Bab 9
Perjalanan ke Bait Allah

St Yoakim, St Anna & Kanak-kanak Maria

Aku melihat Yoakim, Anna dan puteri sulung mereka sibuk sepanjang malam mengepak dan mempersiapkan segala sesuatu untuk perjalanan. Sebuah lentera dengan beberapa sumbu menyala; dan aku melihat Maria Heli sibuk kian-kemari. Beberapa hari sebelumnya, Yoakim telah mengutus para pelayan ke Bait Allah dengan persembahan-persembahan ternak, lima yang terbaik dari tiap-tiap jenis. Semuanya itu sungguh merupakan suatu himpunan ternak yang elok. Sekarang ia memuati dua dari hewan beban dengan segala macam barang: pakaian kanak-kanak Maria dan perbekalannya. Sebuah bungkusan lebar ditempatkan di atas punggung kedua hewan beban, dan dengan demikian menjadi sebuah tempat duduk yang nyaman di antara kedua punggung hewan. Barang-barang semuanya terbungkus dalam buntalan-buntalan. Di kedua sisi salah satu hewan beban diikatkan keranjang-keranjang berbentuk piring besar dengan penutup yang melengkung. Di dalamnya terdapat burung-burung sebesar ayam hutan. Ada juga keranjang-keranjang oval berisi buah-buahan. Sebuah penutup dengan jumbai-jumbai berat dihamparkan ke atas seluruh muatan.

Dua di antara para imam masih di sana; yang seorang sudah sangat lanjut usia. Ia mengenakan sebuah penutup kepala yang ujungnya terjuntai di dahi, dan penutup telinga. Busana atasnya lebih pendek dari bagian bawahnya, dan di atasnya ia mengenakan semacam stola. Dialah yang memimpin pengujian terhadap Maria kemarin dan memberkatinya. Aku melihatnya melanjutkan pembicaraan dan mengajarlan berbagai macam hal kepada kanak-kanak Maria. Imam yang lain lebih muda.

Aku juga melihat ada dua anak laki-laki di sana; mereka bukan manusia. Mereka menampakkan diri secara adikodrati dan memiliki makna rohani. Mereka masing-masing membawa buku berupa lembaran sekitar dua kaki lebarnya yang digulungkan pada sebatang tongkat dengan kenop-kenop di kedua ujungnya. Anak laki-laki yang lebih besar menghampiriku dengan gulungannya dibentangkan; ia membaca dan menjelaskan maknanya kepadaku. Tulisannya tampak sama sekali asing bagiku; huruf-huruf emasnya yang masing-masing berdiri sendiri, semuanya terbalik. Satu huruf mewakili satu kata. Bahasanya kedengaran asing, tetapi aku dapat mengertinya juga. Ia menunjukkan dalam gulungannya ayat sehubungan dengan semak duri Musa yang menyala. Ia menjelaskan kepadaku bagaimana semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api; demikianlah sekarang api Roh Kudus menyala dalam diri kanak-kanak Maria, yang, sama sekali tak menyadarinya, membawa api kudus ini dalam dirinya. Ayat ini, demikian katanya, melambangkan persatuan, yang sekarang akan segera datang, antara Allah dengan manusia. Api menggambarkan Allah dan semak duri menggambarkan manusia. Semak duri yang menyala melambangkan ke-Allah-an dan kemanusiaan dalam diri Yesus, dan bagaimana api Allah bersatu dengan kanak-kanak Maria. Mengenai kasut yang ditanggalkan, ia menerangkan sebagai berikut, “Sekarang Hukum akan digenapi. Selubungnya disingkapkan dan intisarinya terlihat.” Melalui gulungan tulisan dinyatakan, demikian katanya, bahwa Maria sekarang memulai perjalanannya, perannya, menjadi Bunda Penebus. Sementara itu, anak laki-laki yang lain tampak bermain-main dengan gulungannya. Ia melompat-lompat dan berlarian kian kemari dengan gulungannya. Hal ini menggambarkan sukacita Maria dalam memulai jalan yang menghantarnya pada perannya sebagai Bunda Penebus. Kekanak-kanakan anak ini sementara ia bermain-main dengan gulungannya menggambarkan bagaimana Maria, meski dinaungi oleh suatu Janji yang demikian agung dan dipanggil pada takdir yang demikian suci, senantiasa bagai seorang kanak-kanak yang tak berdosa. Aku tak dapat mengungkapkan keelokan kedua anak laki-laki ini. Mereka lain dari semua yang hadir di sana, dan semua yang hadir di sana tampaknya tidak melihat kedua anak laki-laki ini.

Di samping Anna ada sekitar enam perempuan sanaknya bersama anak-anak mereka dan beberapa laki-laki yang menyertai mereka. Yoakim menuntun hewan beban yang sesekali ditunggangi kanak-kanak Maria. Yoakim membawa sebuah lentera sebab hari masih gelap ketika mereka berangkat. Seorang pelayan menuntun hewan beban satunya. Arak-arakan kecil ini juga disertai oleh penampakan kedua nabi kanak-kanak. Sementara Maria bergegas keluar dari rumah, mereka menunjukkan kepadaku suatu tempat dalam gulungan mereka di mana dimaklumkan bahwa meski Bait Allah sungguh agung mulia, namun yang ada di dalamnya terlebih agung mulia. Maria mengenakan perangkat busana upacaranya yang pertama yang berwarna kekuningan dengan kerudung besar yang dikenakan begitu rupa sekelilingnya hingga tangan-tangannya dapat beristirahat dalam ambinnya. Apabila Maria mengendarai hewan beban, nabi kanak-kanak mengikutinya dari belakang; tetapi apabila Maria berjalan, mereka berada di sampingnya, sembari memadahkan Mazmur XLIV dan XLIX. Aku tahu bahwa mazmur-mazmur ini akan dimadahkan pada saat penerimaan Maria di Bait Allah. Kanak-kanak Maria melihat kedua kanak-kanak ini, tetapi ia tidak berkata apa-apa mengenainya. Ia sama sekali diam, sepenuhnya tenggelam dalam permenungan mendalam.

Perjalanan berat dan sulit, melintasi gunung dan lembah. Kabut dan embun tergantung di lembah. Sekali aku melihat para pengelana beristirahat di sebuah mata air di bawah pepohonan balsam, dan lagi berhenti bermalam di sebuah penginapan di kaki sebuah gunung.

Akhirnya, mereka tiba di sebuah penginapan duabelas jam perjalanan jauhnya dari Yerusalem. Di sana mereka berjumpa dengan pelayan laki-laki yang diutus Yoakim berangkat terlebih dahulu dengan kawanan ternak sebagai persembahan; ia sedang akan berangkat melanjutkan perjalanan. Yoakim dikenal di penginapan ini; dan ia merasa seperti di rumah sendiri. Apabila membawa persembahannya ke Yerusalem, ia selalu singgah di penginapan ini; dan apabila dari masa pengasingannya di antara para gembala ia kembali ke Nazaret, ia juga singgah di sini.

Aku melihat lagi para pengelana kudus di kota Bethoron, enam jam perjalanan jauhnya dari Yerusalem. Mereka telah menyeberangi sebuah sungai, melewati Gophna dan Ozensara, dan masih sekitar dua jam perjalanan jauhnya dari jalan raya darimana orang dapat melihat Yerusalem. Di Bethoron, mereka menginap di sebuah sekolah Lewi. Sanak saudara Yoakim dan Anna dari Nazaret, Sephoris, Zebulon dan daerah sekitarnya, telah datang di sana bersama puteri-puteri mereka, dan diadakan suatu pesta kecil bagi Maria. Ia dibimbing bersama banyak anak lainnya ke sebuah ruangan di mana telah dipersiapkan suatu tempat istimewa bagi Maria di sebuah kursi yang ditempatkan agak tinggi bagai sebuah tahta. Maria kemudian dimahkotai karangan bunga. Para guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya, dan mereka semua takjub dengan segala jawabannya. Disebut-sebut juga kebijaksanaan seorang gadis yang belum lama kembali dari Bait Allah ke rumahnya di Gophna. Nama gadis itu Susana, dan aku pikir tempatnyalah yang akan ditempati Maria di Bait Allah. Kala itu Susana berusia limabelas tahun; di kemudian hari, Susana menggabungkan diri bersama para perempuan kudus yang mengikuti Yesus.

Maria bersukacita sebab sekarang ia telah berada begitu dekat dengan Bait Allah. Yoakim memeluknya erat dengan berurai airmata seraya berkata, “Ah anakku, aku takut kalau-kalau aku tidak akan penah melihatmu lagi!” Pada saat makan, Maria berlarian gembira kian kemari. Beberapa kali ia menggelayut manja pada Anna yang duduk di meja, atau berdiri di belakangnya dengan kedua tangan melingkar dileher bundanya.

Keesokan harinya, pagi-pagi benar, dengan ditemani guru sekolah Lewi bersama keluarganya, mereka berangkat ke Yerusalem. Gadis-gadis kecil membawa buah-buahan dan pakaian-pakaian sebagai hadiah bagi kanak-kanak Maria. Tampak bagiku seolah akan ada suatu pesta besar di Yerusalem. Semakin mereka mendekati Kota Suci, semakin Maria dipenuhi semangat dan kerinduan membara. Ia berlari mendahului kedua orangtuanya.

Aku melihat iring-iringan tiba di Yerusalem. Aku juga melihat jalan-jalan raya dan jalan-alan setapak dan bangunan-bangunan dengan terlebih jelas dari sebelumnya. Yerusalem adalah sebuah kota yang sungguh aneh. Janganlah kita membayangkan Yerusalem dengan jalanan-jalanan yang padat ramai seperti kota-kota besar di masa sekarang. Banyak jalanan berbukit dan curam melingkar di belakang tembok-tembok kota. Tidak nampak pintu-pintu ataupun jendela-jendela, sebab rumah-rumah, yang berdiri pada permukaan tanah yang tinggi, membelakangi tembok-tembok kota. Ini karena bagian-bagian kota ditambahkan satu demi satu di periode-periode belakangan, masing-masing meliputi suatu daerah perbukitan yang baru, tetapi dengan membiarkan tembok-tembok kota lama berdiri di antaranya. Banyak lembah-lembah yang dalam saling dihubungkan dengan jembatan-jembatan batu yang kokoh. Ruang tamu dari rumah-rumah di sana pada unumnya menghadap ke halaman dalam; di bagian jalan hanya pintunya saja yang tampak, atau mungkin serambi yang berada tinggi di atas tembok. Rumah-rumah tertutup hampir sepanjang waktu. Apabila penduduknya tidak berkepentingan pergi ke tempat-tempat umum atau ke Bait Allah, mereka melewatkan nyaris sepanjang waktu dalam rumah-rumah dan halaman mereka. Pada umumnya jalanan di Yerusalem lengang, terkecuali dekat pasar-pasar dan istana-istana di mana banyak pengelana dan para prajurit hilir mudik. Pada hari-hari tertentu, pada waktu semua orang berkumpul di Bait Allah untuk beribadat, kota di banyak tempat sama sekali tampak mati. Oleh karena inilah dan karena penduduk biasa tinggal dalam rumah-rumah mereka sendiri, Yesus dan para murid-Nya dapat pergi dengan leluasa tanpa gangguan melewati jalan-jalan yang sunyi dan lembah-lembah yang dalam. Air sulit didapat di Yerusalem; orang melihat banyak bangunan-bangunan tinggi dengan saluran-saluran untuk menyalurkan air, juga menara-menara di mana air dipompa. Mereka amat berhati-hati dalam menggunakan air di Bait Allah di mana banyak air diperlukan untuk membasuh dan membersihkan berbagai ragam bejana, dsbnya. Mereka mempunyai mesin-mesin besar untuk memompa air. Ada banyak pemilik toko dan pedagang di kota. Mereka memiliki stan-stan baik di pasar maupun alun-alun kota. Misalnya, tak jauh dari gerbang domba, ada banyak pedagang yang memiliki usaha dalam aneka macam perhiasan emas dan batu-batuan berharga. Stan-stan mereka bundar ringan dan berwarna coklat seolah dilapisi dengan sesuatu, ter atau damar mungkin. Meski ringan, stan-stan itu amat kuat. Di sanalah mereka menjajakan bermacam ragam dagangan mereka di bawah tenda-tenda yang dibentangkan. Ada juga tempat-tempat tertentu, dekat istana-istana misalnya, di mana jalanan tampak lebih hidup.

Roma kuno terletak di tempat yang sungguh terlebih nyaman, tidak terlalu curam, dan kota-kotanya lebih hidup. Di salah satu sisi gunung di mana Bait Allah terletak, lerengnya tidak terlalu curam. Di sini terdapat beberapa jalanan yang dibangun di atas serambi-serambi dan di atas tembok-tembok yang tebal, di mana sebagian imam dan pelayan-pelayan Bait Allah tinggal, juga para pelayan yang melakukan pekerjaan-pekerjaan yang paling rendah, seperti membersihkan selokan-selokan di mana dibuang sampah dari hewan-hewan yang disembelih untuk kepentingan Bait Allah. Di sisinya yang lain, gunung amat curam dan selokannya tampak hitam. Sekeliling puncak gunung terdapat punggung gunung yang menghijau di mana para imam memiliki beraneka macam kebun kecil. Bahkan di masa Kristus, ada pekerjaan atas bagian-bagian tertentu di Bait Allah yang masih terus berlangsung.

Ada banyak hasil tambang terkandung dalam bukit di mana Bait Allah berdiri; banyak yang digali dan dipergunakan dalam pembangunan. Di padang rumput ada sejumlah tempat-tempat peleburan dan pembakaran. Aku tidak pernah merasa kerasan di Bait Allah, sebab aku tiada mendapati di dalamnya suatu tempat yang pantas untuk berdoa. Semuanya begitu amat kokoh, begitu raksasa, begitu tinggi; banyak halaman-halamannya begitu sempit, gelap dan terhalang oleh begitu banyak podium-podium tinggi dan bangku-bangku, hingga, ketika orang datang, kepadanya disajikan suatu pemandangan yang agak menakutkan, dan bahkan serasa terkurung oleh tembok-tembok raksasanya yang tinggi dan pillar-pillarnya yang menjulang. Pembantaian terus-menerus berlangsung dan karenanya darah terus-menerus mengalir, aku rasa ini sungguh menjijikkan, meski kata-kata tak dapat mengungkapkan betapa tata tertib dan kebersihan sungguh mengagumkan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengannya.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Santa Perawan Maria          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama