Bab 10
![]() Melkisedek
![]() Aku sering melihat Melkisedek, tetapi tidak pernah sebagai seorang manusia. Aku selalu melihatnya sebagai suatu makhluk dari kodrat yang lain, sebagai seorang malaikat, sebagai seorang yang diutus Allah. Aku tidak pernah sekalipun melihat suatu tempat kediaman, suatu rumah, suatu keluarga, suatu kerabat tertentu yang berhubungan dengannya. Aku tidak pernah melihatnya makan, minum ataupun tidur, dan tak pernah sekalipun terlintas dalam pikiranku bahwa ia adalah seorang fana. Ia berbusana tidak seperti imam manapun pada masa itu di dunia, tetapi seperti para malaikat di Yerusalem surgawi. Jubahnya seperti jubah Musa, yang dibuat sesuai perintah Allah, yang sesudahnya ditetapkan sebagai busana imam. Aku melihat Melkisedek muncul di sana sini, mengemukakan dan mengatasi masalah bangsa-bangsa; seperti misalnya, pada waktu perayaan kemenangan sesudah perang, pada waktu peperangan yang dilakukan dengan bengis dan keji. Di manapun ia muncul, di manapun ia berada, ia mendatangkan suatu pengaruh yang amat kuat hanya dengan kehadirannya saja. Tak seorang pun menentangnya, namun demikian ia tak pernah mengambil jalan kekerasan; bahkan kaum penyembah berhala dengan senang hati menerima keputusan-keputusannya dan bertindak sesuai nasehatnya. Melkisedek tidak mempunyai teman; ia sama sekali seorang diri. Terkadang ada padanya dua pesuruh sewaan. Mereka ini mengenakan pakaian putih pendek dan mereka berlari mendahuluinya guna memaklumkan kedatangannya. Ia tak lagi mempekerjakan mereka apabila tugas mereka telah selesai. Semua yang dibutuhkannya, diperolehnya tanpa bersusah-payah mendapatkannya. Mereka dari siapa ia menerima segala sesuatu senantiasa dapat menyediakan apa yang mereka berikan. Mereka memberikannya kepada Melkisedek dengan sukacita. Mereka memperlakukan Melkisedek dengan segan dan hormat, namun menganggap diri berbahagia dapat bersamanya. Meski yang jahat mencari-cari kesalahan Melkisedek, namun demikian mereka merendahkan diri di hadapannya. Melkisedek, makhluk dari status yang lebih tinggi, dipandang oleh orang-orang besar dari dunia kafir, mereka yang tak bertuhan dan mengejar kenikmatan duniawi, dalam terang yang sama sebagaimana seorang yang luar biasa kudus dipandang pada masa kini andai ia sekonyong-konyong muncul di antara kita sebagai seorang asing yang berbuat kebaikan pada semua yang di sekitarnya.
Demikianlah aku melihat Melkisedek di istana Semiramis di Babilonia, di mana Semiramis bertahta dengan segala kebesaran dan kemuliaan yang tak terkatakan. Ia menitahkan bangunan-bangunan raksasa dibangun oleh para budaknya, yang ditindasnya dengan jauh terlebih kejam dari yang dilakukan Firaun terhadap anak-anak Yakub di Mesir. Penyembahan berhala yang paling ngeri dan keji dilakukan di antara orang-orang Babilonia. Kurban-kurban manusia dikubur hidup-hidup dalam tanah sebatas leher dan dipersembahkan sebagai kurban. Nyaris tak dapat dipercaya tingkat segala macam kemewahan, kebesaran, keindahan dan karya seni yang dipergunakan. Semiramis juga memaklumkan perang-perang besar; bala tentaranya terdiri dari laskar-laskar yang tak terhitung banyaknya. Tetapi perang-perang ini nyaris selalu melawan bangsa-bangsa ke arah timur. Ia tidak terlalu bergerak ke arah barat. Bangsa-bangsa ke arah selatan adalah orang-orang yang berkulit gelap dan bertampang seram.
Seiring berjalannya waktu, muncullah dalam kerajaan Semiramis sejumlah orang dari kaum Sem. Sesudah pembangunan Menara, leluhur mereka tinggal di Babilonia. Mereka hidup sebagai suatu suku kecil penggembala yang tinggal di bawah kemah-kemah, menggembalakan ternak, dan merayakan uapacara-upacara keagamaan mereka pada malam hari, entah di satau kemah terbuka atau di bawah langit bertabur bintang. Berlimpah berkat menyertai mereka; mereka berkecukupan dalam segala hal, dan ternak mereka senantiasa sungguh baik kualitasnya. Semiramis, perempuan yang dirasuki setan, berketetapan untuk memusnahkan suku ini dan ia telah membinasakan banyak dari antara mereka. Ia tahu dari berkat yang menyertai mereka bahwa Allah mempunyai rancangan belas kasih atas mereka; sebab itu ia, sebagai alat iblis, menindas mereka. Ketika kesusahan orang-orang ini mencapai puncaknya, muncullah Melkisedek. Ia pergi kepada Semiramis, menuntut ijin bagi mereka untuk pergi, dan ia mencela Semiramis karena kekejamannya. Semiramis mengabulkan tuntutannya dan Melkisedek memimpin mereka dalam rombongan-rombongan yang berbeda menuju Palestina. Melkisedek tinggal dalam sebuah kemah dekat Babilonia, dan di sini ia memecah-mecahkan roti untuk orang-orang yang baik. Dari roti ini mereka beroleh kekuatan untuk berangkat. Ia menunjukkan kepada mereka, di sana sini di Kanaan, tempat-tempat yang ccok bagi pemukiman, dan mereka menerima darinya tanah-tanah yang subur. Ia membagi-bagi mereka menurut kemurnian mereka agar mereka tidak bercampur dengan yang lain. Nama mereka kedengaran seperti Samanen atau Semanen. Melkisedek menunjukkan kepada sebagian dari mereka suatu wilayah yang cocok bagi pemukiman, yang sesudahnya merupakan lokasi Laut Mati, tetapi kota mereka musnah bersama Sodom dan Gomora.
Semiramis menerima Melkisedek dengan penuh hormat. Ia diam-diam takut kepadanya karena kebijaksanaannya. Melkisedek tampil di hadapan Semiramis sebagai Raja Bintang Pagi, yakni dari pulau terjauh di sebelah timur. Semiramis berkhayal bahwa Melkisedek mungkin akan meminangnya untuk menjadi pengantinnya. Tetapi Melkisedek berbicara kepadanya dengan keras, mengecam kekejiannya, dan menubuatkan kehancuran piramidnya di Memphis. Semiramis tercekam ketakutan hingga tiada mampu berkata-kata, dan aku melihat hukuman yang menimpanya. Ia menjadi seperti binantang liar. Ia untuk jangka waktu yang lama dikurung, dan mereka melemparkan kepadanya rerumputan dan jerami dalam sebuah palungan sebagai olok-olok; hanya satu pelayan yang setia kepadanya dan menyediakan makanan baginya. Semiramis dibebaskan dari penghukuman, tetapi melakukan kekejiannya kembali. Pada akhirnya ia tiba di suatu akhir yang ngeri, isi perutnya terburai keluar dari tubuhnya. Usianya seratus tujuhbelas tahun.
Melkisedek dianggap sebagai seorang nabi, seorang guru, sebagai suatu makhluk dari dunia yang lebih tinggi, dengannya semua baik adanya. Pada masa itu, juga sesudahnya, ada banyak penampakan makhluk-makhluk dari dunia yang lebih tinggi. Makhluk-makhluk ini bagi orang-orang pada masa itu sama lazimnya seperti malaikat-malaikat pada masa Abraham. Tetapi, penampakan roh-roh jahat juga kerap, sama seperti nabi-nabi palsu muncul di samping nabi-nabi asli. Kepergian bangsa Sem dari Babilonia memiliki analogi yang sama dengan kepergian bangsa Israel dari Mesir, meski yang pertama sama sekali tak sebanyak yang terakhir.
Dari kaum Samanenses yang ditempatkan Melkisedek di Palestina, aku melihat jauh sebelum kedatangan Abraham, tiga lelaki di sebuah bukit yang disebut Bukit Roti, dekat Tabor. Mereka tinggal di gua-gua. Mereka memiliki warna kulit yang lebih coklat dibandingkan Abraham, dengan pakaiannya dari kulit. Mereka mengikatkan sehelai daun lebar pada kepala untuk melindungi mereka dari matahari. Mereka hidup kudus seturut teladan Henokh. Agama mereka sederhana, meski penuh perlambang misterius, dan mereka mendapatkan penglihatan-penglihatan dan wahyu-wahyu yang dengan mudah mereka tafsirkan. Agama mereka mengajarkan bahwa Allah akan mempersatukan DiriNya dengan manusia dan untuk persatuan itu mereka harus mempersiapkan diri dalam segala cara yang mungkin. Mereka juga mempersembahkan kurban. Sepertiga bagian dari pendapatan sehari-hari mereka tempatkan di bawah matahari, entah agar dilahap habis oleh teriknya atau, mungkin, diperuntukkan bagi makhluk-makhluk lain yang membutuhkannya. Untuk perkara yang terakhir ini, aku juga melihatnya. Orang-orang ini hidup cukup terasing, terpisah dari penduduk lainnya di wilayah itu. Penduduk lainnya ini belum banyak jumlahnya dan hidup terpencar, di sana sini, dalam kediaman-kediaman yang dibangun dalam gaya kota-kota kemah yang berbenteng. Aku melihat ketiga orang ini pergi melintasi negeri menggali sumur-sumur, menebas hutan-hutan dan meletakkan dasar-dasar untuk kota-kota mendatang. Aku melihat mereka mengusir roh-roh jahat dari udara seluruh sekitar wilayah dan menghalaunya ke tempat-tempat lain, ke daerah-daerah yang remang-remang berpaya-paya dan berkabut. Aku melihat lagi bahwa roh-roh jahat lebih memilih tempat-tempat tinggal yang kumuh demikian. Aku sering melihat ketiga orang ini bergulat dengan roh-roh jahat.
Awalnya, aku heran bagaimana kota-kota dapat muncul di mana mereka meletakkan batu-batu, yang begitu segera tumbuh pesat, dan lalu aku mendapat suatu penglihatan lain di mana kepadaku diperlihatkan sejumlah tempat yang dibangun di lokasi-lokasi ini; misalnya Saphat, Betsaida, Nazaret (di mana ketiga orang itu bekerja di lokasi yang di masa sesudahnya berdiri rumah di mana malaikat menyampaikan kabar kepada Maria), Gathepher, Sephoris (di wilayah dekat Nazaret, di mana sesudahnya rumah Anna berdiri), Magedo, Naim, Ainon, gua-gua Betlehem dan Hebron. Aku juga melihat mereka mendirikan Machmethat dan banyak tempat lain yang sekarang aku sudah lupa.
Aku melihat mereka setiap bulan berkumpul di bukit ini di mana Melkisedek memecah-mecahkan sebuah roti empat persegi yang besar (tiga kaki persegi, mungkin, dan cukup tebal) menjadi banyak potongan-potongan kecil yang ia bagi-bagikan di antara mereka. Roti itu berwarna kecoklatan dan dipanggang dalam abu. Aku melihat bahwa Melkisedek selalu pergi kepada mereka tanpa penyerta. Terkadang ia membawa roti itu dengan ringan, seolah roti itu melayang di atas tangannya; dan lagi ketika ia mendekati bukit, aku melihat roti itu sebagai suatu beban di atas punggungnya. Aku pikir ia mengambil tindakan ini saat mendekati mereka agar mereka memandangnya sebagai hanya seorang manusia biasa saja. Meski demikian, mereka menjumpainya dengan penuh hormat, prostratio di hadapannya. Ia mengajari mereka bagaimana menanam anggur di Tabor. Ia juga memberikan kepada mereka segala macam benih, yang mereka sebarkan di banyak bagian wilayah itu dan yang sekarang tumbuh liar di sana. Aku melihat orang-orang ini setiap hari memotong sepotong dari roti dengan sekop coklat yang mereka gunakan untuk bekerja. Mereka juga makan unggas, yang terbang ke arah mereka dalam jumlah besar. Ada pada mereka hari-hari perayaan, dan merrka mengenal bintang-bintang. Mereka merayakan hari kedelapan dengan doa dan kurban, juga beberapa hari dalam setahun. Aku juga melihat mereka membuat banyak jalan melintasi wilayah yang masih liar ke tempat-tempat di mana mereka telah meletakkan dasar-dasar, menggali sumur-sumur dan menabur benih. Ini mereka lakukan agar orang-orang yang datang sesudah mereka dapat, dengan mengikuti jalan-jalan ini, membangun pemukiman-pemukiman dekat sumur dan daerah-daerah subur yang dipersiapkan bagi mereka. Aku melihat ketiga orang ini, sementara bekerja, kerap dikepung oleh roh-roh jahat yang dapat mereka lihat. Aku melihat roh-roh ini, dengan doa dan kata-kata perintah, dihalau ke tempat-tempat pembuangan yang berpaya-paya. Roh-roh ini serta-merta pergi, dan orang-orang ini dengan tenang melanjutkan pekerjaan mereka membersihkan dan memurnikan.
Mereka membuat jalan-jalan ke Kana, Magedo, dan Naim, dan dengan cara ini mereka mempersiapkan tempat-tempat kelahiran sebagian besar dari para Nabi. Mereka menetapkan dasar-dasar Abelmahula dan Dotan, dan menggali pemandian-pemandian indah di Betulia. Melkisedek masih menjelajahi negeri seorang diri dan sebagai seorang asing; tak seorang pun tahu di mana ia tinggal.
Ketiga orang Samanenses ini sudah tua, namun masih sangat aktif. Di wilayah Laut Mati dan di Yudea sudah ada kota-kota. Ada juga kota-kota lebih jauh di sebelah utara tetapi belum ada kota-kota di wilayah-wilayah pusat.
Orang-orang Samanenses ini menggali kubur mereka sendiri dan terkadang berbaring di dalamnya; yang seorang membuat kubur dekat Hebron, yang lain di Tabor dan yang ketiga dalam gua-gua tak jauh dari Saphet. Mereka, dalam makna tertentu, bagi Abraham adalah seperti Yohanes bagi Yesus. Mereka memurnikan wilayah, mereka mempersiapkan tanah dan jalan-jalan, mereka menabur buah-buah baik dan mereka mendatangkan air bagi pemimpin umat Allah. Tetapi Yohanes mempersiapkan hati untuk tobat dan untuk kelahiran kembali dalam Yesus Kristus. Orang-orang Samanenses ini melakukan bagi Israel apa yang dilakukan Yohanes bagi Gereja. Aku melihat orang-orang yang demikian di tempat-tempat lain juga, di mana mereka dihantar oleh Melkisedek.
Aku kerap melihat Melkisedek sebagaimana ia muncul di Palestina jauh sebelum masa Semiramis dan Abraham, ketika negeri masih berupa padang belantara. Ia tampak mempersiapkannya, memberi tanda dan merencanakan wilayah-wilayah tertentu. Aku melihatnya sama sekali seorang diri, dan aku pikir: Apakah yang dilakukan orang ini di sini begitu awal? Tak ada seorang manusia pun di tempat ini! Aku melihatnya dekat sebuah gunung, membor sebuah sumur; itulah sumber Yordan. Ia mempunyai sebuah alat yang panjang indah yang, bagai seberks cahaya, menembusi lereng gunung. Aku melihatnya dengan cara yang sama membuka sumber-sumber air di lokasi-lokasi yang berbeda di bumi. Pada masa itu, yakni sebelum Air Bah, aku tak pernah melihat sungai-sungai memancar dan mengalir seperti sekarang, tetapi aku melihat banyak air terjun dari suatu gunung yang tinggi di sebelah timur.
Melkisedek mengambil banyak wilayah Palestina dengan menandainya. Ia mengukur lokasi untuk Kolam Bethsaida, dan jauh sebelum Yerusalem ada, ia meletakkan sebongkah batu di mana Bait Allah kelak berdiri. Aku melihatnya di dasar Sungai Yordan menanam keduabelas batu berharga di mana para imam berdiri dengan Tabut Perjanjian pada saat keberangkatan anak-anak Israel. Ia menanam batu-batu itu bagai benih, dan batu-batu itu bertambah besar.
Aku senantiasa melihat Melkisedek sendirian, terkecuali ketika ia sibuk dengan mengumpulkan, membagi atau membimbing bangsa-bangsa dan keluarga-keluarga.
Aku melihat Melkisedek membangun sebuah kastil di Salem. Kastil itu lebih serupa sebuah kemah dengan serambi-serambi dan tangga-tangga sekelilingnya, seperti kastil Mensor di Arab. Dasarnya saja yang kokoh, sebab terbuat dari batu. Aku pikir keempat pojok di mana tonggak-tonggak utama berdiri, masih dapat dilihat bahkan pada masa Yohanes. Kastil itu hanya mempunyai sebuah pondasi batu yang amat kokoh, yang seperti sebuah benteng berselimut tanam-tanaman menjalar. Yohanes mempunyai tiga gubuk kecil dari jerami.
Kastil kemah merupakan suatu tempat istirahat bagi orang-orang asing dan para pengelana, semacam penginapan yang aman serta nyaman dekat air yang menyejukkan. Mungkin Melkisedek, yang senantiasa aku lihat sebagai pembimbing dan penasehat dari suku-suku dan bangsa-bangsa yang masih belum menetap, membangun kastil ini sebagai suatu tempat menampung dan mengajar mereka. Bahkan meski pada waktu itu, kastil ini merujuk pada Baptisan.
Inilah titik pusat Melkisedek. Dari sini ia memulai perjalanan-perjalanannya untuk memetakan Yerusalem, untuk mengunjungi Abraham, dan untuk pergi ke lain tempat. Di sini juga ia mengumpulkan dan membagi keluarga-keluarga dan orang-orang, yang menetap di berbagai tempat. Semua ini terjadi sebelum persembahan roti dan anggur yang, aku pikir, dilakukan di sebuah lembah di selatan Yerusalem. Melkisedek membangun Salem sebelum ia membangun Yerusalem. Di manapun ia bekerja dan membangun, tampaknya ia mempersiapkan pondasi dari suatu kasih karunia di masa mendatang, yang menjadi daya tarik tempat itu, yang menjadi permulaan dari sesuatu yang akan disempurnakan di masa mendatang.
Melkisedek termasuk dalam kelompok paduan suara malaikat yang ditetapkan atas wilayah-wilayah dan bangsa-bangsa, yang menyampaikan pesan-pesan kepada Abraham dan kepada para Patriark yang lain. Mereka berdiri berhadapan dengan malaikat-malaikat agung Mikhael, Gabriel dan Rafael.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|