Bab LV
Salib dan Kilangan Anggur
Sementara aku merenungkan kata-kata atau pemikiran Yesus saat tergantung di Salib, “Aku diperas bagaikan anggur yang ditempatkan di sini di bawah tempat pemerasan untuk pertama kalinya; darahKu akan harus terus mengalir hingga air yang keluar, tetapi anggur tak akan lagi dibuat di sini, ” suatu penjelasan diberikan kepadaku melalui suatu penglihatan lain sehubungan dengan Kalvari.
Aku melihat negeri yang berbukit-bukit batu ini pada masa sebelum Air Bah; waktu itu keadaannya tidak seliar dan setandus sesudahnya, melainkan penuh hamparan kebun anggur dan ladang. Di sana, aku melihat Patriark Yafet, seorang tua yang berwibawa dengan kulit berwarna gelap; ia dikelilingi begitu banyak kawanan ternak; sejumlah besar anak-cucunya, juga dia sendiri, memiliki tempat tinggal yang digali di bawah tanah, yang berlangitkan tanah berumput di mana kawanan ternak dan bunga-bungaan tumbuh dan berkembang. Sejauh mata memandang adalah kebun-kebun anggur. Suatu cara baru pembuatan anggur sedang diujicobakan di Kalvari, di hadapan Yafet. Aku juga melihat cara kuno pembuatan anggur, tetapi aku hanya dapat menyampaikan gambaran berikut. Pertama-tama, orang sudah puas dengan hanya makan buah-buah anggur; di kemudian hari, mereka memeras buah-buah anggur dengan alat penumbuk di batu-batu yang berlubang, dan akhirnya di kilangan-kilangan kayu yang besar. Dalam kesempatan itu, suatu kilangan anggur yang baru, yang bentuknya menyerupai Salib kudus, diperkenalkan; kilangan itu terdiri dari batang pohon yang berlubang-lubang, yang diletakkan tegak lurus, dengan sebuah kantong berisi buah-buah anggur digantungkan di atasnya. Di atas kantong anggur dipasang suatu alat penumbuk dengan beban pemberat di atasnya; di kedua sisi batang pohon terdapat dua gagang yang dipasangkan pada kantong melalui lubang-lubang yang dibuat untuk itu, dan yang ketika digerakkan dengan menekan gagang-gagangnya ke bawah, menghancurkan buah-buah anggur. Air anggur memancar dari batang pohon melalui lima saluran, dan tercurah ke dalam suatu tong batu; dari sana, sari anggur mengalir melalui suatu saluran yang dibuat dari kulit kayu dan dilapisi damar, masuk ke dalam semacam tangki bawah tanah yang digali dalam bukit batu di mana Yesus dikurung sebelum Penyaliban-Nya. Di kaki kilangan anggur, dalam tong batu, terdapat semacam saringan untuk menyaring kulit buah anggur, yang disisihkan ke satu sisi. Setelah selesai memasang kilangan anggur, mereka mengisi kantong dengan buah-buah anggur, memakukan kantong anggur ke puncak batang kayu, memasang alat penumbuk dan menggerakkan gagang-gagang di samping guna mengalirkan sari anggur. Semuanya ini secara kuat mengingatkanku akan Penyaliban, oleh sebab kemiripan antara kilangan anggur dengan Salib. Ada pada mereka sebatang buluh panjang yang di ujungnya terdapat duri-duri, sehingga tampak bagaikan suatu duri raksasa; mereka menusukkan buluh ini sepanjang saluran ataupun batang pohon apabila aliran terhambat. Aku teringat akan tombak dan bunga-bunga karang. Ada juga botol-botol kulit serta bejana-bejana yang terbuat dari kulit kayu dan dilapisi damar. Aku melihat beberapa pemuda, tanpa busana selain dari sehelai kain yang dililitkan sekeliling pinggang mereka seperti Yesus, bekerja pada tempat pengilangan anggur ini. Yafet sudah sangat tua; ia berjenggot panjang dan mengenakan pakaian yang terbuat dari kulit binatang. Ia memandang pada kilangan anggur yang baru dengan rasa puas. Hari itu adalah hari perayaan; di altar batu, mereka mengurbankan binatang-binatang yang berkeliaran di kebun anggur: beberapa keledai muda, kambing dan domba. Bukan di tempat ini Abraham datang untuk mengurbankan Ishak; mungkin di Bukit Moriah. Terlupa olehku banyak penjelasan sehubungan dengan anggur, cuka, dan kulit, pula berbagai cara di mana segala sesuatu dibagi-bagikan ke sebelah kiri dan ke sebelah kanan; dan aku menyesalinya, sebab beragam hal yang tampaknya remeh ini memiliki arti simbolis yang mendalam. Jika memang kehendak Allah agar aku menyampaikannya, maka pastilah Ia akan memperlihatkannya kembali kepadaku.
sumber : “The Dolorous Passion of Our Lord Jesus Christ from the Meditations of Anne Catherine Emmerich”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”
|
|