Bab 25
Pembantaian Kanak-Kanak Suci


Aku melihat para ibu bersama putera-putera mereka, dari bayi dalam gendongan hingga usia dua tahun, pergi ke Yerusalem. Mereka berasal dari berbagai daerah sekitar Kota Suci, di mana Herodes telah menempatkan garnisun-garnisun dan di mana, melalui pejabat-pejabat yang berwenang, ia telah mengeluarkan suatu maklumat mengenai hal itu; yakni dari Betlehem, Gilgal dan Hebron. Aku melihat banyak perempuan bahkan dari perbatasan-perbatasan Arab datang membawa anak laki-laki mereka ke Yerusalem, dan ini membutuhkan lebih dari sehari perjalanan jauhnya. Para ibu datang dalam kelompok-kelompok, beberapa di antaranya dengan dua anak dan menunggang keledai. Begitu tiba di kota, mereka semua dihantar ke sebuah bangunan besar, dan para suami yang menyertai sebagian dari mereka disuruh pulang. Maklumat ini ditaati dengan gembira, sebab sangka orang-orang miskin ini mereka akan menerima hadiah.

Bangunan ke dalam mana para ibu dan anak-anak mereka dihantar masuk, tidaklah jauh dari tempat kediaman Pilatus di masa sesudahnya. Bangunan itu agak terpencil dan dikelilingi tembok-tembok begitu rupa hingga tak seorang pun di luarnya dapat melihat atau mendengar suatupun yang tengah terjadi di dalam. Sebuah pintu gerbang melalui tembok-tembok rangkap menghantar ke sebuah halaman yang luas yang semua sisinya tertutup oleh bangunan-bangunan. Bangunan-bangunan di sisi kanan dan kiri merupakan bangunan satu tingkat; bangunan yang di tengah, yang tampak seperti sebuah sinagoga kuno yang telah ditinggalkan, merupakan bangunan bertingkat dua. Ketiga bangunan itu pintu-pintunya terbuka ke arah halaman. Bangunan yang di tengah adalah sebuah ruang pengadilan, sebab aku melihat di halaman di depannya terdapat sebuah balok batu, pilar-pilar dengan rantai-rantai, dan juga pohon-pohon yang diikat menjadi satu untuk kemudian sekonyong-konyong dilepaskan agar merobek-robek tubuh tahanan yang diikatkan pada pohon-pohon tersebut.

Para ibu digiring melintasi halaman masuk ke dalam dua bangunan samping di mana pintu-pintu segera ditutup. Pada mulanya, tampak olehku seolah mereka berada dalam semacam rumah sakit atau barak. Ketika mendapati diri mereka tiba-tiba terkurung, mereka mulai ketakutan, berduka dan menangis.

Bagian bawah ruang pengadilan merupakan sebuah aula luas seperti penjara; bagian atas juga merupakan sebuah aula luas dengan jendela-jendelanya terbuka ke arah halaman. Para pejabat pengadilan berkumpul di ruang ini, gulungan-gulungan tulisan tergeletak di atas meja-meja di hadapan mereka. Herodes sendiri juga ada di sana. Ia mengenakan mahkota dan sehelai mantol ungu dengan pinggiran dari bulu putih dengan jumbai-jumbai hitam kecil di atasnya. Ia berdiri di jendela bersama banyak pejabat yang lainnya, memandang ke bawah menonton pembantaian Kanak-kanak Suci.

Para ibu, satu per satu, bersama putera mereka, dipanggil dari bangunan-bangunan samping masuk ke dalam aula besar di bawah ruang pengadilan. Begitu masuk, anak-anak direnggut dari mereka oleh para prajurit dan dibawa ke halaman di mana sekitar duapuluh prajurit lainnya sedang bekerja dengan pedang dan tombak, menggorok leher dan menghujamkan tombak pada jantung makhluk-makhluk kecil itu. Sebagian dari kanak-kanak itu masih kecil betul, masih dibedung, bayi-bayi dalam gendongan ibu mereka; sementara yang lainnya sudah dapat berjalan dan berlari, mengenakan baju-baju tenunan. Para prajurit tidak repot-repot membuka baju kanak-kanak, melainkan langsung menggorok leher dan menghujamkan tombak pada jantungnya, dan lalu mencengkeram kanak-kanak pada satu lengan atau kakinya dan mencampakkan mereka ke timbunan mayat kanak-kanak. Betapa suatu pemandangan yang mengerikan!  

Para ibu, satu sesudah yang lain, didorong masuk ke dalam aula besar oleh para serdadu. Ketika nasib buah hati mereka diputuskan di hadapan mata mereka, mereka menjerit dan menangis meraung-raung, mengoyakkan rambut mereka, dan saling berpelukan satu sama lain. Ada begitu banyak ibu dan, hingga peristiwa berakhir, mereka begitu riuh rendah bertangisan dan rapat berpelukan hingga nyaris tak dapat bergerak. Aku pikir pembantaian kanak-kanak suci berlangsung hingga di ambang senja. Mayat-mayat kanak-kanak yang dibantai dikubur massal dalam sebuah lubang besar di halaman. Aku melihat para ibu malam itu diantar pulang ke rumah dengan tangan terikat oleh para prajurit. Pemandangan serupa terjadi di tempat-tempat lain, sebab pembantaian ini dilaksanakan selama beberapa hari.

Jumlah Kanak-kanak Suci dinyatakan kepadaku dengan suatu angka yang kedengaran seperti ducen; yang aku ulang-ulang hingga, aku pikir, keseluruhannya berjumlah tujuhratus tujuh atau tujuhratus tujuhbelas.

Tempat pembantaian kanak-kanak di Yeusalem di kemudian hari dipergunakan sebagai ruang pengadilan, lokasinya tak jauh dari kursi pengadilan Pilatus; tetapi pada masa Pilatus tempat itu telah amat berubah. Saat Kristus wafat, aku melihat lubang di mana kanak-kanak suci dikuburkan, runtuh. Jiwa-jiwa mereka muncul dan meninggalkan tempat itu.

Elisabet besama Yohanes mengungsi ke padang gurun. Setelah pencarian yang panjang, Elisabet menemukan sebuah gua, dan di sanalah ia tinggal bersama puteranya selama empatpuluh hari. Ketika Elisabet telah pulang, aku melihat seorang Esseni yang termasuk komunitas di Gunung Horeb dan sanak Nabi Hana, datang membawakan makanan untuk Yohanes di padang gurun; pada mulanya delapan hari sekali, sesudahnya setiap dua minggu sekali, dan memberikan bantuan yang mungkin diperlukannya. Sebelum penganiayaan oleh Herodes, Yohanes kemungkinan bersembunyi di sekitar rumah orangtuanya; tetapi kemudian ia pergi ke padang gurun karena dorongan inspirasi ilahi. Ia ditakdirkan untuk tumbuh besar dalam keterasingan, jauh dari pergaulan dengan sesama manusia, dan terbiasa dalam berpuasa. Aku melihat alam liar menghasilkan buah-buahan, beri, dan tanam-tanaman obat-obatan.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Inkarnasi Mahakudus          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama