126. YESUS DI "AIR JERNIH": "JANGAN MEMBUNUH."
 KEMATIAN DORAS.   


10 Maret 1945

Yesus bersabda:

"Dikatakan: 'Jangan membunuh.' Perintah ini termasuk kelompok yang manakah dari kedua kelompok perintah Allah? Apakah kalian katakan: 'Yang kedua'? Apakah kalian yakin? Aku akan mengajukan suatu pertanyaan lain kepada kalian: Apakah itu dosa yang menyakiti Allah atau menyakiti orang yang diserang? Kalian katakan: 'Orang yang diserang'? Apakah kalian juga yakin mengenai itu? Dan suatu pertanyaan lain: Apakah itu hanya suatu dosa pembunuhan? Dengan membunuh seseorang apakah orang melakukan satu dosa ini saja? Kalian katakan: 'Hanya dosa ini'? Apakah tak ada seorang pun yang meragukannya? Berikan jawaban kalian dengan suara lantang. Biarlah satu orang berbicara mewakili semua orang. Aku akan menunggu." Dan Yesus membungkuk untuk membelai seorang gadis kecil yang telah datang mendekati-Nya dan menatap pada-Nya dengan terpikat, hingga lupa mengunyah apel yang diberikan ibunya supaya diam.

Seorang lanjut usia yang berwibawa berdiri dan berkata: "Dengarkanlah, Guru. Aku adalah seorang pemimpin sinagoga dan aku telah diminta untuk berbicara atas nama semua orang. Dan aku akan berbicara. Aku pikir, kami semua berpikir, bahwa kami telah menjawab menurut keadilan dan menurut apa yang telah diajarkan kepada kami. Keyakinanku adalah berdasarkan pada Hukum mengenai pembunuhan dan penyerangan. Tapi Engkau tahu mengapa kami telah datang: untuk diajari, sebab kami tahu bahwa Engkau adalah Kebijaksanaan dan Kebenaran. Oleh karenanya, jika aku salah, mohon terangi kegelapanku, agar hamba tua ini dapat pergi kepada Raja-nya dengan berpakaian terang. Dan demikian pula, mohon terangi juga orang-orang ini yang adalah kawananku dan telah datang bersama gembala mereka untuk minum di sumber air Hidup." Dan sebelum duduk, dia membungkuk dengan hormat mendalam.

"Siapakah engkau, bapa?"

"Kleopas, dari Emaus, hamba-Mu."

"Bukan hamba-Ku; melainkan hamba Ia Yang mengutus Aku, sebab kepada Bapa-lah harus diberikan segala prioritas dan segenap kasih di Surga, di bumi dan di hati. Dan yang pertama memberikan kehormatan ini kepada-Nya adalah SabdaNya, Yang, di atas meja yang tanpa cela mengambil dan mempersembahkan hati orang-orang baik, seperti yang dilakukan imam dengan roti persembahan. Tapi dengarkanlah, Kleopas, agar kiranya engkau dapat pergi kepada Allah dengan diterangi seperti kerinduanmu yang kudus.

Dalam menghakimi suatu kesalahan, adalah perlu untuk mempertimbangkan keadaan yang mendahului, mempersiapkan, membenarkan dan menjelaskan kesalahan. Seorang yang telah melakukan pembunuhan, sebelum menghadirkan diri di hadapan Allah untuk memohon pengampunan, haruslah bertanya kepada dirinya sendiri: 'Siapakah yang telah aku serang? Apakah yang aku serang? Di mana, dengan sarana apa, mengapa, bagaimana, bilamana aku menyerang?'

'Siapakah yang telah aku serang?'

