Bab 3
Yesus di Silo, Kibzaim, dan Tebes


Selanjutnya aku melihat Yesus di Silo, sebuah kota yang dibangun sekeliling batu karang yang tinggi dan curam dengan sebuah dataran tinggi yang luas di atas jajaran gunung yang menanjak lembut. Di dataran tinggi ini, tempat yang tertinggi dari jajaran gunung, pada masa silam sesudah keberangkatan dari Mesir dan sewaktu dalam perjalanan melintasi padang gurun, Tabernakel dan Tabut Perjanjian disemayamkan. Terdapat suatu lapangan luas dikelilingi oleh tembok yang telah runtuh sebagian, dan di dalamnya masih terlihat sisa-sisa sebuah bangunan kecil yang dulu didirikan untuk menaungi Tabernakel. Di lokasi di mana Tabut berdiri, di bawah sebuah atap yang ada di atas bangunan-bangunan melengkung terbuka, bediri sebuah pilar serupa dengan yang di Gilgal, dan di bawahnya semacam kubah yang digali dalam pondasi batu. Tak jauh dari lokasi yang ditempati Tabut terdapat sebuah tempat untuk mempersembahkan kurban dan sebuah lubang yang ditutup atasnya untuk menampung sampah buangan dari hewan yang dibantai, sebab mereka diperkenankan mempersembahkan kurban di sini tiga atau empat kali dalam setahun. Sinagoga juga dibangun di tempat yang bertembok di dataran tinggi ini, dari mana terhampar suatu pemandangan yang sangat luas. Dari sini orang dapat melihat dataran tinggi Yerusalem, Laut Galilea, dan jauh melampaui gunung-gunung.

Silo sendiri agak kumuh dan bukan suatu kota yang padat penduduknya. Di sana ada dua sekolah, yang satu milik kaum Farisi, yang lain milik kaum Saduki. Orang-orangnya tidak baik; mereka sombong, penuh keangkuhan diri dan damai semu. Beberapa jauhnya dari gerbang kota dengan menara-menaranya yang rusak, berdiri sebuah biara Esseni yang sekarang telah runtuh, dan lebih dekat ke kota terdapat rumah di mana kaum Benyamin menawan perawan-perawan yang pada Hari Raya Pondok Daun mereka bawa sebagai tawanan ke Silo (Hakim-Hakim 21:19-24).

Yesus bersama keduabelas murid melewatkan malam di sebuah rumah yang diprioritaskan bagi para guru dan para nabi yang tengah berkelana. Rumah itu berdampingan dengan sekolah-sekolah dan tempat-tempat kediaman kaum Farisi dan ahli-ahli Taurat, yang memiliki semacam seminari di sini. Sekitar duapuluh orang dari antara ahli Taurat ini, berjubah panjang dan berikat pinggang, dengan jumbai-jumbai yang panjang kasar tergantung dari lengan-lengan baju mereka, berkumpul sekeliling Yesus. Mereka berpura-pura tidak mengenal-Nya dan berbicara mengenai Yesus sebagai orang ketiga dengan menggunakan segala macam perkataan yang memotong, seperti: “Sekarang, bagaimana mungkin? Ada dua baptisan, baptisan Yohanes dan baptisan Yesus, putera si tukang kayu dari Galilea. Jadi sekarang, baptisan mana yang benar?” Selanjutnya mereka mengatakan bahwa mereka mendengar juga bahwa para perempuan mengikatkan diri pada ibunda dari Putra si tukang kayu ini; sebagai misal, seorang janda dengan kedua putera mereka. Kedua pemuda ini, atas anjuran ibu mereka, menggabungkan diri dengan para pengikut Yesus, sementara si ibu sendiri menggabungkan diri dengan BundaNya, dan demikianlah mereka berkelana. Tetapi mengenai mereka sendiri, mereka tidak membutuhkan hal-hal yang demikian. Ada pada mereka Janji dan Hukum Taurat. Semua ini tidak mereka katakan secara terus-terang dan kasar, melainkan secara seperti olok-olok persahabatan kepada Yesus. Ia menjawab perkataan mereka yang tajam dengan mengatakan bahwa Ia adalah Dia yang mereka bicarakan. Dan ketika mereka mempercakapkan suara yang terdengar saat pembaptisan-Nya, Ia memberitahu mereka bahwa itu adalah suara Bapa SurgawiNya yang adalah Bapa setiap orang yang mau bertobat atas dosa-dosanya dan dilahirkan kembali melalui Pembaptisan.

Kemudian, dengan sok menganggapnya sebuah tempat yang sangat sakral, mereka menyatakan keberatan mengijinkan Yesus dan para murid-Nya memasuki area bertembok di mana dulu Tabut Perjanjian berdiri. Tetapi Yesus masuk tanpa mengindahkan perlawanan mereka. Ia mengecam mereka yang telah kehilangan Tabut Perjanjian karena kejahatan mereka; bahwa sekarang, dengan hanya memiliki kenangan saja atasnya, mereka masih sama jahatnya; bahwa mereka selalu melanggar Hukum di masa lampau, pun sekarang; dan bahwa, sebagaimana Tabut diambil dari pemeliharaan leluhur mereka, demikianlah sekarang kegenapan Hukum akan diambil dari mereka sendiri. Karena orang-orang ini memperlihatkan keinginan untuk berdebat dengan-Nya mengenai beberapa masalah dalam hal Hukum, Ia menyuruh mereka berdiri, berdua-dua, dan menyanyai mereka seperti menanyai kanak-kanak, mengajukan banyak pertanyaan mendalam mengenai Hukum. Mereka tak dapat menjawab; jadi, bingung dan marah, memberengut dan saling sikut satu sama lain, mereka mulai menyelinap pergi. Kemudian Yesus membawa mereka ke lubang yang bertutup di mana dibuang sampah kurban. Ia memerintahkan mereka membuka tutupnya dan mengatakan kepada mereka dalam suatu persamaan bahwa mereka seperti lubang itu, bagian dalamnya penuh sampah dan kebusukan dan tak layak bagi kurban, meski bagian luarnya bersih, bagian yang tak sedap dipandang mata ditutup dengan sebuah tutup yang indah. Ia mengingatkan mereka bahwa tepat dari tempat ini, sebagai hukuman atas dosa-dosa leluhur mereka, Tabut diambil dari mereka. Mereka semua meninggalkan tempat dalam murka.

Ketika Yesus mengajar di sinagoga, Ia mendesakkan teristimewa sikap hormat terhadap mereka yang lanjut usia dan kasih terhadap orangtua. Ia berbicara penuh kehangatan mengenai pokok-pokok ini, sebab orang-orang di Silo telah lama memiliki kebiasaan mengabaikan, meremehkan dan mengingkari orangtua mereka yang telah lanjut usia.

Sebuah jalan menghantar ke Silo dari Betel di selatan. Lebona tak jauh dari sana, dan ke Samaria dari Betel, jaraknya kurang lebih delapan hingga sembilan jam. Nabi Yunus dimakamkan di Silo.

Ketika Yesus meninggalkan Silo dari sisi seberang kota, di barat laut, Andreas, Saturnin dan kedua kemenakan Yusuf dari Arimatea berpisah dari-Nya dan melanjutkan perjalanan ke Galilea. Yesus bersama beberapa murid Yohanes, yang pada waktu itu menyertai-Nya, melangkahkan kaki ke Kibzaim, di mana Ia tiba sebelum Sabat. Kibzaim terhampar di sebuah lembah antara dua cabang sebuah jajaran gunung yang meluas melintasi tengah negeri; tempat ini dianggap memiliki bentuk nyaris tepat seperti suatu cakar serigala. Orang-orang di sini baik, jiwa-jiwa yang ramah-tamah dan memiliki kecondongan baik terhadap Yesus, yang kedatangan-Nya mereka nantikan. Kibzaim adalah sebuah kota Lewi. Yesus menginap dekat sekolah pada salah seorang pemimpin.  

Di sana datang juga untuk menyambut Yesus: Lazarus, Marta, Yohana Khuza, putera Simeon (yang bekerja di Bait Allah), dan pelayan tua Lazarus. Mereka dalam perjalanan ke perkawinan di Kana, dan telah diberi kabar oleh para utusan bahwa mereka akan bertemu Yesus di sini. Yesus, sejak dari semula, senantiasa memperlakukan Lazarus dengan istimewa dan sebagai seorang sahabat terkasih. Namun demikian aku tak pernah mendengar-Nya bertanya: bagaimanakah kabar si anu atau si itu dari kerabat atau kenalanmu?

Kibzaim adalah sebuah tempat terpencil tersembunyi di sebuah pojok gunung. Mata pencaharian utama penduduknya adalah berkebun buah-buahan. Ada juga kerajinan pembuatan tenda dan karpet, dan banyak yang sibuk dalam pembuatan sandal. Yesus melewatkan Sabat di sini dan menyembuhkan beberapa orang sakit dengan sepatah kata perintah. Sebagian sakit gembur-gembur dan yang lain keterbelakangan mental. Mereka dibawa dalam tandu-dantu kepada Yesus dan diletakkan di depan sekolah. Yesus bersantap di rumah seroang Lewi yang terpandang. Sesudah Sabat, Ia pergi lagi ke Sikhar, di mana Ia tiba malam hari, dan melewatkan malam di sebuah penginapan yang ditunjuk bagi-Nya. Lazarus dan rombongannya berangkat dari Kibzaim langsung menuju Galilea.

Pagi-pagi benar keesokan harinya, Yesus pergi dari Sikhar ke arah timur laut menuju Tebes. Di Sikhar atau Sikhem, Ia tak dapat mengajar. Tak ada orang Yahudi di sana. Penduduknya terdiri dari orang-orang Samaria dan yang lainnya menetap di sana entah sesudah Pembuangan ke Babel, atau karena akibat perang. Mereka biasa naik ke Bait Allah di Yerusalem, meski mereka tidak menggabungkan diri dalam kurban-kurban bangsa Yahudi. Dekat Sikhem terbentang padang indah yang dibeli Yakub untuk Yusuf puteranya. Sebagian dari padang itu telah menjadi milik Herodes dari Galilea. Suatu batas terdiri dari tonggak-tonggak, benteng tanah dan sebuah jalan setapak melintasi lembah.

Tebes adalah sebuah kota yang cukup penting, dilewati suatu jalan raya dan memiliki perdagangan yang sangat ramai. Unta-unta sarat muatan, dengan barang-barang beban menjulang tinggi di atas punggung, datang dan pergi. Sungguh mengagumkan melihat binatang-binatang itu dengan muatan-muatannya seperti banyak menara kecil, perlahan-lahan mendaki gunung, kepala di ujung leher mereka yang panjang bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain di depan muatan mereka yang menggunung. Sutera-sutera kasar merupakan komoditi perdagangan utama. Penduduk Tebes bukanlah orang-orang jahat, pula menaruh syak wasangka melawan Yesus, namun demikian mereka bukanlah orang-orang sederhana ataupun polos. Mereka acuh, seperti pada umumnya para pedagang kaya. Para imam dan ahli-ahli Taurat puas dengan diri mereka sendiri dan acuh tak acuh terhadap yang lain. Begitu Yesus memasuki kota, mereka yang kerasukan setan dan orang-orang gila berteriak-teriak: “Ini Dia Nabi dari Galilea! Ia memiliki kuasa atas kita! Ia akan menghalau kita pergi!” Yesus memerintahkan mereka diam, dan seketika itu juga mereka menjadi tenang. Yesus menginap dekat sinagoga; ke sanalah orang banyak mengikuti-Nya, membawa kepada-Nya mereka yang sakit; Ia menyembuhkan banyak dari antara mereka. Sore itu Ia mengajar di sekolah dan merayakan Hari Raya Pentahbisan Kembali Bait Allah, yang pada waktu itu dimulai. Di sekolah dan di semua rumah dinyalakan tujuh lentera, juga di luar rumah di padang-padang dan di jalan-jalan dekat gubuk-gubuk gembala ditempatkan berkas-berkas sesuatu yang kecil dan bernyala pada ujung-ujung tonggak. Tebes terletak di wilayah yang nyaman di gunung. Di kejauhan, orang dapat melihat jalanan melintasi gunung dan unta-unta sarat muatan mendaki naik; tetapi dekat kita pemandangan tak terlihat.

Andreas, Saturnin dan kedua kemenakan Yusuf telah meninggalkan Silo dan pergi ke Galilea. Andreas berada di kalangan kerabatnya di Betsaida. Ia telah mengabarkan kepada Petrus bahwa ia telah menemukan kembali Messias, yang sedang dalam perjalanan menuju Galilea, dan bahwa Ia akan memanggil Petrus kepada-Nya. Semua sekarang pergi ke Arbela, disebut juga Bet-Arbel, untuk menemui Natanael Chased, yang berada di sana untuk suatu urusan, dan membujuknya untuk pergi bersama mereka merayakan perayaan di Gennabris. Chased pada waktu itu tinggal di Gennabris di sebuah rumah yang tinggi yang, bersama beberapa rumah lainnya, berdiri sendiri di luar kota. Para murid berbicara banyak kepadanya mengenai Yesus. Andreas sengaja mengajak mereka ke sana untuk perayaan sebab ia, seperti mereka yang lain, mengharapkan Natanael. Mereka antusias ignin mendengarkan pendapatnya, tetapi Natanael tampaknya agak acuh tak acuh mengenai segala masalah ini.

Lazarus menghantarkan Marta dan Yohana Khuza untuk menemui Maria yang waktu itu berada di Kapernaum ke mana ia datang dari Kana. Mereka berangkat lagi ke Tiberias di mana mereka berharap dapat bertemu Yesus. Putera Simeon adalah salah seorang yang menyertainya, dan mempelai laki-laki dari Kana pergi juga untuk bertemu Tuhan. Mempelai laki-laki dari Kana ini adalah putera dari anak perempuan Sobe, saudari Anna. Namanya adalah Natanael. Ia tidak berasal dari Kana meski pesta perkawinannya dirayakan di sana. Gennabris adalah suatu kota yang padat penduduknya. Sebuah jalan besar melintasi kota dan ada banyak bisnis dan lalu lintas perdagangan, khususnya sutera. Gennabris berada beberapa jam jauhnya dari Tiberias; keduanya dipisahkan oleh gunung-gunung. Untuk mencapainya, orang harus pergi agak ke selatan antara Emaus dan Tiberias, dan lalu berbalik ke Tiberias. Arbela berada di antara Sephoris dan Tiberias.       


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Yesus di Padang Gurun          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya next   up  Halaman Utama