Bab 17
![]() Tabut Perjanjian
Pada malam Musa mengambil Yang Kudus, sebuah peti emas berbentuk seperti sebuah peti mati dipersiapkan, yang kemudian dibawa bangsa Israel bersama mereka pada waktu Keberangkatan. Peti itu pastilah cukup besar bagi seorang untuk berbaring di dalamnya, sebab peti itu akan menjadi sebuah gereja, sebuah tubuh. Inilah malam saat jenang-jenang pintu ditandai dengan darah. Sementara aku menyaksikan pengerjaan peti yang tergesa-gesa, aku memikirkan Salib Suci yang, juga tergesa-gesa dirakit pada malam sebelum wafat Yesus. Peti itu dari lempeng emas dan berbentuk seperti sebuah peti mati mummi Mesir, lebar di atas dan sempit di bawah. Di bagian atas terdapat sebuah gambar sebentuk wajah yang dilingkupi cahaya. Pada sisi-sisinya ditandai dengan panjang lengan dan posisi tulang rusuk.
Di tengah peti yang seperti peti mati ini, ditempatkan sebuah peti emas kecil di mana disimpan Yang Kudus yang telah dikeluarkan Segola dari kubah makam. Di bagian bawah peti terdapat bejana-bejana suci, di antaranya piala dan cawan-cawan para Patriark yang diterima Abraham dari Melkisedek dan yang dengan mana Berkat diberikan kepada anak sulung. Inilah bentuk pertama dari Tabut Perjanjian, dan inilah isinya yang pertama. Tabut memiliki dua kain penutup, yang bawah merah dan yang atas putih.
Hanya sesudahnya di Gunung Sinai, dibuatlah peti yang ditatah emas bagian dalam dan luarnya, dan di dalamnya peti berbentuk mummi emas dengan Yang Kudus ditempatkan. Peti berbentuk mummi itu tidak memenuhi peti, melainkan tingginya hanya separuh peti dan juga tidak begitu panjang; di bagian kepala dan kaki masih ada tempat untuk dua ruang kecil di mana ditempatkan relikwi keluarga Yakub dan Yusuf dan sesudahnya tongkat Harun. Ketika Tabut Perjanjian disemayamkan dalam Bait di Sion, bagian dalamnya mengalami perubahan. Peti mummi emas telah disingkirkan, dan di tempatnya diletakkan sesuatu yang kecil dari bahan keputih-putihan berbentuk seperti peti mati.
Bahkan semasa kanak-kanak, aku kerap melihat Tabut Perjanjian. Aku melihat bagian luar dan bagian dalamnya dan aku tahu semua yang dimasukkan ke dalamnya dari waktu ke waktu. Semua benda suci yang berharga yang disimpan bangsa Israel ditempatkan di dalamnya, tetapi peti itu pastilah tidak berat, sebab mudah dibawa-bawa.
Peti itu panjangnya lebih daripada lebarnya, tingginya sama dengan lebarnya. Di bawahnya terdapat suatu rak yang menonjol. Bagian atasnya dengan cakap ditempa dalam emas sekitar setengah ell lebarnya: bunga-bunga, gulungan-gulungan, wajah-wajah, matahari dan bintang-bintang, semua dalam warna-warna yang berbeda. Semuanya sungguh indah, meski hiasan itu tidak terlalu timbul. Puncak dan daun-daunnya timbul hanya sedikit saja di atas peti. Di pojok-pojok di bawah pinggiran ini, di masing-masing sisi, terdapat dua cincin melalui mana dimasukkan tongkat-tongkat untuk membawanya. Keseluruhan peti terbuat dari kayu setim berlapis emas dan ditatah indah dengan figur-figur dalam bermacam-macam warna. Di tengah Tabut terdapat sebuah pintu kecil yang nyaris tak terlihat, melalui mana Imam Besar, apabila sendirian dalam Yang Mahakudus, dapat mengeluarkan Yang Kudus untuk memberkati atau untuk bernubuat. Pintu itu terbuka dalam dua bagian, ke bagian dalam kiri dan kanan, dan cukup besar untuk memungkinkan Imam Besar menjangkau dengan mudah. Apabila tongkat-tongkat untuk membawanya diulurkan di atas pintu-pintu ini, tongkat-tongkat itu agak melengkung. Apabila pintu-pintunya dibuka, peti emas, di mana disimpan Yang Kudus dalam selubungnya yang berharga, juga terbuka seperti sebuah buku.
Di atas puncak Tabut berdiri Tahta Rahmat, terdiri dari sebuah meja yang berlubang ditutup dengan lempengan emas, dan di dalamnya tersimpan tulang-tulang kudus. Besarnya seukuran atap Tabut, tetapi hanya cukup tinggi untuk muncul sedikit di atasnya. Tahta itu dipasangkan pada Tabut dengan delapan sekrup kayu setim, empat di masing-masing ujungnya. Tahta tidak tepat menempel pada Tabut; ada cukup ruang di antara keduanya yang memungkinkan orang melihat dari sisi satu ke sisi yang lain. Kepala sekrup terbuat dari emas dan berbentuk seperti buah. Empat sekrup luar memasangkan meja ke keempat pojok Tabut, empat sekrup dalam masuk ke bagian dalam Tabut. Di setiap pojok Tahta Rahmat terdapat lekukan, dan di setiap rongganya dengan aman dipasangkan sebuah kerub emas seukuran seorang anak. Di tengah Tahta terdapat sebuah lubang bundar melalui mana sebuah pipa menembusi atap Tabut. Orang dapat melihatnya dalam ruang antara atap Tabut dan meja berlubang. Lubang berbentuk keranjang ini dikelilingi oleh sebuah mahkota. Empat garis melintang mengencangkan mahkota pada batang, yang muncul dari Yang Kudus dalam Tabut melalui pipa dan mahkota dan, seperti mahkota sekuntum bunga, mekar menjadi tujuh bagian. Tangan kanan salah satu kerub dan tangan kiri kerub yang lain menggenggam batang, sementara sayap-sayap mereka terkembang, tangan kanan yang satu dan tangan kiri yang lain, bertemu di belakangnya. Dua sayap yang lain, hanya sedikit terkembang, tidak saling bersentuhan, melainkan membiarkan mahkota terlihat bebas dari bagian depan Tabut. Di bawah sayap-sayap ini, kerub-kerub mengulurkan tangan mereka dengan tangan-tangan yang memperingatkan. Hanya satu lutut dari masing-masing kerub menyentuh Tabut; kaki yang satu dalam sikap sedang melayang. Kerub-kerub itu agak memalingkan wajah ke satu sisi dengan ekspresi sedikit tegang, seolah mereka merasakan suatu ketakjuban yang kudus di hadapan mahkota yang gemilang. Mereka mengenakan pakaian sekeliling bagian tengah tubuh saja. Dalam perjalanan-perjalanan jauh, kerub-kerub ini dipindahkan dan dibawa secara terpisah.
Aku melihat pada ujung batang yang seperti mahkota bunga, api bernyala, yang dinyalakan oleh para imam. Bahan yang digunakan untuk api ini berwarna coklat. Aku pikir itu adalah suatu damar suci. Mereka menyimpannya dalam kotak-kotak. Aku kerap melihat aliran-aliran cahaya berlimpah memancar dari mahkota, dan aliran-aliran serupa turun dari surga masuk ke dalamnya, juga aliran-aliran dalam garis miring yang memancar darinya dalam berkas-berkas cahaya yang indah. Yang terakhir ini menunjukkan rute yang harus ditempuh bangsa Israel.
Di ujung bawah batang dalam Tabut, terdapat kait-kait di mana tergantung dua Loh Hukum dan di bawah kedua loh, Yang Kudus. Di bawah Yang Kudus, meski tidak terletak pada dasar Tabut, terdapat sebuah bejana dari emas berisi manna. Apabila aku melihat dari samping ke dalam Tabut, aku tak dapat melihat altar, pun Yang Kudus. Aku senantiasa menganggap Tabut Perjanjian sebagai sebuah Gereja; Yang Kudus sebagai altar dengan Sakramen Mahakudus, dan bejana manna sebagai lampu Tuhan. Apabila aku memasuki sebuah gereja semasa kanak-kanak, aku biasa menghubungkan bagian-bagiannya yang berbeda dengan bagian-bagian serupa dari Tabut Perjanjian. Misteri, Yang Kudus dari Tabut, bagiku adalah seperti apa itu Sakramen Mahakudus bagi kita, hanya saja tidak begitu penuh rahmat, kendati sesuatu yang penuh daya dan realita. Itu menanamkan dalam diriku suatu kesan yang lebih kabur, lebih menakjubkan, tetapi masih suatu yang sangat sakral dan penuh misteri. Selalu tampak bagiku bahwa semua yang dalam Tabut Perjanjian adalah kudus, bahwa seluruh keselamatan kita ada di dalamnya, seolah digulung dalam sebuah bola, seolah dalam suatu benih. Yang Kudus dari Tabut lebih misterius dari Sakramen Mahakudus. Yang Kudus tampaknya adalah benih Sakramen Mahakudus; Sakramen Mahakudus adalah kegenapan dari Yang Kudus. Aku tak dapat mengungkapkannya. Yang Kudus dari Tabut adalah suatu misteri yang sama tersembunyinya seperti Yesus dalam Sakramen Mahakudus bagi kita. Aku merasa bahwa hanya sedikit saja dari para Imam Besar yang mengetahui apa itu, bahwa hanya yang saleh dari antara mereka mengetahuiya melalui pencerahan ilahi dan mempergunakannya. Bagi kebanyakan dari mereka hal itu tidak diketahui dan mereka tidak mengambil manfaat darinya; sama seperti kita, begitu banyak rahmat dan keajaiban Gereja yang dianggap sepi dan tak diindahkan. Semuanya hilang sebagaimana juga seluruh keselamatan, andai didasarkan pada kehendak dan akal budi manusia, dan bukan atas batu karang.
Aku hanya dapat menangisi keadaan yang menyedihkan, kebutaan bangsa Yahudi. Dulu mereka memiliki segalanya dalam benih; tetapi buahnya tidak mereka kenali. Pertama, ada pada mereka Misteri, Yang Kudus; itu adalah ikrar, janji. Lalu datanglah Hukum dan sesudahnya rahmat. Ketika aku melihat Tuhan mengajar di Sikhar, orang menanyai-Nya mengenai apa yang terjadi dengan Yang Kudus dari Tabut Perjanjian. Ia menjawab mereka bahwa umat manusia telah menerima banyak darinya, bahkan pada masa itu ada di tengah mereka. Kenyataan bahwa mereka tak lagi memilikinya seperti dulu, adalah bukti bahwa Mesias dilahirkan.
Aku melihat Misteri, Yang Kudus, dalam suatu bentuk, dalam semacam selubung, sebagai suatu substansi, sebagai suatu hakekat, sebagai daya. Ia adalah roti dan anggur, daging dan darah; ia adalah benih Berkat sebelum jatuhnya manusia. Ia adalah kehadiran sakramental dari perkembangbiakan kudus manusia sebelum ia jatuh dalam dosa. Ia dipelihara bagi manusia lewat agama. Adalah mungkin baginya untuk senantiasa semakin direalisasikan dalam generasi-generasi selanjutnya dengan suatu pemurnian terus-menerus melalui kesalehan, pemurnian yang disempurnakan dalam Maria dan dengan demikian membuatnya layak menyambut melalui Roh Kudus Messias yang telah lama dinantikan. Nuh, dalam penanaman kebun anggur, telah mengadakan persiapan; tetapi di sini dalam Yang Kudus telah terkandung rekonsiliasi dan proteksi. Abraham telah menerimanya dalam berkat itu yang aku lihat dianugerahkan kepadanya sebagai sesuatu yang nyata, sebagai suatu substansi. Itulah suatu Misteri yang dipercayakan kepada satu keluarga, karenanya merupakan hak istimewa anak sulung.
Sebelum Keberangkatan dari Mesir, Musa mengambil Yang Kudus. Sebagaimana sebelum ini Yang Kudus merupakan Misteri religius dari satu keluarga, demikianlah sekarang ia menjadi Misteri seluruh bangsa. Yang Kudus ditempatkan dalam Tabut Perjanjian sebagai Sakramen Mahakudus dalam tabernakel dan dalam ostensorium.
Ketika anak-anak Israel menyembah lembu emas dan jatuh ke dalam kesesatan besar, Musa meragukan kuasa Yang Kudus karena itulah ia dihukum dengan tidak diperkenankan masuk ke dalam Tanah Terjanji. Apabila Tabut jatuh ke dalam tangan musuh, Yang Kudus, ikatan persatuan di antara bangsa Israel, dipindahkan oleh Imam Besar, sebagaimana senantiasa dilakukan apabila bahaya mengancam. Meski demikian Tabut masih begitu sakral hingga musuh di bawah tekanan murka penghukuman Allah dipaksa untuk mengembalikannya. Sedikit yang memahami Yang Kudus atau pengaruh yang didatangkannya. Kerap terjadi bahwa satu manusia karena dosa-dosanya dapat menghambat aliran rahmat, dapat memutuskan garis keturunan langsung yang sebenarnya berakhir pada Juruselamat, atau pada bejana murni yang akan menyambut-Nya dari Allah. Dengan demikian, Penebusan umat manusia menjadi lama tertunda. Akan tetapi tobat dapat memulihkan kembali kelangsungan garis itu. Aku tak tahu pasti apakah sakramen ini ilahi dari dirinya sendiri, apakah ia tampil sebenar dan semurni adanya, langsung dari Allah, atau adakah karakter sakralnya berasal dari semacam konsekrasi yang imami dan adikodrati. Tetapi, aku pikir bahwa gagasan yang pertama adalah yang benar, sebab aku tahu pasti bahwa para imam sering menentang tindakannya dan dengan begitu menghambat Penebusan. Tetapi para imam itu dihukum berat untuk itu, ya, kerapkali bahkan dengan kematian itu sendiri. Apabila Yang Kudus berkarya, apabila doa didengarkan, ia menjadi terang dan bertambah besar ukurannya, bercahaya menembus penutupnya dengan suatu kemilau yang kemerahan. Berkat yang berasal darinya bertambah dan berkurang di waktu-waktu yang berbeda seturut kemurnian dan kesalehan umat manusia. Dengan doa, kurban dan tobat, ia tampak bertambah besar.
Aku melihat Musa memamerkannya di hadapan bangsa hanya dua kali: dalam perjalanan menyeberangi Laut Merah dan pada saat penyembahan lembu emas, tetapi bahkan pada waktu itu diperlihatkan dalam keadaan terselubung penutupnya. Ia dipindahkan dari peti emas dan diselubungi seperti Sakramen Mahakudus pada hari Jumat Agung. Seperti Sakramen Mahakudus, ia dibawa di depan dada, atau diunjukkan untuk menyampaikan berkat atau kutuk, seolah mengerahkan pengaruhnya bahkan dari kejauhan. Dengannya, Musa menghindarkan banyak kaum Israel dari berhala dan menyelamatkan mereka dari kematian.
Aku kerap melihat Imam Besar mempergunakannya apabila ia seorang diri dalam Yang Mahakudus dari Yang Kudus. Ia mengarahkannya pada suatu arah tertentu, seolah untuk menguatkan, untuk melindungi, untuk memproteksi, terkadang untuk melimpahkan berkat, untuk mengabulkan permohonan, terkadang bahkan untuk menghukum. Imam tak pernah menyentuhnya dngan tangan telanjang.
Yang Kudus juga dicelupkan olehnya ke dalam air. Ini dilakukan untuk suatu maksud religius, dan airnya diberikan sebagai suatu minuman suci. Debora, nabi perempuan; Hana ibunda Samuel di Silo; dan Emerentia ibunda St Anna, minum air ini. Dengan minuman suci ini, Emerentia dipersiapkan bagi perkandungan St Anna. St Anna tidak minum air ini sebab Berkat ada dalam dirinya.
Yoakim, melalui seorang malaikat, menerima Yang Kudus dari Tabut Perjanjian, dan Maria dikandung di bawah Gerbang Emas Bait Allah. Pada saat kelahirannya, Maria sendiri menjadi Tabut dari Yang Kudus yang pada waktu itu tergenapi tujuannya dan Tabut kayu dalam Bait Allah tak lagi menyimpannya.
Ketika Yoakim dan Anna bertemu di bawah Gerbang Emas, mereka dilingkupi oleh cahaya kemilau, dan Santa Perawan dikandung tanpa dosa asal. Suatu suara yang mengagumkan terdengar; seperti suara dari Allah.
Manusia tak dapat memahami misteri perkandungan Maria yang tanpa dosa dalam diri Anna ini, karenanya hal ini disembunyikan dari mereka.
Leluhur Yesus menerima benih Berkat untuk Inkarnasi Tuhan; tetapi Yesus Kristus Sendiri adalah Sakramen Perjanjian Baru, Buah, Kegenapan dari Berkat itu, untuk mempersatukan kembali manusia dengan Allah.
Ketika Yeremia pada masa Pembuangan di Babilonia menyembunyikan Tabut Perjanjian dan benda-benda berharga lainnya di Gunung Sinai, Misteri, Yang Kudus, tak lagi ada di dalamnya, hanya penutupnya saja yang dikuburkan olehnya bersama dengan Tabut. Akan tetapi ia tahu apa yang disimpan di dalamnya dan betapa suci itu. Sebab itu, ia ingin berbicara mengenainya di hadapan orang banyak dan mengenai kejijikan dari memperlakukannya dengan tidak hormat. Tetapi Maleakhi menahannya, dan mengambil alih tanggung jawab atas Yang Kudus. Melalui Maleakhi, Yang Kudus jatuh ke tangan kaum Esseni, dan sesudahnya ditempatkan oleh seorang imam dalam Tabut Perjanjian kedua. Maleakhi, seperti Melkisedek, adalah seorang malaikat, dia yang diutus Allah. Aku melihatnya bukan sebagai manusia biasa. Seperti Melkisedek, ia berpenampilan manusia, berbeda dari Melskisedek hanya seturut apa yang berlaku pada jamannya.
Tak lama sesudah Daniel dibawa ke Babilonia, aku melihat Maleakhi sebagai seorang anak laki-laki berusia tujuh tahun, mengenakan pakaian kemerah-merahan, dan berkelana dengan sebuah tongkat di tangan. Ia tampak seperti tersesat, dan ia menumpang pada pasangan suami isteri yang saleh di Sapha dari suku Zebulon. Mereka menyangka ia seorang anak yang hilang dari salah satu tawanan Israel, dan mereka memeliharanya. Maleakhi sangat menawan, dan begitu sabar dan lemah lembut luar biasa sehingga semua orang mengasihinya; sebab itu ia dapat mengajar dan melakukan apa yang dikehendakinya tanpa halangan. Ia banyak berhubungan dengan Yeremia, yang dibantunya dengan nasehat pada masa mara bahaya terberat. Melalui Maleakhi juga Yeremia dibebaskan dari penjara di Yerusalem.
Tabut Perjanjian yang lama, yang disembunyikam Yeremia di Gunung Sinai, tak pernah lagi ditemukan.
Tabut Perjanjian yang kedua tak sebegitu indah seperti yang pertama, dan tidak menyimpan begitu banyak barang berharga. Tongkat Harun menjadi milik kaum Esseni di Horeb, di mana disimpan sebagian dari Yang Kudus. Keluarga yang ditunjuk sebagai penjaga langsung dari Tabut Perjanjian, masih ada hingga masa Herodes.
Semuanya akan menjadi terang pada hari terakhir. Maka pada waktu itulah Misteri akan menjadi jelas, suatu kengerian bagi semua yang telah menyalahgunakannya.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|