Bab LVI
Penglihatan dalam Peristiwa Wafat-Nya Yesus
Dari antara orang-orang mati yang bangkit dari kubur, dan yang jumlahnya pasti lebih dari seratus, di Yerusalem, tak ada satu pun kerabat Yesus. Aku melihat di berbagai penjuru Tanah Suci orang-orang mati menampakkan diri dan memberikan kesaksian akan ke-Allah-an Yesus. Aku melihat Zadok, seorang yang teramat saleh, yang memberikan segala harta miliknya kepada orang-orang miskin dan kepada Bait Allah, menampakkan diri kepada banyak orang di sekitar Hebron. Zadok hidup satu abad sebelum Yesus; ia pendiri suatu komunitas Esseni; dengan berkobar-kobar ia merindukan kedatangan Mesias dan ia mendapatkan beberapa wahyu mengenainya. Aku melihat orang-orang mati lainnya menampakkan diri kepada para murid Yesus yang bersembunyi serta menyampaikan peringatan-peringatan yang berbeda kepada mereka.
Kengerian dan kegelisahan mencekam bahkan di belahan-belahan Palestina yang terjauh, dan bukan hanya di Yerusalem saja fenomena-fenomena mengerikan ini terjadi. Di Thirza, menara-menara penjara, di mana para tahanan yang dibebaskan oleh Yesus tadinya dikurung, tumbang berantakan. Di Galilea, di mana Yesus begitu sering melakukan perjalanan, aku melihat banyak bangunan, teristimewa rumah-rumah kaum Farisi yang paling keji menganiaya Juruselamat kita, yang saat itu seluruhnya sedang merayakan Paskah, digoncang hebat hingga rata dengan tanah, menimpa isteri dan anak-anak mereka. Banyak musibah terjadi di sekitar Danau Genesaret. Banyak gedung roboh di Kapernaum; dan tembok batu yang berada di depan taman indah milik kepala pasukan Zerubabel retak terbelah. Danau meluap membanjiri lembah, dan airnya mengalir deras hingga ke Kapernaum yang jaraknya satu setengah mil. Rumah Petrus dan tempat tinggal Bunda Maria di depan kota tetap tegak berdiri. Danau bergolak hebat, di beberapa tempat, tepiannya pecah berderai tersapu ombak, bentuknya berubah total, dan menjadi lebih serupa dengan yang ada sekarang. Perubahan-perubahan hebat terjadi, teristimewa di pelosok tenggara, dekat Tarichea, sebab di daerah ini terdapat suatu jalanan tinggi yang panjang, yang terbuat dari batu, melintasi danau dan semacam rawa-rawa, yang langsung menuju ke jalanan Yordan begitu melewati danau. Seluruh jalanan batu ini ambruk total karena gempa. Banyak petaka terjadi di sebelah timur danau, di tempat di mana kawanan babi milik penduduk Gadara menceburkan diri, dan juga di Gerasa, dan di seluruh wilayah Khorazim. Bukit, di mana berlangsung peristiwa penggandaan roti yang kedua, tergoncang hebat dan batu di atas mana mukjizat terjadi terbelah menjadi dua. Di Dekapolis, seluruh kota-kotanya hancur rata dengan tanah; dan di Asia, di beberapa tempat, goncangan gempa terasa hebat, teristimewa di bagian timur dan timurlaut Paneas. Di Galilea Atas, banyak kaum Farisi yang mendapati rumah-rumah mereka tinggal puing-puing belaka saat mereka kembali dari perayaan. Sebagian dari mereka, saat masih di Yerusalem, menerima kabar akan apa yang telah terjadi, dan oleh sebab itulah para musuh Yesus tidak terlalu berupaya menentang komunitas Kristiani pada hari Pentakosta.
Sebagian kuil Garizim hancur berantakan. Sebuah patung berhala berdiri di sana di atas sebuah mata air, dalam sebuah kuil kecil; atap kuil jatuh tercebur ke dalam air bersama dengan berhalanya. Separuh bangunan sinagoga di Nazaret, di mana Yesus dihalau pergi, roboh berkeping-keping, demikian pula tebing bukit di mana para musuh-Nya berusaha mendorong-Nya agar jatuh. Dasar Sungai Yordan banyak berubah akibat goncangan-goncangan hebat ini dan alirannya berubah di banyak tempat. Di Makerus, dan di kota-kota lain milik Herodes, segalanya tetap tenang, sebab negeri itu di luar lingkup pertobatan dan ancaman, seperti mereka yang tidak jatuh ke tanah di Taman Zaitun, dan karenanya, tidak bangkit kembali.
Di banyak belahan lain di mana terdapat roh-roh jahat, aku melihat roh-roh jahat ini menghilang dalam kelompok-kelompok besar di tengah bukit-bukit dan bangunan-bangunan yang ambruk. Gempa bumi mengingatkanku akan orang kerasukan setan yang tergoncang-goncang, ketika musuh merasa bahwa ia harus keluar. Di Gadara, bagian bukit di mana para iblis menceburkan diri bersama kawanan babi ke dalam danau, tumbang dan tercebur ke dalam danau yang sama; kemudian aku melihat segerombolan roh jahat terjun ke dalam jurang, bagaikan suatu awan yang gelap.
Di Nice, kecuali jika aku salah ingat, aku melihat suatu peristiwa yang tentangnya aku hanya memiliki ingatan yang samar. Di sana terdapat suatu pelabuhan dengan banyak kapal; dekat pelabuhan berdiri sebuah rumah dengan menara yang tinggi, di mana aku melihat seorang kafir bertugas mengawasi kapal-kapal itu. Ia harus seringkali naik ke menara dan mengamati apa yang terjadi di laut. Mendengar suara ribut-ribut di antara kapal-kapal di pelabuhan, ia bergegas naik ke menara guna melihat apa yang terjadi, dan ia melihat beberapa sosok hitam melayang-layang di pelabuhan; mereka berseru kepadanya dengan nada sedih: “Jika engkau berharap menyelamatkan kapal-kapal itu, suruhlah mereka berlayar keluar dari pelabuhan ini, sebab kami harus kembali ke jurang: Sang Agung telah wafat.” Mereka mengatakan kepadanya beberapa hal lain; memberikan perintah untuk memberitakan apa yang mereka katakan kepadanya sekembalinya ia dari suatu perjalanan yang akan segera ia lakukan, dan untuk menyambut baik para utusan yang akan datang untuk mewartakan ajaran dari Dia yang baru saja wafat. Dengan cara ini, roh-roh jahat dipaksa oleh kuasa Allah untuk menyatakan kepada orang baik ini kekalahan mereka, dan memaklumkannya kepada dunia. Ia berhasil memandu kapal-kapal untuk berlabuh dengan selamat, lalu suatu angin sakal yang hebat mengamuk: para iblis menceburkan diri ke dalam samudera yang bergelora; sebagian dari kota hancur, tetapi rumahnya tetap berdiri tegak. Tak lama berselang, ia pergi dalam suatu perjalanan jauh dan mewartakan wafatnya Sang Agung, jika memang itu nama yang dipergunakan untuk menyebut Juruselamat kita. Di kemudian hari ia datang ke Roma, di mana banyak hal-hal menakjubkan terjadi akibat apa yang ia wartakan. Namanya kedengaran seperti Thamus atau Thramus.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
|