Bab 3
![]() Yesus di Sikhor Libnath
Ketika meninggalkan Tirus, Yesus seorang diri melanjutkan perjalanan. Ia telah mengutus kedua murid dengan perintah pergi ke Kapernaum, juga kepada Yohanes Pembaptis. Ia pergi dari sepuluh hingga sebelas jam selatan Tirus ke kota Sikhor Libnath, yang telah dilalui-Nya dalam perjalanan-Nya ke arah sana. Danau Merom, dengan dua kota Adama dan Seleucia, terbentang ke arah timur di sebelah kiri-Nya. Sikhor Libnath, juga disebut Amichores, atau "Kota yang dibangun di atas Air," terletak beberapa jam masuk dari Ptolomais di atas sebuah danau kecil berlumpur yang satu sisinya tak dapat dilalui karena pegunungan yang tinggi. Dari danau ini muncul sungai kecil Belus yang berpasir yang mengalirkan airnya ke laut dekat Ptolomais. Kota Sikhor Libnath begitu besar hingga aku tak dapat mengerti mengapa begitu sedikit yang diketahui mengenainya. Kota Yahudi Misael terletak tak jauh dari sana. Inilah wilayah yang dianugerahkan Salomo kepada Raja Hiram. Sikhor adalah sebuah kota bebas, meski dengan sedikit ketergantungan pada Tirus. Ada banyak peternakan di bagian wilayah ini. Aku melihat banyak kawanan domba besar dengan wol yang baik kualitasnya. Domba-domba ini dapat berenang menyeberangi sungai. Barang-barang indah dari wol ditenun di sini dan dicelup di Tirus. Aku tak melihat pertanian, melainkan hanya perkebunan buah-buahan. Di air tumbuh semacam padi-padian dengan batang-batang yang sangat besar. Roti dibuat dari biji-bijian ini. Aku pikir mereka tidak harus menabur benih untuk tanaman ini sebab tanaman ini tumbuh liar. Suatu jalanan menghantar orang dari Sikhor ke Siria dan Arabia, akan tetapi tak ada jalan besar menuju Galilea. Yesus datang ke Tirus melalui rute tak langsung.
Ada dua jembatan besar di luar Sikhor: yang satu tinggi dan panjang guna memungkinkan penduduk menyeberang ketika seluruh negeri tergenang air; yang satu lebih rendah, menyediakan jalan yang nyaman di bawah lengkungan-lengkungan yang dibentuk oleh jembatan di atasnya. Rumah-rumah dibangun tinggi dan dikonstruksi begitu rupa hingga, apabila kota terendam air, orang dapat mengungsi ke atap-atap di bawah kemah-kemah. Sebagian besar penduduk adalah kaum kafir. Aku melihat bendera-bendera kecil berkibar di beberapa bangunan dengan menara-menara berujung runcing, yang aku anggap sebagai kuil-kuil kafir. Aku heran melihat di sini ada begitu banyak orang Yahudi, meski dipandang rendah oleh tetangga mereka, yang menempati rumah-rumah indah. Aku pikir mereka ini adalah para pelarian.
Rumah di mana Yesus menginap terletak di luar kota dan berada di sisi dari mana Ia datang. Namun demikian, Yesus harus menyeberangi sungai guna mencapainya. Ada sebuah sinagoga dekat sana. Kelihatan seolah Yesus, dalam perjalanan-Nya ke Tirus, telah memaklumkan kembali-Nya melalui rute ini, sebab orang-orang di rumah di mana Ia akan singgah tampak menantikan-Nya. Mereka keluar menyongsong dan menyambut-Nya dengan penuh hormat. Mereka adalah orang-orang Yahudi, seorang ayah yang lanjut usia dengan keluarga besarnya. Mereka menempati sebuah rumah yang sangat indah yang, seperti sebuah istana, mempunyai banyak sayap dan bangunan-bangunan yang lebih kecil sekelilingnya. Demi hormat kepada Yesus, kepala keluarga menghantar-Nya bukan masuk ke dalam rumahnya sendiri, melainkan ke dalam salah satu tempat tinggal dekatnya, di mana ia membasuh kaki Yesus dan menunjukkan keramah-tamahan kepada-Nya.
Aku melihat suatu arak-arakan besar dari segala macam golongan buruh, laki-laki, perempuan, dan bujang-bujang, suatu campuran khalayak ramai kaum kafir, sebagian berkulit coklat, sebagian hitam (sangat mungkin mereka adalah para hamba dari tuan rumah) yang pulang dari kerja. Mereka berbaris memasuki sebuah tempat terbuka yang luas dan mengambil makanan mereka. Ada pada mereka berbagai macam sekop dan gerobak, dan memanggul di atas pundak mereka kapal-kapal kecil yang ringan semacam palung. Kapal-kapal ini diperlengkapi dengan sebuah tempat duduk dan kemudi juga peralatan pancing. Para pekerja ini dipekerjakan pada bangunan dan memperbaiki jembatan-jembatan dan sungai-sungai. Mereka menerima makanan dalam kuali-kuali tanah liat, juga sayuran dan daging unggas yang oleh sebagian dari mereka dimakan mentah-mentah. Yesus memerintahkan agar mereka dibawa kepada-Nya. Ia berbicara lemah-lembut kepada mereka dan mereka bersukacita berjumpa dengan Seorang yang demikian.
Dua orang Yahudi yang telah lanjut usia datang kepada Yesus dengan beberapa gulungan Kitab Suci. Mereka bersantap bersama-Nya, dan Ia menjelaskan kepada mereka banyak hal yang sangat ingin mereka ketahui. Mereka adalah pembimbing kaum muda.
Orang Yahudi yang kaya yang adalah kepala keluarga di mana Yesus singgah bernama Simon; ia berasal dari wilayah Samaria. Entah ia atau leluhurnya tertarik pada bait di Gunung Gerizim dan bergaul dengan orang-orang Samaria, dan karena itulah mereka diusir dari negeri mereka. Mereka menetap di sini.
Yesus mengajar sepanjang hari di rumah tuan rumah-Nya di sebuah lapangan terbuka yang dikelilingi tiang-tiang di mana sebuah naungan dibentangkan. Tuan rumah datang dan pergi. Di lapangan ini berkumpul sangat banyak orang Yahudi, laki-laki dan perempuan dari berbagai usia. Aku tidak melihat Yesus mengadakan penyembuhan; sungguh, tak ada yang sakit ataupun cacat. Orang-orang di sini kurus dan ramping, tetapi sangat tinggi. Yesus menyampaikan pengajaran mengenai Baptis dan berjanji untuk mengutus beberapa murid-Nya ke sana untuk membaptis. Dengan ditemani tuan rumah, Ia pergi ke jalanan yang dilewati para budak yang pulang dari kerja mereka. Yesus berbicara kepada mereka, meneguhkan mereka, dan menjelaskan kepada mereka sebuah perumpamaan. Ada banyak orang baik yang sangat tersentuh hatinya. Lagi, mereka menerima makanan dan upah. Ini mengingatkanku akan perumpamaan yang bercerita mengenai tuan pemilik kebun anggur yang membayar upah pekerja harian. Para budak ini tinggal dalam sederetan gubuk sekitar seperempat jam jauhnya dari rumah Simon; semacam pernyataan bahwa mereka dibebaskan dari kerja mereka oleh Simeon.
Di salah satu pada hari-hari berikutnya, sesudah Yesus berkhotbah dari pagi hari dan orang-orang Yahudi telah pergi, sekitar duapuluh orang kafir datang kepada-Nya. Selama beberapa hari mereka memohon untuk diperkenankan melakukan itu. Simeon sekitar setengah jam jauhnya dari kota, dan kaum kafir tidak berani mendekat melebihi batas suatu menara atau lengkungan tertentu. Akan tetapi Simeon sendiri membawa para pendatang baru ini kepada Yesus, yang mereka salami dengan sangat hormat dan mohon untuk memberikan pengajaran. Yesus berbicara lama kepada mereka dalam sebuah aula, sungguh lama hingga lampu-lampu dinyalakan sebelum akhirnya Ia selesai. Ia menghibur mereka, menceritakan sebuah permupamaan mengenai Tiga Raja yang kudus, dan mengatakan bahwa terang akan suatu hari bersinar atas kaum kafir.
Ketika dua murid yang diutus Yesus ke Kapernaum telah kembali kepada-Nya di Sikhor, mereka melaporkan kepada bahwa empat murid yang dipanggil-Nya sedang dalam perjalanan menemui-Nya. Yesus melakukan perjalanan selama tiga hingga empat jam melintasi sebuah bukit untuk menemui mereka, dan bersama mereka singgah di sebuah penginapan di wilayah Galilea. Di samping mereka yang Ia panggil, ada tujuh orang lain, di antaranya Yohanes. Beberapa perempuan juga datang bersama mereka; di antara mereka aku mengenali Maria Markus dari Yerusalem dan bibi dari pihak ibu dari Natanael sang mempelai. Mereka yang dipanggil adalah Petrus, Andreas, Yakobus Muda, Natanael Chased. Meski hari sudah gelap, Yesus berjalan bersama keempat dan dua murid lain kembali ke Sikhor, namun tujuh orang yang tidak dipanggil kembali ke Galilea. Sungguh suatu malam yang luar biasa menyenangkan - langit cerah dan suatu aroma harum merebak di udara. Mereka berjalan terkadang bersama-sama, terkadang sebelum atau sesudah Yesus, yang kala itu berjalan seorang diri. Sekali, mereka beristirahat di tengah suatu daerah yang sangat subur di bawah pepohonan sarat buah, dan dekat sebuah padang berumput hijau dengan sungai yang mengalir. Sementara mereka bangkit untuk memulai perjalanan kembali, bangkitlah juga dari padang rumput hijau sekawanan burung yang menyertai mereka dalam perjalanan. Burung-burung itu nyaris sebesar ayam, berparuh merah dan bersayap runcing seperti sayap malaikat di lukisan; dan sementara burung-burung itu terbang, mereka terus mencicit lucu. Kawanan burung itu mengikuti mereka bahkan masuk ke dalam kota, dan di sana bertengger di antara buluh-buluh di sungai. Mereka dapat berlari di atas air seperti unggas air. Sungguh suatu pemandangan yang menyentuh hati - malam yang indah, Yesus berhenti dari waktu ke waktu untuk berdoa atau untuk mengajar, dan burung-burung ini hinggap sekeliling kawanan kecil pengelana itu. Demikianlah mereka mendaki gunung dan menuruninya di sisi lain. Simeon datang menyongsong mereka, membasuh kaki mereka semua, menghidangkan kepada mereka sebuah cawan minum dan makanan untuk di santap di ruang depan, dan lalu menghantar mereka masuk ke dalam rumahnya. Burung-burung, atau unggas air ini, milik Simeon; mereka terbang dekat-dekat seperti merpati. Yesus mengajar di sini sepanjang hari; sore hari mereka merayakan Sabbat di rumah Simeon yang sungguh tinggi. Di samping Yesus dan para murid, hadir juga sekitar duapuluh orang Yahudi. Sinagoga ada di sebuah kubah bawah tanah dan diatur dalam tatanan sempurna. Sebuah tangga menghantar orang turun ke sana. Seorang pemimpin memanjatkan madah dan membaca di sinagoga; sesudah itu Yesus menyampaikan pengajaran. Para murid tidur di rumah yang sama dengan Yesus.
Tidur mereka hanya beberapa jam lamanya, sebab dalam bayang-bayang subuh mereka sudah dalam perjalanan lagi. Mereka berkelana melewati jalan-jalan gunung yang berlekak-lekuk menuju sebuah kota Yahudi kecil di tanah Kabul, di mana tinggal beberapa pengasingan Yahudi lainnya yang kerap memohon diijinkan kembali ke negeri mereka, akan tetapi tidak diijinkan oleh kaum Farisi. Telah lama mereka merindukan kunjungan Yesus, meski menganggap diri tak layak untuk itu, dan karena itulah tidak berani meminta-Nya datang. Akan tetapi sekarang Yesus datang atas kehendak-Nya sendiri. Jalanan pegunungan yang berliku menjadikan perjalanan itu memakan waktu lima hingga enam jam.
Ketika mereka dekat kota kecil Yahudi itu, dua orang dari antara murid mendahului untuk memberitahukan kedatangan Yesus kepada pemimpin sinagoga. Meski hari itu hari Sabbat, Yesus menempuh perjalanan ini, sebab di wilayah ini, di mana kepentingan mendesak, Ia tidak secara ketat mentaati hukum. Ia pergi menemui pemimpin sinagoga yang menerimanya dengan kerendahan hati. Mereka membasuh kaki-Nya, juga kaki para murid, dan menawarkan santap siang. Kemudian Yesus dihantar berkeliling mengunjungi mereka semua yang sakit; sekitar duapuluh orang di antaranya Ia sembuhkan. Sebagian dari mereka adalah orang-orang cacat dan lumpuh, kaum perempuan yang menderita pendarahan, yang lainnya buta, terjangkit gembur-gembur dan lepra, dan juga banyak anak-anak.
Sementara Ia berjalan menyusuri jalanan, beberapa orang yang kerasukan berteriak-teriak kepada-Nya dan Ia membebaskan mereka dari roh jahat. Tertib dan hening menguasai seluruh kota. Para murid membantu Guru mereka. Beberapa membantu membangkitkan mereka yang telah disembuhkan, sebagian mengajar khalayak ramai yang mengikuti Yesus dan berkumpul sekeliling pintu-pintu rumah-rumah yang dimasuki Yesus. Sebelum menyembuhkan sebagian dari mereka yang sakit, Yesus mendorong mereka untuk beriman dan mengubah hidup mereka; sementara mereka yang lain yang sudah percaya langsung Ia sembuhkan. Yesus mengarahkan pandangan-Nya ke surga, Ia berdoa atas mereka; sebagian Ia jamah, kepada yang lain Ia mengulurkan tangan. Aku melihat juga Ia memberkati air dan memercikkannya pada orang banyak, dan memerintahkan para murid untuk melakukan yang sama di rumah itu. Di salah satu rumah, Ia dan para murid menerima sedikit anggur dan roti. Banyak dari mereka yang disembuhkan bangkit berdiri dan merebahkan diri di depan kaki-Nya, dan lalu mengikuti-Nya dengan penuh sukacita, seperti kita di sini mengikuti Sakramen Mahakudus, meski selalu dengan penuh hormat dan dengan menjaga jarak. Akan tetapi kepada yang lain lagi, Yesus memberikan perintah untuk tetap tinggal dalam rumah mereka.
Ia menyuruh sebagian dari mereka yang disembuhkan untuk mandi dalam air yang telah Ia berkati; mereka ini adalah anak-anak dan penderita lepra. Yesus pergi ke sebuah sumur dekat sinagoga dan memberkatinya, seraya melemparkan garam yang sebelumnya telah Ia berkati. Sumur ini sangat dalam; sebuah anak tangga menghantar orang menuruninya. Dalam keempatan ini Ia mengajar mengenai Elisa, yang dengan garam telah memulihkan air dekat Yerikho; lalu Ia menerangkan makna garam. Lebih jauh Ia memerintahkan agar orang, apabila sakit, mempergunakan air sumur itu untuk mandi. Yesus selalu memberkati dalam bentuk sebuah salib. Sementara Ia sibuk demikian, para murid menahan mantol-Nya, yang terkadang jatuh terjurai, dan menyerahkan kepada-Nya garam yang Ia lemparkan ke dalam air. Ia melakukan segala upacara ini dengan sangat khusuk dan khidmad.
Sepanjang penampakan ini, secara batin aku melihat bahwa suatu kuasa serupa untuk menyembuhkan diberikan kepada para imam. Sebagian dari mereka yang sakit dibawa kepada Yesus dalam tandu-tandu, dan Ia menyembuhkan mereka. Ia menyampaikan suatu pengajaran dI sinagoga; Ia tidak menyantap makanan, sebab sepanjang hari dilewatkan-Nya dengan mengajar dan menyembuhkan. Sore hari sesudah Sabbat, Ia meninggalkan tempat itu bersama para murid. Saat menyampaikan perpisahan kepada penduduk, yang bersedih hati melihat-Nya pergi, Ia meminta mereka untuk tidak mengikuti-Nya, dan mereka dengan rendah hati mentaati-Nya. Ia telah memberkati dan memurnikan air bagi mereka, sebab airnya tidak bagus dan penuh ular serta binatang-binatang dengan kepala besar dan ekor panjang. Sekitar dua jam dari tempat ini Yesus dan para murid singgah di sebuah penginapan besar di tengah pegunungan di mana mereka makan dan tidur. Dalam perjalanan mereka ke kota Yahudi, mereka telah melewati penginapan ini dari suatu jarak tertentu.
Keesokan harinya, khalayak ramai mengumpulkan orang-orang sakit mereka di penginapan pegunungan, sebab mereka tahu bahwa Yesus datang. Mereka adalah orang-orang yang tinggal dalam gubuk-gubuk dan gua-gua di sisi seberang gunung. Di sisi barat menuju Tirus, tinggal kaum kafir, yang juga datang; dan di sisi timur, kaum Yahudi miskin. Yesus menyampaikan suatu pengajaran di mana Ia berbicara mengenai pembasuhan, pemurnian, dan penitensi, serta menyembuhkan sekitar tigapuluh orang.
Kaum kafir tetap tinggal di suatu jarak tertentu, dan Yesus tidak mengajar mereka hingga yang lain telah membubarkan diri. Ia menyampaikan kepada mereka sebuah pengajaran yang menghibur hati, yang berlangsung hingga sesudah tengah hari. Orang-orang malang ini memiliki kebun-kebun kecil dan pertanian sekeliling gua-gua mereka. Makanan utama mereka adalah susu domba, yang mereka jadikan keju dan makan seperti roti. Buah-buahan dari kebun mereka, juga buah-buahan liar yang mereka kumpulkan, mereka bawa keliling negeri untuk dijual. Banyak dari antara mereka juga mensuplai para penduduk di kota kecil di mana Yesus pada hari sebelumnya memberkati air, dengan air yang baik yang mereka bawa ke sana dalam botol-botol kulit. Beberapa tempat lain juga mereka suplai seperti itu. Ada banyak penderita lepra di antara orang-orang ini, bagi siapa Yesus memberkati air di mana mereka dapat mandi.
Menjelang sore Yesus kembali ke Sikhor Libnath, di mana Ia mengajar lagi dan memaklumkan bahwa keesokan harinya Ia akan membaptis. Di lapangan rumah besar milik Simon, ada sebuah kolam bulat yang dangkal dari mana airnya meluap masuk ke dalam sebuah parit sekelilingnya. Di sini airnya juga tidak bagus; rasanya tidak enak. Yesus memberkatinya, seraya melemparkan ke dalamnya garam dalam bungkah-bungkah seperti batu. Di wilayah ini ada sebuah bukit yang sepenuhnya terbentuk dari garam.
Dalam kolam itu, yang sebelumnya telah dikeringkan dan dibersihkan, pembaptisan atas sekitar tigapuluh orang dilangsungkan. Tuan rumah bersama segenap kaum laki-laki dari seisi rumahnya, sebagian orang Yahudi lain dari tempat itu, banyak kaum kafir yang baru-baru ini bersama Yesus, dan sebagian budak dari gubuk-gubuk, dibaptis. Kepada budak-budak ini Yesus menyampaikan pengajaran dalam beberapa kesempatan sepulang mereka dari kerja. Kaum kafir adalah yang terakhir dibaptis. Mereka harus mempersiapkan diri untuk upacara dengan pemurnian-pemurnian tertentu. Yesus menuangkan ke dalam kolam baptis sedikit air Yordan dari kantong yang selalu dibawa para murid bersama mereka, dan Ia lalu memberkatinya. Parit sekeliling kolam diisi air cukup tinggi hingga para calon baptis dapat berdiri dengan lutut terendam air.
Sebelum memberikan pembaptisan, Yesus mempersiapkan para calon baptis dengan sebuah pengajaran panjang. Para calon ini mengenakan mantol abu-abu yang panjang dengan tudung di atas kepala; sesuatu serupa mantol yang dikenakan untuk doa. Ketika hendak melangkah masuk ke dalam parit sekeliling kolam, mereka menanggalkan mantol. Pinggang mereka terbalut, juga bagian punggung dan dada, sementara dari bahu terjuntai sebuah mantol kecil yang terbuka serupa sebuah skapulir. Seorang murid menumpangkan satu tangan ke atas bahu calon baptis sementara tangan yang lain di atas kepala calon. Murid yang membaptis, dalam nama Yang Mahakuasa, beberapa kali menuangkan ke atas kepalanya air dari sebuah kerang datar yang dicedokkan ke dalam kolam. Pertama Andreas membaptis, kemudian Petrus, yang sesudahnya digantikan oleh Saturnin. Kaum kafir dibaptis terakhir. Upacaranya, termasuk persiapan-persiapannya, berlangsung hingga menjelang sore.
Ketika orang banyak telah undur diri, Yesus dan para murid meninggalkan tempat secara terpisah. Mereka bertemu kembali di jalanan dan pergi ke arah timur menuju Adama di Danau Merom, melewatkan malam di rerumputan tinggi nan indah di bawah pepohonan.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|