Bab 21
Yesus di Betania

Sekitar enam mil dari Betania, jalan yang dilewati Yesus membawa-Nya melintasi suatu wilayah pegunungan. Sore itu Ia memasuki sebuah dusun kecil di mana hanya ada satu jalan, sekitar setengah jam jauhnya, yang melintasi sebuah gunung. Betania kemungkinan masih tiga jam di depan. Orang dapat melihat di kejauhan wilayah di mana Betania terhampar, sebab letaknya di dataran rendah. Dari gunung ini terbentang ke utara dan ke timur, sebuah padang sekitar tiga jam lebarnya menuju padang gurun Efron. Di antara dua padang gurun inilah aku melihat Maria dan teman-temannya malam itu menginap di sebuah penginapan.

Gunungnya adalah tempat di mana Yoab dan Abisai, dalam kejaran Abner, berhenti ketika Abner menyapa mereka. Tempat ini disebut Ama dan terletak di utara Yerusalem. Tempat di mana Yesus berada menghadap sekaligus ke utara dan ke timur. Aku pikir tempat itu disebut Giah. Letaknya di seberang padang Gibeon, yang dimulai di kaki gunung dan terhampar ke padang Efron; sekitar tiga jam panjangnya. Yesus tiba pada sore hari dan memasuki sebuah rumah untuk mendapatkan sedikit makanan. Mereka membasuh kaki-Nya dan menyajikan di hadapan-Nya minuman serta beberapa ketul roti. Beberapa orang segera berkumpul sekeliling-Nya. Sebab Ia baru saja datang dari Galilea, mereka menanyai-Nya mengenai Guru dari Nazaret yang beritanya begitu banyak mereka dengar dari Yohanes dan sumber-sumber lain. Mereka menanyakan juga apakah baptisan Yohanes sungguh diperlukan. Yesus mengajar mereka dengan cara seperti biasanya, mendorong mereka menerima baptisan dan bertobat, berbicara mengenai Nabi dari Nazaret dan mengenai Mesias. Ia mengatakan bahwa Mesias akan muncul di tengah mereka, tetapi mereka tak akan mengenali-Nya, ya, mereka bahkan akan menganiaya dan menyengsarakan-Nya. Mereka wajib berjaga sebab waktu bagi adven-Nya telah tiba. Ia tidak akan tampil dalam semarak dan kemegahan; Ia miskin dan akan berjalan di antara kaum sederhana. Orang-orang di tempat ini tidak mengenal Yesus, tetapi mereka menyambut-Nya dengan baik dan menghormati-Nya. Para calon baptis telah melewati tempat ini dan telah berbicara mengenai-Nya. Setelah beristirahat sekitar dua jam, Ia melanjutkan perjalanan-Nya dengan disertai beberapa orang baik.

Yesus tiba di Betania malam hari. Lazarus kemungkinan telah beberapa hari berada di rumahnya di Yerusalem di sebelah barat Gunung Sion, di sisi yang sama dengan Gunung Kalvari. Tetapi pastilah ia telah mendengar dari para pengikut bahwa Yesus bermaksud mengunjungi Betania, sebab ia telah datang ke sana pada waktunya untuk menyambut Dia. Kastil di Betania adalah milik Marta, tetapi Lazarus senang tinggal di sana, jadi ia dan saudarinya menempati rumah bersama. Mereka menantikan Yesus; perjamuan telah dipersiapkan. Marta tinggal di sebuah rumah di seberang halaman. Ada sejumlah tamu berkumpul di kedua rumah. Bersama Marta ada Serafia (Veronica), Maria Markus dan seorang perempuan lanjut usia dari Yerusalem yang tinggal di Bait Allah dan meninggalkan bait tak lama sesudah Maria masuk ke Bait Allah. Ia ingin tinggal, tetapi Tuhan mempunyai rencana lain untuknya dan ia pun menikah. Bersama Lazarus ada Nikodemus, Yohanes Markus, putera tunggal Simeon, dan seorang lanjut usia bernama Obed, saudara atau putera dari saudara laki-laki Nabi Hana. Semuanya secara diam-diam bersahabat dengan Yesus, sebagian melalui Yohanes Pembaptis, sebagian melalui Keluarga Kudus, dan melalui nubuat Simeon dan Hana di Bait Allah.