Seseorang. Aku katakan: seseorang. Aku tidak mempedulikan apakah dia seorang kaya atau miskin, seorang bebas atau budak. Sejauh kepedulian-Ku, tidak ada budak ataupun penguasa. Hanya ada manusia, yang diciptakan oleh Allah Yang Mahaesa, dan karenanya, mereka semua setara. Sesungguhnya, juga raja yang paling berkuasa di dunia hanyalah debu belaka di hadapan kemuliaan Allah. Dan di mata-Nya, pula di mata-Ku, hanya ada satu perbudakan: dosa, dan karenanya perbudakan di bawah Setan. Hukum lama membedakan antara orang bebas dan budak, dan mempertimbangkan antara membunuh dengan satu pukulan dan membunuh ketika orang yang diserang bertahan selama sehari atau dua hari dan sebagainya, apakah seorang perempuan yang mengandung dibunuh dengan suatu serangan atau hanya buah rahimnya yang mati. Tapi itu dikatakan ketika terang kesempurnaan masih jauh. Sekarang terang kesempurnaan ada di antara kalian dan mengatakan: 'Barangsiapa membunuh sesama ciptaan berbuat dosa.' Dan dia berdosa bukan hanya melawan manusia, melainkan juga melawan Allah.

Siapakah manusia? Manusia adalah ciptaan yang berkuasa yang diciptakan Allah untuk menjadi raja atas ciptaan dan Ia menciptakannya sesuai gambaran dan citra-Nya, memberi-Nya citra-Nya seturut roh, dan gambaran-Nya dengan menggambarkan gambaran-Nya yang sempurna dari pemikiran-Nya yang sempurna.

Lihatlah langit, bumi, lautan. Dapatkan kalian lihat seekor binatang atau sebuah tanaman, betapapun eloknya, yang setara dengan manusia? Binatang berlari, makan, minum, tidur, berprokreasi, bekerja, menyanyi, terbang, mencicit, memanjat. Tapi mereka tidak berbicara. Manusia juga dapat berlari dan melompat dan begitu gesit hingga dia kelihatan seperti seekor ikan; dia dapat merayap dan tampak seperti seekor reptil; dia memanjat seperti seekor monyet; dia dapat menyanyi seperti seekor burung. Dia dapat berprokreasi dan bereproduksi. Dan, di samping itu, dia dapat berbicara.

Jangan katakan: 'Setiap binatang punya bahasanya sendiri.' Benar, yang satu melenguh, yang lain mengembik, yang lain meringkik, yang lain mencicit, yang lain berkicau, akan tetapi kerbau terakhir akan melenguh tepat sama seperti kerbau pertama, dan demikian juga domba akan mengembik hingga akhir dunia, dan keledai akan selalu meringkik seperti keledai pertama, dan burung pipit akan selalu mencicit, sementara burung lark dan burung bul-bul akan mengicaukan nyanyian mereka: burung pertama kepada matahari, burung terakhir kepada malam yang berbintang, juga pada hari terakhir dunia, tepat sama seperti mereka menyalami matahari pertama dan malam pertama. Manusia, sebaliknya, yang memiliki bukan hanya suara dan lidah, melainkan juga sistem saraf, yang pusatnya adalah otak, singgasana inteligensi, dapat menerima sensasi-sensasi baru, merenungkannya dan memberinya nama.

Adam menyebut anjing temannya dan memberikan nama singa kepada binatang yang kelihatan paling mirip dengannya karena rambut panjangnya sekeliling mukanya yang berjenggot pendek. Dia menyebut domba binatang yang menyambutnya dengan lembut dan memberikan nama burung kepada bunga indah berbulu yang terbang seperti seekor kupu-kupu tapi menyanyikan nyanyian manis seperti yang tak dapat dinyanyikan seekor kupu-kupu. Dan kemudian, sepanjang berabad-abad, anak-anak Adam menciptakan nama-nama baru, sementara dan ketika mereka 'menjadi familiar' dengan karya Allah dalam makhluk-makhluk-Nya, atau, melalui percikan ilahi yang ada dalam manusia, mereka tidak hanya berprokreasi menurunkan anak-anak, melainkan mereka juga menciptakan hal-hal yang berguna atau membahayakan bagi anak-anak mereka, sesuai apakah mereka bersama Allah atau melawan Allah. Mereka yang menciptakan dan melakukan hal-hal yang baik adalah yang bersama Allah. Mereka yang menciptakan hal-hal yang jahat, yang membahayakan sesama adalah yang melawan Allah. Allah membalaskan penderitaan anak-anak-Nya akibat kejahatan manusia.

Oleh karenanya, manusia adalah makhluk yang dikasihi Allah. Bahkan meski dia sekarang bersalah, dia masih tetap makhluk yang paling dikasihi-Nya. Itu dibuktikan oleh kenyataan bahwa Ia mengutus SabdaNya sendiri, bukan seorang malaikat, bukan seorang malaikat agung, bukan seorang kerub, bukan seorang serafim, melainkan SabdaNya sendiri, yang mengenakan pakaian daging manusia, demi menyelamatkan manusia. Ia tidak menganggap bahwa daging tidak layak untuk membuat-Nya dapat menderita dan menyilih; Ia Yang adalah Roh Yang Mahamurni sendiri, tak dapat menderita dan menyilih dosa manusia.

Bapa berkata kepada-Ku: 'Kau akan menjadi manusia: Sang Manusia. Aku menjadikan manusia. Dia sesempurna segala yang Aku jadikan. Dia ditakdirkan untuk suatu hidup penuh damai, suatu tidur akhir yang paling damai, suatu kebangkitan yang bahagia dan suatu hidup abadi yang paling bahagia dalam Firdaus surgawi-Ku. Tapi Engkau tahu bahwa tak suatu pun yang cemar dapat masuk ke Firdaus kita, sebab di sana Aku-Kita, Allah Yang Esa dan Tritunggal, memiliki tahta Kita. Hanya kekudusan yang diperkenankan berdiri di hadapannya. Aku adalah Ia Yang adalah Aku. Kodrat ilahi-Ku, keberadaan misterius Kita hanya dapat dilihat oleh mereka yang tanpa dosa. Sekarang manusia, dalam Adam dan melalui Adam, adalah cemar. Pergilah. Basuhlah dia. Aku menghendakinya. Mulai dari sekarang Engkau akan menjadi sang Manusia. Yang Sulung. Sebab Engkau akan menjadi yang pertama masuk ke sini dengan daging fana yang tanpa dosa, dengan jiwa yang tanpa dosa asal. Mereka yang telah mendahului Engkau di dunia dan mereka yang akan datang sesudah Engkau, akan menerima hidup melalui wafat-Mu sebagai seorang Penebus. Hanya dia yang dilahirkan yang dapat mati." Aku dilahirkan dan Aku akan mati.

Manusia adalah makhluk yang dikasihi Allah. Sekarang katakan pada-Ku: jika seorang ayah mempunyai banyak anak, tapi yang satu adalah kesayangannya, yang paling dicintainya, dan anak itu terbunuh, tidakkah sang ayah akan menderita lebih dari dia akan menderita andai anak yang lain terbunuh?  Itu seharusnya tidak terjadi sebab seorang ayah haruslah adil kepada semua anaknya. Tapi hal itu terjadi karena manusia tidaklah sempurna. Allah dapat berlaku sama dengan keadilan sebab manusia adalah satu-satunya makhluk, di antara semua ciptaan, yang memiliki jiwa rohani yang serupa dengan Bapa Pencipta-nya, suatu tanda yang tak dapat disangkal akan kebapaan ilahinya.

Jika seseorang membunuh anak dari seorang ayah, apakah orang itu hanya menyakiti si anak? Tidak. Orang menyakiti juga sang ayah. Orang menyakiti anak dalam dagingnya dan menyakiti ayah dalam hatinya. Keduanya terluka. Dengan membunuh seseorang, apakah orang menyakiti hanya manusia? Tidak. Juga Allah. Manusia dalam dagingnya, Allah dalam hak-Nya. Sebab hidup dan mati seharusnya dianugerahkan dan diambil oleh-Nya saja. Membunuh adalah melakukan kekerasan terhadap Allah dan terhadap manusia. Membunuh adalah melanggar wewenang Allah. Membunuh adalah pergi melawan perintah kasih. Barangsiapa membunuh tidak mengasihi Allah, sebab dia mengenyahkan salah satu karya-Nya: seorang manusia. Barangsiapa membunuh tidak mengasihi sesamanya, sebab dia merenggut dari sesamanya apa yang diinginkan seorang pembunuh bagi dirinya sendiri: nyawa.

Dengan demikian Aku telah menjawab dua pertanyaan pertama.

'Di manakah aku menyerang?'

Orang dapat menyerang di jalanan, di rumah orang yang diserang, atau dengan membujuk kurban ke rumahnya sendiri. Orang dapat menyerang satu atau lebih organ tubuh dan mengakibatkan rasa sakit yang terlebih dahsyat, atau melakukan dua pembunuhan dalam satu serangan, misalnya dengan menyerang seorang perempuan yang rahimnya sedang mengandung.

Orang dapat menyerang di jalanan secara tidak sengaja. Seekor binatang yang terlepas dari kendali kita mungkin membunuh seorang pejalan kaki. Dalam hal ini tidak ada perencanaan yang dipersiapkan terlebih dahulu. Tapi jika seorang, dengan bersenjatakan belati dan mengenakan pakaian penyamaran, pergi ke rumah musuhnya - dan kerap kali seorang musuh adalah seorang yang satu-satunya kesalahannya adalah lebih baik dari si penyerang - mengundangnya ke rumahnya sendiri dengan dalih palsu menghormatinya, dan lalu menggorok tenggorokannya dan melemparkannya masuk ke dalam sebuah sumur, maka dalam hal ini ada suatu perencanaan yang dipersiapkan terlebih dahulu dan kesalahannya sempurna dalam kedengkian, kekejian dan kekerasan.

Jika seseorang membunuh seorang ibu dan anaknya, maka Allah akan memintainya pertanggung-jawaban atas dua kematian. Sebab rahim yang melahirkan manusia seturut perintah Allah adalah kudus dan kuduslah kehidupan muda yang tumbuh di dalamnya, kepada siapa Allah telah memberikan suatu jiwa.

'Dengan sarana apakah aku menyerang?'

Dengan sia-sia orang mengatakan: 'Aku tidak bermaksud menyerang' jika dia pergi dengan bersenjatakan persenjataan yang tepat. Dalam suatu amarah yang hebat, juga tangan orang dapat menjadi suatu senjata, atau batu yang dipungut dari tanah, atau ranting yang direnggut dari pohon. Akan tetapi barangsiapa memeriksa belatinya atau kapaknya, dengan tekad bulat, dan mengasahnya jika dia pikir itu tidak cukup tajam, lalu menyembunyikannya dengan aman pada tubuhnya agar, meski senjatanya itu tidak terlihat, dapat dengan mudah diraih, dan dengan demikian siap dihujamkan ke musuhnya, tak dapat dengan pasti mengatakan: 'Aku tidak bermaksud untuk menyerang.' Barangsiapa mempersiapkan racun dengan mengambil ramuan atau buah beracun, menjadikannya bubuk atau minuman yang lalu dia tawarkan kepada kurban sebagai minuman sedap-sedapan atau sebagai minuman sari buah, tak dapat dengan pasti mengatakan: 'Aku tidak ingin membunuh.'

Dan sekarang dengarkan, kalian para perempuan, pembunuh diam-diam dan tanpa terkena hukuman dari begitu banyak kehidupan. Adalah juga suatu pembunuhan merenggut buah yang sedang bertumbuh dalam sebuah rahim, sebab buah itu adalah benih aib, atau sebab itu adalah embrio yang tak dikehendaki, yang merupakan beban tak berguna pada tubuhmu dan kesehatanmu. Hanya ada satu cara untuk tidak mendapatkan beban itu: dengan menjadi murni. Janganlah menggabungkan pembunuhan dengan berahi, kekerasan dengan ketidaktaatan, dan janganlah berpikir bahwa Allah tidak melihat, hanya karena manusia tidak melihat. Allah melihat semuanya dan mengingat semuanya. Kalian harus ingat itu juga."

'Mengapa aku menyerang?'    

Oh! untuk betapa banyak alasan! Pergolakan mental yang sekonyong-konyong yang membangkitkan dalam dirimu emosi yang meledak dahsyat, seperti mendapati ranjang pengantinmu dicemari, atau seorang pencuri dalam rumah, atau seorang mesum bermaksud melakukan kekerasan terhadap putrimu yang belia, suatu perencanaan berdarah dingin yang sebelumnya telah lebih dahulu direncanakan untuk mengenyahkan seorang saksi yang berbahaya, atau seorang yang menghalangi jalanmu, atau seorang yang kedudukan atau hartanya kau incar; itu adalah sebagian dari sangat banyak alasan. Dan jika Allah masih dapat mengampuni barangsiapa yang dalam kekacauan yang menyakitkan menjadi seorang pembunuh, Ia tidak akan mengampuni barangsiapa yang menjadi pembunuh karena nafsu akan kekuasaan atau penghargaan dari manusia.

Selalulah bersikap pantas dan kau tidak akan takut pada mata atau perkataan siapapun. Berbahagialah dengan apa yang kau miliki, dan kau tidak akan menginginkan harta milik orang lain, hingga ke tahap menjadi seorang pembunuh demi memiliki apa yang menjadi milik sesamamu.

'Bagaimanakah aku menyerang?'

Dengan tak mengenal belas-kasihan juga sesudah ledakan dari dorongan hati yang pertama? Terkadang orang tak dapat mengendalikan diri. Sebab Setan melemparkannya ke dalam kejahatan seperti seorang pengumban membidikkan sebuah batu. Tapi bagaimanakah pendapat kalian mengenai sebuah batu, yang, sesudah mencapai sasarannya, terbang kembali dengan sendirinya ke umbannya, untuk dibidikkan lagi dan menyerang sekali lagi? Kalian akan mengatakan: 'Batu itu dirasuki oleh kuasa magis setan. Dan demikianlah manusia, ketika sesudah serangan pertama dia menyerang yang kedua, ketiga, kesepuluh kalinya, dengan kebrutalan yang tak terkendali. Sebab murka mereda dan akal budi mengambil alih kendali sesudah ledakan pertama, jika itu adalah ledakan yang diakibatkan oleh alasan yang dapat dibenarkan. Sementara kebrutalan semakin meningkat dengan semakin diserangnya kurban oleh seorang pembunuh sejati, yakni, oleh setan, yang tidak merasa dan tidak dapat merasa berbelas-kasihan terhadap seorang saudara sebab, karena setan, dia adalah personifikasi kedengkian.

'Bilamanakah aku menyerang?'

Dalam ledakan pertama? Sesudah itu mereda? Dengan berpura-pura orang memaafkan sementara dendamnya semakin bertambah-tambah? Apakah orang mungkin menunggu selama bertahun-tahun sebelum menyerang, guna mengakibatkan sakit ganda dengan membunuh ayah melalui anak-anaknya? Kalian dapat melihat bahwa dengan membunuh orang melanggar kelompok perintah yang pertama dan yang kedua. Sebab kalian secara lancang mengklaim hak Allah dan kalian menindas sesama. Oleh karenanya itu adalah dosa melawan Allah dan melawan sesama. Kalian tidak hanya melakukan dosa pembunuhan. Tapi kalian melakukan dosa amarah, kekerasan, kesombongan, ketidaktaatan, sakrilegi, dan terkadang, jika kalian membunuh demi merampas kedudukan atau kekayaan, dosa ketamakan. Aku hanya akan menyebutkan ini sekarang, dan Aku akan menerangkannya kepada kalian secara terlebih terperinci kelak, orang tidak melakukan pembunuhan hanya dengan sarana senjata atau racun. Tapi juga dengan fitnah. Renungkanlah itu.

Aku juga berkata kepadamu: majikan, yang menyerang seorang budak, dan melakukannya secara licik, supaya si budak tidak mati dalam tangannya, bersalah dua kali lipat. Seorang budak bukanlah uang dari majikannya: dia adalah jiwa milik Allah-nya. Dan terkutuklah untuk selamanya barangsiapa yang memperlakukan hambanya lebih buruk dari seekor kerbau."

Mata Yesus berkilat-kilat dengan kemuliaan dan suara-Nya menggelegar. Mereka semua menatap pada-Nya dengan terperanjat, sebab sebelumnya Ia berbicara dengan tenang.

"Terkutuklah dia. Hukum Baru membatalkan kekerasan itu yang masih adalah adil ketika dalam bangsa Israel tidak ada orang-orang munafik yang berpura-pura menjadi orang-orang kudus dan mempertajam akal budi mereka hanya untuk mengambil keuntungan dari Hukum Allah atau menghindarinya. Tetapi sekarang setelah Israel dipenuhi dengan ular-ular berbisa macam itu, bagi siapa segala perbubahan mendadak adalah sah apabila itu cocok untuk kepentingan mereka, para penguasa yang malang yang dipandang Allah dengan kebencian dan kejijikan, Aku katakan: sekarang tidak lagi demikian.

Para budak roboh di ladang-ladang atau di batu-batu kilangan. Mereka roboh dengan tulang-tulang yang patah dan dengan urat-urat syaraf yang kelihatan akibat penderaan. Para majikan menuduhkan kepada para budak kejahatan-kejahatan palsu, agar mereka dapat menganiaya para budak dan lalu membenarkan sadisme keji mereka. Mereka bahkan menggunakan mukjizat-mukjizat Allah, sebagai suatu tuduhan, agar beroleh hak untuk menganiaya para budak. Kuasa Allah pula kekudusan seorang budak tidak dapat mempertobatkan jiwa-jiwa mereka yang jahat. Mereka tidak dapat dipertobatkan. Yang baik tidak akan masuk ke dalam suatu jiwa yang penuh kejahatan. Tapi Allah melihat dan berkata: 'Sudah cukup.'

Ada terlalu banyak Kain yang membunuh Habel. Dan bagaimanakah pendapatmu, kalian kuburan-kuburan kotor, yang bagian luarnya dilabur putih dan dihiasi dengan perkataan-perkataan Hukum, sementara di bagian dalamnya Setan mendominasi sebagai raja dan setanisme yang paling licik berkembang, bagaimanakah pendapat kalian? Bahwa hanya Habel yang adalah anak Adam dan bahwa Allah memandang dengan murah hati hanya kepada mereka yang bukan budak manusia, dan bahwa Ia menolak satu-satunya persembahan yang dapat dipersembahkan oleh seorang budak: yakni kejujurannya yang dibubuhi airmata? Tidak, dengan sungguh-sungguh Aku katakan kepadamu bahwa setiap orang benar adalah Habel, bahkan meski dia dipasung dengan belenggu, bahkan meski dia mati di galur-galur, atau berdarah akibat penderaanmu; dan bahwa semua orang yang tidak benar adalah Kain, yang karena kesombongan, dan bukan karena hormat sejati, memberikan kepada Allah apa yang sudah dinajiskan dengan dosa-dosa mereka dan dicemari dengan darah.

Penista mukjizat! Penista manusia, pembunuh, orang-orang bejat! Keluar! Enyah dari hadapan-Ku! Cukup! Aku katakan: cukup. Dan Aku dapat mengatakan itu, sebab Aku adalah Sabda ilahi Yang menerjemahkan Pikiran Ilahi. Enyah!"

Yesus, yang berdiri di atas podium kasar, begitu berwibawa hingga menakutkan. Dengan tangan kanan-Nya terulur ke arah pintu, mata-Nya bagai dua bola api biru, Ia tampak seolah menyerang dengan halilintar para pendosa yang hadir. Gadis kecil di kaki-Nya mulai menangis dan berlari kepada ibunya. Para murid saling menatap satu sama lain dengan tercengang; mereka mencari-cari kepada siapa kecaman itu ditujukan. Juga orang banyak melihat sekeliling dan menatap penuh tanda tanya.

Pada akhirnya misteri terungkap. Di ujung lain ruangan, di luar pintu, setengah tersembunyi di balik sekelompok orang-orang desa yang berperawakan tinggi, Doras muncul. Ia kelihatan lebih kurus, lebih kuning, lebih keriput, dengan hidung besarnya dan dagunya yang mencuat. Seorang pelayan membantunya untuk bergerak sebab dia tampaknya setengah-lumpuh. Tak seorang pun tadinya melihat dia di sana, di tengah halaman. Dia berani berbicara dengan suara paraunya:

"Apakah Engkau berbicara kepadaku? Apakah itu untukku?"

"Ya, untukmu. Enyah dari rumah-Ku."

"Aku akan keluar. Tapi aku akan segera mengadakan perhitungan dengan-Mu, jangan khawatir."

"Segera? Saat ini juga. Allah dari Sinai, seperti Aku katakan kepadamu, sedang menantikanmu."

"Dan Engkau juga, sobat jahat, sebab Engkau adalah penyebab kemalanganku dan hama mematikan di tanahku. Aku akan bertemu dengan-Mu lagi. Dan itu akan menjadi sukacita bagiku."

"Ya. Dan kau tidak akan ingin bertemu dengan-Ku. Sebab Aku akan menjadi hakimmu."

"Ah! Ah! terku…" Dia meraba-raba; dia menggumam dan jatuh tersungkur.   

"Dia mati!" jerit hambanya. "Majikan mati! Diberkatilah Engkau, Messias, penuntut balas kami!"

"Bukan Aku, melainkan Allah, Allah yang kekal. Jangan seorang pun menjadi najis. Hanya si hamba yang akan mengurus tuannya. Dan berlakulah baik terhadap jenasahnya. Dan kalian semua, para hambanya, jadilah baik. Jangan bersukacita, karena kedengkian yang pahit, karena dia telah diserang, supaya kalian tidak menjadi pantas untuk dikutuk. Kiranya Allah dan Yunus yang benar senantiasa menjadi sahabat kalian, dan Aku bersama mereka. Selamat tinggal."

"Tapi, apakah dia mati atas permintaan-Mu?" tanya Petrus.

"Bukan. Tapi Bapa datang ke dalam Aku… Itu adalah misteri yang tak dapat kalian pahami. Cukuplah bagi kalian untuk tahu bahwa adalah tidak benar menyerang Allah. Ia menuntut balas atas Diri-Nya sendiri oleh Diri-Nya sendiri."

"Jadi, tak dapatkah Engkau mengatakan kepada Bapa untuk membiarkan mereka semua yang membenci Engkau mati?"

"Diamlah! Kau tidak mengerti apa itu mentalitasmu! Aku adalah Kerahiman dan bukan Pembalas dendam."

Si lelaki lanjut usia, kepala sinagoga, datang mendekat dan berkata:

"Guru, Engkau telah menjawab semua pertanyaanku dan terang ada dalam diriku. Semoga Engkau diberkati. Datanglah ke sinagogaku. Janganlah menolak seorang yang sudah lanjut usia."

"Aku akan datang. Pegilah dalam damai. Tuhan sertamu."

Sementara orang banyak pergi dengan sangat perlahan-lahan, semuanya pun berakhir.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Injil Sebagaimana Diwahyukan Kepadaku 2                     Daftar Istilah                      Halaman Utama