Bab 4
Yesus di Adama.
Pertobatan Ajaib Seorang Yahudi yang Keras Kepala


Meski Adama tampak tak terlalu jauh, namun Yesus dan para murid harus berkelana beberapa jam lamanya hingga tiba di sebuah sungai sebelum mencapai sebuah tempat penyeberangan. Tidak ada tukang perahu, melainkan hanya sebuah rakit dari balok-balok kayu, yang tergeletak di pantai sebagai transportasi para pengelana. Menjelang tengah hari pasukan kecil itu tiba di Adama, yang dikelilingi di segala sisinya oleh air. Di sisi timur kota terhampar Danau Merom. Kota dikelilingi oleh sebuah aliran air, yang di lima titik berbeda dilintasi oleh jembatan-jembatan. Di taman-taman pemandian, aliran air bersatu kembali dengan danau. Pantai curam dari danau yang dangkal itu diselimuti buluh-buluh dan semak-belukar yang rimbun; airnya berlumpur terkecuali di bagian tengah di mana air Yordan mengalir. Daerah sekelilingnya dihuni oleh binatang-binatang liar.

Sementara Yesus bersama para murid menghampiri taman pemandian dekat kota, beberapa laki-laki terpandang dari tempat itu datang menjumpai-Nya. Mereka telah menantikan kedatangan-Nya di taman. Mereka menghantar-Nya memasuki kota ke sebuah lapangan terbuka yang luas, di mana di tengahnya berdiri istana gubernur. Istana memiliki halaman depan yang luas, yang di kedua sisinya dan di bagian belakangnya berjajar barisan-barisan bangunan rendah. Halaman ini dipisahkan dari jalanan oleh jeruji logam berkilau yang dibentuk menjadi piring-piring warna-warni. Di sinilah mereka membasuh kaki Yesus dan para murid, menyikat dan mengebaskan mantol mereka, dan menyajikan santap siang berupa buah-buahan kecil dan sayur-sayuran. Merupakan suatu kebiasaan kuno masyarakat Adama untuk menghantar mereka semua yang mengunjungi kota mereka ke istana ini, di mana mereka menginterogasi para tamu. Jika mereka puas dengan para tamu, mereka memperlakukannya dengan ramah dengan harapan mendatangkan berkat atas diri mereka; tetapi jika mereka tidak mendapatkan kesan baik dari para tamu, mereka tak ragu mencampakkan para tamu mereka ke dalam penjara. Adama, dengan sekitar duapuluh daerah kecil, termasuk dalam sebuah propinsi di bawah kekuasaan Herodes. Penduduk kota adalah orang-orang Yahudi Samaria yang, sebagai konsekuensi dari skisma mereka, memegang berbagai macam gagasan yang bersifat memberontak. Meski demikian, tidak ada pemujaan berhala di kalangan mereka, dan kaum kafir yang tinggal di sini harus melaksanakan pemujaan berhala mereka secara sembunyi-sembunyi.

Sesudahnya, Yesus dihantar oleh mereka yang menyambut-Nya ke luar kota, ke sinagoga, yang berupa sebuah bangunan tiga lantai. Di sana Ia mendapati suatu himpunan besar orang-orang Yahudi yang berkumpul; para perempuan di bagian belakang. Pertama-tama mereka berdoa dan memadahkan kidung kepada Allah, agar demi kehormatan-Nya mereka dapat memahami segala yang hendak disampaikan Yesus kepada mereka. Kemudian Yesus memulai pengajaran. Ia berbicara tentang Janji-janji Allah, tentang kepercayaan mereka dan pengamalannya, dan tentang rahmat yang, kata-Nya, tidak pernah dibiarkan sia-sia. Jika ia kepada siapa, karena jasa-jasa para leluhurnya, rahmat diberikan, tetapi ia tak hendak menerimanya, maka rahmat diberikan kepada orang berikutnya yang paling layak. Ia mengatakan juga kepada mereka tentang suatu perbuatan baik yang dilakukan oleh para leluhur mereka di kota ini di masa yang telah lama berselang hingga nyaris tak diketahui oleh mereka, akan tetapi yang dampak baiknya masih mereka nikmati. Para leluhur mereka dulu memberikan penampungan kepada beberapa orang asing dan orang buangan.

Yesus dan para murid bermalam di sebuah penginapan besar dekat pintu gerbang yang mereka lalui ketika memasuki kota.

Di dekat taman pemandian, meski agak lebih ke selatan, terdapat sebuah tempat untuk mengajar. Tempat itu berupa sebuah bukit hijau di tengah sebuah lapangan terbuka yang luas di mana pepohonan ditanam dalam barisan-barisan yang kerimbunannya memberikan perlindungan terhadap matahari. Di atas bukit dan dinaungi oleh sebuah pohon, terdapat sebuah kursi guru yang dipahat indah dari batu. Sungguh suatu tempat yang sangat menyenangkan yang dikenal sebagai "Tempat Rahmat", sebab masyarakat percaya bahwa di sini suatu rahmat besar suatu kali dilimpahkan atas mereka. Di sebelah utara kota terdapat sebuah tempat lain di mana terdapat suatu pepatah umum yang mengungkapkan bencana besar yang pernah menimpa mereka.         

Para murid masuk ke dalam rumah-rumah di segenap penjuru kota, mengundang orang datang ke "Tempat Rahmat", di mana Yesus akan menyampaikan suatu pengajaran besar. Sore sebelumnya, sebuah perjamuan makan diadakan di aula publik di istana gubernur. Sekitar limapuluh warga kota hadir dan lima meja disiapkan. Yesus berada di meja yang paling terhormat; para murid tersebar di antara para tamu di meja-meja lain. Aku pikir Yesus dan para murid juga menyumbangkan sesuatu dalam sajian. Tanam-tanaman serupa pepohonan kecil dalam pot-pot menghiasi meja. Yesus mengajar sepanjang perjamuan, pergi dari satu meja ke meja lain dan berbicara kepada semua tamu yang hadir. Ketika meja-meja telah dibersihkan semuanya, tinggal dedaunan hiasannya, dan doa dipanjatkan, semua yang hadir berkumpul membentuk setengah lingkaran di hadapan Yesus, yang menyampaikan suatu pengajaran dan mengundang mereka untuk datang keesokan paginya ke "Tempat Rahmat", di mana Ia akan menyampaikan pengajaran yang terlebih panjang lebar kepada mereka.

Keesokan hari menjelang pukul sembilan pagi, Yesus bersama para murid berangkat ke tempat pengajaran, di mana lebih dari seratus orang terpandang berkumpul di bawah naungan pepohonan. Di lingkaran luar terdapat kaum perempuan juga. Dalam perjalanan ke sana, Yesus dan para murid tiba di istana gubernur yang, dalam jubah nan indah dan diiringi para pejabat, hendak berangkat ke tempat yang sama. Tetapi Yesus memintanya untuk tidak pergi dengan penampilan demikian, melainkan seperti orang-orang lain dalam mantol panjang dan pakaian penitensi. Mantol terbuat dari wol celup. Mereka juga mengenakan sebuah skapulir dengan satu lembar di belakang namun terbuka di dada; keduanya dipasangkan di atas bahu dengan sebuah tali. Keduanya, depan dan belakang, berwarna hitam dengan nama dari ketujuh dosa pokok tertera di sana dalam berbagai warna. Kaum perempuan mengenakan kerudung. Ketika Yesus menapakkan kaki ke kursi guru, orang-orang membungkuk hormat. Gubernur dan orang-orang paling terpandang dari kota berdiri dekat kursi.

Para murid berdiri di lingkaran-lingkaran sebelah luar, masing-masing dengan sekelompok laki-laki dan perempuan sekelilingnya yang menerima pengajaran. Pertama-tama Yesus mengarahkan mata-Nya ke surga dan berdoa lantang kepada BapaNya, dari Siapa segala rahmat mengalir, agar pengajaran-Nya jatuh ke atas hati mereka yang tobat dan tulus. Ia membimbing orang banyak untuk mengulangi kata-kata sesudah-Nya, yang mereka lakukan. Pengajaran-Nya berlangsung tanpa sela dari pukul sembilan pagi hingga sekitar pukul empat sore. Hanya sekali saja terjadi jeda, ketika mereka membawakan-Nya sedikit santapan, segelas anggur dan seketul roti. Para pendengar datang dan pergi, seturut tuntutan kepentingan mereka di kota. Yesus mengajar tentang penitensi dan baptis, yang di sini Ia bicarakan terutama sebagai pemurnian dan pembersihan rohani. Tak seorang perempuan pun dibaptis sebelum Pentakosta, meski di antara anak-anak yang dibaptis terdapat gadis-gadis kecil berusia lima hingga delapan tahun; namun tak ada gadis yang lebih besar. Suatu makna misterius sehubungan dengan ini, aku tak lagi ingat. Yesus berbicara juga mengenai Musa, mengenai loh hukum yang pecah, mengenai anak lembu emas, dan mengenai guruh dan kilat di Sinai.

Ketika Ia telah mengakhiri pembicaraan dan pengajaran nyaris usai, banyak orang termasuk Gubernur telah kembali ke kota, seorang Yahudi tua, tinggi rupawan dengan janggut panjang menapak gagah ke kursi guru dan mengatakan kepada Yesus: "Ijinkan aku sekarang berbicara kepada-Mu. Engkau menyebutkan duapuluh tiga kebenaran padahal, sebenarnya, ada duapuluh empat," dan ia lalu menyebutkannya satu per satu dan berdebat dengan Yesus mengenainya. Akan tetapi Yesus menjawab: "Aku menghendaki pertobatanmu, namun Aku telah menyusahkanmu di sini. Aku dapat saja mengusirmu pergi di hadapan khalayak ramai, sebab engkau datang ke sini tanpa diundang. Engkau katakan bahwa ada duapuluh empat kebenaran, dan bahwa Aku menggajarkan hanya duapuluh tiga. Tetapi engkau telah menambahkan tiga ke dalam jumlah-Ku, sebab Aku mengajarkan hanya duapuluh." Dan lalu Yesus menyebutkan keduapuluh kebenaran itu seturut huruf-huruf abjad Ibrani, meski dengan cara penghitungan yang sama lawan-Nya telah membuktikan bahwa ada duapuluh empat. Ia lalu berkomentar mengenai dosa dan hukuman atas mereka yang menambahkan sesuatu pada kebenaran. Tetapi si Yahudi tua sama sekali tak hendak mengakui kesalahannya, dan ia didukung oleh beberapa hadirin yang senang mendengar Yesus ditentang. Yesus mengatakan kepadanya: "Engkau memiliki sebuah kebun yang indah. Bawalah kepada-Ku sebagian dari buah-buahannya yang terbaik dan terlezat. Buah-buahan itu akan membusuk sebagai pertanda bahwa engkau salah! Engkau memiliki tubuh yang tegap dan gagah. Engkau akan menjadi bongkok jika engkau salah, agar engkau tahu bagaimana karunia-karunia terluhur akan rusak dan cacat segera sesudah tambahan-tambahan diberikan pada kebenaran! Tetapi jika engkau dapat menunjukkan mukjizat yang sama, kami akan mengakui bahwa ada duapuluh empat kebenaran."

Kemudian si Yahudi tua bergegas bersama teman-temannya menuju kebun. Dalam kebun terdapat segala buah-buahan, tanam-tanaman dan bunga-bungaan yang langka dan mahal. Segala macam binatang dan burung-burung pilihan ada di sana dalam kurungan-kurungan, dan di tengah terdapat sebuah kolam besar di mana dipelihara ikan-ikan langka demi memuaskan mata mereka yang melihat. Si tua, dengan bantuan teman-temannya, segera mengumpulkan buah-buahan terbaik, apel-apel kuning, dan berkas-berkas anggur ranum, yang mereka masukkan ke dalam dua keranjang kecil; buah-buahan kecil mereka tempatkan ke dalam sebuah piring kaca berukir yang tampak seolah terbuat dari galur-galur kaca berwarna yang saling silang-menyilang. Di samping itu, ia membawa bersamanya dalam keranjang-keranjang yang berkisi-kisi berbagai macam burung dan hewan-hewan langka seukuran kelinci atau anak kucing kecil.

Sepanjang waktu itu Yesus melanjutkan berbicara mengenai buruknya kedegilan dan mengenai dampak buruk dari sesukanya memasukkan tambahan-tambahan pada kebenaran.

Ketika sekarang si Yahudi tua dan teman-temannya menempatkan sekeliling kursi Yesus bunga-bungaan dan binatang-binatang langka dalam keranjang-keranjang dan kurungan-kurungan, kekaguman besar muncul di antara khalayak ramai. Tetapi ketika ia dengan bangga dan degil gigih mengukuhkan pendapatnya, kata-kata Yesus terpenuhi atas segala yang ia bawa. Buah-buahan mulai bergerak-gerak dan dari segala sisinya muncullah belatung-belatung dan ulat-ulat yang mengerikan yang segera melahapnya habis, hingga dari sebuah apel yang menarik, tak lagi ada yang dapat dilihat selain dari sepotong kecil kulit pada kepala belatung yang menggeliat-geliat. Burung-burung indah dan binatang-binatang langka lainnya mulai jatuh pingsan dan mengeluarkan materia dari mana terbentuk ulat-ulat yang berbalik dan menggerogoti tubuh binatang-binatang itu, yang sekarang merah tanpa kulit. Pemandangan itu begitu menjijikkan hingga khalayak ramai, yang tadinya merapat maju karena rasa ingin tahu, mulai berpaling pergi dengan ekspresi ngeri. Dan masih ada lagi, si Yahudi tua menjadi pucat dan sama sekali kuning, tubuhnya mengkerut pada satu sisi.

Atas mukjizat ini orang banyak mulai ribut dan gaduh. Si Yahudi tua meratapi diri, mengakui kesalahannya dan memohon belas-kasihan Yesus. Timbul suatu kegemaran besar hingga Gubernur kota, yang telah pulang ke rumah, harus dipanggil untuk mengatasi kekacauan. Sementara si Yahudi tua, dengan lantang ia memaklumkan kesalahannya dan mengakui bahwa ia sungguh telah memanipulasi kebenaran.

Mengingat dukacitanya yang mendalam dan permohonannya yang mendesak kepada semua yang hadir untuk mendoakannya agar ia disembuhkan, Yesus memberkati buah-buahan dan binatang-binatang yang telah dibawa kepada-Nya. Semuanya segera pulih ke keadaan semula, termasuk si tua itu sendiri, yang menjatuhkan diri dengan berurai airmata di depan kaki Yesus sambil mengucap syukur.

Si Yahudi tua sungguh bertobat hingga ia menjadi salah seorang pengikut Yesus yang paling setia dan sarana bagi banyak pertobatan lainnya. Dalam semangat penitensi, ia membagikan sebagian besar dari buah-buahan lezat dari kebunnya kepada kaum miskin. Mukjizat ini menanamkan kesan mendalam pada semua orang yang sekarang kembali dari kota, ke mana mereka pergi untuk mengambil sesuatu untuk dimakan. Dan sungguh, mukjizat yang demikian diperlukan di sini; sebab orang-orang ini, seperti biasa terjadi pada bangsa-bangsa yang berasal dari percampuran, berdegil dalam memegang pendapat yang telah dibuktikan sebagai salah kepada mereka. Mereka ini berasal dari kaum Samaria yang telah bercampur-baur dalam perkawinan dengan orang-orang kafir, dan yang telah, sebagai konsekuensinya, diusir dari Samaria. Pada hari ini mereka berpuasa tidak atas dirobohkannya Bait Yerusalem, melainkan atas pengusiran diri mereka dari Samaria. Mereka sungguh mengakui dan meratapi jatuhnya mereka dalam kesalahan, tetapi sekaligus mereka tak ambil peduli untuk berupaya meninggalkan kesalahan mereka.  

Mereka telah memberikan sambutan yang luar biasa ramah kepada Yesus, sebab banyak tanda yang tercakup dalam tradisi kuno yang mereka terima dari kaum kafir telah digenapi, dan seturut itu pula, mereka sekarang mengharapkan rahmat besar dari Allah turun atas mereka.                             

Janji ini dibuat di tempat yang sesudahnya dinamai "Tempat Rahmat." Aku hanya tahu bahwa kaum kafir ini suatu kali dalam kesusahan besar berdoa di tempat itu dengan tangan-tangan terangkat ke surga, dan dinubuatkan kepada mereka bahwa bilamana aliran-aliran air-yang-baru mengalir ke dalam danau dan aliran lain ke dalam mataair pemandian, bilamana kota telah meluas sejauh mataair, maka rahmat itu akan mereka terima. Dan sekarang segala tanda-tanda ini telah digenapi. Di sana mengalir pada saat ini, aku pikir, lima aliran-air-baru yang sepenuhnya mengalir masuk ke dalam danau, atau sebagian ke dalam danau dan sebagian ke dalam sungai Yordan di dekatnya. Suatu tanda lain digenapi dengan terjadinya perubahan pada anak sungai Yordan, dan suatu aliran air baru yang baik airnya mulai mengalir ke dalam sumur di "Tempat Rahmat".  

Di tempat inilah Yesus akan membaptis dan, sangat mungkin, mengenai inilah segala nubuat mengenai air ditujukan. Air di sini juga jelek kualitasnya. Kota juga telah meluas sepenuhnya di bagian ini. Bagian utara terhampar rendah dan hitam, bau busuk merebak dari rawa-rawanya; hanya beberapa orang kafir miskin terbuang yang tinggal di sana dalam gubuk-gubuk kecil. Tetapi ke arah tenggara kota ada banyak rumah, kebun, dan bangunan baru sepanjang perjalanan ke "Tempat Rahmat". Tempat itu rendah sementara daerah sekitarnya datar. Karena suatu perubahan pada pinggiran sungai dan elevasi tiba-tiba sebuah gunung, sebuah anak sungai Yordan membelokkan alirannya ke arah barat sejauh taman, di mana ia bersatu dengan sebuah aliran kecil, dan lalu mengalir kembali ke dalam dasarnya. Belokan ini meliputi suatu area yang sangat luas. Aliran-aliran sungai Yordan mengalir ke sini dan merupakan satu dari tanda-tanda tersebut di atas.  

Sementara Yesus pada keesokan harinya mengajar lagi di sinagoga, di tengahnya berdiri sebuah peti indah berisikan gulungan-gulungan Hukum Taurat; kaum Yahudi masuk dengan bertelanjang kaki. Pembasuhan dilarang pada hari itu, karenanya sesudah pengajaran pada malam sebelumnya, mereka telah membasuh diri dan mandi. Di atas pakaian-pakaian pada hari sebelumnya, di sinagoga mereka mengenakan sebuah mantol hitam panjang dengan sebuah kerudung dan pancung. Mantol itu terbuka pada sisi-sisinya dan diikat dengan tali-tali. Pada lengan kanan tergantung dua ban kasar berwarna hitam, dan satu pada lengan kiri. Mereka berdoa dan bermadah dalam nada berkabung, membalut diri mereka sejenak dalam kain-kain karung, yang terbuka di bagian depan, dan prostratio dengan muka mencium tanah di serambi-serambi sekeliling sinagoga. Kaum perempuan melakukan penitensi serupa di rumah-rumah mereka.  

Api telah dipadamkan hari sebelumnya. Aku melihat mereka tidak menyantap makanan hingga sore hari, ketika di sebuah meja tak bertaplak di hotel Yesus makan sendirian bersama para murid. Yang lainnya bersantap di aula besar istana. Jamuan sepenuhnya berupa makanan dingin yang dibawa dari rumah Gubernur. Yesus menyampaikan pengajaran mengenai makan. Banyak orang, di antara mereka yang lumpuh dan cacat, datang bergantian ke meja di mana terdapat piring-piring berisikan abu. Si Yahudi tua yang telah bertobat memberikan banyak dari buah-buahan lezatnya yang terbaik kepada kaum miskin

Keesokan harinya juga, pada hari Sabat, Yesus mengajar lagi di sinagoga dan sesudah pengajaran Ia berjalan bersama para murid serta sekitar sepuluh orang Yahudi ke gunung sebelah utara kota. Daerah di wilayah itu liar dan ganas. Rombongan kecil beristirahat sejenak di bawah pepohonan di depan sebuah rumah dan menyantap sedikit makanan dan minuman yang dihidangkan kepada mereka oleh penghuni rumah.

Yesus menyampaikan kepada rombongan-Nya segala macam peraturan sebagai petunjuk mereka sebab, sebagaimana kata-Nya, Ia akan segera meninggalkan mereka untuk nantinya kembali lagi. Di antaranya, Ia mendorong mereka untuk tidak melakukan begitu banyak gerakan ketika berdoa, suatu kebiasaan di sini yang dilakukan secara berlebihan; dan lebih dari itu, untuk tidak terlalu keras terhadap para pendosa dan kaum kafir, untuk lebih lunak terhadap mereka. Sesudahnya Ia menceritakan perumpamaan tentang bendahara yang tidak jujur, mengajukannya kepada mereka dalam bentuk suatu teka-teki. Mereka bertanya-tanya mengenainya, dan Ia bertanya kepada mereka mengapa tindakan sang bendahara patut dipuji. Tampak olehku bahwa Yesus melambangkan sinagoga dengan bendahara yang tidak jujur dan orang-orang yang berhutang dengan kaum kafir dan berbagai sekte lain. Sinagoga hendaknya mengurangi hutang sekte-sekte dan kaum kafir sementara ia dianugerahi kuasa dan rahmat; yakni sementara ia sendiri secara tidak pantas dan tidak adil memiliki kekayaan, agar apabila ia sendiri ditolak, ia dapat melarikan diri dengan perantaraan orang-orang berhutang yang diperlakukannya dengan baik.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Dari Penutupan Paskah Pertama          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya next   up  Halaman Utama