Bab 12
![]() Sekilas Mengenai Ketegaran Kaum Farisi
![]() ![]() Betapa keras kepala dan ketegaran hati para imam dan kaum Farisi Bait Allah, dapat dilihat dari bagaimana mereka memandang sebelah mata pada Keluarga Kudus.
Pertama-tama persembahan Yoakim mereka tolak; tetapi selang beberapa bulan kemudian, atas perintah Allah, Yoakim beserta isterinya mereka terima. Yoakim bahkan diijinkan masuk ke dalam hadirat Yang Mahakudus dari Yang Terkudus dan ia, juga Anna, meski tidak saling mengetahui, dibimbing masuk ke lorong bawah Bait Allah. Di sanalah mereka bertemu, Maria dikandung tanpa dosa, dan para imam menantikan mereka di jalan masuk gua ini di bawah Bait Allah - semua itu terjadi atas perintah Allah. Terkadang aku melihat, meski tidak sering, mereka yang mandul diperintahkan untuk dibawa ke sana.
Maria masuk ke dalam Bait Allah menjelang usianya yang keempat, dan dalam segala hal ia sungguh luar biasa dan mengagumkan. Saudari dari ibunda Lazarus menjadi guru dan ibu asuhnya. Keseluruhan sikap dan perilaku Maria begitu menonjol, begitu menakjubkan; aku melihat tulisan para imam yang telah lanjut usia mengenai Maria pada gulungan-gulungan panjang. Aku pikir tulisan-tulisan itu masih tersembunyi di antara tulisan-tulisan lainnya.
Lalu terjadilah pemakluman yang menakjubkan pada saat pinangan Yosef dan bunga muncul dari tongkatnya, cerita Ketiga Raja dan para gembala, Yesus dipersembahkan di Bait Allah, nubuat Simeon dan Hana, dan pengajaran Yesus saat Ia berumur duabelas tahun di Bait Allah.
Tetapi, semuanya ini diabaikan oleh para imam dan kaum Farisi. Pikiran mereka dipenuhi dengan berbagai macam masalah dan perkara. Karena Keluarga Kudus hidup terpencil dan dalam kemiskinan, mereka terlupakan di antara orang banyak. Namun, mereka yang terlebih saleh seperti Simeon, Hana, dan yang lainnya, mengenali mereka.
Tetapi ketika Yesus tampil dan Yohanes memberikan kesaksian tentang-Nya, ajaran kaum Farisi secara terang-terangan menentang; bahkan meski tanda-tanda kedatangan-Nya tidak mereka lupakan, mereka pasti tak hendak menyatakannya. Herodes berkuasa dan penindasan bangsa Romawi begitu berat menindih sehingga mereka terlibat dalam pertikaian dan intrik-intrik hingga rasa kerohanian mereka melemah. Mereka meremehkan kesaksian Yohanes, dan segera saja mereka melupakannya setelah ia dipenggal kepalanya. Mereka tidak peduli pada ajaran dan mukjizat-mukjizat Yesus, dan gagasan mereka mengenai para Nabi dan Mesias sama sekali keliru. Sebab itu, tidaklah mengherankan bahwa mereka memperlakukan Yesus dengan begitu keji dan menjatuhkan hukuman mati atas-Nya, bahwa mereka memungkiri Kebangkitan-Nya, tanda-tanda ajaib yang terjadi sesudahnya, dan bahkan kegenapan nubuat-Nya mengenai kehancuran Yerusalem. Tidaklah mengherankan pula bahwa mereka mengacuhkan tanda-tanda yang mewartakan kedatangan-Nya. Tidakkah kebutaan, ketegaran hati orang-orang ini begitu sungguh amat mencengangkan, hingga bahkan berlangsung sampai sekarang ini?
Ketika aku menapaki Jalan Salib di Yerusalem pada masa sekarang, aku sering melihat di bawah suatu reruntuhan bangunan tertentu sebuah kamar besar, atau banyak kamar-kamar yang saling bersebelahan, yang sebagian runtuh dan tergenang air. Di tengah-tengah air berdiri sebuah meja yang tingginya nyaris setinggi permukaan air. Dari tengah meja ke atap kamar, berdiri sebuah pilar; sekeliling pilar tergantung peti-peti kecil berisi gulungan-gulungan tulisan. Juga di bawah meja aku melihat gulungan-gulungan tergeletak dalam air. Kemungkinan kamar-kamar ini dulunya adalah makam-makam. Letaknya di bawah Bukit Kalvari. Aku pikir reruntuhan bangunan ini dulunya adalah rumah di mana Pilatus tinggal, dan harta peninggalan setelah beberapa waktu akan ditemukan.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|