Nikodemus adalah seorang yang bijaksana dan penuh rasa ingin tahu, yang dengan antusias menantikan kedatangan Yesus. Semua telah menerim baptisan Yohanes, dan semua berkumpul di sini secara diam-diam atas undangan Lazarus. Di kemudian hari, Nikodemus melayani Yesus, tetapi secara sembunyi-sembunyi.

Lazarus telah mengutus beberapa pelayan untuk menyongsong Yesus di jalan. Sekitar tigapuluh menit dari Betania, Yesus muncul dengan seorang pelayan tua kepercayaan yang kelak menggabungkan diri dengan para pengikut Yesus. Orang tua itu prostratio dengan wajah mencium tanah di hadapan-Nya, mengatakan, “Hamba adalah pelayan Lazarus. Jika hamba beroleh kasih karunia di hadapan-Mu, ya Tuhan-ku, sudi ikutilah hamba ke rumah tuan hamba.” Yesus memintanya bangkit dan mengikutinya. Yesus baik hati terhadap pelayan tua ini, tetapi pada saat yang sama Ia menempatkan diri sesuai martabat-Nya. Adalah cara-Nya bertindak yang memberi-Nya daya kuasa untuk menarik orang banyak. Orang banyak mencintai Putra Manusia; mereka merasakan kehadiran Allah. Pelayan menghantarkan Yesus ke sebuah serambi dekat sebuah mata air di pintu masuk kastil, di mana segala ssuatu telah dipersiapkan untuk mmbasuh kaki-Nya dan mengganti kasut-Nya. Ia mengenakan alas kaki tebal berwarna hijau yang sekarang ditukar-Nya dengan sepasang alas kaki yang kokoh dengan bagian atas dari kulit. Sejak saat itu Ia terus mengenakan alas kaki ini. Pelayan menyapu debu dari pakaian-Nya dan menjerengnya. Ketika pembasuhan kaki-Nya telah selesai, Lazarus dan teman-temannya muncul dengan membawa hidangan ringan bagi Yesus dan sesuatu dalam sebuah cawan minum. Yesus memeluk Lazarus dan menyapa yang lain, merentangkan tangan-Nya kepada mereka. Mereka melayani-Nya dengan ramah dan menemani-Nya masuk ke dalam rumah. Beberapa waktu sesudah-Nya, Lazarus menghantar-Nya menyeberangi halaman ke kediaman Marta. Para perempuan di sana berlutut dengan kepala berkerudung di hadapan-Nya. Yesus membangkitkan mereka dan mengatakan kepada Marta bahwa BundaNya akan segera datang untuk menantikan di sana kedatangan-Nya kembali dari pembaptisan.

Lalu mereka semua kembali ke kediaman Lazarus di mana perjamuan telah menanti. Sajian terdiri dari seekor anak domba panggang, burung merpati, sayur-mayur, roti, madu dan buah-buahan. Di meja tersedia cawan-cawan; para tamu duduk di atas bangku-bangku dengan sandaran tanpa lengan, berdua-dua. Para perempuan makan di ruang sebelah. Yesus berdoa sebelum santap dimulai dan memberkati makanan. Yesus amat khidmad meski sedikit sedih. Dalam acara bersantap, Ia mengatakan bahwa masa pencobaan telah menjelang, bahwa Ia hendak memulai suatu perjalanan berat yang akan berakhir dengan pahit. Ia mendorong mereka, jika mereka adalah sungguh sahabat-Nya, untuk berdiri teguh, sebab seperti DiriNya, mereka akan harus banyak menderita. Ia berbicara begitu menyentuh hati hingga mereka semua mencucurkan airmata, meski mereka tidak sepenuhnya memahami-Nya dan tak tahu bahwa Ia adalah Allah.

Keinginan untuk memahami dari pihak mereka yang di sekeliling Yesus itu, senantiasa menjadi subyek keherananku, sebab aku sendiri telah melihat kesaksian yang tak terbilang banyaknya mengenai ke-Allah-an-Nya dan misi-Nya; dan aku tidak dapat tidak bertanya mengapa apa yang diperlihatkan kepadaku dengan begitu jelas, tidak diperlihatkan kepada orang-orang ini. Aku telah melihat manusia diciptakan oleh Allah, Hawa diambil dari lambung Adam dan diberikan kepadanya sebagai isteri, dan keduanya jatuh dalam dosa dari ketidakberdosaan mereka. Aku telah melihat Janji Mesias, tercerai-berainya bangsa manusia, penyelenggaraan ilahi yang mengagumkan dan misteri-misteri-Nya dalam mempersiapkan jalan demi datangnya Santa Perawan. Aku melihat turunnya Berkat dari mana Sabda menjadi Daging bergerak bagai suatu jalan cahaya melintasi segala generasi leluhur Maria. Akhirnya aku mihat pesan malaikat kepada Maria dan berkas cahaya dari Allah yang merasuki Santa Perawan pada saat Juruselamat menjadi Manusia. Dan setelah semua ini, betapa tidak mencengangkan bagiku, seorang pendosa yang malang dan tak layak, melihat orang-orang kudus pada masa itu dan sahabat-sahabat Yesus di hadapan-Nya, meski mengasihi dan menghormati-Nya, namun dikuasai oleh pemikiran bahwa kerajaan-Nya adalah suatu kerajaan duniawi; melihat mereka memandang-Nya sungguh sebagai Mesias yang dijanjikan, namun demikian tidak pernah membayangkan bahwa Ia adalah Allah Sendiri. Yesus bagi mereka hanyalah Putra Yosef, dan Maria adalah BundaNya. Tak terpikir oleh seorang pun bahwa Maria adalah seorang perawan sebab mereka tidak tahu akan Perkandungannya yang Tanpa Dosa secara adikodrati; sngguh mereka bahkan tidak tahu mengenai Misteri Tabut Perjanjian. Sungguh telah merupakan suatu yang besar dan suatu tanda rahmat istimewa bahwa mereka mengasihi-Nya dan mengakui-Nya. Kaum Farisi, meski tahu mengenai nubuat Simeon dan Hana pada waktu Yesus dipersembahkan di Bait Allah, dan yang telah mendengarkan ajaran-Nya yang mengagumkan di Bait Allah semasa Ia masih seorang kanak-kanak, sama sekali bertegar hati. Mereka sungguh telah mangajukan pertanyaan-pertanyaan pada waktu itu mengenai keluarga sang Kanak-kanak dan lalu mengenai para guru-Nya; tetapi mereka menganggap Ia dan keluarga-Nya terlalu miskin, terlalu tak berarti, terlalu hina dina. Mereka menghendaki seorang Mesias yang semarak mulia dalam segala hal. Lazarus, Nikodemus dan banyak pengikut Yesus menyimpan keyakinan rahasia bahwa Ia dipanggil bersama para murid-Nya untuk menguasai Yerusalem, membebaskan bangsa Yahudi dari penindasan Roma, dan untuk membangun bagi mereka suatu kerajaan mereka sendiri. Sungguh, sama halnya dulu dan sekarang, ketika setiap orang mungkin memandang-Nya sebagai seorang Juruselamat yang akan memulihkan bangsa-Nya pada kebebasan dan mendirikan kembali pemerintahan lama yang tercinta. Tak diketahui pada masa itu bahwa Kerajaan yang satu-satunya dapat menolong kita, bukan dari dunia silih ini. Ya, mereka sungguh bersukacita pada waktu memikirkan, sekarang akan segera berakhir kemuliaan dari tirani yang begini atau begitu. Namun demikian mereka tidak berani menyatakan pemikiran mereka kepada Yesus. Mereka menaruh rasa hormat kepada-Nya; di samping itu mereka tak dapat membaca kegenapan dan pengharapan mereka dalam sikap dan perilaku-Nya, pun dalam perkataan yang Ia ucapkan.

Setelah makan, semua undur diri ke sebuah oratorium di mana Yesus mempersembahkan doa syukur bahwa waktu-Nya, misi-Nya sekarang akan dimulai. Sungguh doa yang teramat menyentuh hati dan semua berurai airmata. Para perempuan ikut ambil bagian, tetapi berdiri di belakang. Mereka mendaraskan bersama doa biasanya, sesudah itu Yesus menyampaikan berkat-Nya atas mereka dan dihantar oleh Lazarus ke kamar-Nya untuk beristirahat malam itu. Kamar itu adalah sebuah kamar yang besar yang dibagi menjadi bilik-bilik di mana para lelaki tidur; tetapi bilik-bilik ini lebih indah dari biik-bilik dalam rumah-rumah biasa. Pembaringan tidak digulung, seperti pada umumnya, melainkan ditempatkan dalam sebuah perabot semacam panggung yang bagian depannya dihiasi dengan hiasan-hiasan gantung dan rumbai-rumbai. Sebuah tikar yang baik digulung pada dinding dekat pembaringan. Tikar itu, dengan sebuah kerekan, dapat dinaikkan atau diturunkan di depan pembaringan, dengan demikian menyembunyikan pembaringan apabila sedang tidak dipergunakan, dan membentuk semacam atap yang miring. Di samping pembaringan terdapat sebuah meja kecil, dan dalam suatu ceruk di dinding berdiri sebuah bejana air yang tinggi dan bejana yang terlebih kecil untuk mengambil dan menuang air. Sebuah lampu tampak menjorok dari dinding  dan di cabangnya tergantung sebuah handuk kamar mandi. Lazarus menyalakan lampu, berlutut di hadapan Yesus, yang sekali lagi memberkatinya, lalu pergi.

Maria si Pendiam, saudari Lazarus, tidak menampakkan diri. Di hadapan yang lain, ia tidak pernah mengucapkan sepatah kata pun; tetapi apabila seorang diri dalam kamar atau di tamannya, ia berbicara lantang kepada dirinya sendiri dan kepada semua obyek di sekelilingnya, seolah mereka bernyawa. Hanya di hadapan orang-orang lain ia bersikap sama sekali bisu dan kaku, matanya terarah ke bawah; ia tampak bagai sebuah patung. Tetapi, apabila disalami, ia membungkukkan tubuh dan amat sopan dalam segala perilakunya. Apabila seorang diri, ia menyibukkan diri dengan rupa-rupa pekerjaan, mengurus lemarinya sendiri dan menata segala sesuatu agar indah dan rapi. Ia teramat saleh, meski tidak pernah bersekolah. Ia berdoa dalam kamarnya sendiri. Aku pikir ia dikaruniai penglihatan-penglihatan dan berbicara dengan penampakan-penampakan itu. Kasihnya kepada saudara dan saudarinya sungguh tak terkatakan, teristimewa kepada Magdalena. Sejak tahun-tahun awal hidunya ia telah berperilaku seperti sekarang. Ada seorang pelayan perempuan melayaninya, tetapi Maria sungguh rapi sempurna bagi dirinya dan sekelilingnya tanpa ada tanda-tanpa ketidakwarasan dalam dirinya.

Tak sepatah katapun diucapkan di hadapan Yesus mengenai Magdalena, yang pada waktu itu tinggal di Magdalum dalam kebesaran kemuliaannya.

Pada malam Yesus pergi ke rumah Lazarus, aku melihat Santa Perawan, Yohana Khuza, Maria Kleopas, janda Lea dan Maria Salome bermalam di sebuah penginapan antara padang Gibea dan padang Efraim, sekitar lima jam dari Betania. Mereka tidur di bawah suatu naungan yang seluruh sisinya dilingkupi oleh dinding-dinding ringan. Tempat itu terdiri dari dua ruangan. Ruang depan dibagi menjadi dua baris bilik yang ditempati para perempuan kudus; ruang belakang dipergunakan sebagai dapur. Di depan penginapan tedapat sebuah gubuk terbuka di mana sebuah perapian menyala. Di sinilah para pelayan lelaki tidur atau berjaga. Tempat tinggal pemilik penginapan berada tak jauh dari sana.

Keesokan harinya, Yesus mengajar sambil berjalan-jalan sekeliling halaman-halaman dan taman-taman kastil. Ia berbicara dengan tegas, menyentuh hati, penuh kasih, meski sikap-Nya penuh wibawa dan Ia tidak mengucapkan kata-kata yang tidak perlu. Semua mengasihi dan mengikuti-Nya, meski bukan tanpa rasa hormat. Lazarus-lah yang menghampiri-Nya dengan paling percaya diri. Yang lain lebih menjaga jarak; mereka hanya memandang dengan penuh kekaguman.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Yesus Memulai Pewartaan-Nya di Depan Publik          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama