebih lagi. Diwahyukan kepadanya bahwa ia akan melahirkan seorang anak yang terberkati. Puteri sulungnya, yang tinggal bersama kakeknya Eliud, dikasihi Anna sebagai puteri kandungnya sendiri dengan Yoakim, tetapi ia merasa yakin, melalui pencerahan batin, bahwa anak itu bukanlah anak yang dijanjikan. Selama sembilanbelas tahun lima bulan sesudah kelahiran anak pertama ini, Yoakim dan Anna tidak beroleh keturunan lagi. Mereka hidup dalam doa dan kurban yang tak kunjung henti, dalam matiraga dan pantang. Kerap aku melihat mereka membagi-bagikan ternak mereka, yang dengan cepat berkembang biak dan berlipat ganda. Yoakim kerap tinggal jauh bersama kawanannya dalam penyerahan diri dan doa di hadapan Allah.

Antusiasme dan kerinduan mereka berdua akan anak terberkati yang dijanjikan telah mencapai puncaknya. Banyak kenalan mencemooh kemandulan mereka sebagai ganjaran akan kejahatan mereka. Orang-orang itu bahkan mengatakan bahwa anak yang tinggal bersama Eliud sesungguhnya bukanlah anak kandung Anna, jika tidak pastilah anak itu tinggal bersama ibunya. Apabila Yoakim tidak di rumah melainkan bersama kawanan ternaknya pergi lagi ke Bait Allah untuk mempersembahkan kurban, Anna biasa mengutus pelayan-pelayan kepadanya di padang dengan membawa sejumlah barang-barang: burung-burung merpati dan burung-burung lain dalam keranjang dan kurungan. Yoakim membebankan ke atas dua keledai dari padang semua barang-barang itu, bersama tiga binatang kecil berleher panjang berwarna putih dan gesit, juga anak-anak domba dan anak-anak kambing dalam keranjang anyam-anyaman. Ia membawa sebuah lentera di ujung sebuah tongkat, yang tampak seperti sebuah lampu bercahaya dalam sebuah labu. Aku melihat Yoakim dengan segala persembahannya mengadakan perjalanan melintasi sebuah padang hijau nan indah antara Betania dan Yerusalem. Aku sering melihat Yesus di tempat yang sama. Menjelang sore, Yoakim tiba di Bait Allah. Keledai-keledai dikandangkan di tempat yang sama seperti kelak saat Maria dipersembahkan ke Bait Allah, dan persembahan-persembahan dibawa mendaki gunung yang menuju Bait Allah. Ketika mereka telah diterima oleh para pelayan Bait Allah, para pelayan Yoakim pulang sementara ia sendiri masuk ke dalam ruangan di mana terdapat bejana-bejana air untuk membasuh persembahan-persembahan. Dari sana ia melintasi sebuah lorong panjang ke sebuah ruangan di sebelah kiri sanctuarium di mana terdapat altar dupa, meja roti dan tempat lampu bercabang tujuh. Ruangan dipenuhi dengan orang-orang yang membawa persembahan. Yoakim diterima dengan sikap yang sangat menghina oleh seorang imam bersama Reuben yang nyaris tak hendak menerimanya. Yoakim didorong masuk ke dalam sebuah pojok di belakang terali, dan tidak seperti persembahan-persembahan orang lain ditempatkan di belakang terali di sebelah kanan ruang agar terlihat, persembahannya secara acuh tak acuh disisihkan ke samping. Para imam ada di sekeliling altar dupa di mana sedang diadakan kurban. Lentera-lentera dinyalakan dan api disulut pada tempat lampu bercabang tujuh, tetapi tidak ketujuhnya sekaligus. Aku sering memperhatikan bahwa cabang-cabang yang berbeda dinyalakan dalam peristiwa-peristiwa yang berbeda.

