Bab 1
Yohanes Meninggalkan Padang Gurun


Yohanes menerima dari Yang Mahatinggi suatu wahyu mengenai pembaptisan; sebagai konsekuensinya, menjelang meninggalkan padang gurun, ia menggali sebuah sumur dalam jangkauan daerah-daerah yang berpenghuni. Aku melihatnya di sisi barat sebuah tebing yang curam. Di sisi kirinya mengalir sebuah sungai, mungkin salah satu dari sungai yang mengalir ke Yordan, yang muncul di Libanus dalam sebuah gua di antara dua punggung bukit. Aliran air itu tidak dapat dilihat dari kejauhan. Di sebelah kanan terbentang suatu dataran yang rata di tengah padang belantara, dan di sanalah ia menggali sebuah sumur. Aku melihatnya berlutut dengan satu lutut sementara lutut yang lain menopang sebuah gulungan kulit kayu yang panjang di mana ia menulis dengan sebatang buluh. Matahari menyorotkan terik panas atasnya sedang ia berlutut menghadap Libanus ke arah barat. Sementara sibuk demikian, aku melihat Yohanes seolah dalam ekstasi. Berdiri di sampingnya seorang laki-laki yang menggambar rancangan-rancangan dan menulis di atas gulungan. Ketika Yohanes kembali sadar, ia membaca apa yang telah dituliskan, dan seketika dengan penuh semangat bekerja di sumur. Gulungan kulit kayu tergeletak di sampingnya di atas tanah, masing-masing ujungnya dibebani batu guna mencegahnya tergulung kembali. Yohanes kerap memeriksanya, seolah yang harus dilakukannya hanyalah memeriksa di sana.

Bersamaan dengan penglihatannya mengenai sumur, aku melihat suatu peristiwa dalam kehidupan Elia. Aku melihat Elia duduk di padang gurun, bersedih dan patah hati atas suatu kesalahan yang telah dilakukannya. Akhirnya ia tertidur dan bermimpi, di mana tampak olehnya seorang anak laki-laki mendatangi dan mendorongnya dengan sebatang tongkat. Elia takut kalau-kalau ia terjatuh ke dalam sumur dekatnya. Sorongan yang ia terima dari kanak-kanak itu begitu hebat dengan maksud membuatnya jatuh tergulung beberapa langkah. Pada tahap mimpi ini, seorang malaikat membangunkan Elia dan memberinya minum. Ini terjadi di tempat yang sama di mana sekarang Yohanes menggali sumur.

Aku mengenali makna dari setiap lapisan tanah yang digali Yohanes dan setiap langkah dalam pengerjaannya hingga selesai. Semua ada hubungannya dengan kedegilan manusia dan sifat-sifat lainnya, yang harus diatasinya di hadapan rahmat Allah, yang dapat mendatangkan dampak atas manusia. Pekerjaan Yohanes ini, sebagaimana segala perbuatannya dan seluruh hidupnya, merupakan suatu simbol, suatu perlambang. Dengan itu Roh Kudus tak hanya membimbingnya mengenai apa yang harus dilakukannya, tetapi ia sungguh menggenapi dalam perbuatannya segala yang dimaknakan oleh pekerjaan itu sendiri. Allah berkenan menerima niat baik yang dilakukannya dalam pekerjaannya itu. Roh Kudus mendorong Yohanes dalam karyanya, sebagaimana Ia mengilhami para nabi sebelumnya.

Yohanes memindahkan lempengan rumput dari suatu wilayah bundar yang  luas dan menggali dari tanah liat yang keras suatu kolam bundar yang luas, yang dengan amat cermat dan indah dipinggirinya dengan bebatuan; di bagian tengah digalinya hingga terpancar sedikit air. Dengan tanah galian ia membentuk sekeliling kolam suatu tepian kolam yang dibaginya menjadi lima bagian. Di seberang kolam, antara empat dari kelima bagian ini dan pada jarak yang sama dari kolam, ia menanam empat anak-anak pohon yang ramping, yang pucuknya diselimuti dengan dedaunan rimbun. Keempat pohon ini dari jenis yang berbeda-beda, masing-masing mengandung maknanya tersendiri. Tetapi di tengah kolam, ia menempatkan sebuah pohon pilihan dengan dedaunan yang jarang; bunga-bunganya bergantungan dalam kelompok-kelompok berbentuk piramida dikelilingi oleh sebuah kelopak yang berduri. Pohon ini berbatang panjang, sebagian meranggas di depan gua Yohanes. Keempat anak pohon lebih menyerupai semak-semak berry yang ramping. Yohanes melindungi anak pohon dengan gundukan kecil tanah.

Ketika kolam telah digali hingga ke sumur, di mana di bagian tengahnya pohon telah ditanam, Yohanes menggali sebuah saluran dari sungai dekat guanya ke kolam. Lalu aku melihatnya mengumpulkan alang-alang di padang, menjalinnya dan, melalui pipa alang-alang ini (yang dilapisinya dngan tanah) menyalurkan air dari sungai ke kolam. Pipa alang-alang dapat dibuka-tutup seturut keperluan.

Ia telah membuat sebuah jalan melalui semak-semak ke salah satu bagian di tepian kolam. Jalan itu mengitari sekeliling kolam, antara kolam dan keempat pohon yang baru saja aku ceritakan. Di depan bagian tepian di pintu masuk tidak ada pohon, dan di sisi ini saja akses ke kolam bebas; di semua bagian yang lain, jalanan dikelilingi dengan semak-semak dan bebatuan. Yohanes menanam di gundukan-gundukan tanah di kaki keempat pohon, sejenis tanaman obat-obatan yang tak asing bagiku. Aku mehyukainya semasa kanak-kanak dan, bilamana menemukannya, aku biasa mengambil dan menanamnya di sekitar rumahku. Tanaman itu memiliki batang yang tinggi dan mengandung banyak air, bunganya bulat berwarna merah kecoklatan. Tanaman ini merupakan obat yang amat mujarab untuk bisul dan sakit tenggorok seperti yang aku derita pada hari ini. Yohanes menanam juga di sekitarnya berbagai tanam-tanaman dan pohon-pohon muda lainnya. Selama mengerjakannya, ia dari waktu ke waktu memeriksa gulungan kulit kayu di hadapannya, dan mengukur semuanya dengan sebilah tongkat, sebab tampak bagiku bahwa setiap langkah pekerjaan, bahkan pepohonan yang ia tanam, terdapat sketsanya di sana. Aku ingat melihat dalam sektsa gambar pohon yang di tengah.

Yohanes bekerja demikian selama beberapa minggu dan ketika ia telah selesai, hanya ada sedikit air di dasar kolam. Pohon di tengah, yang daun-daunnya baru-baru ini berwarna kecoklatan dan meranggas, sekarang menjadi segar dan hijau. Dengan sebuah bejana yang dibuat dari kulit kayu sebuah pohon besar dan yang sisi-sisinya telah dilumuri dengan ter, sekarang Yohanes membawa air dari sumur lain dan menuangkannya ke dalam kolam. Air ini berasal dari sebuah sumur dekat salah satu gua di mana Yohanes dulunya tinggal. Air itu memancar dari sebuah batu karang yang dipukulnya dengan ujung tongkatnya. Aku mendengar bahwa ia tidak dapat membuat sumber air di tempat tinggalnya terdahulu sebab terlalu berbatu-batu di sana, dan bahwa, juga, ada maknanya tersendiri. Sesudah itu, ia membiarkan sebanyak mungkin air dari sungai ke dalam kolam sebanyak yang dibutuhkan. Jika kolam telah menjadi terlalu penuh, air dapat meluap masuk ke dalam saluran-saluran ini di tepian kolam dan menyegarkan tumbuh-tumbuhan di sekitarnya.

Aku melihat Yohanes melangkah masuk ke dalam air hingga sebatas pinggang. Dengan satu tangan ia berpegangan pada pohon di tengah kolam sementara ia memukul air dengan sebatang tongkat kecil yang pada ujungnya diikatkan sebuah salib dan panji-panji. Setiap pukulan memuncratkan air hingga melampaui kepalanya. Pada saat yang sama, aku melihat turun atasnya dari langit suatu mega cahaya dan, suatu pencurahan dari Roh Kudus, sementara para malaikat muncul di atas tepian kolam dan menyampaikan beberapa patah kata kepadanya. Aku melihat bahwa ini adalah pekerjaan terakhir Yohanes di padang gurun.

Sumur itu tetap dipergunakan bahkan sesudah wafat Yohanes. Ketika umat Kristiani terpaksa melarikan diri, mereka yang sakit dan para musafir dibaptis di sana; kerap juga dipergunakan sebagai tempat devosi. Pada saat itu, yakni pada masa Petrus, sumur dilindungi olh suatu tembok sekelilingnya.

Segera sesudah menyelesaikan sumur baptis, Yohanes meninggalkan padang gurun demi mencari jiwa-jiwa. Kemanapun ia pergi, ia menanamkan kesan mendalam. Dengan perawakannya yang tinggi, kuat dan berotot, meski kurus akibat puasa dan matiraga, Yohanes menghadirkan suatu penampilan yang luar biasa murni dan agung, perilakunya bersahaja, terus-terang dan berwibawa. Wajahnya kurus dan cekung; ekspresinya serius dan tajam; rambutnya pirang keriting dan jenggotnya pendek. Sekeliling pinggang, ia mengenakan jubah yang panjangnya hingga ke lutut, dan mantol kasarnya yang berwarna coklat tampaknya terdiri dari tiga bagian. Bagian belakang diikatkan sekeliling pinggang dengan sebuah tali, tetapi di bagian depan terbuka, membiarkan bagian dada terbuka dan lengannya terbuka. Dadanya kuat dengan bulu-bulu yang warnanya nyaris sewarna dengan mantolnya; ditangannya ia membawa sebuah tongkat yang melengkung serupa tongkat gembala.

Turun dari padang gurun, pertama-tama ia mendirikan sebuah jembatan kecil di atas sebuah sungai. Ia tidak memperhatikan ada penyeberangan beberapa jauhnya dari sana, sebab ia tidak pernah berpaling dari jalannya melainkan langsung ke arah tujuan. Terdapat suatu jalan raya lama di wilayah-wilayah itu. Di sini ia dekat Cidessa dan ia mengajar orang banyak di sana. Mereka adalah kaum kafir pertama yang sesudahnya pergi ke baptisan. Mereka tinggal di gubuk-gubuk tanah liat dan sama sekali terabaikan. Mereka adalah keturunan dari ras campuran yang, sesudah runtuhnya Bait Allah, adalah orang-orang terakhir sebelum kedatangan Yesus, yang menetap di sini. Salah seorang dari nabi terakhir telah menubuatkan kepada mereka agar tetap tinggal di daerah ini hingga seorang laki-laki datang kepada mereka, seorang serupa Yohanes, yang akan memberitahukan kepada mereka apa yang harus mereka lakukan. Di kemudian hari mereka pindah ke Nazaret.

Yohanes tidak mengijinkan suatupun menghalangi jalannya. Ia berjalan mantap kepada semua yang ia jumpai dan berbicara mengenai satu hal saja: tobat dan segera datangnya Tuhan. Kehadirannya di mana-mana membangkitkan ketakjuban dan rasa hormat. Suaranya menusuk bagai pedang: keras dan lantang, meski diperlembut dengan nada-nada lemah-lembut. Ia melayani segala macam orang pula anak-anak. Yang paling khas mengenainya adalah cara dengan mana ia bergegas bergerak maju, tak suatu pun dapat menghalangi, tanpa menengok ke kiri-kanan, tanpa menginginkan suatupun. Demikianlah aku melihatnya bergegas dalam perjalanannya melintasi padang gurun dan hutan, menggali di sini, mnggulingkan bebatuan di sana, menyingkirkan pepohonan yang tumbang, mempersiapkan tempat-tempat istirahat, memanggil datang orang-orang yang berdiri menatapnya dengan keheranan, ya, bahkan memanggil mereka keluar dari gubuk-gubuk mereka untuk membantunya. Aku melihat pandangan tercengang mereka. Ia tidak tinggal lama di mana pun, tetapi segera berada di lain tempat. Ia menyusuri Laut Galilea, sekeliling Tarichea, turun ke Lembah Yordan, lalu melintasi Salem, dan melalui padang gurun ke Betel. Ia melewati Yerusalem. Ia tidak pernah berada di Kota Suci; ia menatap sedih ke arahnya dan meratap atasnya. Sepenuhnya dikuasai oleh pikiran akan misinya, Yohanes pergi dengan bersemangat, khidmad, bersahaja, penuh Roh Kudus, menyerukan dengan lantang kata-kata yang sama.

“Bertobatlah! Bersiaplah! Tuhan sudah dekat!” Ia memasuki lembah gembala dan berkelana ke tempat kelahirannya. Kedua orangtuanya telah wafat, tetapi beberapa pemuda, sanak dari pihak Zakharia, tinggal di sana. Mereka termasuk di kalangan orang-orang pertama yang menggabungkan diri sebagai muridnya. Ketika Yohanes melintasi Betsaida, Kapernaum dan Nazaret, Santa Perawan tidak menjumpainya, sebab sejak wafat St Yosef, ia jarang keluar rumah. Tetapi beberapa sanak lelaki dari keluarga Santa Perawan datang mendengarkan Yohanes dan menemani perjalanannya hingga beberapa jauh.

Tiga bulan menjelang pembaptisan, Yohanes dua kali mengelilingi negeri memaklumkan Dia  yang akan datang. Kemajuan dicapai dengan semangatnya yang sungguh luar biasa berapi-api. Ia melangkah gagah, geraknya lincah meski tanpa terburu-buru. Perjalanannya bukan santai seperti perjalanan Juruselamat kita. Apabila tidak ada yang harus dilakukan, aku melihatnya secara lahiriah berlari dari satu padang ke padang lain. Ia memasuki rumah-rumah dan sekolah-sekolah untuk mengajar dan mengumpulkan orang-orang sekelilingnya di jalan-jalan dan tempat-tempat umum. Aku melihat para imam dan tua-tua di sana sini menahannya serta mempertanyakan haknya untuk mengajar, tetapi segera, dengan tercengang dan takjub, mereka memperkenankannya untuk melanjutkan perjalanan.

Ungkapan, “Persiapkan jalan bagi Tuhan,” tidak sepenuhnya simbolis, sebab aku melihat Yohanes memulai misinya dengan sungguh mempersiapkan jalan dan melintasi jalan-jalan dan berbagai tempat ke mana Yesus dan para murid sesudahnya pergi. Ia menyingkirkan bebatuan dan rintangan, membuat jalan-jalan, menempatkan bilah-bilah papan di atas sungai-sungai, membersihkan saluran-saluran air, menggali sumur-sumur dan waduk-waduk, menata bangku-bangku, tempat-tempat istirahat, dan tempat-tempat bernaung guna menyediakan naungan di berbagai tempat di mana kelak Tuhan beristirahat, mengajar dan berkarya. Sementara sibuk demikian, lelaki yang sendirian, serius dan baik hati ini - dengan pakaian kasarnya dan sosoknya yang mencolok - menarik perhatian orang dan membangkitkan ketercengangan ketika ia terkadang memasuki gubuk-gubuk mereka untuk meminjam perkakas; terkadang bahkan untuk meminta bantuan dari penduduk. Di mana-mana, segera saja ia dikerumuni oleh himpunan khalayak yang dengan sungguh dan tegas didorongnya untuk bertobat dan mengikuti Mesias, sementara ia memaklumkan dirinya sebagai perintis jalan. Aku sering melihat Yohanes menunjuk ke arah di mana Yesus sedang berada pada saat itu. Tetapi aku tidak pernah melihat Yesus bersamanya, meski mereka terkadang terpisah hanya kurang dari satu jam saja jauhnya.

Suatu ketika aku melihat Yohanes hanya beberapa jam jaraknya dari Yesus; ia berseru-seru kepada orang banyak bahwa ia sendiri bukanlah Penebus yang dinantikan, melainkan hanya seorang perintis jalan yang malang; tetapi ada Juruselamat yang akan segera datang, dan ia menunjuk kepada Yesus. Yohanes melihat Juruselamat dari muka ke muka hanya tiga kali saja sepanjang hidupnya. Pertama kali ia melihat-Nya adalah di padang gurun ketika Keluarga Kudus sedang dalam perjalanan kembali dari Mesir. Pada waktu itu Yohanes didorong oleh Roh Kudus untuk menyalami Tuan-nya yang bertahun-tahun sebelumnya, sementara masih dalam rahim BundaNya - telah ia salami. Ia merasakan kedekatan Juruselamat-nya, dan ia tahu bahwa Ia kehausan. Kanak-kanak Yohanes berdoa dan memukulkan tongkat kecilnya ke atas tanah, dan terpancarlah dari sana suatu aliran air yang deras. Kanak-kanak itu lalu bergegas menuju jalanan dan berdiri di samping aliran air untuk menyaksikan Yesus, Maria dan Yosef, sementara mereka melintas. Ketika mereka muncul dan sepanjang mereka ada dalam penglihatannya, ia menari-nari sukaria sembari melambai-lambaikan tongkat kecilnya.

Keduakalinya Yohanes melihat Yesus adalah saat pembaptisan; dan ketiga adalah ketika di Sungai Yordan, ia memberikan kesksian atas-Nya sementara Ia lewat di kejauhan. Aku mendengar Juruselamat berbicara kepada para rasul mengenai pengendalian diri Yohanes yang luar biasa, sebab bahkan di pembaptisan ia mengendalikan diri untuk berada dalam kontemplasi yang khusuk, meski hatinya nyaris meledak karena kasih dan kerinduan. Setelah upacara, ia terlebih bersemangat untuk merendahkan diri daripada menyerah kepada kasihnya dan pergi mencari Yesus.

Namun demikian, Yohanes senantiasa melihat Tuhan dalam roh, sebab ia pada umumnya berada dalam keadaan nubuat. Ia melihat Yesus sebagai kegenapan dari misinya sendiri, sebagai realisasi dari panggilan nubuatnya sendiri. Bagi Yohanes, Yesus bukan teman sebaya, bukan manusia seperti dirinya. Baginya, Yesus adalah Penebus Dunia, Putra Allah yang menjadi manusia. Keabadian yang muncul pada waktunya, sebab itu tak mungkin ia bermimpi untuk bergaul dengan-Nya. Yohanes juga merasa bahwa ia sendiri tidak seperti orang-orang lain pada jamannya, yang hidup dalam dunia dan berhubungan dengan dunia; sebab bahkan dalam rahim ibunya Tangan Yang Abadi telah menjamahnya; dan oleh Roh Kudus ia dalam suatu cara yang luar biasa dalam hubungannya dengan waktu, telah dibawa ke dalam komunikasi dengan Penebus-nya. Semenjak kanak-kanak kecil, ia telah direnggut dari dunia dan, tak mengenal yang lain selain dari apa yang berhubungan dengan Penebus, telah tinggal dalam keterasingan terdalam padang belantara. Bagai seorang yang lahir baru, penuh ilham dan dengan semangat berkobar-kobar, ia pergi untuk memulai misinya yang mengagumkan, tanpa peduli akan hal lainnya. Yudea adalah padang gurun baginya; dan sebagaimana ia dulu hidup dan bergaul dengan sumber-sumber mata air, batu-batu karang, pepohonan dan hewan-hewan liar, demikianlah ia sekarang hidup dan bergaul dengan orang banyak, dengan para pendosa, tanpa pikiran meninggikan diri sendiri dalam benaknya. Ia tahu, ia mengenal, ia berbicara hanya mengenai Yesus. Kata-katanya adalah, “Ia datang! Persiapkanlah jalan! Betobatlah! Terimalah baptisan! Lihatlah Anak domba Allah yang menanggung dosa-dosa dunia!” Dari padang gurun, tanpa dosa dan murni bagai seorang bayi dalam rahim ibunya, ia keluar dari keterasingan yang tanpa dosa dan noda bagai kanak-kanak dalam buaian bundanya. “Ia murni bagai seorang malaikat,” demikian aku mendengar Tuhan berkata kepada para rasul. “Tidak pernah sesuatu yang najis masuk ke dalam mulutnya, demikian pula tidak pernah ada suatu ketidakbenaran atau dosa keluar darinya.”

Yohanes membaptis di tempat-tempat yang berbeda: pertama, di Ainon dekat Salem; lalu di On seberang Bet-Araba di sisi barat Yordan, tak jauh dari Yerikho. Tempat ketiga di sisi timur Yordan, beberapa jam ke arah utara dari tempat kedua. Tempat terakhir ia membaptis adalah di Ainon, ke tempat mana ia kembali. Di sanalah ia ditangkap dan dipenjarakan.

Air di mana Yohanes membaptis adalah anak sungai Yordan yang terbentuk oleh belokan sungai ke timur, sekitar satu jam jauhnya. Di beberapa tempat, anak sungai begitu sempit hingga orang dapat melompatinya; di tempat-tempat lain lebih lebar. Alirannya pastilah berubah di sana sini, sebab di banyak tempat aku melihatnya kering. Belokan sungai ini mengitari kolam-kolam dan sumur-sumur yang mendapatkan air darinya. Salah satu dari kolam-kolam ini, yang dipisahkan oleh sebuah bendungan dari anak sungai, menjadi tempat pembaptisan Yohanes di Ainon. Di bawah bendungan terdapat pipa-pipa dengan mana kolam dapat dikosongkan atau diisi seturut keperluan. Yohanes sendiri yang mengaturnya. Di salah satu sisi kolam, airnya mengalir ke pedalaman serupa sungai kecil; di sungai kecil ini menjorok beberapa jazirah. Para calon baptis berdiri dalam air hingga sebatas pinggang di antara dua dari jazirah ini, dengan berpegangan pada tonggak-tonggak yang ada di depan mereka. Di satu jazirah berdirilah Yohanes. Ia mencedok air dengan sebuah kulit kerang dan mencurahkannya ke atas baptisan baru, sementara di jazirah seberangnya berdiri seorang yang dibaptis dengan tangan ditempatkan di atas pundak Yohanes. Yohanes sendiri menumpangkan tangannya ke atas yang dibaptis. Bagian atas tubuh calon baptis tidak sepenuhnya telanjang; semacam selendang putih dikenakan sekelilingnya, sehingga hanya bagian pundak yang telanjang. Dekat kolam terdapat sebuah gubuk di mana mereka undur diri untuk melepas dan mengenakan pakaian kembali. Aku tidak pernah melihat para perempuan dibaptis di sini. Pembaptis mengenakan jubah putih panjang pada saat upacara.

Wilayah di mana Yohanes membaptis adalah suatu wilayah yang luarbiasa menawan dan banyak air yang disebut Salem. Tempat itu terhampar di kedua sisi suatu anak sungai Yordan; Ainon berada di sisi seberang sungai. Ainon lebih luas dari Salem, lebih jauh ke utara dan lebih dekat sungai. Sekeliling banyak anak sungai dan kolam-kolam di wilayah ini adalah padang-padang rumput untuk ternak, dan kelompok-kelompok keledai merumput di padang-padang rumput yang hijau.

Wilayah sekitar Salem dan Ainon bebas dan memiliki semacam hak istimewa karena adat; penduduk tak berani mendekatinya.

Yohanes membangun gubuknya di Ainon pada pondasi lama dari apa yang dulunya suatu bangunan besar, tetapi yang telah runtuh, dan sekarang diselimuti lumut dan ditumbuhi rerumputan liar. Di sana sini berdiri gubuk. Reruntuhan ini adalah pondasi dari kastil kemah Melkisedek. Mengenai tempat ini khususnya, aku mendapat beberapa penglihatan; segala macam penglihatan dari masa-masa lampau, tetapi sekarang yang dapat aku ingat hanya ini, bahwa Abraham suatu ketika mendapat suatu penglihatan di sini. Ia menempatkan dua batu dalam posisi: satu sebagai altar dan di atas yang lainnya ia berlutut. Aku melihat penglihatan yang ditunjukkan kepadanya - suatu Kota Allah serupa Yerusalem Surgawi, dan aliran-aliran air menetes darinya. Ia diperintahkan untuk berdoa lebih banyak demi datangnya Kota Allah. Air yang tercucur dari Kota menyebar ke segala penjuru. Abraham mendapatkan penglihatan ini sekitar lima tahun sebelum Melkisedek membangun kastil kemahnya pada lokasi yang sama. Kastil ini lebih tepat disebut kemah yang dikelilingi serambi-serambi dan tangga-tangga mirip kastil Mensor di Arabia. Pondasinya sendiri kokoh, terbuat dari batu. Aku pikir bahkan pada masa Yohanes, keempat pojok di mana pancang-pancang utama dulu berdiri, masih kelihatan. Pada pondasi ini, yang sekarang tampak seperti sebuah bukit yang ditumbuhi tanam-tanaman, Yohanes membangun sebuah gubuk kecil dari alang-alang. Kastil kemah pada masa Melkisedek merupakan sebuah tempat perhentian umum bagi para musafir; semacam tempat istirahat yang nyaman dekat air yang sejuk. Mungkin Melkisedek, yang aku lihat sebagai pemimpin dan penasehat dari suku-suku dan bangsa-bangsa pengembara, membangun kastilnya di sini agar dapat mengajar dan menghibur mereka. Bahkan pada masa Melkisedek, kemah ini merujuk pada pembaptisan. Kemah juga merupakan tempat darimana ia berangkat ke bangunannya dekat Yerusalem, kepada Abraham dan ke tempat-tempat lain. Di sini juga, ia mengumpulkan beragam orang dari macam-macam suku bangsa yang sesudahnya dipisahkannya dan menetap di wilayah-wilayah yang berbeda.

Yakub, juga, pernah tinggal di Ainon untuk jangka waktu yang lama bersama kawanan ternaknya. Bak kolam pembaptisan sudah ada pada masa itu, dan aku melihat Yakub memperbaikinya. Puing-puing kastil Melkisedek dekat dengan air dan tempat pembaptisan; dan aku melihat pada masa-masa awal Kristen Yerusalem, sebab gereja berdiri di lokasi di mana Yohanes membaptis. Aku melihat gereja ini masih berdiri ketika Maria dari Mesir melewati jalan itu ketika undur diri ke padang gurun.

Salem adalah sebuah kota yang indah, tetapi diporak-porandakan perang, aku pikir pada masa runtuhnya Bait Allah sebelum masa Yesus. Nabi terakhir juga tinggal sebentar di sana.

Yohanes, mungkin telah sekitar dua minggu lamanya, menarik perhatian publik dengan ajaran dan baptisannya, ketika beberapa orang utusan Herodes dari Callirrhoe datang kepadanya. Herodes pada waktu itu tinggal di kastilnya di Callirrhoe, di sebelah timur Laut Mati. Ada banyak tempat-tempat pemandian dan sumber-sumber air panas di sekitar sana. Herodes menghendaki Yohanes datang kepadanya. Tetapi Yohanes menjawab kepada para utusan:

“Ada padaku banyak urusan. Jika Herodes ingin berbicara denganku, biarlah ia sendiri datang.” Sesudah itu, aku melihat Herodes pergi ke sebuah kota kecil sekitar lima mil sebelah selatan Ainon. Ia mengendarai sebuah kereta beroda rendah dengan dikelilingi pengawal. Dari tempat duduknya yang tinggi, Herodes dapat menikmati pemandangan ke segala penjuru bagai dari atas sebuah tahta yang diperlengkapi dengan naungan. Ia mengundang Yohanes untuk datang menemuinya. Yohanes pergi ke sebuah gubuk di luar kota, dan ke sanalah Herodes pergi seorang diri untuk menemuinya. Dari percakapan mereka, aku hanya ingat bahwa Herodes menanyai Yohanes mengapakah ia tinggal di suatu tempat tinggal yang begitu mengenaskan di Ainon, dan menambahkan bahwa ia akan mendirikan sebuah rumah bagi Yohanes di sana. Yohanes menjawab bahwa ia tidak membutuhkan rumah, bahwa telah ada padanya segala yang ia perlukan dan bahwa ia tengah melaksanakan kehendak Dia yang lebih besar darinya. Ia berbicara dengan mantap dan tegas, meski singkat, berdiri dengan wajahnya berpaling dari Herodes.

Aku melihat Simon, Yakobus Muda dan Tadeus, putera-putera Maria Kleopas dari suaminya - Alfeus - yang telah meninggal, dan Yoses Barsabas - puteranya dari perkawinannya yang kedua dengan Sabas, dibaptis oleh Yohanes di Anon. Andreas dan Filipus juga dibaptis olehnya, sesudah itu keduanya kembali ke pekerjaan mereka. Para rasul yang lain dan banyak dari para murid telah dibaptis.

Suatu hari banyak imam-imam dan ahli-ahli Taurat datang kepada Yohanes dari kota-kota sekitar Yerusalem dengan maksud memintai pertanggung-jawabannya. Mereka menanyai Yohanes mengenai siapakah dia, siapa yang telah mengutusnya, apa yang diajarkannya, dan sebagainya. Yohanes menjawab dengan ketegasan dan kuasa yang luar biasa, memaklumkan kepada mereka kedatangan Mesias dan mencela kedegilan dan kemunafikan mereka.

Tak lama sesudahnya, banyak orang dari Nazaret, Yerusalem dan Hebron yang diutus oleh Tua-tua dan kaum Farisi guna menanyai Yohanes mengenai misinya. Mereka menjadikan masalah Yohanes mengambil tempat yang dijadikannya pembaptisan sebagai sumber keluhan.

Banyak pemungut cukai datang kepada Yohanes. Ia telah membaptis mereka dan berbicara kepada mereka mengenai keadaan batin mereka. Di antara para pemungut cukai terdapat Lewi, yang kelak disebut Matius, putera Alfeus dari perkawinan pertamanya, sebab ia adalah seorang duda ketika menikahi Maria Kleopas. Lewi tersentuh secara mendalam oleh peringatan Yohanes dan ia mengubah hidupnya. Matius dipandang rendah oleh sanak saudaranya. Yohanes menolak membaptis banyak dari antara kaum pemungut cukai.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Yohanes Mewartakan Tobat dan Membaptis            Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama