35. PENGUNGSIAN KE MESIR


9 Juni 1944

Rohku melihat peristiwa berikut. Kala itu malam hari. Yosef sedang tidur di tempat tidur kecilnya di kamarnya yang sangat sempit; tidur damai seorang sesudah sehari yang melelahkan dengan kerja keras yang jujur.

Aku dapat melihatnya dalam kamar yang gelap itu, sebab seberkas tipis cahaya rembulan menembus masuk lewat daun-daun penutup jendela yang dibiarkan terbuka sedikit, entah karena Yosef kepanasan dalam kamar yang sempit itu atau karena ia ingin dibangunkan oleh berkas-berkas cahaya pertama fajar dan bangun dengan segera. Ia berbaring pada satu sisinya dan tengah tersenyum pada suatu penglihatan yang ia lihat dalam mimpinya.

Akan tetapi senyumnya berubah menjadi ekspresi kecemasan. Ia sekarang menghela napas dalam seolah ia mimpi buruk dan ia bangun dengan terkejut. Ia duduk di atas pembaringannya, menggosok-gosok matanya dan melihat berkeliling. Ia melihat pada jendela kecil di mana cahaya remang-remang masuk. Waktu itu sudah larut malam namun ia menyambar jubahnya yang tergeletak di ujung bawah tempat tidur, dan dengan masih duduk di atas pembaringan ia memakainya di atas jubah putih lengan pendek yang ia kenakan. Ia menyibakkan selimut, menjejakkan kaki-kakinya di atas lantai dan mencari sandalnya. Ia mengenakan sandal dan mengikatnya. Ia berdiri dan pergi menuju pintu yang berhadapan dengan tempat tidurnya, bukan pintu di sebelah tempat tidurnya yang menuju ke ruangan besar di mana para Majus diterima.

Ia mengetuk sangat lembut, sebuah ketukan sangat lembut dengan ujung-ujung jemarinya. Pastilah ia mendengar suara yang memintanya masuk sebab ia membuka pintu dengan hati-hati dan membiarkannya sedikit terbuka tanpa menimbulkan suara. Sebelum menuju pintu ia telah menyalakan sebuah lampu minyak kecil bersumbu satu, dan menerangi jalan dengannya. Ia masuk. Kamar itu sedikit lebih besar dari kamarnya sendiri, dan ada sebuah tempat tidur rendah di dalamnya, dekat sebuah buaian, dengan sebuah lampu tidur di pojok, kelip nyalanya yang bak sebuah bintang kecil dengan terang keemasan yang lembut membuat orang dapat melihat tanpa mengganggu orang yang sedang tidur.

Tetapi Maria tidak tidur. Ia berlutut dekat buaian dalam gaun tidur-Nya dan berdoa, sembari mengamati Yesus Yang sedang tidur nyenyak. Yesus dalam usia yang sama seperti aku melihat-Nya dalam penglihatan para Majus: seorang Kanak-kanak sekitar satu tahun umurnya, menawan, kemerahan, dengan rambut berwarna terang. Ia tidur dengan kepala-Nya yang berambut keriting terbenam dalam bantal dan satu tangan tergenggam di bawah dagunya.

"Kau tidak tidur?" Yosef bertanya kepada-Nya dalam suara terkejut perlahan. "Mengapa tidak tidur? Apakah Yesus rewel?"

"Oh tidak! Ia baik-baik saja. Aku sedang berdoa. Nanti aku akan tidur. Mengapa engkau kemari, Yosef?" Maria berbicara, dengan tetap berlutut pada tempat yang sama.

Yosef berbicara dengan suara sangat pelan takut kalau-kalau ia membangunkan Kanak-kanak, tapi itu adalah suara yang gelisah. "Kita harus pergi dari sini segera. Harus segera. Siapkanlah peti barang dan karung dengan semua yang dapat Kau masukkan ke dalamnya. Aku akan menyiapkan sisanya, aku akan membawa sebanyak mungkin yang aku dapat … Kita akan mengungsi dini hari. Aku lebih suka pergi bahkan lebih cepat, tapi aku harus berbicara kepada nyonya pemilik rumah…"

"Tetapi kenapa mengungsi?"

"Akan aku katakan kepadamu nanti. Ini demi Yesus. Seorang malaikat mengatakan kepadaku: 'Bawalah Kanak-kanak bersama BundaNya dan mengungsilah ke Mesir.' Jangan buang waktu. Aku akan mempersiapkan apa yang aku dapat."

Tak perlu mengatakan kepada Maria untuk tidak membuang waktu. Begitu Ia mendengar Yosef menyebut malaikat, Yesus dan mengungsi, Ia mengerti bahwa AnakNya ada dalam bahaya dan Ia melompat berdiri, wajah-Nya lebih putih dari lilin, dengan satu tangan pada dada-Nya, sepenuhnya berduka. Dan Ia mulai bertindak, cepat dan cekatan, memasukkan baju-baju ke dalam peti dan ke dalam sebuah kantong besar yang Ia tempatkan di atas tempat tidurnya yang masih belum tersentuh. Meski Ia sedih, ia tidak kehilangan akal sehat-Nya: Ia bertindak cepat namun teratur. Sesekali, apabila lewat dekat buaian, Ia memandang pada Kanak-kanak Yang tengah tidur tenang.

"Apakah Kau butuh bantuan?" Yosef bertanya sesekali, melongok ke dalam kamar melalui pintu yang terbuka sedikit.

"Tidak, terima kasih," jawab Maria setiap kali.

Hanya ketika kantong-Nya penuh, dan jelas sangat berat, Ia memanggil Yosef untuk membantu menutupnya dan mengangkatnya dari tempat tidur. Tapi Yosef tidak mau membantu, ia lebih suka mengerjakannya sendiri, dan ia membawa kantong panjang itu ke dalam kamarnya yang kecil.

"Apakah baiknya Aku juga membawa selimut-selimut wool?" tanya Maria.

"Bawalah sebanyak yang Kau dapat. Kita akan kehilangan sisanya. Lakukanlah sebanyak yang Kau dapat. Barang-barang akan sangat berguna sebab… sebab kita akan harus tinggal terasing untuk jangka waktu yang lama, Maria!..." Yosef sangat sedih ketika mengatakannya. Dan orang dapat dengan mudah membayangkan bagaimana perasaan Maria. Ia melipat selimut-Nya dan selimut Yosef, seraya menghela napas dalam. Yosef mengikat selimut-selimut dengan seutas tali dan sementara melakukannya, ia mengatakan: "Kita tinggalkan saja selimut-selimut tebal dan tikar-tikar. Bahkan jika aku membawa tiga keledai aku tak akan dapat memuatnya. Kita akan melalui suatu perjalanan yang panjang dan tidak menyenangkan, sebagian di pegunungan dan di padang gurun. Selimutilah Yesus dengan baik. Malam-malam akan sangat dingin baik di atas di pegunungan maupun di padang gurun. Aku membawa hadiah-hadiah dari para Majus sebab itu akan sangat berguna di sana. Aku akan membelanjakan semua uang yang aku miliki untuk membeli dua ekor keledai. Kita tak dapat mengembalikannya, jadi aku harus membelinya. Aku akan pergi sekarang, tanpa menunggu fajar. Aku tahu di mana mendapatkan keledai. Kau selesaikan mempersiapkan segala sesuatunya." Dan ia pun pergi keluar.

Maria mengumpulkan sedikit barang lagi, lalu, sesudah melihat ke arah Yesus, Ia pergi keluar dan kembali dengan beberapa helai baju kecil yang kelihatannya masih lembab: mungkin dicuci sehari sebelumnya. Ia melipatnya, membungkusnya dalam sebuah kain, dan menambahkannya pada barang-barang lain. Tak ada lagi. Ia memandang berkeliling dan di sebuah pojok Ia melihat salah satu mainan Yesus: mainan domba kecil yang dipahat dari kayu. Maria mengambilnya seraya terisak, dan menciumnya. Pada kayunya ada bekas-bekas gigi kecil Yesus dan kedua telinga domba kecil sama sekali penuh bekas gigitan. Maria membelai suatu barang yang tak berharga, sepotong kayu ringan biasa, yang, meski begitu, sangat berharga bagi-Nya, sebab mengatakan kepada-Nya akan kasih Yosef kepada Yesus dan berbicara kepada-Nya mengenai Kanak-kanak-Nya. Ia menambahkannya pada barang-barang lain yang ditempatkan di atas peti yang sudah ditutup.

Sekarang sungguh tidak ada apa-apa lagi. Terkecuali Yesus dalam buaian kecil-Nya. Maria berpendapat bahwa Ia juga harus mempersiapkan Kanak-kanak. Ia menuju buaian dan menggoyangkannya perlahan untuk membangunkan Bayi. Tapi Ia merengek sedikit, berbalik dan meneruskan tidur-Nya. Maria menepuk kepala-Nya yang berambut keriting dengan lembut. Yesus membuka mulut kecil-Nya menguap. Maria membungkuk dan mencium pipi-Nya. Yesus sepenuhnya bangun. Ia membuka kedua mata-Nya, melihat BundaNya dan tersenyum dan merentangkan tangan-tangan mungil-Nya ke arah dada-Nya. "Ya, kekasih hati MamaMu. Ya. Susu-Mu. Sebelum waktu biasanya… Tapi Kau selalu siap menghisap susu MamaMu, Anak Domba kecil-Ku yang kudus!"

Yesus tertawa dan bermain, menendang-nendangkan kaki mungil-Nya keluar dari selimut, menggerak-gerakkan tangan-Nya dengan dembira dalam gerak khas kanak-kanak, sungguh menawan menyaksikannya. Ia menendangkan kaki-kaki-Nya ke arah perut MamaNya, Ia melengkungkan badan-Nya dan menyandarkan kepala-Nya yang berambut terang pada dada-Nya, dan lalu menarik DiriNya kembali dan tertawa, dengan memegang dalam tangan-tangan-Nya renda yang mengikat gaun Maria pada leher-Nya, dan berupaya membukanya. Ia tampak sangat menawan dalam baju linen kecil-Nya, montok dan kemerahan bagai sekuntum bunga.

Maria membungkuk dan dalam posisi itu, memeriksa buaian, seolah untuk melindungi, Ia tersenyum dan menangis pada saat yang bersamaan, sementara Kanak-kanak berceloteh, mengucapkan kata-kata yang bukan kata-kata semua kanak-kanak kecil; di antaranya kata "Mama" yang diulang dengan sangat jelas. Ia memandang pada-Nya, heran melihat-Nya menangis. Ia mengulurkan satu tangan mungil ke aliran airmata yang berkilau dan tangan itu menjadi basah sementara menelusuri wajah-Nya. Dan, dengan sangat anggun, Ia menyandarkan diri sekali lagi pada dada BundaNya, Ia bertaut padanya dan menepuk-nepuknya dengan tangan-Nya. Maria mencium rambut-Nya, mengangkat-Nya dalam gendongan-Nya, duduk dan mengenakan baju pada-Nya. Baju wool kecil-Nya sekarang telah dikenakan pada-Nya dan sandal-Nya telah diikatkan pada kaki-Nya. Ia menyusui-Nya dan Yesus dengan lahap menghisap susu BundaNya, dan ketika Ia merasa bahwa hanya sedikit yang keluar dari payudara kanan-Nya, Ia mencari yang kiri, dengan tertawa sementara melakukannya dan mendongak kepada BundaNya. Lalu Ia tertidur kembali pada dada-Nya, pipi mungil-Nya yang montok kemerahan beristirahat pada dada-Nya yang putih.

Maria bangkit dengan sangat perlahan dan membaringkan-Nya di atas selimut tebal di atas tempat tidur-Nya. Ia menyelimuti-Nya dengan mantol-Nya, Ia kembali ke buaian dan melipat selimut-selimut kecilnya. Ia bertanya-tanya dalam hati apakah Ia sebaiknya membawa juga kasur kecilnya. Kasur itu begitu kecil. Kasur itu dapat dibawa. Ia meletakkannya, bersama dengan bantal, dekat barang-barang lain yang sudah berada di atas peti. Dan Ia menangisi buaian yang kosong; kasihan Maria, menderita karena Kanak-kanak KecilNya.

Yosef kembali. "Apakah Kau sudah siap? Apakah Yesus sudah siap? Sudahkah Kau membawa selimut-selimut-Nya dan kasur kecil-Nya? Kita tak dapat membawa buaian-Nya, tapi setidaknya Ia harus punya kasur kecil-Nya: Bayi malang, Yang kematian-Nya mereka inginkan!"

"Yosef," jerit Maria, sembari merenggut tangannya.

"Ya, Maria, kematian-Nya. Herodes ingin Ia mati... sebab ia takut kepada-Nya; binatang busuk itu, sebab kerajaan duniawinya ia takut kepada Kanak-kanak tak berdosa ini. Aku tak tahu apa yang akan dilakukannya ketika ia tahu bahwa Ia telah lolos. Tapi kita akan sangat jauh waktu itu. Aku pikir ia tidak akan balas dendam dengan mencari-Nya sejauh Galilea. Akan sangat sulit baginya mengetahui bahwa kita orang Galilea, terlebih lagi bahwa kita dari Nazaret dan siapa tepatnya kita. Terkecuali Setan membantunya untuk berterima kasih kepadanya sebab telah menjadi budaknya yang setia. Tetapi… jika itu terjadi… Allah akan juga menolong kita. Janganlah menangis, Maria. Melihat-Mu menangis hatiku terlebih sakit daripada harus pergi ke pengasingan."

"Maafkan Aku, Yosef. Aku tidak menangis untuk DiriKu sendiri, atau sedikit barang yang hilang dari-Ku. Aku menangis untukmu… Engkau telah harus mengurbankan dirimu begitu banyak! Dan sekarang sekali lagi kau tidak akan punya pelanggan, tidak punya rumah. Betapa banyak Aku berhutang padamu, Yosef!"

"Berapa banyak? Tidak, Maria. Engkau tidak berhutang apa-apa padaku. Engkau menghiburku. Selalu. Janganlah khawatir mengenai hari esok. Kita punya hadiah-hadiah dari para Majus. Itu akan berguna untuk hari-hari pertama. Kemudian aku akan mendapatkan pekerjaan. Seorang pekerja yang baik dan pintar akan selalu mendapatkan jalan. Kau telah melihat apa yang terjadi di sini. Aku tidak punya cukup waktu untuk semua pekerjaan yang aku dapat."

"Aku tahu. Akan tetapi siapakah yang akan mengobati kerinduanmu akan kampung halamanmu?"

"Dan bagaimanakah dengan-Mu? Siapakah yang akan mengobati kerinduan-Mu akan rumah-Mu yang begitu berharga bagi-Mu?"

"Yesus. Dengan memiliki-Nya, Aku memiliki apa yang Aku miliki di sana."

"Dan aku, dengan memiliki Yesus, aku memiliki kampung halamanku, yang aku rindukan hingga beberapa bulan yang lalu. Aku punya Allah-ku. Kau dapat lihat bahwa aku tak kehilangan suatu pun dari apa yang paling berharga bagiku di atas segalanya. Satu-satunya hal terpenting adalah menyelamatkan Yesus, dan lalu kita akan memiliki segalanya. Bahkan jika kita tidak akan pernah melihat langit ini lagi, atau negeri ini atau bahkan negeri terkasih Galilea, kita akan selalu memiliki segalanya, sebab kita akan selalu memiliki-Nya. Mari, Maria, fajar telah menjelang. Waktunya mengucapkan selamat tinggal kepada nyonya pemilik rumah dan memuat barang-barang kita. Semua akan baik-baik saja." Maria bangkit dengan taat. Ia mengenakan mantol-Nya sementara Yosef membereskan bungkusan terakhir dan pergi keluar dengannya.

Maria mengangkat Kanak-kanak dengan lembut, membungkus-Nya dalam sehelai syal dan mendekapkan-Nya ke dada-Nya. Ia memandangi tembok-tembok yang telah memberinya penampungan selama beberapa bulan dan Ia menyentuh dan membelainya dengan satu tangan. Rumah bahagia, yang layak dicintai dan diberkati oleh Maria!

Maria pergi keluar. Ia pergi lewat kamar Yosef yang kecil, menuju ruangan besar. Nyonya rumah, dengan berurai airmata, memberikan kecupan selamat tinggal kepada-Nya dan, dengan mengangkat pinggiran syal, ia mencium kening Kanak-kanak Yang tidur pulas. Mereka menuruni anak-anak tangga di luar.

Terang pertama fajar memungkinkan mereka melihat dengan samar. Dalam cahaya temaram, tiga keledai kecil dapat terlihat. Keledai yang terkuat dimuati barang-barang. Dua yang lain dipasangi pelana. Yosef sibuk mengikatkan peti dan bungkusan-bungkusan di atas keledai pertama. Aku bisa melihat perkakas tukang kayunya diikatkan dalam sebuah buntalan di puncaknya. Setelah sedikit lagi airmata dan salam perpisahan, Maria menaiki keledai kecil, sementara nyonya rumah menggendong Yesus dalam buaiannya, dan mencium-Nya sekali lagi. Ia lalu menyerahkan-Nya kembali kepada Maria. Juga Yosef menunggangi keledainya sesudah mengikatkan keledainya ke keledai yang dimuati barang-barang, agar ia dapat dengan bebas memegangi tali kendali keledai Maria.

Pelarian dimulai ketika Betlehem, yang masih terbuai mimpi akan peristiwa para Majus, tidur dalam damai, tak tahu akan apa yang akan segera terjadi atasnya. Dan penglihatan berakhir demikian.




Yesus bersabda:

"Dan juga rangkaian penglihatan ini berakhir demikian. Seijin para alim ulama yang cerewet kami telah memperlihatan kepadamu peristiwa-peristiwa yang mendahului, menyertai dan mengikuti kedatangan-Ku. Dan kami melakukannya, bukan demi kepentingan peristiwa-peristiwa itu sendiri, sebab peristiwa-peristiwa itu sudah dikenal baik, meski sudah diselewengkan oleh unsur-unsur superimposed [= penempatan sesuatu di atas sesuatu yang lain] selama berabad-abad, selalu sebagai konsekuensi dari mentalitas manusia, yang demi memberikan pujian yang terlebih besar kepada Allah - dan karenanya diampuni - menjadikan tidak nyata apa yang akan sangat indah dibiarkan nyata.

Cara melihat yang demikian dalam kenyataannya tidaklah mengurangi Kemanusiaan-Ku ataupun kemanusiaan Maria, pun tidak menghinakan KeallahanKu ataupun Kemuliaan Bapa ataupun Kasih Tritunggal Mahakudus. Sebaliknya, pahala-pahala BundaKu dan kerendahan hati-Ku yang sempurna bersinar terang dan demikian juga kemahabaikan Allah Yang Kekal. Akan tetapi kami menunjukkan kepadamu peristiwa-peristiwa ini demi memungkinkan memberikan kepadamu dan kepada orang-orang lain makna adikodrati yang berasal darinya dan memberikannya kepada kalian sebagai kaidah hidup.

Sepuluh Perintah Allah adalah Hukum; dan Injil-Ku adalah Doktrin yang menjadikan Hukum terlebih jelas bagi kalian dan terlebih menyenangkan untuk ditaati. Hukum dan Doktrin-Ku sudah cukup untuk menjadikan manusia orang-orang kudus. Tetapi kalian juga dihambat oleh kemanusiaan kalian - yang sungguh sangat menguasai jiwa kalian - hingga kalian tak dapat mengikuti jalan-jalan-Ku dan kalian jatuh; atau kalian berhenti karena patah semangat. Kalian terus mengatakan kepada diri kalian dan kepada mereka yang hendak menolong kalian, dengan memberikan contoh-contoh dari Injil bagi kalian: "Tapi Yesus, tapi Maria, tapi Yosef (dan begitu juga semua orang kudus) tidak seperti kita. Mereka kuat, mereka segera dihiburkan dalam dukacita mereka, juga dalam duka ringan yang mereka alami, mereka tidak merasakan penderitaan. Mereka sudah menjadi makhluk yang di luar dunia ini."

Duka ringan itu! Mereka tidak merasakan penderitaan!

Duka adalah sahabat setia kami dan memiliki segala bentuk dan namanya yang paling bervariasi. Penderitaan [= passio]… jangan menggunakan suatu kata secara salah, dengan menyebut sebagai penderitaan sifat-sifat buruk yang menyesatkan kalian. Bersikaplah tulus dan katakan "sifat-sifat buruk", dan sifat-sifat buruk yang parah sebagai tambahan. Tidaklah benar bahwa kita tidak mengenalnya. Kita punya mata untuk melihat dan telinga untuk mendengar, dan Setan membuat sifat-sifat buruk itu menari-nari di depan kita dan sekeliling kita, memperlihatkannya kepada kita dengan timbunan kecemarannya sedang beraksi, atau mencobai kita dengan bujuk-rayunya. Akan tetapi, sebab kita bertekad ingin menyenangkan Allah, kecemaran dan bujuk-rayunya, bukannya menghasilkan tujuan sebagaimana dimaksudkan Setan, melainkan memperolehkan yang sama sekali kebalikannya. Dan  semakin keras ia berupaya, semakin kita berlindung dalam terang Allah, jijik dengan kegelapan becek yang ia perlihatkan di hadapan mata tubuh kita dan mata jiwa kita.

Meski demikian kami tidak mengabaikan perasaan-perasaan cinta [= passio] dalam hati kami, dalam makna filosofis. Kami mencintai negeri kami, dan di negeri kami, kami mencintai Nazaret kecil kami lebih dari segala kota lain di Palestina. Kami mencintai rumah kami, para sanak saudara dan sahabat kami. Mengapa tidak? Kami tidak menjadi budak dari perasaan-perasaan kami sebab tiada suatu pun yang dapat menjadi tuan kita selain Allah. Tetapi perasaan-perasaan kami adalah sahabat baik kami. BundaKu melontarkan seruan sukcita ketika, setelah sekitar empat tahun, Ia pulang kembali ke Nazaret dan memasuki rumah-Nya, dan mencium tembok-tembok di mana "ya"-Nya telah membuka rahim-Nya untuk menrima Putra Allah. Yosef dengan bahagia menyambut para sanak saudara dan keponakan-keponakan kecilnya, yang telah bertambah jumlahnya dan usianya, dan ia bergembira ketika ia melihat bahwa orang-orang sekotanya ingat kepadanya dan mereka mencarinya karena kecakapannya.

Aku sendiri menjunjung tinggi persahabatan dan karena pengkhianatan Yudas, Aku menderita suatu penyaliban moral. Dan mengapa tidak? Baik BundaKu maupun Yosef tidak pernah menempatkan cinta akan rumah mereka atau kerabat mereka di atas kehendak Allah. Dan Aku tidak pernah melontarkan sepatah kata pun, meski jika itu harus dikatakan, yang dapat mendatangkan kedengkian kaum Yahudi dan kebencian Yudas atas-Ku. Aku tahu, dan Aku bisa saja membalikkannya, sejumlah uang akan cukup untuk membuatnya taat kepada-Ku. Bukan Aku, yang seorang Penebus, melainkan Aku, yang seorang kaya. Aku telah menggandakan ketul-ketul roti dan jika Aku mau, Aku dapat menggandakan uang juga. Akan tetapi Aku tidak datang untuk memperolehkan kepuasan manusiawi bagi siapa pun, setidaknya dari semua yang telah Aku panggil. Aku telah berkotbah mengenai kurban, kelepasan, hidup murni, kerendahan hati. Guru macam apakah Aku dan orang Benar macam apa, jika Aku memberikan uang kepada salah seorang dari mereka demi kepuasan mental dan jasmaninya, hanya karena itu adalah cara untuk menahannya?  

Mereka yang menjadikan dirinya "kecil" adalah besar dalam Kerajaan-Ku. Mereka yang ingin menjadi "besar" di mata dunia tidak layak untuk memerintah dalam Kerajaan-Ku. Mereka adalah jerami alas tidur roh-roh jahat. Sebab kebesaran dunia adalah tepat lawan Hukum Allah.

Dunia menyebut "besar" mereka yang, dengan cara-cara yang nyaris selalu tidak sah, tahu bagaimana mendapatkan kedudukan-kedudukan terbaik dan melakukannya, mereka mempergunakan sesama mereka sebagai batu loncatan di atas mana mereka lalu meloncat, dengan meremukkannya. Dunia menyebut "besar" mereka yang tahu bagaimana membunuh agar dapat berkuasa, dan mereka membunuh secara materiil ataupun moril, dan mereka merebut kedudukan dan bangsa-bangsa dan menggemukkan diri mereka sendiri, dengan mengorbankan baik pribadi-pribadi maupun komunitas-komunitas. Dunia kerap menyebut "besar" para penjahat. Bukan. "Kebesaran" tidak ditemukan dalam kejahatan. Melainkan dalam kebaikan, dalam kejujuran, dalam kasih, dalam keadilan. Kalian dapat melihat buah beracun mana yang ditawarkan oleh "kebesaran-kebesaran" kalian, buah yang telah mereka petik dalam kebun kejahatan setan dalam diri mereka!

Aku hanya ingin berbicara mengenai penglihatan terakhir, dan mengabaikan sisanya, sebab dalam banyak kasus, itu percuma, sebab dunia tak hendak mendengarkan kebenaran mengenainya. Penglihatan terakhir menjelaskan sebuah detil yang disebutkan dua kali dalam Injil Matius, sebuah kalimat yang diulang dua kali: "Bangunlah, bawalah Kanak-kanak dan BundaNya bersamamu, dan larilah ke Mesir"; "Bangunlah, bawalah Kanak-kanak dan BundaNya bersamamu dan kembalilah ke tanah Israel." Dan kalian lihat bahwa Maria sendirian dalam kamar-Nya bersama Kanak-kanak.

Keperawanan Maria setelah Ia melahirkan dan kemurnian Yosef telah disangkal keras oleh mereka yang karena dirinya sendiri busuk dan kotor, tidak siap mengakui bahwa seorang seperti mereka dapat semurni dan sebersih terang. Mereka adalah orang-orang tepuruk yang jiwanya begitu rusak dan pikiran mereka juga begitu melacur pada daging, hingga mereka tak dapat berpikir bahwa seorang seperti mereka dapat menghormati seorang perempuan dengan melihat dalam dirinya bukan dagingnya melainkan jiwanya, pun mereka tak dapat mengangkat diri mereka sendiri untuk hidup dalam atmosfir adikodrati, dengan menginginkan apa yang bukan daging, melainkan hanya apa yang Ilahi.

Baiklah, Aku ingin mengatakan kepada para penyangkal dari hal-hal yang paling indah itu, bahwa ulat-ulat yang tidak dapat menjadi kupu-kupu itu, binatang-binatang melata yang bermandikan lelehan liur dari kemesuman mereka sendiri itu, yang tak dapat memahami keindahan sekuntum lily, Aku ingin mengatakan kepada mereka bahwa Maria adalah dan tetap seorang perawan, dan bahwa hanya jiwa-Nya yang dinikahkan dengan Yosef, tepat sama sebagaimana roh-Nya dipersatukan hanya dengan Roh Allah yang oleh kuasa-Nya Ia mengandung Putra TunggalNya: Aku, Yesus Kristus, Putra Tunggal Yang Diperanakkan dari Bapa dan dari Maria.

Ini bukanlah suatu tradisi yang ditambahkan sesudahnya, demi hormat dan kasih kepada Santa Perawan Yang adalah BundaKu. Ini adalah kebenaran dan telah diketahui sejak masa-masa awali.  

Matius tidak dilahirkan sesudah berabad-abad kemudian. Ia adalah orang sejaman Maria. Matius bukan seorang miskin bodoh yang dibesarkan di hutan dan cenderung percaya akan cerita isapan jempol. Ia adalah seorang pegawai di kantor pajak, demikian akan kalian katakan pada masa sekarang, ia adalah orang pajak, demikian kami katakan pada masa itu. Ia bisa melihat, mendengar, mengerti dan membedakan yang benar dari  yang salah. Matius tidak mendengarkan hal-hal dari yang dilaporkan oleh pihak ketiga. Ia mendengarnya langsung dari bibir Maria dari Siapa ia mendapatkan informasi, terdorong oleh kasihnya kepada Gurunya dan kepada kebenaran.

Aku tidak percaya bahwa para penyangkal dari ketakbercelaan Maria itu akan berani berpikir bahwa Ia mungkin telah berbohong. Andai para sanak saudara-Ku berbohong, ada anak-anak lain: Yakobus, Yudas, Simon dan Yosef yang adalah murid-murid bersama dengan Matius. Karena itu Matius dapat dengan mudah membandingkan versi-versi kisah mereka, andai ada lebih dari satu kesaksian.

Akan tetapi Matius tidak mengatakan: "Bangunlah dan bawalah istrimu." Ia mengatakan: "Bawalah BundaNya." Sebelumnya ia mengatakan: "Perawan yang dipertunangkan dengan Yosef"; "Yosef pasangan-Nya." Para penyangkal Keperawanan itu juga tidak akan mengatakan kepada-Ku bahwa itu adalah cara berbicara khas Yahudi, seolah mengatakan "istri" adalah suatu aib. Tidak, para penyangkal Keperawanan. Sejak dari awal Kitab Suci kita baca: "dan seorang laki-laki akan bersatu dengan istrinya." Perempuan disebut "penolong" hingga saat penyempurnaan perkawinan secara seksual, dan sesudahnya ia disebut "istri" dalam berbagai keadaan dan dalam bab-bab berbeda. Dan inilah pernyataan sehubungan dengan istri-istri dari putra-putra Adam. Dan jadi Sara disebut "istri" Abraham: "Sara istrimu." Dan: "Bawalah istrimu dan kedua putrimu" dikatakan kepada Lot. Dan dalam Kitab Rut ditulis: "Seorang perempuan Moab, istri Mahlon." Dan dalam Kitab Pertama Raja-raja dikatakan: "Elkana mempunyai dua istri." Dan selanjutnya: "Elkana bersetubuh dengan Hana, istrinya." Dan lagi: "Eli memberkati Elkana dan istrinya." Dan lagi dalam Kitab Raja-raja dikatakan: "Batsyeba, istri Uria, orang Het itu, menjadi istri Daud dan melahirkan seorang anak laki-laki baginya." Dan apakah yang kalian baca dalam Kitab Tobit, apakah yang dimadahkan Gereja bagi kalian pada saat perkawinan kalian, demi menasihati kalian agar kudus dalam perkawinan kalian? Kalian baca: "Sekarang ketika Tobit tiba bersama istri dan putranya…"; dan lagi: "Tobit berhasil melarikan diri bersama putranya dan istrinya."

Dalam Injil, yakni pada masa yang sejaman dengan Kristus, ketika, karenanya, mereka menulis dalam gaya bahasa modern, dibandingkan dengan yang kuno, dan sebab itu tak dapat dicurigai adanya kesalahan tulisan, dikatakan dengan tepat oleh Matius dalam Bab 22: "... dan yang pertama, sesudah mengawini istrinya, mati dan meninggalkan istrinya itu bagi saudaranya."

Dan Markus pada Bab 10: "Barangsiapa menceraikan istrinya…." Dan Lukas menyebut Elisabet sebagai istri Zakharia sebanyak empat kali berturut-turut, dan dalam Bab 8 Injilnya ia mengatakan: "Yohana, istri Khuza."

Seperti kalian lihat, istilah ini bukanlah sebuah kata yang dihapus oleh mereka yang berjalan di jalan Tuhan, bukanlah suatu kata najis yang tak pantas diucapkan dan paling tidak dituliskan ketika ada disebutkan mengenai Allah dan mengenai karya-Nya yang mengagumkan. Dan juga malaikat, yang mengatakan: "Kanak-kanak dan BundaNya", membuktikan kepada kalian bahwa Maria adalah BundaNya yang sesungguhnya. Tetapi Ia bukanlah istri Yosef. Untuk selamanya Ia: "Perawan yang dipertunangkan dengan Yosef."

Dan ini adalah pengajaran terakhir dari penglihatan. Dan adalah sebuah halo [= lingkaran cahaya] yang bercahaya di atas kepala Maria dan Yosef. Perawan Yang Tak Bercela. Laki-laki yang benar dan murni. Kedua lily di antara siapa Aku tumbuh besar, menerima hanya harum kemurnian.

Aku dapat berbicara kepadamu, Yohanes kecil, mengenai dukacita Maria dijauhkan dari rumah-Nya dan negeri-Nya. Tapi itu tidak perlu dikatakan. Kau mengerti dan kau bisa mati karena dukacita. Serahkanlah kepada-Ku dukacitamu. Hanya itu yang Aku inginkan. Itu lebih besar dari apapun juga yang dapat kau berikan kepada-Ku. Hari ini Jumat, Maria. Renungkanlah dukacita-Ku dan dukacita BundaKu di Golgota untuk dapat memikul salibmu. Damai dan kasih Kami tinggal bersamamu."
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 1                     Daftar Istilah                      Halaman Utama