Bab 5
Malam Kelahiran Maria


Betapa sukacita di segenap penjuru alam raya! Burung-burung berkicau, anak-anak domba dan anak-anak kambing bermain-main dan melompat-lompat gembira, kawanan merpati mengepak-ngepakkan sayap penuh sukacita sekeliling tempat di mana tadinya rumah Anna berdiri. Sekarang aku melihat hanya padang liar saja di sana. Tetapi aku mendapat penglihatan mengenai para peziarah pada masa-masa yang jauh silam yang, dengan berikat pinggang dan dengan tongkat panjang di tangan, pergi menyusuri negeri menuju Gunung Karmel. Di kepalanya mereka mengenakan sehelai kain yang dililitkan di kepala seperti serban. Mereka juga ikut ambil bagian dalam kegembiraan alam raya. Dan ketika dengan keheranan mereka bertanya kepada para pertapa yang tinggal dekat sana penyebab dari kegembiraan yang meluap-luap ini, mereka mendapatkan jawaban bahwa kegembiraan yang demikian biasa terjadi. Mereka senantiasa mengamati malam peringatan kelahiran Maria di sekitar tempat itu di mana tadinya berdiri rumah Anna. Para pertapa menceritakan kepada mereka tentang seorang kudus di masa silam yang pertama kali memperhatikan keajaiban alam ini. Kisahnya memunculkan perayaan pesta Kelahiran Santa Perawan Maria yang segera saja menjadi umum di segenap penjuru Gereja. Dan sekarang aku juga melihat begaimana ini diwariskan.

Aku melihat seorang peziarah saleh, duaratus limapuluh tahun setelah wafat Maria, menyusuri Tanah Suci, mengunjungi dan menghormati segala tempat-tempat yang berhubungan dengan Yesus semasa Ia di dunia. Peziarah ini dibimbing kuasa adikodrati. Terkadang ia tinggal selama beberapa hari di tempat-tempat tertentu di mana ia merasakan penghiburan yang luar biasa. Di sana ia berdoa dan bermeditasi, dan di sana juga ia menerima wahyu-wahyu dari Yang Mahatinggi. Selama beberapa tahun, dari tanggal 7 hingga 8 September, ia mengamati suatu sukacita semarak di alam raya dan mendengar suara-suara malaikat bernyanyi di udara. Ia berdoa dengan khusuk guna mengetahui arti semua ini, dan dinyatakan kepadanya dalam suatu penglihatan bahwa itu adalah malam kelahiran Santa Perawan Maria. Sang peziarah sedang dalam perjalanan ke Gunung Sinai ketika ia mendapatkan penglihatan ini. Dalam penglihatan diberitahukan juga kepadanya mengenai keberadaan sebuah kapel yang dibangun demi menghormati Maria dalam sebuah gua Nabi Elia. Dan ia diperintahkan untuk mengungkapkan hal ini, pula suasana malam kelahiran Santa Perawan Maria, kepada para pertapa di Gunung Sinai.

Aku melihatnya lagi ketika ia tiba di gunung. Di mana sekarang berdiri biara, di sana bahkan pada masa awali, tinggallah para pertapa yang terserak di sana sini. Pada masa itu, seperti juga pada masa sekarang, tempat itu tidak dapat dimasuki dari lembah. Untuk mencapai puncak gunung dari sisi tersebut dipergunakan mesin-mesin pengerek. Aku melihat, sebagai hasil dari pewartaan sang peziarah, di sini untuk pertama kalinya dirayakan pesta peringatan Kelahiran Santa Perawan Maria pada tanggal 8 September tahun 250, dan kemudian perayaan ini diperkenalkan ke wilayah-wilayah lain Gereja.

Aku melihat para pertapa menemani sang peziarah ke gua Elia untuk mengunjungi kapel yang dibangun dalam sana demi menghormati Maria. Tetapi tidaklah mudah menemukan gua, sebab gunung diselimuti kebun-kebun yang masih menghasilkan buah-buah berlimpah meski telah lama dibiarkan liar, ada banyak gua-gua para pertapa dan kaum Esseni di sana. Peziarah yang mendapat penglihatan meminta mereka untuk mengutus seorang Yahudi ke berbagai gua itu, dan gua yang dapat dimasukinya itulah gua Elia. Demikianlah diperintahkan kepadanya dalam penglihatan. Aku kemudian melihat mereka mengutus seorang Yahudi tua untuk masuk ke dalam gua-gua, tetapi, setiap kali ia mencoba masuk ke suatu gua yang memiliki jalan masuk sempit yang dibangun di depannya, ia terpental. Dengan mukjizat inilah akhirnya ditemukan gua Elia. Setelah masuk, mereka menemukan sebuah gua lain yang jalan masuknya telah ditutup oleh batu-batu; inilah kapel di mana Nabi Elia berdoa menghormati Bunda Juruselamat yang akan datang. Banyak relikui-relikui suci yang masih disimpan di sana, tulang-belulang para nabi dan patriark, tirai-tirai dan bejana-bejana yang dulu dipergunakan dalam upacara-upacara Hukum Lama.

Tempat di mana semak duri tadinya berdiri disebut dalam bahasa negeri itu: Bayangan Allah. Orang masuk ke dalamnya dengan bertelanjang kaki. Kapel Elia memiliki dinding dari batu-batu besar yang indah di mana terdapat galur-galur serupa bunga-bunga. Sesudahnya, batu-batu ini dipergunakan untuk pendirian gereja. Di sekitar sana terdapat sebuah gunung yang seluruhnya berpasir merah, dan meski demikian menghasilkan buah-buah yang menarik hati.

Aku tahu dari St Brigitta bahwa jika seorang perempuan hamil berpuasa pada malam kelahiran Maria dan dengan khusuk mendaraskan sembilan Salam Maria demi menghormati sembilan bulan yang dilewatkan Santa Perawan dalam rahim St Anna; jika ia kerap mengulang doa-doa ini sepanjang kehamilannya, dan teristimewa pada malam kelahiran, menyambut Sakramen-sakramen kudus dengan khidmad, maka Santa Perawan sendiri yang akan mempersembahkan doa-doa perempuan ini kepada Allah dan mendatangkan atasnya, bahkan meski dalam situasi-situasi yang amat kritis, kelahiran yang bahagia.

Aku melihat Santa Perawan pada malam kelahirannya. Ia mengatakan kepadaku, “Barangsiapa pada malam ini (7 September) mendaraskan sembilan kali Salam Maria dengan penuh cinta dan khusuk demi menghormati sembilan bulan yang aku lewatkan dalam rahim bundaku, dan juga demi menghormati kelahiranku, dan meneruskan devosi yang sama selama sembilan hari berturut-turut, maka setiap hari ia memberikan kepada para malaikat sembilan kuntum bunga untuk suatu karangan bunga. Karangan bunga ini dibawa para malaikat ke surga dan dipersembahkan kepada Tritunggal Mahakudus guna mendapatkan perkenan Allah bagi dia yang berdoa.”

Aku dibawa ke suatu tempat tinggi antara surga dan bumi. Aku melihat bumi di bawahku redup dan suram; di atasku surga di mana, di antara paduan-paduan suara para malaikat dan susunan para terberkati, adalah Santa Perawan di hadapan tahta Allah. Aku melihat dipersiapkan bagi Santa Perawan dua tahta kehormatan, dua bangunan kehormatan, yang akhirnya menjadi gereja-gereja, ya, seluruh kota-kota, dan gereja-gereja dibentuk dari doa-doa di bumi. Gereja-gereja dibangun sepenuhnya dari bunga-bungaan, dedaunan, karangan-karangan bunga, berbagai macam ragam nilai dan karakteristik doa pribadi dan doa seluruh jemaat. Para malaikat dan para kudus mengambilnya dari tangan-tangan mereka yang mempersembahkannya dan lalu menghantarnya ke surga.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Santa Perawan Maria          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama