Bab 11
![]() Maria Diterima Dalam Bait Allah
![]() ![]() Zakharia dan para laki-laki lainnya telah pergi ke Bait Allah, dan sekarang Maria dihantar ke sana oleh para perempuan dan perawan. Anna dan puteri sulungnya - Maria Heli - dan cucunya - Maria Kleopas - berjalan di depan; selanjutnya Maria dalam perangkat busananya yang kedua, gaun dan mantol berwarna biru langit, dengan leher dan kedua tangannya dihiasi karangan-karangan bunga, dan sebuah suluh berhias rangkaian bunga ada di tangannya. Di masing-masing sisi Maria berjalan tiga orang gadis kecil dengan suluh serupa. Mereka mengenakan gaun putih bersulam emas dan mantol berwarna kebiruan. Mereka berhiaskan karangan-karangan bunga, bahkan tangan-tangan mereka dililiti bunga-bungaan. Selanjutnya gadis-gadis lain dan gadis-gadis kecil, sekitar dupaluh orang jumlahnya, semuanya berpakaian indah, tetapi berbeda-beda, meski semuanya mengenakan mantol. Menyusul di belakangnya para perempuan dewasa. Dari sini mereka tidak dapat langsung menuju Bait Allah, melainkan harus mengambil jalan memutar hampir setengah jam perjalanan jauhnya. Mereka menyusuri beberapa jalanan dan lewat di depan rumah Veronica. Arak-arakan yang anggun ini membangkitkan kekaguman bagi mereka semua yang melihatnya, dan dari banyak rumah disampaikan salam dan hormat sementara iring-iringan lewat. Ada sesuatu yang sungguh luar biasa terpancar dalam diri Maria. Di Bait Allah para pelayan laki-laki sibuk berupaya membuka sebuah pintu gerbang besar nan indah di mana diukirkan berkas-berkas anggur, gandum dan berbagai macam ukiran kepala. Itulah Gerbang Emas. Para imam membimbing Perawan Tersuci mendaki anak-anak tangga menuju gerbang ini. Yoakim dan Zakharia menyongsong mereka di gerbang yang terbuka ke suatu jalanan yang panjang, dan membimbing mereka melintasi beberapa lorong masuk ke dalam sebuah aula. Di sini, lagi pertanyaan-pertanyaan diajukan oleh para imam kepada Maria dan sesudahnya kepada Maria dikenakan perangkat busana upacaranya yang ketiga, yang berwarna biru violet dan bersulam.
Dan sekarang Yoakim pergi bersama para imam untuk mempersembahkan kurban. Ia mengambil api dari suatu tempat yang ditentukan dan berdiri di antara dua imam di altar. Orang dapat menuju altar ini dari ketiga sisinya dengan tanpa halangan, tetapi tidak dari sisi yang keempat. Di keempat pojok altar berdiri pilar-pilar tembaga kecil; di atas masing-masing pilar terdapat sebuah pipa dari bahan yang sama berbentuk seperti cerobong besar yang terbalik, yang berakhir dengan sebuah pipa spiral. Dengan pengaturan macam ini asap dari kurban bakaran naik dan membubung lewat di atas kepala imam. Daging yang dipersiapkan untuk kurban dibagi menjadi tiga bagian dan ditempatkan di sekitar altar. Terdapat sebuah nampan besar yang dapat diulurkan dari masing-masing ketiga sisi altar; di atas nampan-nampan inilah persembahan diletakkan untuk dibawa ke tengah altar; sebab altar terlalu luas bagi imam yang bertugas untuk dapat menjangkaunya.
Ketika korban dibakar, Maria pergi bersama para perempuan dan anak-anak ke tempat doa mereka di serambi perempuan, di mana ia dan teman-teman kecilnya berdiri di baris depan. Serambi ini dipisahkan dari serambi altar kurban bakaran dengan sebuah dinding yang berterali di bagian atasnya; namun demikian tedapat sebuah pintu di tengah dinding pemisah ini. Melalui gerbang inilah Yoakim masuk ke lorong bawah tanah ketika, pada hari Maria Dikandung Tanpa Dosa, ia bertemu dengan Anna di bawah Gerbang Emas. Para perempuan yang berada di bagian belakang dapat melihat altar dengan terlebih jelas sebab permukaan serambi perempuan melandai ke arah dinding pemisah. Di serambi lain berdiri banyak anak laki-laki Bait Allah; mereka mengenakan jubah putih dan memainkan seruling dan harpa.
Sesudah upacara kurban, sebuah altar yang dapat dipindah-pindahkan ditempatkan di pintu masuk dari serambi kurban ke serambi perempuan; di depan altar ditempatkan beberapa anak tangga. Zakharia dan Yoakim bersama beberapa imam dan dua orang Lewi masuk dari serambi altar kurban bakaran dengan membawa gulungan-gulungan dan peralatan tulis-menulis, sementara Anna membimbing Maria menuju anak-anak tangga di depan altar. Maria berlutut di atas anak tangga sementara Yoakim dan Anna, dengan menumpangkan tangan mereka ke atas kepala kanak-kanak Maria, mengucapkan beberapa kata sehubungan dengan mempersembahkan anak mereka; kata-kata mereka ini dicatat oleh kedua orang Lewi. Kemudian salah seorang imam menggunting sejumput rambut dari kepala kanak-kanak Maria dan melemparkannya ke dalam kompor arang. Sesudah itu ia mengenakan sebuah kerudung coklat pada kanak-kanak. Sepanjang upacara ini, anak-anak gadis memadahkan Mazmur XLIV, Eructavit cor meum verbum bonum; para imam memadahkan Mazmur XLIX, Deus deorum Dominus, locutus est; diiringi alat-alat musik yang dimainkan anak-anak laki-laki.
Dan sekarang para imam membimbing Perawan Tersuci mendaki banyak anak-anak tangga ke sebuah tempat tinggi di tembok yang memisahkan sanctuarium dari seluruh bagian Bait Allah lainnya. Mereka menempatkan kanak-kanak di semacam relung di tengah dinding ini, agar ia dapat melihat ke dalam Bait Allah di mana banyak laki-laki berdiri sesuai tingkatan; tampaknya mereka juga dikonsekrasikan ke Bait Allah. Dua orang imam berdiri di samping Maria, sebagian imam lainnya berdiri pada anak-anak tangga berdoa dan membaca dengan suara lantang dari gulungan-gulungan tulisan. Di belakang Maria, di balik tembok pemisah, seorang imam besar berdiri di altar dupa, hanya sebagian tubuhnya terlihat dari tempat di mana Maria dan para imam berdiri. Melalui sebuah lubang yang dibuat untuk tujuan itu, orang dapat melihat dupa di atas altar tanpa harus memasuki serambi. Imam yang sekarang berada di altar dupa adalah seorang tua yang kudus. Sementara ia mempersembahkan kurban dan asap dupa yang membubung melingkupi Maria, aku mendapat sebuah penglihatan yang semakin membesar hingga akhirnya memenuhi seluruh Bait Allah dan mengaburkannya.
Aku melihat di atas hati Maria kemuliaan dan Misteri Tabut Perjanjian. Pertama-tama tampak persis seperti Tabut Perjanjian; dan akhirnya seperti Bait Allah itu sendiri. Dari Misteri itu dan di depan dada Maria, muncul sebuah piala serupa dengan piala Perjamuan Malam Terakhir; di atasnya dan tepat di depan mulut Maria muncul roti bertanda salib. Berkas-berkas sinar memancar sekeliling Maria, dan dalam berkas-berkas itu terpancar beragam bentuk dan simbol-simbol Maria. Gambar-gambar misterius Litani Loretto dan nama-nama serta gelar-gelar lain Maria, aku lihat berjajar di semua anak-anak tangga dan juga sekelilingnya.
Dari balik bahu Maria, kiri dan kanan, terjulur sebuah cabang zaitun dan cedar yang saling bersilangan di atas sebuah pohon palma yang anggun dengan berkas-berkas daunnya yang kecil, yang berdiri tepat dibelakangnya. Pada ruang-ruang di antara salib dari tumbuh-tumbuhan hijau ini, muncul segala alat Sengsara Kristus. Di atas penglihatan ini melayang-layang Roh Kudus, suatu figur bersayap kemuliaan, dalam rupa lebih serupa manusia daripada burung merpati. Langit terbuka di atas Maria dan pusat Yerusalem Surgawi, Kota Allah, melayang-layang di atas Maria dengan segala taman-taman, istana-istana, dan tempat-tempat tinggal para kudus dari masa mendatang. Beribu-ribu malaikat melayang-layang sekelilingnya, dan kemuliaan yang melingkupi Maria dipenuhi dengan wajah-wajah kudus.
Ah, siapakah gerangan yang dapat mengungkapkannya! Keanekaragaman yang tak terhingga, perubahan yang tak kunjung henti, segala gambar-gambar ini susul-menyusul dengan cepat, seolah tumbuh satu dari yang lain. Begitu banyak point dari penglihatan ini yang terlupakan olehku. Segala semarak dan kemuliaan Bait Allah, tembok yang berhias indah di depan tempat Maria berdiri - semuanya menjadi gelap dan suram. Keseluruhan Bait Allah lenyap; hanya Maria dan kemuliaannya saja yang tampak.
Sementara keseluruhan makna Santa Perawandisingkapkan di hadapan mataku dalam penglihatan ini, aku melihat Maria bukan sebagai seorang kanak-kanak, melainkan sebagai seorang dewasa. Ia melayang-layang di udara. Dan dari penglihatan ke penglihatan, aku masih melihat para imam, persembahan dupa, dan semua lainnya. Kemudian imam di altar menyampaikan nubuat dan mengundang umat untuk mengucap syukur kepada Allah dan berdoa, sebab perbuatan-perbuatan besar akan terjadi atas kanak-kanak ini. Orang banyak yang berhimpun di Bait Allah amat takjub, meski mereka tidak menyaksikan penglihatan yang aku lihat, mereka menjaga keheningan yang khidmad dan khusuk. Penglihatan memudar perlahan-lahan sebagaimana ia telah disingkapkan. Akhirnya, Misteri Tabut Perjanjian bersinar kembali dalam kemuliaannya di atas hati Maria, dan kanak-kanak Maria sekali lagi tampak berdiri di sana seorang diri dalam busananya yang semarak indah.
Kemudian para imam, di antaranya Zakharia yang berdiri di anak-anak tangga bawah, menggandeng Maria dan membimbingnya turun. Salah seorang dari mereka mengambil suluh dari tangan Maria, juga karangan-karangan bunga, dan menyerahkannya kepada para gadis yang lain. Lalu, Maria dibimbing melalui sebuah pintu masuk ke suatu ruangan lain di mana enam perawan Bait Allah lainnya, guru mereka Noemi - yang adalah saudari dari ibunda Lazarus - , Hana, dan seorang perempuan lain menyambut mereka dan menaburkan bunga-bunga di hadapan Maria. Kepada merekalah imam menyerahkan kanak-kanak Maria.
Ketika madah berakhir, Maria berpamitan kepada kedua orantuanya. Yoakim teristimewa amat terharu. Ia mengangkat dan mendekapkan puterinya ke dadanya, dan berkata sambil mencucurkan airmata: “Ingatlah jiwaku di hadapan Allah.”
Sekarang Maria disertai oleh para perempuan dan anak-anak Bait Allah ke tempat tinggal mereka di sisi utara. Mereka tinggal dalam bilik-bilik yang dibangun dalam ketebalan tembok-tembok Bait Allah. Lorong-lorong dan tangga-tangga memutar menghantar orang ke bilik-bilik doa kecil dekat Yang Mahakudus dari Yang Terkudus. Kerabat dan teman kawan Maria kembali ke apartemen-apartemen dekat pintu masuk dan bersantap bersama para imam; para perempuan makan terpisah. Aku melihat banyak orang berdoa di Bait Allah, dan banyak yang mengikuti arak-arakan hingga ke pintu gerbang. Ada banyak orang dari antara mereka yang hadir tahu bahwa Maria adalah anak terjanji dalam keluarganya. Aku ingat, meski tidak terlalu jelas, bahwa Anna mengucapkan kepada teman-temannya pernyataan-pernyataan seperti, “Sekarang Bejana Terjanji memasuki Bait Allah. Sekarang Tabut Perjanjian berada dalam Bait Allah.” Adalah penyelenggaraan istimewa Kehendak Ilahi bahwa peristiwa ini dirayakan begitu khidmad dan agung.
Yoakim dan Anna sungguh amat kaya, tetapi mereka hidup dalam matiraga yang keras. Mereka memberikan semuanya kepada Bait Allah dan kepada kaum miskin papa. Aku tidak ingat sekarang berapa lamanya Anna tidak menyantap apa-apa terkecuali makan-makanan dingin, tetapi ia amat murah hati kepada para para pelayan dan menyediakan segala keperluan mereka. Aku pikir ia dan Yoakim kembali pada hari itu juga bersama seluruh rombongan ke Bethoron.
Aku juga melihat sebuah pesta diadakan di kalangan anak-anak Bait Allah. Mereka mengadakan santap bersama di mana Maria harus bertanya pertama-tama kepada para guru dan kemudian kepada para gadis secara pribadi apakah mereka bersedia menerima kehadirannya di antara mereka. Ini merupakan tradisi mereka. Kemudian para gadis mengadakan tari-tarian di kalangan mereka sendiri. Mereka berdiri berpasangan saling berhadap-hadapan dan menari dalam berbagai gerak. Tidak ada lompatan, melainkan gerakan-gerakan mengayunkan seluruh tubuh, yang tampak agak ekspresif bagi karakter orang Yahudi. Sebagian dari para gadis mengiringi tarian dengan alunan seruling, kerincing, lonceng, dan suatu alat musik yang mengeluarkan suara aneh tapi menyenangkan. Alat musik itu dimainkan dengan memetik dawai-dawai yang direntangkan pada sisi-sisi yang miring dari semacam kotak kecil. Di tengah kotak terdapat pengembus yang apabila ditekan turun naik akan menghembuskan udara melalui beberapa pipa, yang sebagian lurus dan sebagian bengkok. Alat musik itu diletakkan di atas lutut pemainnya.
Sore hari, Noemi membawa Maria ke biliknya, dari mana ia dapat melihat ke bawah ke dalam Bait Allah. Di sini Maria mengungkapkan kepada Noemi keinginannya untuk bangun terlebih sering pada malam hari untuk berdoa, tetapi Noemi menolak keinginannya untuk sekarang ini. Para perempuan Bait Allah mengenakan jubah putih yang panjang dan lebar dengan ikat pinggang. Lengan baju mereka yang lebar digulung ke atas apabila mereka sedang bekerja.
Jauh di belakang Bait Allah terdapat banyak bilik-bilik yang dibangun dalam tembok dan dihubungkan dengan tempat-tempat kediaman para perempuan. Bilik Maria adalah salah satu dari yang paling jauh letaknya, tetapi yang paling dekat dengan Yang Mahakudus dari Yang Terkudus. Dari lorong menuju bilik, orang melewati suatu tirai dan masuk ke dalam suatu ruang yang dipisahkan dari bilik itu sendiri dengan sebuah sekat berbentuk setengah lingkaran. Di pojok kanan kiri bilik terdapat rak-rak untuk meletakkan baju dan barang-barang lain. Di seberang pintu pada sekat yang menghantar orang masuk ke dalam bilik, terdapat sebuah jendela yang mengarah ke bawah ke Bait Allah. Jendela ini terletak agak tinggi di tembok; orang harus mendaki anak-anak tangga untuk mencapainya. Jendela ini dilapisi kasa dan sebuah permadani digantungkan di depannya. Di dinding sebelah kiri bilik, terdapat selimut yang digulung menjadi suatu gulungan; pada malam hari gulungan dibuka oleh Maria dan dipergunakan sebagai tempat berbaring. Sebuah lampu bercabang berdiri dalam sebuah ceruk di dinding. Aku melihat kanak-kanak Maria berdiri di atas sebuah bangku tanpa sandaran dekat lampu, berdoa dari sebuah gulungan tulisan pada tongkat dengan knop-knop merah pada ujungnya. Sungguh suatu pemandangan yang menyentuh hati. Kanak-kanak Maria mengenakan sebuah gaun tenunan kasar bergaris-garis biru dan putih dengan bunga-bunga kuning. Dalam ruangan terdapat sebuah meja bundar yang rendah; di atasnya aku melihat Anna telah menata sepiring makanan dari buah-buahan sebesar kacang-kacangan dan sebuah tempayan kecil. Kanak-kanak Maria sungguh amat terampil jauh melebihi usianya. Ia telah dapat bekerja dengan kain-kain putih kecil sebagai pelayanan untuk Bait Allah. Dinding biliknya dihias dengan bebatuan warna-warni berbentuk segitiga.
Aku sering melihat kanak-kanak Maria dicekam kerinduan kudus akan kedatangan Messias dan ia berkata kepada Hana: “Ah, apakah Kanak-kanak Terjanji akan dilahirkan segera? Ah, andai saja aku dapat melihat sang Kanak-kanak! Ah, andai saja aku hidup pada masa Ia dilahirkan!” Maka Hana akan menjawab: “Lihat, betapa lanjut usiaku dan betapa lama aku telah menantikan sang Kanak-kanak! Sementara engkau - engkau masih begitu muda!” Dan Maria akan mencucurkan airmata kerinduan akan Juruselamat Terjanji.
Para gadis tinggal di Bait Allah di bawah asuhan para ibu asuh. Mereka menyibukkan diri dengan pekerjaan sulam-menyulam, dan segala macam pekerjaan menata dan menghias, membersihkan busana-busana para imam dan juga bejana-bejana Bait Allah. Dari bilik-biliknya, mereka dapat melihat ke dalam Bait Allah, berdoa dan bermeditasi. Para orangtua mereka menempatkan mereka di sana untuk sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah. Setelah mencapai usia tertentu, para perawan Bait Allah dinikahkan, sebab di kalangan orang-orang Israel yang saleh terdapat suatu pengharapan tersembunyi bahwa dari seorang perawan yang dipersembahkan kepada Allah secara istimewa macam itu, Mesias akan dilahirkan.
Aku tidak pernah melihat Herodes membangun kembali Bait Allah. Tetapi sungguh, dalam masa pemerintahannya, banyak dibuat perubahan-perubahan di dalamnya; tetapi pada masa Maria masuk ke dalam Bait Allah, sebelas tahun sebelum kelahiran Kristus, bait itu sendiri tak tersentuh. Penambahan dan perubahan dilakukan hanya pada bagian luar bangunan saja.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|