Bab 4
Keluarga Adam


Adalah di wilayah Bukit Zaitun aku melihat Adam dan Hawa datang. Negeri itu amatlah berbeda dari sekarang, tetapi kepadaku diyakinkan bahwa itu adalah tempat yang sama. Aku melihat Adam dan Hawa hidup dan melakukan tobat di bagian Bukit Zaitun di mana Yesus mencucurkan keringat darah. Mereka mengusahakan tanah. Aku melihat mereka dikelilingi oleh anak-anak lelaki. Mereka dalam kesusahan besar, dan mereka memohon dengan sangat kepada Allah untuk menganugerahkan kepada mereka seorang anak perempuan, sebab mereka telah menerima Janji bahwa keturunan perempuan akan meremukkan kepala ular.

Hawa melahirkan anak-anak pada selang waktu tertentu. Setelah setiap kelahiran, sejumlah tahun selalu dipersembahkan untuk Pertobatan. Setelah masa tujuh tahun tobat, Set, anak terjanji, dilahirkan oleh Hawa di Gua Palungan, di mana juga, seorang malaikat memaklumkan kepada Hawa bahwa Set adalah keturunan yang diberikan kepadanya oleh Allah sebagai ganti Habel. Untuk jangka waktu yang lama, Set disembunyikan dalam gua. Gua itu juga tempat di mana di kemudian hari Abraham disusui, sebab saudara-saudaranya, seperti saudara-saudara Yusuf, menghendaki nyawanya.

Suatu kali aku melihat sekitar duabelas orang: Adam, Hawa, Kain, Habel, dua saudari dan beberapa anak kecil. Semuanya mengenakan pakaian dari kulit yang bergantung pada kedua bahu mereka seperti sebuah skapulir dan diikat di pinggang. Pakaian perempuan lebar dan penuh sekeliling dada di mana juga berfungsi sebagai sebuah kantung. Pakaian itu jatuh sekeliling kaki dan dikancingkan di bagian sisi-sisinya dan juga di bawah ketiak. Para lelaki mengenakan pakaian yang lebih pendek, dengan sebuah kantung dipasang padanya. Kulit yang mereka pergunakan sebagai pakaian, dari leher hingga ke siku, adalah kulit yang sangat baik berwarna putih. Mereka semua tampak anggun dan luhur dalam pakaian mereka. Mereka mempunyai gubuk-gubuk pada masa itu, sebagian tenggelam dalam tanah dan ditutupi dengan tanam-tanaman. Rumah tangga mereka cukup tertata rapi. Aku melihat kebun buah-buahan dengan pohon-pohon yang pendek, namun sarat buah-buahan. Ada juga biji-bijian, seperti gandum, yang Allah berikan kepada Adam sebagai benih.

Aku tak ingat melihat baik anggur maupun gandum di Firdaus. Tak satu pun hasil Firdaus harus dipersiapkan agar dapat dimakan. Susah-payah persiapan merupakan konsekwensi dosa dan, karenanya, merupakan simbol kerja keras dan penderitaan. Allah memberikan kepada Adam segala apa yang dibutuhkan olehnya untuk bertanam. Aku ingat pernah melihat orang-orang yang seperti malaikat, membawa sesuatu kepada Nuh ketika ia masuk ke dalam bahtera. Tampak bagiku seperti suatu ranting anggur yang ditancapkan dalam sebuah apel.

Susu hewan menjadi minuman pada masa itu, dan mereka juga makan keju yang dikeringkan di bawah matahari. Di antara binatang-binatang, secara khusus aku memperhatikan domba. Segala binatang yang telah dinamai oleh Adam mengikutinya dari Firdaus, namun sesudahnya binatang-binatang itu lari darinya. Adam harus membujuk mereka untuk kembali dengan makanan, itulah hewan-hewan ternak, dan membiasakan mereka dengan dirinya. Aku melihat burung-burung berlompatan, binatang-binatang kecil berlarian dan segala macam binatang-biantang yang melompat, seperti kijang, rusa, dan sebagainya.

Tata rumah tangga cukup patriarkhal. Aku melihat anak-anak Adam dalam gubuk-gubuk mereka yang terpisah, berbaring sekeliling sebuah batu pada saat makan. Aku melihat mereka juga berdoa dan mengucap syukur.

Allah telah mengajarkan kepada Adam bagaimana mempersembahkan kurban; Adam adalah imam dalam keluarganya. Kain dan Habel adalah juga imam-imam. Aku melihat bahkan persiapan bagi kurban mereka dilakukan dalam sebuah gubuk yang terpisah.

Di atas kepalanya, mereka mengenakan topi terbuat dari dedaunan yang tangkaiya dianyam menjadi satu. Topi itu berbentuk seperti sebuah perahu dan mempunyai pinggiran di bagian depan dengan mana topi dapat diangkat dari kepala. Manusia-manusia pertama itu memiliki kulit yang indah berwarna kekuningan, yang berkilau bagai sutera; rambut mereka kuning kemerahan bagai emas. Adam berambut panjang. Jenggotnya, pada mulanya pendek, tetapi kemudian ia membiarkannya tumbuh panjang. Hawa pada mulanya membiarkan rambutnya yang panjang tergerai; tetapi kemudian ia menggulungnya sekeliling kepala dalam sebuah gelungan bagai topi.

Api senantiasa aku lihat seperti suatu lidah api yang tersembunyi, dan tampaknya ada dalam tanah. Api diberikan kepada manusia dan berasal dari surga; Allah Sendiri yang mengajarkan bagaimana mempergunakannya. Sebagai bahan bakar, mereka membakar suatu bahan kuning yang kelihatan seperti tanah. Aku tak melihat ada kegiatan masak-memasak. Pada mulanya, makanan hanya dikeringkan di bawah matahari; dan gandum setelah dihancurkan, dijemur di bawah naungan dan dibiarkan terbakar terik matahari hingga kering.

Allah memberi mereka gandum, gerst dan gandum hitam, serta mengajarkan kepada mereka bagaimana menanamnya. Allah membimbing manusia dalam segala hal.

Aku tak melihat sungai-sungai besar di masa awal itu, Sungai Yordan, misalnya; tetapi, sumber-sumber air memancar dan airnya dialirkan ke dalam bendungan-bendungan.

Manusia tidak makan daging sebelum tewasnya Habel.

Suatu kali aku mendapat penglihatan akan Bukit Kalvari. Aku melihat di sana ada seorang nabi, rekan Elia. Pada waktu itu, bukit penuh gua-gua dan makam-makam. Nabi memasuki salah satu gua dan dari sebuah peti mati dari batu yang berisi tulang-belulang, ia mengambil tengkorak Adam. Segera seorang malaikat menampakkan diri di hadapannya dan berkata, “Itu tengkorak Adam,” dan ia melarang tengkorak dipindahkan. Tersebar sekeliling tengkorak helaian-helaian rambut berwarna kuning. Dari cerita para nabi mengenai apa yang terjadi, tempat itu dinamai “Tempat Tengkorak” (= Kalvari). Salib Kristus berdiri dalam suatu garis lurus di atas tengkorak itu pada saat Penyaliban-Nya. Secara batin diajarkan kepadaku bahwa tempat di mana tengkorak bersemayam adalah titik tengah bumi. Diberitahukan kepadaku jaraknya dari timur, selatan dan barat dalam angka-angka, tetapi aku telah lupa.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dosa dan Konsekwensinya        previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama