Bab 7
Menara Babel


Pembangunan Menara Babel adalah karya kesombongan. Mereka membangun dengan tujuan membuat sesuatu menurut gagasan mereka sendiri, dan dengan demikian menolak bimbingan Allah. Ketika keturunan Nuh telah menjadi sangat banyak, mereka yang paling sombong dan paling berpengalaman di antara mereka bertemu guna membahas pengerjaan suatu karya yang begitu gemilang dan begitu kokoh sebagai keajaiban bagi jaman-jaman yang akan datang dan dengan demikian para pembangun akan diperbincangkan sebagai yang paling cakap, paling hebat dari antara manusia. Mereka tidak memikirkan Allah, mereka mencari hanya kemuliaan diri. Andai tidak demikian, sebagaimana dengan jelas diberitahukan kepadaku, Allah pasti akan mengijinkan usaha itu berhasil. Anak-anak Sem tidak ikut ambil bagian secara aktif di dalamnya. Mereka tinggal di suatu wilayah datar di mana pepohonan palma dan buah-buahan serupa tumbuh. Namun demikian, mereka harus menyumbangkan sesuatu bagi pembangunan menara, sebab mereka tinggal tak begitu jauh pada masa itu seperti pada masa sesudahnya. Keturunan-keturunan Ham dan Yafet saja yang terlibat dalam pekerjaan itu; dan sebab kaum Sem menolak untuk bergabung, mereka menyebutnya bangsa yang dungu.

Kaum Sem lebih sedikit jumlahnya dibandingkan anak-anak Ham dan Yafet, dan dari antara mereka keluarga Eber dan leluhur Abraham berasal. Atas Eber yang tidak ikut ambil bagian dalam pembangunan menara, Allah mengarahkan mata-Nya; dan di tengah kekacauan dan kemerosotan moral pada umumnya, Ia menyisihkan Eber dan keturunannya sebagai suatu bangsa yang kudus. Allah memberinya juga suatu bahasa yang baru dan kudus seperti yang tidak dimiliki bangsa lain, dan dengan demikian bangsanya terputus hubungan komunikasinya dengan yang lain. Bahasa ini adalah bahasa Ibrani murni atau Chaldaic. Bahasa pertama, bahasa ibu, yang dipakai oleh Adam, Sem dan Nuh, berbeda, dan sekarang dipakai hanya dalam dialek-dialek di daerah yang terasing. Cabang murni pertamanya adalah Zend, bahasa sakral India, dan bahasa Bactrian. Dalam bahasa-bahasa itu, didapati kata-kata yang tepat serupa dengan bahasa Jerman kuno dari tempat asalku. Buku yang aku lihat dalam Ctesiphon modern, di Tigris, ditulis dalam bahasa itu. Eber masih hidup pada masa Semiramis. Kakeknya - Arpakhsad - adalah putera kesayangan Sem. Ia seorang yang memiliki pertimbangan yang sangat baik dan penuh kebijaksanaan mendalam. Meski demikian, cukup banyak pemujaan berhala dan sihir diwariskan olehnya. Kaum Majus berasal dari keturunannya.

Menara Babel dibangun di atas tanah yang tinggi, sekitar 6 mil kelilingnya, sekitarnya terhampar suatu dataran luas dengan lapangan-lapangan, kebun-kebun, dan pepohonan. Menuju pondasi menara, yakni hingga ke tingkat pertama, terdapat duapuluh lima jalan batu yang sangat luas menghantar orang dari segala sisi dataran. Duapuluh lima suku terlibat dalam pembangunannya, dan masing-masing suku mempunyai jalannya sendiri menuju menara. Di kejauhan, di mana jalan-jalan ini dimulai, tiap-tiap suku mempunyai kotanya tersendiri sehingga, di waktu bahaya atau serbuan musuh, mereka dapat melarikan diri ke menara sebagai tempat perlindungan. Menara juga dimaksudkan berfungsi sebagai kuil pemujaan berhala. Jalan-jalan batu, yang menanjak di tanah datar, cukup berjauhan; tetapi sekeliling menara, jalan-jalan itu begitu rapat hingga jarak antara satu dengan yang lain tak lebih besar dari sebuah jalan yang lebar. Sebelum mencapai menara, jalan-jalan itu dihubungkan dengan bangunan-bangunan melengkung, dan di antara setiap dua terbuka suatu pintu gerbang sekitar sepuluh kaki lebarnya ke dasar menara.

Ketika jalan-jalan yang menanjak halus ini telah mencapai suatu ketinggian tertentu, jalan-jalan ini ditembusi oleh lorong-lorong beratap. Dekat menara lorong-lorongnya ganda, satu di atas yang lain, sehingga melalui lorong-lorong ini orang dapat mengitari bangunan, bahkan sekeliling bagian yang terendah, di bawah semua jalan-jalan. Di atas bangunan-bangunan melengkung yang menghubungkan jalan-jalan yang menanjak ini terdapat trotoar-trotoar, atau jalan-jalan, yang melintasi sekeliling menara secara horizontal. Jalan-jalan yang menanjak halus ini meluas bagai akar-akar sebagang pohon. Jalan-jalan ini didesain sebagian sebagai pilar-pilar penyangga guna memperkuat pondasi bangunan raksasa ini, dan sebagian sebagai jalan-jalan angkutan dari segala penjuru bagi material-material bangunan dan bahan-bahan lain yang perlu diangkut ke tingkat pertama menara.

Di antara kaki-kaki menara yang meluas ini terdapat tempat-tempat perkemahan di atas struktur-struktur batu. Di banyak tempat, puncak-puncak kemah menjulang di atas jalan-jalan yang melintasinya. Dari setiap perkemahan, terdapat anak-anak tangga pada dinding yang menghantar ke trotoar-trotoar. Orang dapat mengelilingi seluruh menara melalui perkemahan-perkemahan dan bangunan-bangunan melengkung dan di bawah jalan-jalan batu.

Di samping penghuni perkemahan, ada orang-orang lain yang tinggal dalam kubah-kubah dan ruang-ruang di sisi kanan kiri jalan-jalan batu. Di dalam dan sekitar seluruh bangunan berkeriapan makhluk-makhluk hidup yang tak terkira banyaknya; bagai sebuah rumah semut raksasa. Tak terhitung gajah, keledai dan unta bekerja naik turun jalanan-jalanan dengan muatan yang berat. Meski beban-beban ini jauh lebih besar dari badan hewan itu sendiri, namun sebagian dari mereka dapat dengan mudah saling bersalipan di jalan. Terdapat tempat-tempat perhentian di jalan untuk memberi makan dan membongkar-muat hewan beban, juga kemah-kemah pada ruang-ruang yang datar dan bahkan pabrik-pabrik. Aku melihat binatang-binatang tanpa dibimbing mengangkut muatan naik turun. Pintu-pintu gerbang di ruang bawah tanah menara menghantar masuk ke dalam aula-aula, lorong-lorong dan kamar-kamar. Dari bagian bawah menara ini, orang dapat mendaki anak-anak tangga yang dibuat pada segala sisi. Suatu jalan spiral melingkar dari tingkat pertama ke sekeliling bagian luar bangunan segibanyak ini. Bagian dalamnya terdiri dari gudang-gudang bawah tanah, kamar-kamar dan lorong-lorong tertutup yang luas dan aman.

Pembangunan dimulai dari segala sisi sekaligus. Semuanya mengarah pada satu titik pusat di mana pada awalnya berdiri sebuah tempat perkemahan yagn besar. Mereka mempergunakan ubin, juga batu-batu potong, yang mereka angkut ke lokasi. Permukaan trotoar cukup putih dan berkilau di bawah sinar matahari. Dari kejauhan tampak amat indah. Menara dirancang dengan sangat ahli. Dikatakan kepadaku bahwa menara pastilah akan berhasil diselesaikan dan sekarang berdiri megah sebagai suatu monumen mengagumkan hasil karya manusia, jika saja menara itu dibangun demi menghormati Allah. Tetapi para pembangunnya tidak memikirkan Allah. Karya mereka adalah hasil dari kepongahan.

Nama-nama mereka yang berperan serta dalam pembangunan menara megah nan indah dituliskan dengan kata-kata pujian pada kubah-kubah dan pada pilar-pilar; pada kubah-kubah dengan batu-batu berwarna-warni, dan pada pilar-pilar dalam huruf-huruf yang besar. Tak ada raja, melainkan hanya kepala dari keluarga-keluarga yang berbeda, dan mereka memerintah sesuai musyawarah bersama. Batu-batu yang dipergunakan dalam menara dipahat dengan ahli. Batu-batu dipasangkan satu sama lain, dirangkai satu sama lain. Tidak ada patung-patung ditahtakan dalam menara, tetapi banyak bagian menara dihiasi batu-batu berwarna-warni dan, di sana sini, terdapat patung-patung dipahat dalam relung-relung. Kanal-kanal dan waduk-waduk dibangun untuk persediaan air. Semua menyumbangkan tenaga, bahkan para perempuan bertugas menginjak-injak tanah liat dengan kaki mereka. Para lelaki bekerja dengan bertelanjang dada; mereka yang paling terkemuka mengenakan sebuah topi kecil dengan sebuah kancing. Bahkan di masa-masa paling awal, para perempuan menudungi kepala mereka.

Pembangunan berkembang pesat dalam besar dan tingginya hingga, oleh karena banyaknya bayangan, cukup dingin di satu sisi, sementara di sisi lain pantulan sinar matahari menjadikannya sangat panas. Selama tigapuluh tahun pekerjaan berlangsung. Mereka sedang mengerjakan tingkat kedua. Mereka telah melingkupi dan memasang tembok-tembok di bagian dalam dengan kolom-kolom serupa menara, telah menuliskan nama-nama dan bangsa-bangsa mereka di sana dengan bebatuan warna-warni ketika pecah kekacauan.

Aku melihat seorang yang diutus Allah, Melkisedek, pergi kepada para pemimpin dan para ahli pembangunan. Ia datang kepada mereka untuk menjelaskan perilaku mereka, dan ia memaklumkan penghukuman Allah kepada mereka. Dan sekarang dimulailah kekacauan. Banyak yang hingga waktu itu bekerja dalam damai, sekarang menyombongkan kecakapan dan sumbangan besar yang telah mereka lakukan dalam pembangunan. Mereka membentuk kelompok-kelompok, mereka menuntut hak-hak istimewa tertentu. Hal ini menimbulkan pertentangan, permusuhan dan pemberontakan. Pada awalnya hanya ada dua suku yang tidak puas dan ini diputuskan untuk ditumpas; tetapi segera didapati bahwa perpecahan ada di mana-mana. Mereka saling bertikai di antara mereka sendiri; mereka saling membunuh satu sama lain; mereka tak lagi dapat mengerti satu sama lain; akhirnya mereka berpisah dan terserak ke seluruh penjuru bumi.

Aku melihat bangsa Sem pergi lebih jauh ke selatan di mana kelak adalah kediaman Abraham. Aku melihat salah seorang keturunan Sem. Ia seorang yang baik, tetapi ia tidak mengikuti pemimpinnya. Karena isterinya, ia memilih tinggal di antara mereka yang jahat di Babel. Ia menjadi pemimpin Samanenses, suatu bangsa yang senantiasa menjauhkan diri dari yang lain. Di bawah Semiramis yang keji, Melkisedek memindahkan mereka ke Palestina.

Ketika semasa kanak-kanak aku mendapatkan penglihatan mengenai pembangunan menara, aku biasa menolaknya sebab aku tak dapat memahaminya. Tentu saja, aku belum pernah melihat sesuatu seperti itu, tidak ada bangunan selain dari rumah-rumah pertanian kami darimana sapi-sapi keluar melalui cerobong [di mana pintu berfungsi sebagai saluran pembuangan asap, juga sebagai pintu keluar sapi-sapi], dan kota Coesfeld. Lebih dari satu kali aku pikir itu pastilah surga. Tetapi aku mendapatkan penglihatan itu lagi dan lagi, dan selalu aku melihatnya secara sama, dan aku juga telah melihat bagaimana menara itu pada jaman Ayub.

Salah seorang pemimpin kepala dalam pembangunan menara adalah Nimrod. Sesudahnya, ia dihormati sebagai seorang dewa dengan nama Belus. Ia adalah pendiri bangsa yang menghormati Derketo dan Semiramis sebagai dewi. Nimrod mendirikan Babilonia dari batu-batu menara, dan Semiramis menghiasinya dengan semarak. Nimrod juga menetapkan pondasi Niniwe dan membangun struktur-struktur batu untuk kemah-kemah pemukiman. Ia adalah seorang pemburu ulung dan seorang pemimpin yang lalim. Pada masa itu ada banyak sekali binatang buas, dan binatang-binatang itu menyerang dengan ganas dan beringas. Pasukan-pasukan pemburu setangguh pasukan-pasukan militer dibentuk guna melawan binatang-binatang. Mereka yang membantai binatang-biantang buas ini dihormati sebagai dewa. Nimrod juga menaklukkan dan menundukkan para lelaki. Ia mempraktekkan penyembahan berhala; ia penuh kekejian dan sihir dan ia punya banyak keturunan. Ia hidup sekitar duaratus tujuhpuluh tahun lamanya. Warna kulitnya pucat dan sejak dari masa mudanya ia telah melewatkan hidup yang liar. Ia adalah alat setan dan amat bertaut pada pemujaan bintang-bintang. Dari berbagai figur dan gambar-gambar yang ia telusuri di planet-planet dan gugusan bintang-bintang, dan seturut apa yang dinubuatkannya mengenai negara-negara dan bangsa-bangsa, ia berupaya membuat patung-patung yang ditetapkannya sebagai dewa-dewa. Sphinx Mesir berasal-muasal darinya, sebagaimana juga bangyak berhala-berhala mereka yang berlengan banyak dan berkepala banyak. Selama tujuhpuluh tahun, Nimrod menyibukkan diri dengan sejarah berhala-berhala ini, dengan detail-detail upacara sehubungan dengan pemujaan kepada mereka dan kurban-kurban yang perlu dipersembahkan kepada mereka, juga dengan pembentukan imam-imam kafir. Dengan kebijaksanaan dan kuasa neraka, ia menundukkan bagnsa-bangsa yang ia pimpin untuk membangun menara. Ketika timbul kekacauan bahasa, banyak dari antara suku-suku itu memisahkan diri darinya dan yang paling liar dari mereka mengikuti Misraim ke Mesir. Nimrod membangun Babilonia, menaklukkan negeri-negeri sekelilingnya, dan menetapkan pondasi kekaisaran Babilonia. Di antara anak-anaknya yang banyak adalah Ninus dan Derketo. Derketo dihormati sebagai seorang dewi.    


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dosa dan Konsekwensinya        previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama