Bab 13
Yesus dan Eliud Berjalan dan Bercakap Bersama

Keesokan harinya Yesus pergi bersama Eliud ke arah selatan Nazaret melintasi lembah Esdrelon di jalan menuju Yerusalem. Sekitar dua jam dari Sungai Kison, mereka tiba di suatu desa dengan sebuah sinagoga, sebuah penginapan dan hanya beberapa rumah. Desa itu merupakan salah satu dari daerah sekitar En-Dor yang tak jauh dari sana, dan dekatnya terdapat sebuah mata air yang tersohor. Yesus menginap di penginapan. Orang-orang di tempat ini bersikap agak dingin, meski tidak memusuhi-Nya. Eliud bukanlah seorang yang disegani oleh mereka. Yesus memberitahu pemimpin mereka bahwa Ia bermaksud mengajar di sinagoga, tetapi mereka menjawab bahwa hal itu tidak lazim bagi orang-orang asing. Yesus mengatakan bahwa Ia mempunyai suatu panggilan khusus untuk melakukannya. Ia masuk ke sekolah dan mengajar mengenai Mesias yang Kerajaan-Nya bukan dari dunia ini, yang kedatangan-Nya tidak akan disertai semarak lahiriah, juga mengenai baptisan Yohanes. Para imam dari sinagoga ini tidak terlalu condong terhadap Yesus. Yesus meminta mereka untuk memberi-Nya sebuah Kitab Suci. Ia membuka gulungan dan menjelaskan banyak ayat para nabi.

Komunikasi penuh percaya Eliud dengan Yesus bagiku sungguh luar biasa menyentuh. Eliud tahu dan percaya akan misi-Nya dan adven-Nya yang adikodrati, meski begitu tampaknya tanpa curiga bahwa Ia adalah Allah Sendiri. Eliud menceritakan kepada Yesus secara wajar, sementara mereka berjalan bersama, banyak hal sehubungan dengan masa kecil-Nya, apa yang dinubuatkan Nabiah Hana mengenai-Nya, juga apa yang didengar Hana dari Maria sekembalinya dari Mesir, sebab Maria terkadang mengunjunginya di Yerusalem. Sebaliknya, Yesus menceritakan kepada Eliud hal-hal yang tak diketahuinya, masing-masing disertai dengan tafsiran penuh arti. Tetapi semuanya begitu wajar, begitu sederhana, bagai seorang tua yang baik berbicara dengan seorang sahabat muda yang terkasih.

Sementara Eliud menceritakan kepada Yesus apa yang didengar Hana dari Maria, aku melihat semuanya dalam gambar-gambar. Aku bersukacita mendapati gambar-gambar itu serupa benar dengan penglihatan yang aku terima lama sebelumnya dan sebagian telah terlupakan.

Yesus berbicara kepda Eliud juga mengenai perjalanan-Nya ke pembaptisan. Ia telah mengumpulkan banyak orang dan mengirim mereka ke padang dekat Ofra; tetapi Ia mengatakan bahwa Ia akan pergi sendirian melewati jalan yang melintasi Betania di mana Ia hendak berbicara dengan Lazarus. Ia berbicara mengenai Lazarus dengan suatu nama kecil lain, yang aku telah lupa. Ia juga menceritakan ayah Lazarus, mengatakan bahwa ia dulu ikut berperang. Ia mengatakan bahwa Lazarus dan saudari-saudarinya kaya, dan bahwa mereka akan mempersembahkan segala yang mereka miliki demi segera datangnya Penebusan.

Lazarus mempunyai tiga saudari: yang tertua Marta, yang termuda Maria Magdalena, dan yang di tengah disebut juga Maria. Maria ini hidup sama sekali terasing, sikapnya yang pendiam menyebabkannya dipandang sebagai seorang dungu. Ia tidak mempunyai nama lain selain dari Maria si Pendiam. Yesus berbicara kepada Eliud mengenai keluarga ini, katanya: “Marta seorang yang baik dan saleh. Marta dan Lazarus akan mengikuti Aku.” Mengenai Maria si Pendiam, Ia mengatakan: “Ia memiliki akal budi dan pemikiran yang luar biasa; tetapi demi kebaikan jiwanya, semua itu diambil daripadanya. Ia bukan untuk dunia ini, sebab itu ia sekarang sama sekali terasing dari dunia. Tetapi ia tak pernah berbuat dosa. Andai Aku berbicara kepadanya, ia akan dengan sempurna memahami misteri-misteri terbesar. Ia tak akan hidup lebih lama lagi. Setelah wafatnya, Lazarus dan saudarinya - Marta - akan mengikuti Aku dan mempersembahkan segala yang mereka miliki untuk dipergunakan bagi kepentingan Komunitas. Saudari termuda - Maria - telah menyimpang dari jalan yang benar, tetapi ia akan kembali dan naik ke tingkat kekudusan yang lebih tinggi dari Marta.”

Eliud berbicara juga mengenai Yohanes Pembaptis, tetapi ia sendiri belum pernah melihatnya dan belum dibaptis. Yesus dan Eliud melewatkan malam di penginapan dekat sinagoga, dan keesokan paginya mereka berkelana meyusuri Gunung Hermon menuju kota En-Dor yang agak rusak. Sekeliling penginapan terserak banyak sekali reruntuhan tembok sepanjang perjalanan di pegunungan, begitu lebar hingga sebuah kereta dapat melintas di atasnya. En-Dor penuh dengan puing-puing yang diselang-seling dengan kebun-kebun. Di satu sisi terdapat bangunan-bangunan besar megah bagai istana; sementara di pojok kota yang lain, kerusakan akibat peang masih jelas terlihat. Tampak bagiku bahwa penduduknya bukan dari ras Yahudi. Tak ada sinagoga di En-Dor, jadi Yesus pergi bersama Eliud ke suatu lapangan besar di mana berdiri bagunan-bangunan tiga sisi dengan kamar-kamar kecil dibangun sekeliling sebuah telaga. Telaga itu berada di tengah-tengah sebuah lapangan hijau dan di atas telaga, perahu-perahu kecil sedang berlayar. Ada sebuah pompa dekat sana, dan tempat itu tampak bagai sebuah tempat peristirahatan kebugaran. Kamar-kamar kecil sekeliling telaga dihuni oleh merkea yang cacat. Yesus disertai Eliud memasuki salah satu bangunan. Ia disambut dengan ramah dan kaki-Nya dibasuh. Sebuah bangku tinggi disiapkan untuk-Nya di lapangan, dan disana Ia mengajar orang banyak. Para perempuan yang menghuni salah satu sayap, mengambil tempat di bagian belakang. Orang-orang ini bukan kaum Yahudi Orthodox. Mereka lebih seperti para budak, kaum terbuang dan tertindas, yang harus membayar upeti atas segala yang mereka peroleh. Setelah peperangan, mereka tinggal di belakang kota. Aku pikir pemimpin mereka - Sisera - dikalahkan tak jauh dari sana dan kemudian dibunuh oleh seorang perempuan (lihat Hakim-hakim 4:2). Bala tentaranya terserak ke seluruh penjuru negeri dan direndahkan ke perhambaan. Ada sekitar empatratus orang di daerah-daerah ini. Nenek moyang mereka, di bawah pemerintahan Daud dan Salomo, dipaksa menambang batu-batu untuk pembangunan Bait Allah. Mereka telah lama terbiasa dengan pekerjaan macam itu. Almarhum Raja Herodes mempekerjakan mereka dalam pembangunan sebuah terowongan air ke Gunung Sion beberapa jam panjangnya. Mereka saling berbelas-kasih dan bergotong-royong dalam segala keadaan. Mereka mengenakan mantol panjang dan ikat pinggang. Topi mereka yang runcing menutupi telinga serupa topi para pertapa kuno. Mereka tidak berhubungan dengan kaum Yahudi, meski mereka diijinkan untuk menyekolahkan anak-anak mereka di sekolah-sekolah Yahudi. Tetapi makhluk-makhluk kecil yang malang ini diperlakukan begitu buruk dan begitu direndahkan hingga para orangtua lebih suka membiarkan anak-anak mereka di rumah.

Yesus amat berbelaskasihan kepada mereka. Orang-orang sakit dibawa kepada-Nya. Mereka duduk di semacam tempat tidur serupa kursi sandaranku (aku masih dapat melihatnya), di bawah sandaran yang dapat digerakkan yang menyangga tempat tidur. Apabila sandaran diturunkan, kursi membentuk sebuah pembaringan. Sementara Yesus mengajar mereka mengenai Mesias dan pembaptisan serta mendorong mereka ke pembaptisan, mereka menjawab malu-malu bahwa mereka tidak dapat menuntut hak istimewa macam itu, sebab mereka hanyalah orang-orang terbuang yang malang. Lalu, Ia mengajar mereka dengan perumpamaan tentang hamba yang tidak adil. Suatu tafsiran yang jelas disampaikan oleh-Nya; aku memahaminya dengan sempurna. Penjelasan itu memenuhi benakku sepanjang hari, tetapi sekarang aku telah lupa. Mungkin aku akan dapat mengingatnya kembali. Yesus juga mengisahkan perumpamaan tentang seorang putera yang diutus bapanya untuk menagih hasil kebun anggurnya. Sementara mengajar orang-orang miskin, Ia selalu mengisahkan orang-orang kafir yang terabaikan. Orang banyak mempersiapkan sebuah perjamuan bagi Yesus di udara terbuka. Yesus mengundang mereka yang miskin dan sakit ke perjamuan. Yesus dan Eliud melayani mereka di meja. Tindakan ini meninggalkan kesan mendalam dalam diri mereka yang mengundang-Nya. Sore itu Yesus bersama Eliud kembali ke tempat di luar Nazaret, di mana Ia melewatkan malam dan merayakan Sabat di sinagoga.

Keesokan harinya, Yesus dan Eliud kembali ke En-Dor, yang hanya satu Sabat perjalanan jauhnya dari penginapan dan di sana Ia mengajar. Penduduknya adalah orang-orang Kanaan dan, aku pikir, dari Sikhem; sebab aku mendengar pada hari itu, setidaknya satu kali, nama Sikhemite. Mereka mempunyai sebuah berhala yang disembunyikan dalam sebuah gua bawah tanah. Dengan suatu mekanisme pegas, berhala dapat sekonyong-konyong dibangkitkan dari tanah dan duduk dengan sendirinya di sebuah altar yang dihias indah, yang dipersiapkan untuk menerima berhala. Mereka membeli berhala ini dari Mesir dan dinamai Astarte, dan aku memahaminya sebagai sama dengan Ester. Berhala ini berwajah bulat bagai bulan. Di kedua tangannya yang terentang, terdapat sesuatu yang panjang dan dibedung, bagai kepompong seekor kupu-kupu, lebar di bagian tengah dan meruncing di kedua ujungnya. Mungkin itu ikan. Di balik berhala tedapat suatu tumpuan di mana berdiri sebuah ember tinggi, atau sebuah separuh-tabung kecil, yang tingginya melampaui kepala. Di dalamnya terdapat sesuatu serupa bulir-bulir dalam sekam hijau, juga buah-buahan dan dedaunan hijau. Berhala berdiri dalam sebuah tong yang tingginya hingga ke bagian bawah tubuh, dan sekelilingnya terdapat pot-pot tanaman hidup. Orang-orang ini memuja berhala secara sembunyi-sembunyi dan Yesus dalam pengajaran-Nya mencela mereka karena berhala ini. Mereka biasa mengurbankan kanak-kanak cacat kepada sang dewi. Ada satu berhala yang menyertai dewi ini, yakni dewa Adonis, yang aku pikir, adalah suami Astarte.

Bangsa ini, sebagaimana telah diceritakan, telah dikalahkan di tiga bagian di bawah jenderal mereka - Sisera - dan mereka terserak sebagi budak di segenap penjuru negeri. Pada masa ini mereka amat tertindas dan dipandang sebelah mata. Tak berapa lama sebelum Kristus, mereka menyulut keributan di sekitar Kastil Herodes di Galilea; sesudah peristiwa itu mereka bahkan lebih tertindas.

Siang hari, Yesus dan Eliud kembali ke sinagoga dan di sana mengakhiri sabat.

Sementara itu, kaum Yahudi amat gusar dengan kunjungan Yesus ke En-Dor. Tetapi Yesus mencela mereka dengan keras atas ketegaran hati mereka terhadap sesama yang terabaikan. Ia mendesak mereka untuk memiliki semangat kasih dan mendorong mereka untuk membawa orang-orang terbuang itu ke pembaptisan yang atas rekomendasi Yesus mereka bertekad untuk menerimanya. Orang-orang Yahudi di tempat ini menjadi lebih condong hati kepada Yesus setelah mereka mendengarkan pengajaran-Nya. Menjelang sore, Ia kembali ke Nazaret bersama Eliud. Aku melihat mereka bercakap bersama sepanjang perjalanan, terkadang bahkan berhenti sejenak untuk bertatap muka dan berbicara. Eliud, lagi, menceritakan banyak peristiwa dalam Pengungsian ke Mesir, dan aku melihatnya kembali dalam penglihatan. Ia mulai dengan menanyakan apakah Yesus tak hendak memperluas kerajaan-Nya atas orang-orang baik di Mesir yang telah terkesan oleh kehadiran-Nya di antara mereka semasa kanak-kanak-Nya.

Di sini aku melihat kembali perjalanan Yesus setelah membangkitkan Lazarus melalui daerah kafir Asia hingga turun ke Mesir, dan yang telah aku lihat sebelumnya, bukan sekedar mimpiku, sebab Yesus mengatakan kepada Eliud bahwa di manapun benih telah ditaburkan, Ia akan menuai panenan sebelum hidup-Nya berakhir.       

Eliud tahu mengenai kurban roti dan anggur, juga mengenai Melkisedek; nemun demikian ia tak mempunyai gagasan sama sekali akan hubungannya dengan Yesus. Eliud menanyai-Nya apakah Ia bukan Melkisedek yang lain. Yesus menjawab: “Tidak. Melkisedek harus membuka jalan bagi kurban-Ku. Tetapi Aku akan menjadi kurban itu sendiri.”

Aku tahu juga dari pembicaraan bahwa Noemi, guru Maria di Bait Allah, adalah bibi Lazarus, saudari ibunya. Ayah Lazarus adalah putera seorang raja Siria; karena jasanya dalam peperangan, ia menerima harta milik sebagai ganjaran. Isterinya adalah seorang Yahudi terhormat, termasuk suku imam Harun, (melalui Manasye yang bersatu dengan Hana) dan tinggal di Yerusalem. Mereka memiliki tiga kastil: satu di Betania, satu dekat Herodium, dan satu di Magdalum di Laut Galilea, tak jauh dari Tiberias dan Gabara. Herodes juga mempunyai sebuah kastil di wilayah dekat Magdalum. Yesus dan Eliud juga membicarakan skandal yang didatangkan Magdalena atas keluarganya.

Yesus pulang ke rumah bersama Eliud. Di sana mereka mendapati telah berkumpul kelima murid, kaum Esseni, dan banyak lainnya yang hendak pergi ke pembaptisan. Beberapa pemungut cukai, juga, telah datang ke Nazaret untuk tujuan yang sama; dan beberapa kelompok telah mulai berangkat ke tempat pembaptisan.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Yesus Memulai Pewartaan-Nya di Depan Publik          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya  next      up  Halaman Utama