DOSA DAN KONSEKWENSINYA
Bab 1
![]() Jatuh Dalam Dosa
![]() Aku melihat Adam dan Hawa berjalan-jalan melintasi Firdaus untuk pertama kalinya. Binatang-binatang berlarian menyongsong dan mengikuti mereka, tetapi tampaknya mereka lebih akrab dengan Hawa daripada dengan Adam. Hawa sesungguhnya lebih tertarik pada dunia dan makhluk-makhluk ciptaan. Ia memandang ke bawah dan sekeliling lebih sering dibandingkan Adam. Ia tampak lebih penuh ingin tahu dari mereka berdua. Adam lebih tenang, lebih tenggelam dalam Allah. Di antara binatang-binatang, ada satu yang mengikuti Hawa dengan lebih rapat dibandingkan yang lain. Binatang itu luar biasa jinak dan memikat hati, meski licik. Aku tak tahu dengan apa aku dapat membandingkannya. Ia ramping dan mengkilap, tampak seolah tak bertulang. Ia berjalan tegak pada kaki-kaki belakangnya yang pendek, ekornya yang runcing terseret di tanah. Dekat kepalanya, yang bulat dengan muka amat cerdik, ia mempunyai cakar-cakar kecil pendek, dan lidahnya yang fasih senantiasa bergerak-gerak. Leher, dada dan bagian bawah tubuhnya berwarna kuning pucat, bagian punggungnya loreng-loreng coklat amat mirip dengan belut. Tubuhnya setinggi seorang kanak-kanak berumur sepuluh tahun. Ia terus-menerus ada dekat Hawa, dan begitu penuh bujuk rayu dan cerdik, begitu lincah dan gemulai hingga Hawa bersuka hati atasnya. Tetapi bagiku, ada sesuatu yang mengerikan dalam binatang itu. Aku dapat melihatnya dengan jelas, bahkan sekarang. Aku tak pernah melihatnya menyentuh Adam dan Hawa. Sebelum manusia jatuh dalam dosa, jarak antara manusia dan binatang-binatang yang lebih rendah begitu besar, dan aku tiada pernah melihat manusia pertama menyentuh barang satu pun dari binatang-binatang itu. Memang benar bahwa mereka lebih percaya pada manusia, tetapi mereka menjaga jarak darinya.
Ketika Adam dan Hawa kembali ke wilayah yang bermandikan cahaya, suatu Figur bercahaya seperti seorang laki-laki yang agung berambut putih berkilauan berdiri di hadapan mereka. Ia menunjuk sekeliling, dan dalam beberapa patah kata tampaknya menyerahkan semuanya kepada mereka dan memerintahkan sesuatu kepada mereka. Mereka tidak tampak takut-takut, melainkan mendengarkan-Nya secara wajar. Ketika Ia lenyap, mereka tampak lebih puas, lebih bahagia. Mereka tampak memahami segalanya dengan lebih baik, lebih mengenal tatanan dalam segalanya, sebab sekarang mereka merasa bersyukur, tetapi Adam dalam tingkat yang lebih dari Hawa. Hawa lebih memikirkan kebahagiaan nyata mereka dan segala yang ada di sekeliling mereka daripada mengucap syukur atasnya. Ia tidak beristirahat dalam Allah sesempurna Adam, jiwanya lebih lekat pada hal-hal ciptaan. Aku pikir Adam dan Hawa tiga kali mengelilingi Firdaus.
Lagi, aku melihat Adam di bukit yang bermandikan cahaya di mana Allah telah membentuk perempuan dari tulang rusuk Adam sementara ia tidur lelap. Adam berdiri seorang diri di bawah pepohonan, tenggelam dalam ucapan syukur dan rasa takjub. Aku melihat Hawa dekat Pohon Pengetahuan, seolah hendak melewatinya, dan bersama Hawa binatang yang sama yang terlebih cerdik dan aktif dari sebelumnya. Hawa terpikat oleh ular, ia bergirang atasnya. Ular itu berlari memanjat Pohon Pengetahuan hingga kepalanya sejajar dengan kepala Hawa. Lalu bergelayut pada batang pohon dengan kaki-kaki belakangnya; ular menjulurkan kepala ke arah kepala Hawa dan mengatakan kepadanya bahwa, jika ia memakan buah pohon itu, ia tak akan lagi berada di bawah perbudakan, ia akan menjadi bebas, dan mengerti bagaimana berkembang biaknya bangsa manusia akan dilaksanakan. Adam dan Hawa telah menerima perintah untuk berkembang-biak dan bertambah banyak, tetapi aku tahu bahwa mereka belum mengetahui bagaimana Allah menghendaki hal itu terjadi. Aku melihat juga bahwa andai mereka mengetahuinya, dan meski demikian berdosa kendati pengetahuan itu, Penebusan tak akan dimungkinkan. Hawa sekarang menjadi lebih berpikir. Tampaknya ia tergerak oleh keinginan akan apa yang dijanjikan ular. Sesuatu yang merendahkan martabat merasukinya. Hal itu membuatku risau. Hawa memandang Adam, yang masih berdiri tenang di bawah pepohonan. Hawa memanggilnya dan Adam pun datang.
Hawa mulai datang untuk menemuinya, tetapi berbalik kembali. Ada suatu kegalauan, suatu kebimbangan dalam gerakannya. Lagi ia mulai, seolah bermaksud melewati pohon, tetapi sekali lagi ia ragu, menghampiri pohon dari sisi kiri, dan berdiri di baliknya, tersembunyi oleh daun-daunnya yang panjang dan lebar. Pohon itu lebih besar di bagian atas daripada bagian bawahnya, dan cabang-cabangnya yang lebar dan berdaun rimbun merunduk di atas tanah. Tepat dalam jangkauan Hawa, tergantung setandan buah yang sungguh indah menawan.
Dan sekarang Adam datang mendekat. Hawa menarik lengan Adam dan menunjuk pada binatang yang berbicara itu, dan Adam mendengarkan perkataannya. Ketika Hawa merangkulkan lengannya pada lengan Adam, Hawa untuk pertama kali menyentuh Adam. Adam tak menyentuh Hawa, tetapi cahaya yang menyelubungi mereka menjadi suram.
Aku melihat binatang itu menunjuk pada buah, tetapi Adam tidak pergi memetiknya untuk Hawa. Tetapi ketika keinginan muncul dalam hati Hawa, Adam memetik dan memberikan kepada Hawa buah yang di tengah dan yang paling elok dari kelima buah dalam tandan.
Dan sekarang aku melihat Hawa mendekati Adam dan menawarkan buah kepadanya. Andai Adam menolaknya, dosa tak akan terjadi. Aku melihat seolah buah terbelah dalam tangan Adam. Adam melihat gambar-gambar di dalamnya dan seolah kepada Adam dan Hawa diajarkan apa yang mereka tidak sepatutnya tahu. Bagian dalam buah berwarna merah darah dan penuh serat. Aku melihat Adam dan Hawa kehilangan cahaya mereka dan menyusut keluhurannya. Seolah matahari terbenam. Binatang itu merayap turun dari pohon, dan aku melihatnya lari dengan keempat kakinya.
Aku tidak melihat buah dimasukkan ke dalam mulut seperti yang biasa kita lakukan apabila menyantap makanan, melainkan buah itu lenyap di antara Adam dan Hawa.
Aku melihat bahwa sementara ular masih berada di pohon, Hawa berdosa sebab persetujuannya dengan pencobaan. Aku tahu juga pada saat itu apa yang tak dapat aku ceritakan kembali dengan jelas; yakni, bahwa ular itu, seolah, merupakan penjelmaan dari keinginan Adam dan Hawa, suatu makhluk dengan mana mereka dapat melakukan segalanya, dapat memperoleh segalanya. Di sinilah setan masuk.
Dosa tidak selesai dengan makan buah terlarang. Tetapi bahwa buah dari pohon yang, menancapkan batang-batangnya ke tanah dan dengan demikian menumbuhkan tunas-tunas baru, dan yang terus melakukan hal yang sama sesudah manusia jatuh dalam dosa, menyampaikan gagasan akan penyebarluasan dosa yang lebih absolut, yakni menanamkan hawa nafsu dalam diri dengan harga terpisah dari Allah. Jadi, bersama dengan ketidaktaatan, di sana muncul dari keikutsertaan mereka, pemberontakan terhadap Allah, yang menanamkan dalam diri dan melalui diri, dan segala nafsu cinta diri dalam kodrat manusia. Ia yang mempergunakan buah semata demi kenikmatan yang dihasilkannya, harus menerima sebagai konsekwensi dari tindakannya, kebinasaan, pemerosotan kodrat sekaligus dosa dan maut.
Berkat perkembang-biakan yang murni dan kudus dari Allah dan oleh Allah, yang diterima Adam setelah penciptaan Hawa, sebagai konsekwensi dari keikutsertaan manusia dalam dosa, diambil dari Adam; sebab aku melihat bahwa begitu Adam meninggalkan bukitnya untuk datang kepada Hawa, Allah memegangnya pada punggungnya dan mengambil sesuatu darinya. Dari sesuatu itu, aku rasa, keselamatan dunia akan datang.
Suatu kali, pada Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Dosa, Allah memberiku suatu penglihatan akan misteri itu. Aku melihat terkandung dalam Adam dan Hawa kehidupan jasmani dan rohani dari segenap umat manusia. Aku melihat bahwa dengan jatuhnya manusia dalam dosa, kehidupan itu menjadi rusak, bercampur dengan yang jahat dan bahwa para malaikat jahat memperoleh kuasa atasnya. Aku melihat Pribadi Kedua Allah turun dan, dengan sesuatu serupa sebilah sabit, mengambil Berkat dari Adam sebelum ia berbuat dosa. Sektika itu aku melihat Perawan keluar dari lambung Adam seperti suatu awan kecil yang gemilang, dan membubung dalam cahaya kemilau menuju Allah.
Dengan menerima buah, Adam dan Hawa seolah menjadi mabuk kepayang dan datanglah kesempatan besar untuk memberikan persetujuan pada dosa. Adalah ular dalam mereka. Sifat ular merasuki Adam dan Hawa, dan lalu muncullah ilalang di antara gandum.
Sebagai hukuman dan pemulihan, ditetapkanlah sunat. Sebagaimana pohon anggur dipangkas agar tidak tumbuh liar, tidak menjadi masam dan mandul, demikianlah pula harus dilakukan terhadap manusia agar ia dapat memperoleh kembali kesempurnaannya yang hilang. Suatu kali ketika pemulihan atas Jatuhnya manusia ke dalam dosa diperlihatkan kepadaku dalam gambar-gambar simbolis, aku melihat Hawa tengah keluar dari lambung Adam, dan bahkan ketika itu ia telah menjulurkan lehernya pada buah terlarang. Hawa berlari segera menuju pohon dan memeluknya dengan kedua tangannya. Pada gambar yang berlawanan, aku melihat Yesus dilahirkan oleh Perawan yang Tak Bercela. Yesus berlari langsung menuju salib dan memeluknya. Aku melihat keturunan menjadi suram dan rusak oleh Hawa, namun dimurnikan kembali oleh sengsara Yesus. Dengan sengsara tobat, kejahatan cinta diri harus dicabut hingga ke akar-akarnya dari daging. Perkataan Epistula bahwa anak hamba perempuan tak akan mendapat bagian dalam warisan, selalu aku pahami dengan makna: tunduk pada daging dan perhambaan dilambangkan dengan figur hamba perempuan. Perkawinan adalah suatu keadaan tobat, yang membutuhkan doa, puasa, amal, penyangkalan dan tujuan untuk memperluas Kerajaan Allah.
Adam dan Hawa sebelum berdosa amatlah berbeda dari kita sekarang, makhluk-makhluk malang yang mengerikan. Dengan menerima buah terlarang, mereka mereguk keberadaan jasmani. Roh menjadi materia; daging, suatu sarana, suatu wadah. Pada mulanya mereka satu dalam Allah, mereka mencari diri dalam Allah; namun sesudahnya mereka berdiri terpisah dari Allah atas kehendak mereka sendiri. Dan kehendak diri ini mencari diri, suatu nafsu terhadap dosa dan kecemaran. Dengan memakan buah terlarang, manusia berpaling dari Pencipta-nya. Seolah manusia menarik ciptaan ke dalam dirinya sendiri. Segala kuasa cipta, karya dan sifat, percampuran mereka dengan satu sama lain dan dengan segenap alam, menjadi dalam manusia hal-hal material dari berbagai bentuk dan fungsi.
Suatu ketika manusia diberkati sebagai penguasa alam, tetapi sekarang semuanya dalam manusia telah menjadi alam. Sekarang ia adalah salah satu budak alam, seorang penguasa yang takluk dan terbelenggu. Sekarang ia harus berjuang dan bergulat dengan alam - tetapi aku tak dapat menerangkannya secara jelas. Adalah seolah manusia dulu memiliki segalanya dalam Allah, Pencipta dan Pusat mereka; tetapi sekarang manusia menjadikan dirinya pusat segalanya dan segalanya menjadi tuannya.
Aku melihat bagian dalam, organ-organ manusia seolah dalam daging, dalam jasmani, gambaran-gambaran rusak makhluk ciptaan, pula hubungan mereka satu sama lain, dari bintang-bintang di langit hingga ke makhluk hidup yang terkecil. Semuanya mendatangkan pengaruh atas manusia. Manusia terbuhung dengan semuanya; manusia harus betindak dan berjuang melawannya, dan menderita karenanya. Tetapi aku tak dapat mengungkapkannya dengan jelas sebab aku juga adalah warga dari bangsa yang jatuh.
Manusia diciptakan untuk mengisi paduan suara para malaikat yang jatuh. Andai bukan karena jatuhnya Adam, bangsa manusia akan bertambah hanya hingga jumlah para malaikat yang jatuh tercapai, dan kemudian dunia akan berakhir. Andai Adam dan Hawa hidup melihat bahkan hanya satu keturunan saja yang tak bercela, mereka tidak akan jatuh dalam dosa. Aku yakin bahwa dunia akan bertahan hingga jumlah para malaikat yang jatuh telah terpenuhi, hingga gandum dipanen dari ilalang.
Suatu kali aku mendapat sebuah penglihatan yang berhubungan dengan dosa dan keseluruhan rencana Penebusan. Aku melihat semua misteri dengan terang dan jelas, akan tetapi mustahil bagiku untuk mengungkapkan semuanya dalam kata-kata. Aku melihat dosa dalam percabangan-percabangannya yang tak terbilang dari jatuhnya para malaikat dan jatuhnya Adam, hingga ke masa sekarang, dan aku melihat segala persiapan demi pemulihan dan penebusan, hingga ke kedatangan dan wafat Yesus. Yesus menunjukkan kepadaku percambur-bauran yang luar biasa, hakekat kecemaran dari segala ciptaan, pula segala yang telah Ia lakukan sejak dari awal mula demi pemurnian dan pemulihan mereka.
Pada saat jatuhnya para malaikat, beribu-ribu roh jahat turun ke bumi dan ke dalam udara. Aku melihat banyak makhluk berada di bawah pengaruh murka mereka, dirasuki oleh mereka dalam berbagai cara.
Manusia pertama adalah gambaran Allah, ia bagai surga; semuanya satu dalam dia, semuanya satu dengan dia. Bentuk manusia merupakan suatu reproduksi dari Prototipe [= bentuk asli] Allah. Ia ditakdirkan untuk menguasai dan menikmati bumi dan segala ciptaan, tetapi dengan berpegang bahwa semuanya dari Allah dan mengucap syukur atasnya. Akan tetapi manusia itu bebas; sebab itu ia rentan terhadap pencobaan, karenanya ia dilarang makan buah dari Pohon Pengetahuan. Pada awalnya semuanya berjalan lancar dan baik. Pada waktu gundukan kecil, bukit kemilau di mana Adam bangkit berdiri, pada waktu lembah putih berbunga di mana aku melihat Hawa berdiri, dibentuk, yang jahat telah dekat.
Sesudah Jatuhnya Manusia, semuanya berubah. Segala bentuk ciptaan berkembang dengan sendirinya, tumbuh liar dengan sendirinya. Apa yang dulunya satu menjadi banyak, makhluk-makhluk ciptaan tak lagi memandang Allah saja, masing-masing terpusat pada dirinya sendiri.
Manusia pada mulanya berjumlah dua, dan lalu tiga, dan akhirnya menjadi tak terbilang banyaknya. Dulu mereka adalah gambaran Allah; tetapi sesudah Jatuhnya, mereka menjadi gambaran diri mereka sendiri, yang gambarannya berasal dari dosa. Dosa menempatkan mereka dalam hubungan dengan para malaikat yang jatuh. Mereka mencari segala kebaikan mereka dalam diri sendiri dan makhluk-makhluk sekeliling mereka yang semuanya telah terhubung dengan para malaikat yang jatuh; dan dari percampuran yang terus-menerus, tenggelamnya martabat luhur dalam diri dan dalam alam yang jatuh, muncullah bermacam-macam kejahatan dan kemalangan.
Mempelai-ku menunjukkannya kepadaku dengan terang, jelas, dapat dimengerti, lebih jelas dari orang melihat hal-hal dalam kehidupan sehari-hari. Pada waktu itu aku pikir seorang kanak-kanak dapat memahaminya, tetapi sekarang aku tak dapat menceritakannya kembali. Ia menunjukkan kepadaku keseluruhan rencana Penebusan dengan cara dengan mana hal itu akan dilaksanakan, dan juga semua yang Ia Sendiri telah lakukan. Aku tahu bahwa adalah tidak benar mengatakan bahwa Tuhan tidak perlu menjadi manusia, tidak perlu wafat bagi kita di salib; bahwa sebaliknya Ia dengan keutamaan kemahakuasaan-Nya dapat menebus kita. Aku melihat Ia melakukan apa yang Ia lakukan selaras dengan kesempurnaan-Nya Sendiri yang tak terhingga, belas kasih-Nya, dan keadilan-Nya, bahwa sungguh tak ada kesia-siaan dalam Allah, Ia melakukan apa yang Ia lakukan, Ia adalah siapa Dia!
Aku melihat Melkisedek sebagai seorang malaikat dan seorang pratanda Yesus, sebagai seorang imam di atas bumi; sebab imamatnya adalah dalam Allah, ia adalah seorang malaikat, imam dari hierarki abadi. Aku melihatnya mempersiapkan, mendirikan, membangun dan memisah-misahkan keluarga manusia, dan bertindak sebagai seorang pembimbing bagi mereka. Aku juga melihat Henokh dan Nuh, apa yang mereka lambangkan, apa pengaruh mereka; di lain pihak, aku melihat kerajaan neraka yang senantiasa aktif dan bermacam ragam yang tak terhingga manifestasi dan dampak dari berhala ngeri daging dan keduniawian. Dan aku melihat dalam segala manifestasi ini bentuk-bentuk dan figur-figur merusak yang serupa, yang menghantar pada dosa dan kebinasaan. Dengan cara ini, aku melihat dosa dan nubuat, figur-figur pratanda Penebusan yang, dalam cara mereka, merupakan gambaran-gambaran akan kuasa ilahi sebagaimana manusia sendiri dalam gambaran Allah. Semuanya diperlihatkan kepadaku dari Abraham hingga ke Musa, dari Musa hingga ke Nabi-Nabi, juga cara dengan mana mereka saling berhubungan dan referensinya pada tipe-tipe serupa pada masa kita sendiri. Dengan demikian, misalnya, penglihatan-penglihatan Perjanjian Lama ini, berhubungan dengan pengajaran yang aku terima mengenai alasan mengapa para imam tak lagi menyembuhkan, juga mengapa tidak dalam kuasa mereka, atau mengapa sekarang berlaku yang amat berbeda dari sebelumnya. Aku melihat karunia imamat kini dimiliki oleh para Nabi, dan makna dari bentuk dengan mana hal ini dilakukan, diperlihatkan kepadaku. Aku melihat, misalnya, kisah Elisa memberikan tongkatnya kepada Gehazi untuk diletakkan di atas anak Sunem yang mati itu. Dalam tongkat ini secara rohani terdapat misi dan kuasa Elisa. Tongkat itu, seolah, tangannya; perpanjangan tangannya.
Dan di sini aku melihat makna rohani dan kuasa dari tongkat uskup dan tongkat raja. Jika dipergunakan dengan iman, tongkat uskup dan tongkat raja mempersatukan baik uskup maupun raja dengan suatu cara tertentu dengan Dia dari siapa mereka mendapatkan martabat mereka, yakni dengan Allah, sekaligus menandai mereka sebagai berbeda dari yang lainnya. Tetapi, iman Gehazi tidak teguh, dan perempuan Sunem itu beranggapan bahwa hanya melalui Elisa sendirilah pertolongan dapat diperoleh; dan jadi di antara kuasa Elisa dari Allah dan tongkatnya, turut campur juga masalah anggapan manusia, dan tongkat itu tak dapat menyembuhkan. Kemudian aku melihat Elisa berdoa dan meniarapkan dirinya di atas anak itu, dengan tangannya di atas tangan anak itu, mulutnya di atas mulut anak itu, dan dadanya di atas dada anak itu, dan jiwa anak itu kembali ke tubuhnya. Dijelaskan kepadaku bahwa cara penyembuhan macam ini merujuk pada dan menubuatkan wafat Yesus. Dalam Elisa, dengan iman dan kuasa yang dianugerahkan oleh Allah, dibukalah kembali dalam manusia semua jalan rahmat dan pemulihan yang ditutup sesudah Jatuhnya Manusia dalam dosa; yakni, kepala, dada, kedua tangan dan kaki. Elisa meregangkan dirinya sebagai suatu salib simbolis yang hidup di atas yang mati, dan melalui doanya yang penuh iman, hidup dipulihkan. Ia menyilih dosa-dosa yang telah dilakukan orangtua dengan kepala, hati, tangan dan kaki - dosa-dosa yang mendatangkan kematian atas putera mereka. Sejajar dengan di atas, aku melihat gambar Luka-luka Yesus dan wafat-Nya di salib, dengan mana aku menelusuri keselarasan antara Yesus dan Nabi-Nya. Sejak Penyaliban Yesus, karunia penyembuhan dan pemulihan telah ada dalam ukurannya yang penuh di kalangan para imam Gereja-Nya dan secara umum di kalangan umat beriman Kristiani; sebab dalam proporsi yang sama sebagaimana kita hidup dalam Dia dan disalibkan bersama Dia, demikianlah jalan-jalan rahmat itu, Luka-luka Suci-Nya, dibuka bagi kita. Aku belajar banyak hal mengenai penumpangan tangan, kuasa suatu berkat, dan pengaruh yang didatangkan oleh tangan bahkan dalam jarak jauh - semua dijelaskan melalui tongkat Elisa yang melambangkan tangan. Bahwa para imam jaman sekarang begitu jarang menyembuhkan dan memberkati, ditunjukkan kepadaku dalam suatu contoh penting dalam hubungannya dengan Yesus dari siapa bergantung segala kuasa itu.
Aku melihat tiga seniman membuat patung-patung dari lilin. Seniman pertama menggunakan lilin putih yang baik, dan ia adalah seorang seniman yang cakap dan ahli. Tetapi ia sombong, gambaran Kristus tak ada dalam dirinya, dan karyanya tak ada nilainya. Seniman kedua menggunakan lilin yang tak seputih yang pertama, dan ketidak-trampilan serta kemauannya sendiri merusakkan semuanya. Ia tak melakukan apa-apa. Seniman ketiga seorang yang canggung dan tidak cakap; meski begitu ia bekerja dalam kesahajaannya dan dengan ketekunan yang besar pada lilinnya yang hanya lilin biasa berwarna kuning. Hasil karyanya luar biasa benar-benar hidup, meski bentuknya kasar. Aku melihat para pengkhotbah termasyhur membualkan kebijaksanaan duniawi mereka, namun tak menghasilkan apa-apa, sementara banyak orang yang miskin dan tak terpelajar, hanya dengan kuasa imamat umum mengadakan karunia penyembuhan dan berkat.
Semua ini diperlihatkan kepadaku pada waktu aku masih di sekolah. Mempelai-ku membuatku melihat bagaimana Ia telah menderita sejak dari saat perkandungan-Nya hingga wafat-Nya, senantiasa menyilih, senantiasa menebus dosa. Aku melihat ini dalam penglihatan-penglihatan yang jelas mengenai hidup-Nya. Aku melihat juga bahwa, dengan doa dan persembahan, penderitaan demi yang lain, banyak jiwa yang tidak melakukan yang baik di dunia dapat dipertobatkan dan diselamatkan di saat ajal.
Aku juga melihat bahwa para Rasul diutus ke wilayah-wilayah dunia yang lebih luas guna menghancurkan kuasa setan dan menyebarluaskan berkat. Tepat wilayah-wilayah itu ke mana mereka pergi adalah yang paling dicemari oleh yang jahat. Yesus dengan silih-Nya yang sempurna memperoleh kuasa melawan setan. Kepadaku diberikan pengertian bahwa kuasa untuk menarik berbagai wilayah dunia dari kuasa setan melalui sarana berkat, dinyatakan dengan sabda: “Kamu adalah garam dunia.” Untuk alasan yang sama garam merupakan salah satu unsur air suci.
Aku melihat juga dalam penglihatan ini bahwa hasrat nafsu, kehidupan duniawi adalah yang paling cermat dilakukan. Aku melihat kutuk sesudah berkat yang diputar-balikkan. Aku melihat mukjizat-mukjizat palsu dalam kerajaan setan. Aku melihat bahwa penyembahan alam, takhayul, magis, hipnotis, seni dan ilmu pengetahuan duniawi, dan segala sarana yang dipergunakan untuk melicinkan jalan menuju kebinasaan, untuk menjadikan dosa menarik, untuk membungkam suara batin, dipraktekkan dengan ketepatan yang secermat-cermatnya, bahkan dengan fanatisme oleh orang-orang yang menganggap upacara-upacara Gereja Suci sebagai bentuk-bentuk takhayul. Orang-orang ini mengabdikan seluruh hidup dan segala tindakan mereka pada praktek-praktek penuh upacara. Hanya kerajaan Allah-Manusia saja yang mereka acuhkan. Dunia dilayani dengan sempurna, tetapi pelayanan kepada Allah dengan memalukan diabaikan!
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|