Aku melihat Yoakim meninggalkan Bait Allah dengan amat bersusah hati. Ia pergi dari Yerusalem melalui Betania dan menuju wilayah Macharus di mana ia mencari penghiburan di rumah seorang Esseni. Nabi Manaham dulu pernah tinggal di sini dan juga di sebuah keluarga Esseni di Betania. Nabi ini telah menubuatkan kepada Herodes semasa ia masih kanak-kanak mengenai kerajaannya kelak dan kejahatannya. Dari tempat ini, Yoakim pergi ke kawanan ternaknya yang paling jauh di Gunung Hermon. Jalanan melewati padang liar Gaddi dan menyeberangi Yordan. Hermon adalah sebuah gunung yang panjang sempit; bagiannya yang terkena sinar matahari kehijauan dan subur, sementara bagian lainnya masih berselimut salju. Yoakim begitu patah hati, begitu malu hingga ia tidak mengijinkan orang-orangnya memberitahukan kepada Anna di mana ia tinggal. Namun demikian, Anna mendengar penghinaan yang dialami Yoakim dari orang-orang lain yang menyaksikannya, dan hatinya remuk redam tak terperi. Aku melihatnya kerap terbaring menangis dengan wajah mencium tanah, sebab ia tidak tahu sama sekali mengenai keberadaan Yoakim. Selama lima bulan Yoakim tinggal dalam pengasingan di Hermon. Aku melihatnya berdoa dan meratap. Apabila ia pergi menggembalakan kawanan ternak dan dombanya, kerap kali ia begitu dikuasai kesedihan begitu rupa hingga ia prostratio di tanah dengan mukanya diselubungi. Para pelayan bertanya kepadanya apakah gerangan yang menjadi sumber kesedihan hatinya. Tetapi ia tidak mengatakan kepada mereka bahwa sebab ia tidak beroleh anak. Lagi, ia membagi-bagi kawanan ternaknya yang amat banyak itu menjadi tiga bagian. Bagian terbaik dikirimkannya ke Bait Allah, bagian kedua dikirimkannya kepada kaum Esseni dan bagian terakhir ia simpan untuk kepentingannya sendiri.

Anna di tengah kegundahan hatinya harus juga banyak menanggung penghinaan dari seorang pelayan perempuan yang kurang ajar, yang dengan keji mengejek kemandulannya. Anna telah lama bersabar terhadapnya, tetapi akhirnya ia menyuruh gadis itu pergi dari rumah. Pelayan ini minta ijin untuk pergi ke suatu pesta. Hal ini melanggar disiplin ketat kaum Esseni. Karenanya Anna menolak memberinya ijin; gadis pelayan itu mengecamnya, mengatakan bahwa pantaslah ia mandul dan ditinggalkan suami sebab perangainya buruk dan tak masuk akal. Anna mengirim gadis pelayan bersama pemberian-pemberian dengan diantar dua pelayan laki-laki pulang ke orangtua si gadis, agar orangtuanya dapat menerimanya dalam keadaan baik dan selamat sebagaimana ia telah datang kepada Anna. Anna juga mengirimkan pesan kepada mereka bahwa ia tidak lagi dapat memikul tanggung jawab atas gadis itu. Setelah gadis pelayan berangkat, Anna masuk ke dalam kamarnya dengan hati pilu dan berdoa. Menjelang senja, ia menyelubungi kepalanya dengan sebuah kerudung panjang dan membungkus diri rapat-rapat dengannya, membawa sebuah lentera di bawah mantolnya, keluar menuju tempat di bawah sebuah pohon yang rindang yang berdiri di halaman, menyalakan lentera dan berdoa. Pohon ini sangat besar, dengan anjang-anjang dan bangku-bangku yang ditata di bawahnya, sebab cabang-cabangnya yang mencapai atas tembok terjulur jatuh ke tanah, di mana cabang-cabang itu berakar dan bertunas dan lagi terjulur ke tanah dan berakar tunas, sehingga serangkaian anjang-anjang terbentuk sekeliling pohon. Daun-daunnya amat lebar. Aku pikir dengan daun-daun semacam inilah Adam dan Hawa membuat cawat untuk menutup tubuh mereka yang telanjang di Firdaus. Keseluruhan pohon itu memiliki ciri-ciri pohon terlarang itu. Buahnya yang berbentuk per bergantungan biasanya sebanyak lima buah di pucuk cabang. Daging buahnya berurat merah darah; di tengahnya terdapat bagian yang cekung di mana terdapat biji. Orang-orang Yahudi mempergunakan daun-daunnya yang lebar terutama pada Pesta Tabernakel. Mereka menghiasi tembok-tembok dengannya, menata daun-daun seperti sisik ikan, sehingga ujung-ujung daun saling pas dipasangkan satu sama lain.

Anna telah lama berdoa memohon dengan sangat kepada Allah agar ia tidak dipisahkan dari Yoakim, suaminya yang saleh, meski Ia berkehendak tidak memberinya anak-anak, ketika seorang malaikat menampakkan diri kepadanya. Malaikat melayang-layang di atasnya di udara. Ia meminta Anna mengistirahatkan hatinya sebab Allah telah berkenan mendengar doanya; agar ia keesokan pagi hendaknya pergi bersama dua pelayan perempuan ke Bait Allah di Yerusalem; di sana di bawah Gerbang Emas, dengan masuk dari sisi Lembah Yosafat, ia akan bertemu dengan Yoakim yang bahkan sekarang ini tengah dalam perjalanan ke sana; bahwa persembahan Yoakim akan diterima dan doanya didengarkan; bahwa malaikat juga menampakkan diri kepada Yoakim. Malaikat juga meminta Anna untuk membawa beberapa burung merpati bersamanya sebagai persembahan, dan menjanjikan bahwa nama anak yang akan segera dikandungnya akan dimaklumkan kepadanya.

Anna mengucap syukur kepada Allah dan kembali ke rumah. Ketika, sesudah doa yang panjang, ia membaringkan diri dan tidur di pembaringan, aku melihat cahaya turun atasnya. Cahaya itu melingkupinya, ya, bahkan merasukinya. Aku melihat Anna, dalam suatu penglihatan batin, terbangun dengan gemetar dan duduk tegak. Dekatnya, di sebelah kanan, ia melihat suatu sosok bercahaya menuliskan di dinding huruf-huruf Ibrani yang besar dan kemilau. Aku membaca dan memahami tulisan itu kata demi kata. Demikianlah ia akan mengandung, bahwa buah rahimnya akan sungguh istimewa, dan bahwa Berkat yang diterima Abraham akan menjadi sumber dari perkandungan ini. Aku melihat kegelisahan Anna mengenai bagaimana ia akan dapat menyampaikan semua ini kepada Yoakim, tetapi malaikat meyakinkannya dengan mengatakan kepadanya mengenai penglihatan Yoakim. Demikianlah aku menerima suatu penjelasan yang terang mengenai Maria Dikandung Tanpa Dosa. Aku melihat bahwa dalam Tabut Perjanjian terkandung Sakramen Inkarnasi, Yang Dikandung Tanpa Dosa, Misteri Pemulihan umat manusia yang jatuh ke dalam dosa. Aku melihat Anna, dengan takjub dan penuh sukacita, membaca huruf-huruf merah dan emas dari tulisan yang kemilau itu. Sukacitanya memuncak ke suatu tingkat begitu rupa hingga ketika ia bangkit untuk berangkat ke Yerusalem, ia tampak jauh lebih muda dari sebelumnya. Aku melihat dalam diri Anna, pada saat malaikat menampakkan diri kepadanya, suatu berkas cahaya dan dalam diri Anna suatu bejana kemilau. Aku tak dapat menjelaskannya dengan terlebih baik selain dari mengatakan bahwa bejana itu serupa buaian, atau sebuah tabernakel yang tadinya tertutup tetapi sekarang terbuka dan menjadi siap untuk menerima sesuatu yang kudus. Betapa aku terkagum-kagum melihatnya, sehingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata; sebab aku melihatnya seolah sebagai buaian keselamatan bagi segenap umat manusia, dan juga sebagai semacam bejana suci yang kini terbuka, yang selubungnya disingkapkan. Aku melihatnya begitu wajar seolah benda kudus yang satu dan sama.

Aku melihat juga penampakan malaikat kepada Yoakim. Malaikat memintanya untuk membawa persembahan ke Bait Allah dan menjanjikan bahwa doanya akan didengarkan, dan mengatakan bahwa hendaknya ia lewat di bawah Gerbang Emas. Mendengar pemakluman ini, Yoakim menjadi gelisah. Ia merasa amat malu pergi lagi ke Bait Allah. Tetapi malaikat meyakinkannya bahwa para imam telah beroleh pencerahan mengenainya. Waktu itu adalah Pesta Tabernakel. Yoakim dan para gembalanya telah mendirikan altar-altar mereka. Dengan sekawanan besar ternak sebagai persembahan, Yoakim tiba di Yerusalem pada hari keempat pesta dan menginap dekat Bait Allah. Anna tiba di Yerusalem juga pada hari keempat pesta. Ia berhenti di rumah keluarga Zakharia dekat pasar ikan, dan bertemu dengan Yoakim pertama kalinya baru pada hari akhir pesta.

Ketika Yoakim mendekati Bait Allah, dua dari para imam keluar menyongsongnya. Mereka melakukan ini seturut inspirasi ilahi. Yoakim membawa bersamanya dua anak domba dan tiga anak kambing. Persembahannya diterima, disembelih dan dibakar di tempat biasanya di Bait Allah. Tetapi sebagian darinya diambil dan dibakar di tempat lain di sebelah kanan serambi masuk, yang di tengah-tengahnya terdapat meja guru yang besar.

Ketika asap mengepul, aku melihat seberkas sinar turun atas Yoakim dan imam yang memimpin. Terdapat jeda sejenak, mereka yang menonton melihat dengan takjub, dan aku melihat dua orang imam menghampiri Yoakim dan membimbingnya melalui apartemen-apartemen samping masuk ke dalam sanctuarium di hadapan altar dupa. Kemudian para imam memasang dupa di atas altar, bukan biji-bijian dupa melainkan bungkahan dupa. Para imam segera undur diri dan meninggalkan Yoakim sendirian di depan altar. Aku melihat Yoakim berlutut, kedua tangannya terkedang, sementara dupa persembahan perlahan-lahan habis dimakan api. Ia tinggal mengurung diri di Bait Allah sepanjang malam, berdoa khusuk dengan kerinduan yang berkobar. Aku melihatnya dalam ekstasi. Suatu sosok bercahaya menampakkan diri kepadanya dengan cara yang sama seperti kepada Zakharia, dan memberinya sebuah gulungan bertuliskan huruf-huruf yang bercahaya. Terdapat tiga nama di sana: Helia, Hanna, Mirjam, dan dekat nama terakhir terdapat suatu gambar Tabut Perjanjian kecil, atau suatu tabernakel. Yoakim menempatkan gulungan ke dadanya di bawah pakaiannya. Malaikat mengatakan: “Anna akan mengandung seorang anak yang tanpa dosa dari siapa Penebus dunia akan dilahirkan.” Malaikat lebih lanjut mengatakan kepadanya untuk tidak lagi berduka atas kemandulannya yang bukan merupakan aib baginya, melainkan kemuliaan sebab apa yang akan dikandung isterinya bukan berasal darinya, melainkan melaluinya, buah dari Allah, puncak dari Berkat yang dianugerahkan kepada Abraham. Aku melihat Yoakim tidak dapat memahami perkataan ini. Lalu malaikat membimbingnya ke belakang tirai yang menutupi terali di hadapan Yang Mahakudus dari Yang Kudus. Jarak antara tirai dan terali memungkinkan orang berdiri. Kemudian malaikat menempatkan di hadapan wajah Yoakim sebuah bola kemilau yang memantulkan cahaya bagai sebuah cermin. Yoakim menghembus ke atasnya dan memandang ke dalamnya. Ketika aku melihat malaikat menempatkan bola begitu dekat pada wajah Yoakim, aku berpikir mengenai suatu kebiasaan yang berlaku di pesta-pesta perkawinan desa kami, di mana seorang mengecup sebuah gambar kepala dan memberikan empatbelas sen kepada koster. Dan sekarang, seolah dipanggil oleh napas Yoakim, muncul segala macam gambar pada bola. Ia melihatnya dengan jelas, sebab hembusan napasnya tidak mengusamkan bola. Tampak olehku bahwa kemudian malaikat mengatakan kepadanya bahwa Anna akan mengandung meski tetap tak ternoda olehnya sebagaimana bola itu. Kemudian melaikat menjauhkan bola dari Yoakim dan mengunjukkannya tinggi-tinggi.

Aku melihat bola melayang-layang di udara dan, seolah melalui suatu lubang, gambar-gambar mengagumkan yang tak terbilang banyaknya masuk ke dalam bola. Gambar-gambar ini bagai seluruh dunia, satu gambar muncul dari gambar lainnya. Di puncak yang tertinggi muncul Tritunggal Mahakudus, dan di bawah, di satu sisi, adalah Firdaus, Adam dan Hawa, jatuhnya manusia dalam dosa, Janji akan seorang Penebus, Nuh, Bahtera, gambar-gambar yang berhubungan dengan Abraham dan Musa, Tabut Perjanjian, dan berbagai macam simbol Maria. Aku melihat kota-kota, menara-menara, pintu-pintu gerbang, bunga-bunga, semuanya secara mengagumkan dihubungkan satu sama lain oleh berkas-berkas cahaya yang bagai jembatan-jembatan. Semuanya diserang dan digempur oleh binatang-binatang buas dan roh-roh, yang meski demikian di mana-mana dikalahkan oleh aliran-aliran cahaya yang meledak di atas mereka.

Aku melihat juga sebuah taman yang dikelilingi oleh pagar tanam-tanaman yang lebat. Segala macam binatang yang mengerikan berusaha untuk masuk ke dalamnya, tetapi tak dapat. Aku melihat sebuah menara diserang oleh prajurit-prajurit yang banyak jumlahnya, yang meski demikian selalu terpukul mundur.

Dan dengan cara ini aku melihat gambar-gambar yang tak terkira banyaknya, semuanya berhubungan dengan Maria. Gambar-gambar ini saling dipertalikan dengan jalan-jalan atau jembatan-jembatan. Di sana aku melihat halangan-halangan, rintangan-rintangan, pergulatan-pergulatan, yang kesemuanya berhasil diatasi, dan gambar-gambar pun lenyap berturut-turut di balik bola, seolah telah masuk ke dalam Yerusalem Surgawi. Tetapi, sementara aku memandangnya lenyap ke dalam bola, bola itu sendiri naik ke atas dan aku tak melihatnya lagi.

Sekarang malaikat mengeluarkan sesuatu dari Tabut Perjanjian meski tanpa membuka pintunya. Itu adalah Misteri Tabut, Sakramen Inkarnasi, Yang Dikandung Tanpa Dosa, Penggenapan Berkat Abraham. Aku melihatnya dalam rupa suatu sosok yang bercahaya. Malaikat memberkati atau mengurapi dahi Yoakim dengan ujung ibujari dan jari telunjuknya; kemudian ia menyelipkan sosok bercahaya ke balik jubah Yoakim dan sosok itu masuk ke dalam Yoakim, tetapi bagaimana aku tak dapat mengatakannya. Malaikat juga memberinya sesuatu untuk diminum dari sebuah piala yang berkilau yang dipegangnya dengan dua jarinya. Piala mempunyai bentuk yang sama dengan yang dipergunakan pada Perjamuan Malam Terakhir, tetapi tanpa kaki. Yoakim diperintahkan untuk membawa piala bersamanya dan menyimpannya di rumah.

Aku mengerti bahwa malaikat melarang Yoakim mengungkapkan suatu pun mengenai Misteri Kudus ini; dan kemudian juga, aku mengerti mengapa Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, menjadi bisu setelah menerima berkat dan janji akan kesuburan Elisabet melalui Misteri Tabut Perjanjian. Dinyatakan kepadaku bahwa dengan berkat ini Yoakim menerima buah tertinggi dan penggenapan sejati dari Berkat Abraham, yakni berkat bagi yang dikandung tanpa dosa dari Perawan Tersuci yang akan meremukkan kepala ular. Sekarang malaikat membimbing Yoakim keluar dari Yang Mahakudus dari Yang Kudus dan lenyap. Yoakim tergeletak di atas tanah dalam keadaan ekstasi bagai seorang yang lumpuh tak berdaya.

Aku melihat para imam memasuki Sanctuarium, membimbing Yoakim dengan hormat dan menempatkannya di sebuah kursi yang terletak di atas sebuah podium yang tinggi di mana biasanya hanya para imam yang duduk. Kursi itu hampir seperti yang dipergunakan Magdalena dalam keagungannya. Mereka membasuh wajahnya, mendekatkan sesuatu pada hidungnya dan memberinya minum; singkat kata, mereka memperlakukannya sebagai seorang yang pingsan. Yoakim, dengan keutamaan yang telah diterimanya dari malaikat, tampak bercahaya. Ia tampak seolah kembali ke masa remajanya.

Sesudahnya, Yoakim dihantar oleh para imam ke jalan masuk lorong bawah tanah yang melintas di bawah Bait Allah dan di bawah Gerbang Emas. Lorong ini dikhususkan untuk peristiwa-peristiwa khusus. Dalam kesempatan-kesempatan tertentu, para peniten dibimbing ke sana untuk pemurnian, rekonsiliasi dan absolusi. Para imam meninggalkan Yoakim di jalan masuk dan ia sendirian masuk ke dalam sebuah lorong sempit yang semakin melebar dan nyaris tak terasa menurun. Di sana berdiri pilar-pilar yang dilingkari dengan dedaunan, tampak seperti pohon-pohon dan tanam-tanaman merambat. Dekorasi dinding yang berwarna hijau dan emas gemerlap dalam cahaya merah yang turun dari atas. Yoakim telah melintasi sepertiga lorong ketika Anna menjumpainya di tengah lorong tepat di bawah Gerbang Emas di mana berdiri sebuah pilar serupa pohon palma dengan dedaunan dan buah-buahan tergantung. Anna telah dibimbing masuk ke dalam lorong bawah tanah melalui sebuah jalan masuk di ujung satunya oleh imam kepada siapa Anna dan pelayan perempuannya menyerahkan persembahan burung-burung merpati dalam keranjang-keranjang, dan yang juga kepada siapa Anna menceritakan apa yang dinyatakan malaikat kepadanya. Anna juga disertai oleh beberapa perempuan, di antaranya Nabi perempuan Hana; mereka semua meninggalkannya seorang diri di jalan masuk.

Aku melihat Yoakim dan Anna saling berpelukan dalam ekstasi. Mereka dikelilingi himpunan besar para malaikat, sebagian melayang-layang di atas Yoakim dan Anna dengan membawa sebuah menara bercahaya seperti yang biasa kita lihat dalam gambar-gambar Litani Loretto. Menara itu lenyap di antara Yoakim dan Anna yang keduanya dilingkupi cahaya gemilang dan kemuliaan. Pada saat yang sama, langit di atas mereka terbuka dan aku melihat sukacita Tritunggal Mahakudus dan para malaikat atas perkandungan Maria. Keduanya, Yoakim dan Anna, berada dalam keadaan adikodrati. Aku paham bahwa pada saat di mana mereka berpelukan dan sinar melingkupi mereka, terjadilah perkandungan Maria yang tanpa dosa. Juga diberitahukan kepadaku bahwa Maria dikandung sebagaimana perkandungan akan terjadi andai manusia tidak jatuh ke dalam dosa.

Sesudahnya, Yoakim dan Anna memuliakan Allah dan berbalik menuju gerbang keluar. Mereka lewat di bawah suatu bangunan melengkung masuk ke dalam suatu ruangan serupa kapel di mana banyak lentera-lentera dinyalakan. Dari sana mereka menuju gerbang di mana mereka diterima oleh para imam yang menemani mereka kembali. Bait Allah seluruhnya dibuka dan dihiasi dengan karangan-karangan dedaunan dan buah-buahan. Ibadat ilahi dilangsungkan di bawah langit terbuka. Di satu tempat berdiri delapan pilar dengan jarak tertentu satu sama lain, dan di atasnya dilingkarkan karangan-karangan hijau.

Yoakim dan Anna pergi sejenak ke salah satu rumah para imam di Yerusalem dan kemudian segera melakukan perjalanan pulang. Aku melihat di Nazaret mereka menyelenggarakan suatu perjamuan di mana banyak orang-orang miskin diberi makan dan derma. Yoakim menerima banyak ucapan selamat atas diterimanya persembahannya. Aku melihat bagaimana Yoakim dan Anna dikuasai sukacita dan syukur dan kasih yang berkobar-kobar kepada Allah apabila mereka mengenangkan belas kasihan-Nya kepada mereka. Aku kerap melihat mereka berdoa bersama dengan berurai airmata. Sejak saat itu mereka hidup dalam matiraga sempurna dan dalam hormat dan takut akan Allah. Pada saat ini aku beroleh pengajaran akan dampak besar yang didatangkan atas anak-anak dengan kemurnian, laku tapa dan matiraga kedua orangtua.

Empat setengah bulan kurang tiga hari sesudah St Anna mengandung di bawah Gerbang Emas, aku melihat jiwa Maria, yang dibentuk oleh Tritunggal Mahakudus, ada dalam pergerakan. Aku melihat Pribadi-pribadi Ilahi saling merasuki satu sama lain dan menjadi suatu gunung besar yang bercahaya, dan masih seperti sosok seorang manusia. Aku melihat sesuatu dari tengah-tengah Ketiga Pribadi Ilahi muncul ke arah mulut dan keluar darinya bagai seberkas sinar. Sinar ini melayang-layang di hadapan wajah Allah dan mengenakan bentuk seorang manusia, atau tepatnya dibentuk demikian. Sementara mengambil rupa manusia, aku melihatnya, seolah atas perintah Allah, dibentuk dengan teramat indah menawan. Aku melihat Allah memamerkan keindahan jiwa ini kepada para malaikat dan dari jiwa itu para malaikat mengalami sukacita yang tak terkatakan.

Aku melihat jiwa itu bersatu dengan tubuh hidup Maria dalam rahim Anna. Anna sedang berbaring tidur di atas pembaringannya. Aku melihat seberkas sinar melayang-layang di atasnya dan dari sana seberkas sinar turun ke tengah lambungnya. Aku melihat sinar itu masuk ke dalam Anna dalam bentuk sosok manusia kecil yang bercahaya. Pada saat yang sama Anna duduk. Ia sepenuhnya dilingkupi cahaya dan ia mendapat suatu penglihatan. Ia melihat dirinya sendiri; seolah berada di dalamnya, seolah dalam sebuah tabernakel, seorang perawan suci yang bercahaya dari mana berasal segala keselamatan. Aku melihat juga bahwa inilah saat Maria pertama kalinya bergerak dalam rahim bundanya.

Anna bangkit dan menceritakan kepada Yoakim apa yang telah terjadi. Kemudian Anna pergi keluar untuk berdoa di bawah pohon di mana seorang anak dijanjikan kepadanya. Aku tahu bahwa jiwa Maria menggerakkan tubuhnya lima hari lebih awal dari yang umumnya terjadi pada anak-anak biasa dan bahwa Maria dilahirkan duabelas hari lebih awal.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Santa Perawan Maria          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama