Bab 16
Yusuf dan Asenet


Yusuf berusia enambelas tahun ketika ia dijual ke Mesir. Ia seorang yang tingginya sedang, amat ramping dan gesit, aktif baik raga maupun akal budinya. Yusuf sungguh sangat berbeda dari saudara-saudaranya, dan semua merasa tertarik untuk mengasihinya. Andai bukan karena ayahnya mengasihinya secara istimewa, saudara-saudaranya juga akan mengasihinya. Ruben memiliki disposisi yang lebih hidup dari yang lainnya. Benyamin seorang yang bertubuh besar, canggung, tetapi sangat baik dan mudah dibimbing. Rambut Yusuf dibagi menjadi tiga: satu bagian di samping kiri dan kanan, satu bagian keriting panjang terjuntai di belakang kepala. Semasa menjadi penguasa Mesir, rambutnya pendek, tetapi sesudahnya dibiarkan panjang kembali.

Ketika Yakub memberikan jubah warna-warni kepada Yusuf, Yakub memberikan juga kepadanya tulang-belulang Adam, akan tetapi tanpa mengatakan kepadanya apa itu. Yakub memberikannya kepada Yusuf sebagai suatu jimat berharga, sebab Yakub tahu benar bahwa saudara-saudaranya tidak mengasihi Yusuf. Yusuf membawa tulang-belulang itu di dadanya dalam sebuah kantong kulit kecil yang bulat bagian atasnya. Ketika saudara-saudaranya menjualnya, mereka hanya merampas jubah warna-warni dan pakaian luarnya yang biasa, tetapi meninggalkan selendang dan semacam skapulir di dadanya di bawah mana ia menggantungkan kantong kecilnya.

Jubah warna-warni itu berwana putih dengan garis-garis merah yang lebar. Di bagian dada terdapat tiga baris tali-temali hitam yang saling bersilangan; di bagian tengahnya terdapat hiasan-hiasan berwarna kuning. Jubah itu penuh di bagian dada. Apabila jubah diikat di bagian pinggangnya, ruang di dada berfungsi sebagai sebuah kantong. Jubah itu menyempit ke bagian bawah baju dan terbelah di kedua sisinya untuk memudahkan gerak. Panjangnya sampai ke bawah lutut, agak lebih panjang di bagian belakang dan terbuka di bagian depan. Pakaian Yusuf yang biasa panjangnya tak sampai ke lutut.

Yusuf telah dikenal Firaun dan isterinya sebelum ia dipenjarakan. Urusan-urusan Potifar begitu maju di bawah kendali Yusuf. Potifar sendiri begitu diberkati semasa Yusuf tinggal seatap dengannya. Sebab ia melakukan segala hal dengan begitu baik bagi Firaun, hingga Firaun sangat ingin bertemu dengan pelayan yang setia itu. Isteri Firaun, yang condong religius dan sangat merindukan keselamatan dan yang, pada waktu yang sama, seperti semua orang Mesir, merindukan dewa-dewa baru, begitu kagum pada pemuda asing yang bijaksana, cerdas dan luar biasa ini hingga ia menghormatinya dalam hati sebagai seorang dewa. Berulang kali ia mengatakan kepada Firaun: “Orang ini telah diutus oleh dewa-dewa kita. Ia bukanlah seorang manusia biasa seperti kita.” Sebab itulah Yusuf dijebloskan, bukan ke dalam penjara bawah tanah biasa, melainkan ke dalam pejara yang diperuntukkan bagi kaum bangsawan dan di sana ia dijadikan pengawas. Isteri Firaun setulus hati menyesalkan penghukuman Yusuf sebagai seorang penjahat, dan berpikir mungkin ia salah menilai orang. Tetapi ketika Yusuf dibebaskan dan muncul kembali di istana, isteri Firaun memperlakukannya penuh hormat. Piala yang atas perintah Yusuf dimasukkan ke dalam karung Benyamin adalah hadiah pertama yang diberikan ratu kepadanya. Aku mengenalinya dengan baik; piala itu mempunyai dua pegangan tetapi tanpa kaki. Tampaknya piala itu dibuat dari satu batu berharga atau suatu bahan padat yang transparan, aku tak tahu apa, dan bentuknya tepat sama seperti bagian atas Piala yang dipergunakan pada Perjamuan Malam Terakhir. Piala itu juga merupakan satu di antara bejana-bejana yang dibawa anak-anak Israel keluar dari Mesir, dan sesudahnya disimpan dalam Tabut Perjanjian.

Yusuf mendekam tujuh tahun lamanya dalam penjara. Dalam penderitaannya yang paling dahsyat, ia menerima Berkat Yakub yang misterius dengan cara yang sama seperti para Patriark menerimanya. Ia juga mendapatkan suatu penglihatan mengenai keturunan yang besar jumlahnya.

Aku tahu semua mengenai isteri Potifar. Aku tahu betapa berhasratnya ia untuk berselingkuh dengan Yusuf, tetapi setelah Yusuf diangkat, ia bertobat dan menjadi seorang yang murni dan saleh. Ia seorang yang tinggi, berkuasa, kulitnya berwarna coklat kekuningan dan bercahaya bagai sutera. Ia mengenakan gaun berwarna yang di atasnya terdapat satu kain kasa bergambar; bagian bawahnya berkilau melaluinya seolah menembusi renda. Yusuf banyak berhubungan dengannya, sebab urusan-urusan tuannya semua dipercayakan kepadanya. Tetapi, ketika Yusuf menyadari kenyataan bahwa perempuan itu berubah sikap terhadapnya, ia tak lagi tinggal menginap dalam rumah selama tuannya pergi. Perempuan itu kerap mengganggunya apabila ia sedang sibuk menulis. Sekali aku melihat perempuan itu menampilkan diri di hadapan Yusuf dengan busana yang tak pantas. Yusuf sedang berdiri menulis di satu pojok ruangan (Pada masa itu, mereka biasa menulis di atas gulungan-gulungan perkamen yang digantungkan pada dinding. Orang yang menulis entah duduk atau berdiri di depannya.) Perempuan itu memanggilnya dan ia menjawab. Perempuan itu menjadi lebih berani; ketika Yusuf melihatnya, Yusuf bergegas berbalik pergi. Perempuan itu mencengkeram mantolnya, tetapi Yusuf lari dengan meninggalkan mantolnya dalam tangan perempuan itu.

Aku melihat Yusuf bersama para imam kafir Potifar di Heliopolis. Asenet, puteri Dina dan Sikhem, tinggal bersama mereka sebagai seorang nabi perempuan dan penghias patung-patung berhala. Ada tujuh gadis lain bersamanya. Potifar membeli Asenet dari inangnya ketika usianya lima tahun. Inang ini melarikan diri bersama Asenet ke Laut Merah atas perintah Yakub, agar kanak-kanak itu tidak dibunuh oleh putera-puteranya. Asenet memiliki roh nubuat dan dianggap Potifar sebagai seorang nabiah. Yusuf mengenalnya, tetapi ia tidak tahu bahwa Asenet adalah kemenakannya. Asenet seorang yang berkepribadian amat tulus, ia mencari keheningan, dan meski ia sangat cantik jelita, ia menjauhkan diri dari kaum laki-laki. Ia dianugerahi penglihatan-penglihatan penuh arti, mengenal pemujaan bintang kaum Mesir, dan memiliki naluri tersembunyi akan agama para Patriark. Aku tak melihat ilmu magis sehubungan dengannya. Dalam penglihatan ia melihat seluruh misteri kehidupan, perpindahan, kedatangan dan kepergian bangsa Israel dari Mesir, bahkan perjalanan panjang melintasi padang gurun. Ia menulis banyak gulungan di atas daun-daun suatu tanaman air atau di atas kulit. Surat-surat itu tampak aneh, seperti kepala burung dan binatang-binatang. Tulisan-tulisan ini, bahkan semasa hidupnya, disalahmengerti oleh orang-orang Mesir dan disalahtafsirkan menjadi suatu dukungan bagi kejijikan jahat mereka. Asenet menangisi dengan sangat salah tafsir yang ditimbulkan si jahat, dan ia mencucurkan banyak airmata. Ia mendapatkan lebih banyak penglihatan dari siapapun pada jamannya, dan ia dipenuhi kebijaksanaan yang mengagumkan. Ia berperilaku serius dan tidak menolak memberikan nasehat kepada siapapun. Ia juga dapat menenun dan menyulam. Roh pencerahannya mengenali penyimpangan manusia dari kebenaran, sebab itu ia berduka, pendiam, suka menyendiri dan tinggal dalam keheningan.

Aku melihat salah tafsir atas penglihatan-penglihatan dan tulisan-tulisan Asenet membuat Asenet dipuja dengan gelar Isis, dan Yusuf dengan gelar Osiris. Ini mungkin karena ia banyak mencucurkan airmata. Asenet juga menulis menentang salah tafsir mereka atas penglihatan-penglihatannya yang membuat mereka memaklumkannya sebagai ibu segala dewa.

Apabila Potifar mempersembahkan kurban, Asenet mendaki sebuah menara di mana ia tampak, seolah, berada di sebuah taman kecil. Di sini ia memandang bintang-bintang dalam cahaya rembulan. Ia masuk dalam ekstasi dan membaca segala hal dengan jelas dalam bintang-bintang. Kebenaran diperlihatkan kepadanya dalam gambar-gambar, sebab ia seorang pilihan Allah. Aku melihat para imam kafir masuk ke dalam dunia neraka yang ganjil di mana mereka melihat kejijikan yang paling ngeri. Dengan penglihatan-penglihatan neraka macam itu komunikasi-komunikasi rahasia Asenet diselewengkan dan dijadikan kejijikan berhala.

Asenet memperkenalkan banyak ilmu yang bermanfaat dan juga hewan-hewan peliharaan ke Mesir, di antara hewan-hewan itu, misalnya, sapi. Ia mengajarkan cara membuat keju, menenun dan banyak hal lain yang hingga masa itu belum diketahui orang banyak. Ia juga menyembuhkan banyak penyakit. Bajak diperkenalkan oleh Yusuf yang memang cakap menggunakannya. Ada satu hal yang tampak sungguh mengagumkan bagiku. Asenet memerintahkan daging dari banyak hewan yang disembelih untuk kurban direbus hingga menjadi semacam bubur, yang disajikan sebagai makanan dalam kelompok-kelompok tentara atau pada waktu terjadi paceklik. Pengerjaannya dilakukan di udara terbuka dan dalam ketel-ketel dalam tanah. Orang-orang Mesir bersukacita dan terkagum-kagum atas cara baru pengolahan makanan ini.

Ketika Yusuf bertemu Asenet di kediaman para imam kafir, Asenet menyongsong untuk memeluknya. Ini dilakukan Asenet bukan karena hasrat, melainkan atas dorongan Roh. Ada semacam tindakan nubuat dalam dirinya, dan hal itu terjadi di hadapan imam kafir. Asenet dipandang sebagai seorang kudus. Tetapi aku melihat Yusuf menahannya dengan tangan terulur dan menyampaikan kata-kata serius kepadanya. Lalu Asenet, yang amat terpukul, undur diri ke kamarnya sendiri di mana ia tinggal dengan airmata berderai dan sesal.

Aku melihat Asenet di kamarnya. Ia berdiri di balik tirai, rambutnya yang lebat, panjang dan indah tergerai dengan gelombang-gelombang pada ujungnya. Tergambar di atas kulit ulu hatinya suatu tanda menakjubkan. Dalam sebuah gambar seperti sebuah kerang berbentuk hati berdiri seorang kanak-kanak dengan kedua tangan terentang, di satu tangan memegang sebuah piring kecil, di tangan lain sebuah cawan atau piala. Dalam piring terdapat tiga bulir gandum muda yang tampak baru muncul dari sekamnya, dan gambar seekor burung merpati yang tampak mematuk anggur dalam cawan yang dipegang si kanak-kanak. Yakub tahu mengenai tanda ini, walau demikian, ia harus menyingkirkan anak ini demi melindunginya dari murka putera-puteranya. Tetapi ketika Yakub tiba di Mesir, dan Yusuf menceritakan segala hal kepadanya, Yakub mengenali cucunya dengan tanda ini. Yusuf juga memiliki sebuah tanda serupa di dadanya, seberkas penuh anggur.

Sekarang aku melihat seorang malaikat menampakkan diri dalam jubah yang gilang- gemilang, dengan setangkai teratai di tangannya. Malaikat menyalami Asenet. Asenet memandangnya dan mengenakan kerudung sekelilingnya. Malaikat menyuruhnya untuk menghapus airmata dan mematut diri dalam pakaian pesta; ia juga meminta Asenet untuk membawakan makanan baginya. Asenet meninggalkan ruangan dan kembali dengan telah berhias diri sebagaimana diperintahkan, membawa bersamanya sebuah meja yang rendah, kecil dan ringan. Di atas meja itu terdapat anggur dan roti-roti kecil datar yang telah dipanggang dalam abu. Asenet tak tampak takut. Ia pun tidak malu-malu, melainkan sederhana dan bersahaja, seperti Abraham dan para Patriark lain apabila berhadapan dengan penampakan. Ketika malaikat sekarang berbicara kepadanya, Asenet tak lagi berkerudung. Malaikat meminta madu, tetapi Asenet menjawab bahwa tidak seperti gadis-gadis lain yang suka madu, ia tak mempunyai madu. Sebab itu malaikat mengatakan bahwa ia akan mendapatinya di antara berhala-berhala yang berdiri dalam ruangan. Berhala-berhala ini beragam bentuknya; berkepala binatang dan bertubuh ular yang bergelung ke bawah.

Asenet mencari dan menemukan sebuah sarang madu yang indah dengan sel-sel yang kesat, putih seputih Hosti dari altar-altar kita. Ia meletakkannya di hadapan malaikat yang memerintahkannya untuk menyantapnya. Malaikat memberkati madu itu, dan aku melihat madu bercahaya dan berkilau di antara mereka. Aku tak dapat mengungkapkan makna dari madu surgawi ini; sebab apabila orang melihat hal-hal yang demikian, sekedar tampak sebagaimana mereka adanya, orang akan mengerti semuanya. Tetapi sekarang, apabila aku berusaha untuk mengingatnya kembali, madu itu tampak seperti apa yang disebut madu, namun demikian aku tidak tahu apa tepatnya makna dari bunga-bunga, lebah dan madu. Aku hanya dapat mengatakan sejauh ini: Asenet sungguh memiliki dalam dirinya hanya roti dan anggur (atau apa yang dilambangkan dengan roti dan anggur), tetapi ia tak memiliki madu. Dengan menerima madu ini, ia keluar dari pemujaan berhala dan masuk ke dalam terang Israel, ke dalam keselamatan melalui Hukum Lama. Juga bermakna bahwa ia hendaknya membantu banyak jiwa, sangat banyak seperti lebah sekelilingnya. Aku mendengar Asenet mengatakan bahwa ia tak akan lagi minum anggur, sebab ia sekarang lebih membutuhkan madu. Aku melihat banyak lebah dan berlimpah suplai madu di Midian dekat Yitro.

Dalam memberkati sarang madu, malaikat mengarahkan jarinya ke segala wilayah dunia, yang bermakna bahwa, dengan kehadirannya, teladannya, dan misteri itu sendiri, yang digambarkan dengan madu, Asenet akan menjadi seorang ibu dan seorang pemimpin. Di kemudian hari Asenet dihormati sebagai seorang dewi dan digambarkan dengan banyak payudara, sebagai konsekwensi dari salah tafsir atas penglihatannya bahwa ia akan memberi makan banyak jiwa.

Malaikat memberitahu Asenet bahwa ia ditakdirkan untuk bersatu dengan Yusuf, bahwa ia akan menjadi mempelainya, dan malaikat memberkati Asenet sebagaimana Ishak memberkati Yakub dan sebagaimana malaikat memberkati Abraham. Tiga garis yang membentuk rumusan berkat, dibuat dua kali atasnya, Sekali di ulu hati dan sekali di perut.

Selanjutnya, aku melihat dalam penglihatan Yusuf pergi kepada Potifar untuk meminta Asenet menjadi isterinya; tetapi aku hanya dapat ingat bahwa, seperti sang malaikat, Yusuf membawa setangkai teratai di tangannya. Yusuf mengenal kebijaksanaan Asenet yang mengagumkan, tetapi hubungan kekerabatan mereka tersembunyi dari keduanya.

Aku melihat putera Firaun juga jatuh cinta kepada Asenet; karena hal itu Asenet harus tinggal memingit diri. Pemuda ini telah membujuk Dan serta Gad untuk mendukungnya; ketiganya bersembunyi untuk menyerang dan membunuh Yusuf. Tetapi Yehuda (taat pada inspirasi ilahi, aku pikir) memperingatkan Yusuf untuk mengambil jalan lain. Banyamin juga bersikap terpuji dalam perkara ini dan melindungi Asenet. Dan serta Gad dihukum dengan kematian anak-anak mereka; sebab bahkan sebelum hal itu diketahui siapapun, mereka telah diperingatkan untuk tidak terlibat dalam rancangan pembunuhan itu.

Bilamana Yusuf dan Asenet menampilkan diri di hadapan publik, seperti para imam kafir Potifar, ada pada tangan mereka suatu tanda yang dianggap sakral dan merupakan lencana otoritas tertinggi. Bagian atasnya adalah sebuah cincin; bagian bawahnya sebuah salib Latin, sebuah T. Lencana itu berfungsi sebagai meterai, dan apabila gandum telah diukur dan dibagi-bagi timbunan-timbunannya dimeterai dengannya. Dengan cara yang sama meterai dipergunakan dalam pembangunan lumbung-lumbung dan kanal-kanal, juga dalam pasang surut Nil. Tulisan-tulisan dimeterai dengannya sesudah terlebih dahulu ditandai dengan getah sayur berwarna merah. Apabila Yusuf sedang melaksanakan suatu tugas resmi, simbol otoritas salib dengan cincin ini diletakkan di atas sebuah bantal di sampingnya. Tampak juga bagiku seperti suatu tanda khusus bahwa misteri Tabut Perjanjian masih melingkupi Yusuf.

Asenet juga mempunyai suatu alat serupa tongkat wasiat. Apabila dalam penglihatan, Asenet mengikuti kemanapun tongkat menghantarnya. Di mana tongkat bergetar, Asenet memukul tanah dan menemukan sumber-sumber air dan mata air. Ini dilakukan di bawah pengaruh bintang-bintang.

Dalam perarakan perayaan-perayaan besar, Yusuf dan Asenet mengendarai sebuah kereta perang yang megah. Asenet mengenakan sebuah perisai kuno yang membungkus seluruh tubuh dari lengan ke bawah. Pada perisai itu terdapat banyak tanda dan gambar. Gaunnya sepanjang lutut, di bawahnya kedua kaki dililit rapat dengan tali-temali. Sebuah mantol lebar terjuntai di punggungnya, kesua sisinya dijepit di atas lutut. Ujung-ujung sepatunya naik ke atas seperti sepatu luncur; hiasan kepalanya yang dari bulu-bulu warna-warni dan mutiara dibentuk seperti sebuah helm.

Yusuf mengenakan sehelai pakaian berlengan yang melekat pas pada tubuh, dan di atasnya sebuah pelindung dada dari emas dengan gambar-gambar. Tali-temali dengan simpul-simpul keemasan disilangkan sekeliling pinggul, dan dari bahunya terjuntai sebuah mantol. Hiasan kepalanya dari bulu-bulu dan batu-batu berharga.

Ketika Yusuf pergi ke Mesir, Memphis Baru sedang dibangun sekitar duapuluh satu mil sebelah utara Memphis Lama. Di antara kedua kota, yang dibangun di atas sebuah bendungan, terdapat sebuah jalan raya dengan trotoar. Tersebar di antara pepohonan terdapat berhala-berhala dengan wajah perempuan yang sedih dan muram, dan bertubuh anjing. Berhala-berhala itu duduk di atas lempeng-lempeng batu. Masih belum ada bangunan-bangunan indah, hanya benteng-benteng besar dan panjang, dan bukit-bukit batu buatan (piramid) penuh dengan kubah-kubah dan kamar-kamar. Tempat-tempat kediaman tampak ringan dengan bagian atasnya dari kayu. Masih ada hutan-hutan yang luas dan paya-paya di mana-mana. Pada waktu pengungsian Maria ke Mesir, Nil telah berubah alirannya.

Bangsa Mesir menyembah segala macam binatang, katak, ular, buaya. Mereka menganggap cukup mengagumkan apabila seseorang dimangsa buaya. Pada saat kedatangan Yusuf, masih belum ada praktek penyembahan sapi jantan. Penyembahan sapi jantan muncul sebagai akibat mimpi Firaun mengenai tujuh sapi tambun dan tujuh sapi kurus. Ada pada mereka berbagai macam berhala, sebagian seperti kanak-kanak yang dibedung, yang lain seperti ular yang bergelung, yang sebagian dapat dibuat lebih panjang atau lebih pendek sekehendak hati. Banyak dari berhala-berhala itu berhias pelindung dada di mana rancangan-rancangan kota dan aliran Nil digambarkan dengan ganjil. Perisai-perisai ini dibuat seturut gambar-gambar yang ditelusuri para imam kafir pada bintang-bintang, dan seturut rancangan itu mereka membangun kota-kota dan kanal-kanal. Memphis baru dibangun dengan cara demikian.

Roh-roh jahat pada masa itu pastilah mempunyai suatu kuasa yang berbeda, yang terlebih materiil, sebab aku melihat magis Mesir muncul dari bumi, dari jurang yang dalam. Apabila seorang imam kafir memulai magisnya, aku melihat figur-figur dari segala macam binatang yang buruk rupa muncul dari tanah sekeliling si tukang nujum dan memasuki mulutnya dalam suatu aliran kabut hitam. Dengan demikian ia kerasukan dan dapat melihat dengan jelas. Seolah, dengan masuknya tiap-tiap roh, suatu dunia yang hingga saat itu tertutup, dibuka baginya dan ia melihat hal-hal yang jauh dan dekat, jurang-jurang dunia, bangsa-bangsa, manusia, singkat kata, segala hal atas mana tiap-tiap roh tertentu memberikan pengaruh. Magis modern selalu tampak bagiku lebih di bawah pengaruh roh-roh udara. Apa yang dilihat ahli nujum dengan pertolongan roh-roh ini tampak seperti suatu ilusi, suatu khayalan, yang muncul di hadapannya. Aku dapat melihat jauh melampaui gambar-gambar ini, sebab gambar-gambar ini seperti bayangan; seolah seorang melihat di balik tirai.

Ketika para imam kafir Mesir bermaksud untuk membaca bintang-bintang, mereka berpuasa sebagai persiapan, melakukan pemurnian diri tertentu, mengenakan pakaian kabung dan menaburi diri dengan abu. Sementara mereka mengamati bintang-bintang dari menara mereka, kurban-kurban dipersembahkan. Kaum kafir pada masa itu memiliki pengetahuan sesat akan misteri-misteri religius dari Allah yang benar yang telah diwariskan dari Set, Henokh, Nuh dan para Patriark kepada bangsa terpilih, sebab itu ada begitu banyak kejijikan dalam pemujaan berhala mereka. Iblis mempergunakan mereka, seperti sesudahnya dalam bidaah, untuk mengacaukan wahyu-wahyu Allah yang murni, jelas dan otentik menjadi perangkap bagi kebinasaan manusia. Karenanya Allah menyelubungi Misteri Tabut Perjanjian dalam api guna melindunginya.

Kaum perempuan Mesir pada masa Yusuf masih berpakaian seperti Semiramis.

Ketika Yakub pergi ke Mesir untuk menjumpai Yusuf dengan melintasi padang gurun, ia melewati rute yang sama seperti yang di kemudian hari dilintasi Musa dalam perjalanan menuju Tanah Terjanji. Yakub tahu bahwa ia akan berjumpa dengan Yusuf kembali; ia senantiasa mempunyai suatu firasat mengenai ini dalam hatinya. Ia bahkan dalam perjalanan ke Mesopotamia ini di tempat di mana ia mendirikan altar (bukan di mana ia melihat tangga) mendapatkan suatu penglihatan mengenai anak-anaknya kelak. Di salah satunya ia melihat, di wilayah di mana Yusuf dijual, tenggelam dari penglihatan dan bagai sebuah bintang terbit kembali di selatan. Sebab itu kala mereka membawa kepadanya mantol yang berlumuran darah, peristiwa sebelumnya yang nyaris terlupakan ini teringat kembali olehnya dan ia berseru: “Aku akan menangisi Yusuf hingga aku menjumpainya kembali.”

Yakub, melalui Ruben, telah mengajukan banyak pertanyaan mengenai perempuan yang dinikahi Yusuf, tetapi belum sepenuhnya sampai pada titik terang bahwa isteri Yusuf adalah kemenakan Yusuf sendiri. Ruben dan Potifar bersahabat. Karena pengaruh Ruben, Potifar menerima sunat dan mengabdi kepada Allah Yakub.   

Yakub tinggal sekitar satu hari perjalanan jauhnya dari Yusuf. Ketika Yakub jatuh sakit, Yusuf datang dengan kereta kuda untuk menemuinya. Yakub menanyainya dengan seksama mengenai Asenet dan, ketika Yakub mendengar mengenai tanda pada tubuhnya, Yakub berseru: “Ia adalah daging dari dagingmu. Ia adalah tulang dari tulangmu!” Dan ia menyingkapkan kepada Yusuf siapa Asenet. Yusuf begitu tersentuh hingga ia nyaris pingsan. Sepulangnya, Yusuf menceritakannya kepada isterinya, dan keduanya mencucurkan airmata sehabis-habisnya atas berita ini.

Beberapa waktu kemudian, keadaan Yakub semakin memburuk, dan Yusuf berada lagi di sisinya. Yakub menurunkan kakinya dari pembaringan ke lantai dan Yusuf menempatkan tangannya di bawah pangkal paha ayahnya dan bersumpah untuk kelak memakamkan ayahnya di Kanaan. Sementara Yusuf mengangkat sumpah, Yakub memuliakan Berkat yang tersembunyi dalam Yusuf, sebab Yakub tahu bahwa Yusuf telah menerima dari malaikat Berkat yang telah diambil dari dirinya. Berkat ini tinggal di sebelah kanan Yusuf hingga sampai wafatnya. Bahkan sesudah wafat Yusuf, Berkat ini tinggal tersembunyi dalam jenazahnya hingga malam sebelum keberangkatan bangsa Israel, ketika Musa mengambilnya dan menempatkannya dalam Tabut Perjanjian, bersama dengan jenazah Yusuf, sebagai Yang Kudus bagi bangsa terpilih.

Tiga bulan sesudah kunjungan Yusuf, Yakub wafat. Baik bangsa Yahudi maupun bangsa Mesir merayakan pemakamannya dan memadahkan puji-pujian, sebab ia sangat dicintai.

Asenet melahirkan bagi Yusuf pertama-tama Manasye dan Efraim, kemudian anak-anak yang lain, seluruhnya delapanbelas, di antara mereka beberapa kembar. Asenet wafat tiga tahun sebelum Yusuf wafat, dan jenasahnya diawetkan oleh perempuan-perempuan Yahudi. Sepanjang masa hidup Yusuf, tubuh Asenet disemayamkan dalam monumen milik Yusuf sendiri. Tetapi tua-tua bangsa telah mengambil sebagian isi perutnya yang mereka awetkan dalam sebuah figur kecil dari emas; dan sebab kaum Mesir juga berkeinginan untuk memilikinya, relikwi itu dipercayakan kepada para bidan Yahudi. Salah seorang dari perempuan ini menempatkannya dalam sebuah kotak buluh yang dilapisi dengan ter dan menyembunyikannya dalam alang-alang dekat kanal. Pada malam Keberangkatan, seorang bidan dari suku Asyer membawa benda rahasia ini kepada Musa. Nama perempuan itu Sara.

Yusuf, sesudah wafatnya, jenazahnya diawetkan oleh bangsa Yahudi di hadapan bangsa Mesir. Kemudian jenazah Yusuf dan Asenet disemayamkan bersama sesuai catatan yang dibuat Asenet dari penglihatan-penglihatannya dan yang diwariskan kepada bangsa Yahudi. Para imam dan ahli perbintangan Mesir menempatkan Yusuf dan Asenet dalam bilangan dewa-dewi mereka. Mereka menaruh prasangka dari catatan-catatan yang ditinggalkan Asenet dan suatu firasat kuat, mengenai berkat yang didatangkan Asenet dan Yusuf atas Israel. Tetapi berkat itu mereka inginkan bagi diri mereka sendiri, dan karenanya, mereka berupaya menindas Israel. Oleh karena alasan ini bangsa Israel, yang berkembang biak dengan pesat sesudah wafat Yusuf, ditindas begitu rupa oleh Firaun. Bangsa Mesir tahu pasti bahwa bangsa Israel tak akan meninggalkan negeri tanpa tulang-belulang Yusuf, sebab itu dalam beberapa kesempatan berbeda mereka mencuri sebagian jenazah Yusuf dan pada akhirnya berhasil memiliki seluruhnya. Sebagian besar orang Yahudi hanya tahu mengenai jenazah Yusuf, tetapi tidak mengetahui Misteri yang terkandung di dalamnya. Hal itu hanya diketahui sedikit orang saja. Seluruh negeri sangat berduka ketika tua-tua mendapati dan memaklumkan kepada mereka bahwa Yang Kudus di mana Janji bersemayam telah dicuri. Musa, yang dibesarkan dalam istana Firaun dengan segala kebijaksanaan Mesir, mengunjungi bangsanya dan mendapat tahu alasan dukacita mereka. Ketika Musa membunuh orang Mesir, Allah menetapkan bahwa sebagai seorang pelarian ia harus pergi ke Yitro. Sebab Yitro, karena hubungannya dengan Syble Segola, akan dapat membantunya menemukan Misteri yang dicuri. Musa juga, atas perintah Allah, menikahi Zipora guna memasukkan keluarga itu ke dalam keturunan Israel.

Segola adalah puteri di luar nikah dari Firaun dengan seorang ibu Yahudi. Meski dibesarkan dalam pemujaan bintang Mesir, ia amat condong pada Yahudi. Segola yang membocorkan rahasia kepada Musa sewaktu masih di istana bahwa ia bukan putera Firaun.

Harun, sesudah wafat isteri pertamanya, harus menikahi seorang puteri Segola agar pengaruh ibunya atas bangsa Israel dapat diperkuat. Anak-anak dari perkawinan ini pergi bersama bangsa Israel pada waktu Keberangkatan mereka dari Mesir. Tetapi Harun harus berpisah dari isterinya agar imamat Harun dapat berasal dari suatu keturunan Yahudi murni. Puteri Segola, setelah berpisah dari Harun, menikah kembali. Keturunan Segola, pada jaman Juruselamat, tinggal di Abila ke mana mumminya dibawa bersama mereka.

Segola beroleh pencerahan dan memiliki pengaruh kuat atas Firaun. Pada dahinya ada suatu tonjolan sebagaimana dimiliki banyak dari para Nabi pada masa-masa silam. Ia dibimbing oleh Roh untuk mendapatkan banyak berkat dan anugerah bagi bangsa Israel.

Pada malam malaikat Tuhan membunuh anak-anak sulung bangsa Mesir, Segola dengan tubuh berbalut kerudung menyertai Musa, Harun dan tiga orang Israel lainnya menuju ke dua gundukan makam yang dipisahkan oleh sebuah kanal di atas mana terbentang sebuah jembatan. Kanal itu mengalir antara Memphis dan Gosen dan masuk ke Nil. Pintu masuk ke dalam makam ada di bawah jembatan dan di bawah permukaan air. Anak-anak tangga dari jembatan menghantar orang menuju ke makam. Segola menuruni anak tangga hanya bersama Musa. Segola melemparkan ke dalam air secarik kertas di mana tertulis nama Allah. Air bergerak mundur dan meninggalkan pintu masuk ke monumen bebas air. Merka memukul pintu batu dan pintu terbuka ke dalam. Kemudian mereka memanggil yang lain untuk turun. Ketika mereka telah turun, Musa menjalin tangan mereka menjadi satu dengan stolanya dan meminta mereka mengangkat sumpah untuk melindungi Misteri. Setelah sumpah, ia melepaskan tangan mereka dan semua masuk ke dalam kubah di mana mereka menyalakan lentera. Maka terlihatlah segala macam lorong dengan gambar-gambar dari mereka yang telah meninggal berdiri di sana.

Tubuh Yusuf, bersama tubuh Asenet, disemayamkan dalam sebuah tauriform Mesir, peti mati dari logam, yang bercahaya seperti bersepuh emas. Bagian belakangnya membentuk sebuah penutup. Penutup ini mereka angkat, dan Musa mengambil Misteri dari tubuh Yusuf, membungkusnya dengan kain, dan menyerahkannya kepada Segola yang membawanya dalam kedua tangannya yang tersembunyi di bawah pakaiannya. Tulang-belulang sisanya ditempatkan bersama di atas sebuah batu, dibungkus dalam kain, dan dibawa oleh para lelaki. Sekarang sesudah mereka memiliki Yang Kudus, Israel dapat berangkat dari negeri itu. Segola menangis, tetapi Israel dipenuhi sukacita.

Musa menyembunyikan sebuah relikwi dari tubuh Yusuf di ujung tongkatnya. Ujung ini bentuknya seperti buah kesemak, berwarna kekuningan dan dikelilingi daun-daun. Tongkat ini berbeda dari tongkat gembala yang atasnya Musa diperintahkan untuk mencampakkannya ke atas tanah di hadapan Allah, dan yang di tanah berubah menjadi seekor ular. Tongkat itu dari buluh, ujung atas dan bawahnya dapat didorong masuk dan ditarik keluar. Dengan ujung bawahnya, yang tampak bagiku terbuat dari logam dan yang bentuknya seperti sebuah pensil yang runcing, Musa menyentuh batu seolah menorehkan kata-kata di atasnya. Batu terbuka di bawah ujung tongkat dan air memancar keluar. Air mengalir juga dari pasir di manapun Musa membuat tanda atasnya dengan tongkat ini. Bagian atas dari tongkat buluh, yang bentuknya seperti buah kesemek, dapat didorong masuk dan ditarik keluar; dengan itulah laut Merah terbelah.

Dari wafat Yusuf hingga keberangkatan Israel dari Mesir, lamanya kurang lebih seratus tujuhpuluh tahun menurut hitungan kita. Tetapi pada waktu itu mereka menggunakan cara lain dalam menghitung minggu-minggu dan tahun-tahun. Hal ini sering dijelaskan kepadaku, tetapi sekarang aku tak dapat mengingatnya. Ketika bangsa Israel tinggal di Mesir, mereka tidak mempunyai bait, melainkan hanya kemah-kemah. Mereka menyusun batu-batu, menuangkan minyak atasnya, mempersembahkan padi-padian dan anak-anak domba, memadahkan nyanyian dan berdoa.    


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”

Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dosa dan Konsekwensinya        previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama