Bab 24
![]() Keluarga Kudus Tiba di Heliopolis
![]() Aku melihat Keluarga Kudus dalam perjalanan ke Heliopolis. Dari tempat mereka menginap semalam, mereka ditemani oleh seorang laki-laki yang baik yang, aku pikir, adalah salah seorang dari para pekerja di kanal di mana Keluarga Kudus menyeberang. Sekarang mereka menyeberangi sebuah jembatan yang panjang dan amat tinggi yang melintasi sebuah sungai yang lebar [Sungai Nil], yang tampaknya mempunyai beberapa cabang. Mereka tiba di suatu tempat terbuka di depan gerbang kota yang dikelilingi oleh semacam trotoar. Di sini, di atas sebuah kolom yang menciut, berdiri sebuah patung berhala besar berkepala lembu, dan di kedua tangannya terdapat sesuatu seperti figur seorang kanak-kanak yang dibedung. Berhala itu dikelilingi oleh suatu lingkaran bangku-bangku atau meja-meja batu di atas mana para pemuja meletakkan kurban-kurban mereka. Tak jauh dari sana terdapat sebuah pohon raksasa; di bawah pohon raksasa itulah Keluarga Kudus duduk beristirahat.
Mereka baru saja duduk ketika mulai terjadi gempa bumi hebat; berhala terguncang-guncang dan akhirnya jatuh hancur berkeping-keping. Teriak dan pekik segera terdengar membahana dari antara orang banyak; para pekerja kanal yang berada tak jauh dari sana berlarian datang. Tetapi laki-laki baik yang menyertai Keluarga Kudus dalam perjalanan ke sini (aku pikir ia adalah seorang tukang gali saluran air) membimbing Keluarga Kudus bergegas masuk ke dalam kota. Mereka telah berada di seberang tempat berhala itu ketika orang banyak yang ketakutan mengamat-amati mereka dan mulai menyerang mereka dengan kata-kata ancaman dan murka karena menjadi penyebab robohnya berhala. Sekonyong-konyong bumi bergoncang dahsyat; pohon raksasa itu tumbang dan ditelan bumi hingga hanya akar-akarnya saja yang masih tampak di atas tanah. Celah di tempat tadinya berhala berdiri dipenuhi air yang berlumpur ke dalam mana berhala jatuh tercebur. Berhala terbenam begitu dalam hingga orang nyaris tiada lagi dapat melihat tanduk-tanduknya, dan sebagian dari orang-orang yang paling jahat dari antara khalayak yang marah ditelan pula dalam danau gelap itu. Keluarga Kudus sekarang memasuki kota tanpa gangguan; mereka tinggal dekat sebuah kuil kafir yang besar, dalam tembok-tembok tebal sebuah bangunan batu yang besar di mana terdapat banyak kamar-kamar kosong. Berhala-berhala lain dalam kuil-kuil kota juga roboh dan hancur luluh lantak.
Heliopolis juga disebut On. Asnat, isteri Yusuf dari Mesir, tinggal di sini bersama imam kafir Potifera, dan di sini juga Dionisius Areopagite menuntut ilmu. Kota ini luas wilayahnya mengelilingi suatu sungai dengan banyak cabang. Dari kejauhan orang melihat Heliopolis terbentang tinggi di atas permukaan rata-rata. Sungai mengalir melintasinya di bawah bangunan-bangunan melengkung yang menyangga sebagian bangunan. Rakit-rakit yang besar terapung di beberapa bagian anak sungai; ditempatkan di sana sebagai sarana penduduk menyeberang. Aku melihat reruntuhan bangunan-bangunan besar, tembok-tembok yang tak utuh lagi, menara-menara yang tinggal separuh, dan kuil-kuil yang nyaris utuh. Aku melihat pilar-pilar sebesar menara; di sebelah luar pilar terdapat anak-anak tangga yang memutar, yang memungkinkan orang naik ke puncak.
Keluarga Kudus tinggal dalam serambi suatu bangunan batu yang besar, yang satu sisinya ditopang dengan pilar-pilar yang pendek dan tebal, sebagian bujursangkar, dan sebagian bulat. Orang membangun tempat-tempat tinggal di bawah pilar-pilar ini; di atasnya terhampar suatu jalan raya yang padat lalu lintasnya; jalan raya ini melewati sebuah kuil kafir yang besar dengan dua halaman. Dalam bangunan batu ini terdapat suatu ruang dengan sebuah tembok di satu sisinya dan di sisi lainnya barisan pilar-pilar yang pendek dan tebal. Di depan tempat tinggal mereka yang sempit ini Yosef menempatkan suatu sekat dari kayu yang tipis. Ada juga ruang bagi keledai. Sekat, atau tembok tipis yang dibuat Yosef ini, sama seperti yang biasa ia buat. Aku mencermati ada sebuah altar yang ditempatkan di belakang sebuah sekat dan menempel pada tembok. Altar terdiri dari sebuah meja kecil dengan taplak merah dan taplak putih transparan di atasnya. Di atas meja berdiri sebuah lentera.
Aku melihat Yosef bekerja di rumah, dan kerapkali juga bekerja di luar rumah. Ia membuat tongkat-tongkat panjang dengan kenop-kenop bulat di ujung-ujungnya, bangku-bangku kecil berkaki tiga dengan sebuah pegangan untuk memudahkan orang membawanya, dan semacam keranjang. Ia membuat juga banyak sekat anyam-anyaman yang ringan, dan menara-menara kecil yang ringan; sebagian segi enam, sebagian segi delapan.
Aku melihat Santa Perawan menenun permadani. Aku juga melihatnya melakukan suatu pekerjaan lain; ia mempergunakan sebatang tongkat yang pada ujungnya diikatkan sebuah simpul. Aku tak dapat mengatakan entah ia memintal atau tidak. Aku sering melihat orang-orang datang mengunjungi Maria dan Bayi Yesus. Kanak-kanak itu terbaring di atas semacam buaian yang berbentuk seperti sebuah kapal kecil, yang diletakkan di atas lantai di sisi Maria. Terkadang aku melihat buaian dinaikkan ke atas sebuah tiang serupa ayunan. Tidak banyak orang Yahudi di Heliopolis dan aku melihat mereka lalu-lalang dengan tatapan terarah ke bawah seolah mereka tidak berhak tinggal di sana.
Di sebelah utara Heliopolis, antara kota dengan Sungai Nil, yang di sana terpecah menjadi beberapa cabang, adalah wilayah Gosyen yang tak seberapa luas. Di sana, di antara kanal-kanal, terdapat suatu tempat di mana banyak orang Yahudi tinggal. Agama mereka telah menjadi demikian merosot. Sebagian dari antara mereka mulai mengenal Keluarga Kudus, dan Maria melakukan macam-macam pekerjaan perempuan bagi mereka dan mendapatkan upah berupa roti dan bahan-bahan keperluan lainnya. Kaum Yahudi di Tanah Gosyen mempunyai sebuah kuil, yang mereka samakan dengan Bait Salomo; tetapi sesungguhnya amat berbeda.
Tak jauh dari tempat tinggalnya, Yosef membangun sebuah oratorium (= tempat doa) di mana orang-orang Yahudi yang tinggal di sana, yang tidak memiliki tempat ibadat mereka sendiri, biasa datang berkumpul bersama Keluarga Kudus untuk berdoa. Di atas oratorium terdapat sebuah kubah yang ringan yang dapat dibuka sehingga memungkinkan mereka yang berdoa berdiri di bawah langit terbuka. Di tengah ruangan berdiri sebuah altar, atau meja kurban, dengan taplak merah dan putih seperti biasanya; di atas meja diletakkan gulungan-gulungan perkamen. Imam, atau guru mereka, adalah seorang yang telah sangat lanjut usia. Kaum laki-laki dan kaum perempuan tidak secara ketat dipisahkan satu sama lain sementara berdoa seperti di Palestina; kaum laki-laki berdiri di satu sisi dan kaum perempuan berdiri di sisi lainnya.
Keluarga Kudus tinggal setahun lebih sedikit lamanya di Heliopolis. Mereka banyak menderita karena orang-orang Mesir yang membenci dan memusuhi mereka karena robohnya berhala-berhala mereka. Sebab rumah-rumah di sana telah dibangun kokoh, Yosef tak dapat mencari nafkah dengan keahliannya. Karenanya mereka meninggalkan Heliopolis, tetapi tidak sebelum mereka mengetahui dari malaikat mengenai pembantaian kanak-kanak Betlehem. Baik Maria maupun Yosef larut dalam duka, sementara Kanak-kanak Yesus, yang sekarang telah dapat berjalan sebab usianya telah satu setengah tahun, menangis terus sepanjang hari.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|