Bab 16
![]() Yesus Mengusir Para Pedagang Dari Halaman Bait Allah. Perjamuan Paskah. Wafat Maria si Pendiam
![]() Ketika Yesus bersama segenap murid pergi ke Bait Allah, Ia mendapati di sana, di sekeliling halaman, deretan pengemis, para pedagang sayur-mayur hijau, burung-burung dan segala macam makanan. Dengan suatu cara yang lemah-lembut dan bersahabat, Ia menghampiri mereka dan meminta mereka mundur bersama barang-barang mereka ke halaman kaum Kafir. Ia dengan lemah lembut menegur mereka akan ketidakpantasan mengambil tempat di mana embikan anak-anak domba dan hiruk-pikuk ternak yang lain akan mengganggu kekhusukan mereka yang beribadat. Dengan bantuan para murid, Ia membantu para penjual memindahkan meja-meja mereka ke tempat yang Ia tunjukkan kepada mereka.
Pada hari ini Yesus menyembuhkan banyak orang asing yang sakit di Yerusalem, khususnya mereka yang miskin, pekerja yang timpang yang tinggal dekat Senakel di Bukit Sion. Sungguh suatu himpunan orang banyak yang menakjubkan yang berkumpul di Yerusalem. Kota sepenuhnya dikelilingi oleh perkemahan gubuk-gubuk dan tenda-tenda. Di tempat-tempat terbuka yang luas berjajar bangunan demi bangunan membentuk jalanan-jalanan panjang di mana semuanya dapat diperoleh dalam jumlah besar, seperti tenda-tenda, segala yang diperlukan untuk mendirikannya, dan apapun yang dibutuhkan untuk perjamuan anak domba Paskah. Ada juga toko-toko lain di mana barang-barang dapat dibeli atau disewa. Rombongan pekerja harian dan kaum miskin dari segenap penjuru Israel sibuk hilir mudik mengangkut barang-barang tersebut dan menghantarnya. Orang-orang ini telah lama bekerja di Yerusalem, membersihkan apa saja yang mungkin menghalangi jalan-jalan, memangkas pagar tanam-tanaman, membuka jalan, meratakan dan mengukur tanah untuk perkemahan, dan mendirikian stand-stand dan kios-kios. Sama seperti minggu-minggu sebelumnya, jalanan dan persimpangan-persimpangan jalan yang buruk di wilayah sekitar diperbaiki dan dipersiapkan untuk perjalanan. Segala persiapan ini dilakukan sehubungan dengan anak domba Paskah, sama seperti Pembaptis mempersiapkan jalan bagi Anak Domba Allah sejati.
Ketika Yesus naik lagi ke Bait Allah bersama para murid, Ia untuk kedua kalinya memperingatkan para penjual untuk mundur. Karena semua jalan dibuka sebab kurban anak domba Paskah akan segera dimulai, banyak lagi pedagang yang berkerumun hingga ke halaman para pengemis. Yesus meminta mereka mundur dan menyorong meja-meja mereka. Ia bertindak dengan terlebih tegas dari kejadian terakhir. Para murid membuka jalan bagi-Nya menerobos orang banyak. Sebagian pedagang menjadi marah. Dengan gerak isyarat kepala dan tangan, mereka melawan-Nya dengan berang, dan pada saat itulah Yesus, merentangkan tangan-Nya dan mendorong salah satu meja. Mereka tiada berdaya melawan-Nya; tempat segera kosong, dan semua barang dipindahkan ke halaman luar. Kemudian Yesus menyampaikan kata-kata peringatan kepada mereka. Ia mengatakan bahwa dua kali Ia telah memperingatkan mereka untuk memindahkan barang-barang mereka, dan bahwa jika Ia mendapati mereka di sana lagi, Ia akan bertindak dengan terlebih tegas terhadap mereka. Yang paling tidak sopan mencemooh-Nya: "Apakah yang berani dilakukan si Galilea, si Ulama dari Nazaret? Kami tidak takut pada-Nya." Ejek-ejekan ini mulai di saat mereka pindah. Banyak yang berdiri di sekitar memandang pada Yesus penuh tanda tanya. Orang-orang Yahudi saleh mendukung tindakan-Nya dan memuji Yesus saat Ia tidak ada. Mereka juga berteriak, "Nabi dari Nazaret!" Kaum Farisi, yang malu dan murka atas apa yang telah terjadi, telah berhari-hari sebelumnya secara pribadi memperingatkan orang untuk menjauhkan diri dari orang asing selama perayaan, tidak mengikuti-Nya, bahkan tidak banyak bicara mengenai-Nya. Akan tetapi orang semakin terpikat pada Yesus, sebab telah banyak di antara mereka yang telah mendengarkan pengajaran-Nya atau telah disembuhkan oleh-Nya.
Sementara Yesus meninggalkan Bait Allah, Ia melewati seorang lumpuh di salah satu halaman. Orang itu berteriak-teriak kepada-Nya. Yesus menyembuhkannya, dan ia yang tadinya lumpuh itu masuk ke dalam Bait Allah penuh sukacita memaklumkan Yesus sebagai penyelamatnya. Karena hal ini, timbullah kegemparan.
Yohanes Pembaptis tidak datang untuk perayaan. Ia bukanlah seorang Yahudi menurut Hukum, pun ia sama sekali bukan seperti orang pada umumnya. Ia, seolah, suatu suara yang terbalut daging. Ia pada waktu itu tengah bersama kelompok calon baptis baru sebab orang banyak yang pergi ke Yerusalem.
Semuanya sangat tenang di Yerusalem sore itu. Orang banyak sibuk di rumah mereka sendiri menyingkirkan roti beragi dan mempersiapkan roti tak beragi. Semua peralatan masak ditutup dan digantung. Ini dilakukan juga di tempat Lazarus di Bukit Sion, di mana Yesus dan para pengikut-Nya akan makan anak domba Paskah. Yesus Sendiri hadir dalam persiapan-persiapan ini; Ia memberikan instruksi-instruksi mengenainya, dan semua dilakukan sesuai petunjuk-Nya; namun demikian detailnya tidak secermat yang dilakukan di kalangan Yahudi lainnya. Yesus menjelaskan apa yang diperlambangkan semua itu, dan bagaimana seharusnya dilakukan, sekaligus menunjukkan kepada mereka apa yang oleh kaum Farisi, karena kurang paham, telah tambahkan.
Yesus tidak muncul di Bait Allah keesokan harinya. Ia tinggal di Betania. Aku pikir, sementara begitu banyak pedagang lagi-lagi memadati Bait Allah, sesuatu pastilah terjadi terhadap mereka andai Ia ada di sana. Siang itu anak-anak domba Paskah disembelih di Bait Allah, dan itu dilakukan dengan tata cara dan kecepatan yang tak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Tiap-tiap orang memanggul anak domba Paskahnya di bahu dan mengambil tempat untuk mengantri, sebab ada ruang yang cukup besar untuk semuanya. Ada tiga halaman sekeliling altar di mana mereka dapat berdiri, tetapi ruang antara halaman dan Bait Allah tidak terbuka bagi orang banyak. Mereka yang menjagal berada di belakang jeruji, sebuah meja dengan segala yang dibutuhkan untuk perkerjaan mereka ada di hadapan mereka; akan tetapi mereka ditempatkan begitu berdekatan satu sama lain hingga darah seekor anak domba akan muncrat ke penjagal di sebelahnya. Baju mereka basah oleh darah. Para imam berbaris dalam beberapa barisan hingga ke altar, memindahkan baskom-baskom dari tangan ke tangan, sebagian penuh darah, yang lain kosong. Sebelum mengelurkan isi perut seekor anak domba, orang Israel menekan dan meremasnya dengan suatu cara tertentu. Kemudian penjagal berdiri di sebelahnya guna memegangi hewan sementara temannya dengan satu renggutan ringan secara mudah mencabik perutnya.
Pengulitan dilakukan dengan sangat cepat. Mereka mengelupas sepotong kecil kulit dan mengikatkannya pada sebuah tongkat bulat yang disediakan untuk keperluan tersebut. Lalu mereka menggantungkan anak domba pada lehernya, dengan kedua tangan memutar tongkat, dan kulit tergulung padanya. Menjelang sore penyembelihan telah selesai. Langit sore tampak berwarna merah darah.
Lazarus, Obed dan Saturnin menyembelih ketiga anak domba yang akan disantap Yesus dan teman-teman-Nya. Perjamuan dilakukan di tempat Lazarus di Bukit Sion. Tempat itu merupakan sebuah bangunan besar dengan dua sayap. Tungku untuk memanggang ada di aula makan, akan tetapi sangat berbeda dari tungku di senakel. Yang ini lebih tinggi, seperti perapian di rumah Anna dan Maria, juga seperti di Kana. Dalam tembok tebal tegak lurus yang membentuknya, terdapat lubang-lubang di mana anak domba diikatkan. Hewan itu direntangkan dan digantung pada tempatnya dengan beberapa tusuk kayu, seolah disalibkan. Aula dihias indah dan meja, di mana mereka makan dalam tiga kelompok, berbentuk tepat seperti sebuah salib horizontal. Di bagian atas salib, di mana banyak hidangan dari sayur-sayuran pahit, Lazarus duduk. Anak-anak domba Paska ditempatkan satu di masing-masing lengan dari meja berbentuk salib dan satu agak ke tengah bawah salib. Yesus, Petrus, Saturnin dan Obed duduk sebagai berikut: Yesus dan Petrus saling berhadapan di lengan kiri meja, Obed di lengan kanan, dan Saturnin di ujung bawah. Sekeliling Yesus berdiri sanak-Nya dan para murid dari Galilea, sekeliling Obed dan Lazarus mereka yang dari Yerusalem, sementara para murid Yohanes berkumpul sekeliling Saturnin. Yang hadir seluruhnya lebih dari tigapuluh orang.
Perjamuan Paskah ini sangat berbeda dari perjamuan Paskah terakhir Yesus, lebih ketat dalam Yudaisme. Tiap-tiap orang di sini memegang sebuah tongkat di tangan, berikat pinggang seolah hendak bepergian, dan semuanya makan dengan tergesa. Ada pada Yesus dua tongkat yang ditempatkan bersilangan di hadapan-Nya. Mereka memadahkan Mazmur dan dengan berdiri cepat-cepat menyantap anak domba Paskah. Kemudian mereka mengambil tempat di meja dalam posisi berbaring. Perjamuan ini berbeda juga dari kebiasaan di kalangan orang-orang Yahudi lain dalam perayaan ini. Yesus menjelaskan semuanya kepada segenap tamu, tetapi menghilangkan upacara-upacara yang telah ditambahkan oleh kaum Farisi. Ia Sendiri yang memotong ketiga anak domba dan melayani meja, mengatakan bahwa Ia melakukannya sebagai pelayan mereka. Mereka tinggal bersama hingga larut malam dengan bernyanyi dan berdoa.
Yerusalem begitu hening dan khidmad sepanjang hari itu. Kaum Yahudi yang tidak sibuk dengan penyembelihan anak-anak domba tinggal mengurung diri di rumah yang dihias dengan dedaunan berwarna hijau tua. Khalayak yang begitu banyak, sesudah penyembelihan, begitu sibuk dalam rumah mereka, semuanya begitu hening hingga membangkitkan dalam diriku kesan yang agak melankolis.
Aku melihat pada hari itu juga dipanggang semua anak-anak domba Paskah untuk banyak orang asing yang banyak berkemah di depan pintu-pintu gerbang. Baik di luar maupun di dalam kota, dibangun pada tempat-tempat tertentu, tembok-tembok panjang yang rendah namun begitu lebar hingga orang dapat berjalan di atasnya. Pada tembok-tembok ini terdapat tungku demi tungku, dan di jarak-jarak tertentu tinggal orang-orang yang merawatnya dengan menerima sedikit upah atas pelayanan mereka. Di tungku-tungku ini para pengelana dan orang-orang asing dapat, dalam berbagai pesta berbeda, atau kapan saja, memanggang daging mereka dan memasak makanan apapun. Lemak anak-anak domba Paskah dihabiskan di Bait Allah hingga larut malam. Sesudah jaga pertama, altar dimurnikan, dan pintu-pintu dibuka pagi-pagi benar keesokan harinya.
Yesus dan para murid melewatkan malam dalam doa dan tidur sejenak di tempat Lazarus di Bukit Sion. Para murid dari Galilea tidur di sayap-sayap bangunan. Fajar hari mereka pergi ke Bait Allah yang terang-benderang dengan banyak lampu, di mana orang banyak telah berhimpun dari segala penjuru bersama persembahan mereka. Yesus mengambil tempat di salah satu halaman bersama para murid, dan di sana Ia mengajar. Segerombolan pedagang lagi-lagi menerobos masuk ke dalam halaman pengemis dan bahkan ke halaman perempuan. Mereka nyaris hanya dua langkah dari umat yang beribadat. Sementara para pedagang masih terus berdatangan menerobos masuk, Yesus memerintahkan para pendatang baru untuk mundur, dan mereka yang sudah menempati posisi di dalam untuk undur diri. Akan tetapi mereka menolak dan meminta bantuan penjaga dekat sana. Penjaga, tak mau ambil resiko bertindak sendiri, melaporkan apa yang terjadi kepada Sanhedrin (= Mahkamah Agama). Sementara itu Yesus terus gigih dalam memerintahkan para pedagang untuk mundur. Ketika mereka dengan berani menolak, Ia menarik dari lipatan-lipatan jubah-Nya sebuah tali dari buluh-buluh yang dijalin atau ranting-ranting kecil willow dan membuka cincin yang mengikat ujung-ujungnya, sehingga setengah darinya terurai. Dengan ini Ia bergegas menuju para pedagang, membalikkan meja-meja mereka dan mengusir mundur mereka yang masih bersikeras bertahan, sementara para murid, menahan di kiri dan kanan, mendorong para lawan-Nya pergi. Dan sekarang datanglah segerombolan imam dari Mahkamah Agama dan memerintahkan Yesus untuk mengatakan siapa yang memberi-Nya wewenang untuk bertindak demikian di tempat itu. Yesus menjawab bahwa, meski Misteri Kudus telah dibawa pergi dari Bait Allah, namun Bait Allah tetap merupakan suatu tempat kudus dan tempat di mana doa dari begitu banyak orang benar disampaikan. Bait Allah bukanlah tempat untuk mengeruk laba, menipu, dan perdagangan murahan yang hingar-bingar. Yesus memaklumkan perintah-perintah BapaNya; mereka bertanya siapakah BapaNya. Ia menjawab bahwa Ia tak punya waktu untuk menjelaskan hal itu kepada mereka dan bahkan jika Ia menjelaskannya mereka tak akan mengerti; dengan itu Ia berbalik pergi dari mereka dan terus mengusir para pedagang.
Dua kompi tentara sekarang tiba di lokasi, tetapi para imam tidak berani bertindak melawan Yesus. Mereka sendiri malu sebab telah menoleransi penyelewengan yang demikian. Khalayak yang berkumpul sekitar sana memaklumkan Yesus benar, dan para prajurit bahkan membantu memindah-mindahkan stand-stand para pedagang dan menyingkirkan meja-meja dan barang-barang yang terjungkir-balik. Yesus dan para murid mengusir para pedagang ke halaman depan, akan tetapi ia tidak mengusik para pedagang sopan yang menjual burung-burung merpati, ketul-ketul roti, dan makanan yang dibutuhkan di ceruk-ceruk tembok sekeliling halaman dalam. Sesudah itu Ia dan para pengikut-Nya pergi ke halaman Israel. Kira-kira antara pukul tujuh dan delapan pagi ketika semua ini terjadi.
Sore pada hari ini, semacam prosesi berarak menuju Lembah Kidron untuk memanen buah-buah pertama dari panenan.
Yesus pada satu dari hari-hari selanjutnya menyembuhkan di halaman Bait Allah sekitar sepuluh orang, sebagian timpang, sebagian bisu, dan itu menimbulkan kegemparan, sebab mereka yang disembuhkan memenuhi seluruh tempat dengan pekik sukacita mereka. Lagi, Ia dipanggil untuk mempertanggung-jawabkan tindakan-Nya, yang Ia jawab dengan perkataan tajam. Orang banyak antusias memihak-Nya. Sesudah ibadat, Yesus dan para murid mengikuti pengajaran yang disampaikan di sebuah aula Bait Allah. Ayat-ayat diambil dari salah satu Kitab Musa. Yesus mengajukan keberatan-keberatan, sebab pengajaran itu merupakan semacam pertemuan di mana pertanyaan-pertanyaan boleh diajukan. Ia membungkam mulut para lawan-Nya, dan memberikan penjelasan mengenai point-point yang diperdebatkan dengan sangat berbeda dari apa yang telah disampaikan.
Sepanjang hari-hari ini Yesus jarang bertemu dengan BundaNya. Maria tinggal bersama Maria Markus, melewatkan hari-hari yang panjang dalam kecemasan, airmata, dan doa oleh sebab kehebohan yang muncul akibat kemunculan Putranya. Yesus merayakan Sabbat di rumah Lazarus di Betania, di mana Ia undur diri sesudah kegemparan akibat penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan-Nya di Bait Allah. Sesudah Sabbat, kaum Farisi pergi ke rumah Maria Markus di Yerusalem, berpikir bahwa mereka akan menemukan Yesus di sana dan berencana menahan-Nya. Akan tetapi mereka kecewa. Mereka tiada mendapati-Nya, melainkan hanya BundaNya dan para perempuan kudus lain yang, sebagai pengikut Yesus, mereka perintahkan dengan kata-kata keras untuk meninggalkan kota. Bunda Yesus dan para perempuan lain menjadi sangat cemas mendengar ini, dan dengan bercucuran airmata bergegas ke rumah Marta di Betania. Maria, dengan menangis, masuk ke dalam kamar di mana Marta sedang bersama saudarinya yang sakit, Maria si Pendiam. Saudarinya ini tengah tenggelam dalam ekstasi. Semua yang hingga saat itu ia lihat dalam roh, sekarang ia lihat akan segera digenapi. Ia tiada lagi dapat menanggung sakit yang diakibatkannya, dan ia wafat di hadapan Maria, Maria Kleopas, Marta, dan para perempuan lain.
Nikodemus, kendati aniaya terbuka sedang diarahkan terhadap Yesus, mengunjungi-Nya sepanjang hari-hari ini atas undangan Lazarus. Aku melihat Yesus sepanjang malam berbaring di dekatnya di tanah dan mengajarnya. Sebelum fajar, keduanya berangkat ke Yerusalem, di mana mereka pergi ke tempat Lazarus di Sion. Di sini juga datang Yusuf dari Arimatea untuk menemui Yesus. Ia berbicara dengan mereka. Mereka merendahkan diri di hadapan-Nya, mengatakan bahwa mereka sungguh mengenali bahwa Ia lebih dari sekedar manusia, dan mereka mengikat janji setia selamanya kepada-Nya. Yesus mengajar mereka secara rahasia, dan mereka dengan rendah hati memohon-Nya untuk mengingat mereka.
Sesudah itu segenap murid lain yang telah menyantap perjamuan Paskah bersama-Nya datang kepada Yesus. Ia menyampaikan perintah dan pengajaran untuk masa depan yang akan segera datang. Mereka merentangkan tangan kepada-Nya, menangis dan mengeringkan airmata mereka menggunakan selendang sempit yang mereka kenakan sekeliling leher atau lilitkan sekeliling kepala.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|