Bab 10
![]() Gua Palungan, Tempat Devosi di Kalangan Para Gembala
![]() Jalan menuju Gua Palungan melintas sepanjang sisi timur, dari sisi mana Betlehem tak dapat dicapai secara langsung, sebab tak ada jalan lurus yang menghantar orang ke sana. Betlehem nyaris tak terlihat dari sisi ini, sebab dipisahkan dari Lembah Gembala oleh tembok-tembok yang bobrok dan bangunan-bangunan serupa yang rusak hebat; jurang-jurang dalam terbentang di antara tembok-tembok dan bangunan-bangunan itu. Jalan masuk langsung yang terdekat ke dalam kota adalah lewat gerbang selatan yang menghantar orang ke Hebron. Setelah meninggalkan gerbang ini, orang harus memutar menuju timur guna mencapai wilayah Palungan. Wilayah ini berdekatan dengan Lembah Gembala dari mana orang dapat masuk ke dalamnya tanpa memasuki Betlehem. Baik Gua Palungan dan gua-gua di sekitarnya adalah milik para gembala, yang mempergunakannya sebagai tempat menyimpan perkakas dan tempat mengandangkan ternak mereka. Tak seorang pun dari Betlehem mempunyai kontak dengan wilayah ini, baik melalui jalan raya ataupun jalan setapak yang menuju ke sana. Yosef, yang ayahnya mempunyai rumah di sisi selatan kota, ketika masih kanak-kanak sering mengunjungi para gembala di sini, menyembunyikan diri dalam gua-gua dari saudara-saudaranya dan menghabiskan banyak waktu di sana dalam doa.
Ketika sekarang Yesus mengunjungi Palungan dengan ditemani para gembala, tempat itu telah amat berubah, sebab mereka telah menatanya sebagai suatu tempat devosi. Tak seorang pun diperkenankan menginjakkan kaki di tanah yang sakral; karenanya sebuah jalan berjeruji dibuat sekeliling gua, dengan demikian memperluas ruang yang dicakup olehnya. Ke dalam jalan ini terbuka bilik-bilik yang dibuat dalam batu karang serupa serambi; lantai dan tembok-tembok gua dihampari permadani dan karpet-karpet yang ditinggalkan Tiga Raja. Barang-barang itu ditenun dalam warna-warni, bentuk utamanya adalah piramida. (Kemungkinan adalah bentuk segitiga-segitiga aneka warna. Segitiga merupakan bentuk favorit di kalangan Yahudi untuk hiasan dinding. B Anna Katharina Emmerick biasa menyebtunya, sebagai missal, dalam kamar kecil Santa Maria di Bait Allah.)
Dua tangga melintas dari jalan menuju Gua Palungan. Langit-langit gua, di mana dulu terdapat lubang-lubang miring guna membiarkan cahaya masuk, telah seluruhnya dihilangkan dan diganti dengan sebuah kubah melalui mana cahaya masuk. Dari salah satu tangga, orang dapat mendaki dari kubah gua ke puncak bukit dan dari sana menuju Betlehem. Semua perubahan ini dibuat dengan sarana-sarana yang ditinggalkan oleh Tiga Raja.
Sabat baru saja dimulai dan suluh-suluh telah dinyalakan dalam Gua Palungan ketika para gembala membawa Yesus ke sana. Palungan itu sendiri masih berada di tempatnya semula. Yesus menunjukkan kepada para gembala sesuatu yang tidak mereka ketahui sebelumnya, yakni lokasi tepatnya di mana Ia dilahirkan. Ia menyampaikan suatu pengajaran kepada mereka dan mereka merayakan Sabat dalam gua. Yesus mengatakan kepada para pendengar bahwa Bapa SurgawiNya telah memilih tempat ini sebagai tempat kelahiran-Nya pada saat Maria Dikandung Tanpa Dosa, dan aku melihat gua sebagai suatu panggung dari beberapa peristiwa penting dari Perjanjian Lama. Abraham dan Yakub pernah berada dalam naungan tembok-temboknya, dan sebelum mereka Set, Anak Terjanji, dilahirkan di sana oleh Hawa setelah masa tobat selama tujuh tahun. Seorang malaikat menampakkan diri kepada Hawa dalam peristiwa itu, mengatakan kepadanya bahwa inilah benih yang diberikan Allah kepadanya sebagai ganti Habel. Untuk jangka waktu yang lama Set disembunyikan dan diasuh di sini, juga dalam Gua Menyusui Maraha - inang Abraham; sebab sebagaimana anak-anak Yakub mengejar Yusuf, demikianlah saudara-saudara Set mengejarnya. Gua Menyusui adalah makam Maraha.
Para gembala menghantar Yesus masuk ke dalam gua sebelahnya juga, di mana Keluarga Kudus tinggal untuk beberapa waktu lamanya. Sumber mataair yang memancar di sana pada malam Kelahiran Kristus, telah mereka lindungi dengan indah, dan mereka mempergunakan airnya di kala sakit. Yesus memerintahkan mereka untuk membawa sedikit dari airnya bersama mereka. Setelah meninggalkan gua, Ia mengunjungi gubuk-gubuk para gembala.
Saturnin membaptis beberapa lelaki lanjut usia yang tak dapat pergi ke baptisan Yohanes. Ke dalam air yang mereka ambil dari sumber mataair gua dekat Palungan, mereka menuangkan sedikit air baptis Kristus dari kolam di pulau di Yordan. Dalam baptisan Yohanes semua mengakukan dosa-dosa mereka secara umum; tetapi dalam baptisan Yesus, tiap-tiap orang mengakukan dosa-dosanya secara pribadi, memberikan bukti tobat, dan menerima pengampunan. Para lelaki lanjut usia yang dibaptis Saturnin berlutut, bahu mereka telanjang hingga sebatas dada, kepala mereka menunduk di atas sebuah baskom besar. Dengan cara inilah mereka dibaptis. Rumusan yang dipergunakan dalam baptisan ini serupa dengan yang dipergunakan Yohanes pada saat pembaptisan Yesus. Tetapi kepada kata Yehova dan doa mohon ketiga karunia ditambahkan “dan dalam nama Dia yang diutus.”
Yesus Mengunjungi Penginapan-penginapan, Tempat-tempat Perhentian Keluarga Kudus dalam Pengungsian ke Mesir
Yesus melewatkan malam-malam-Nya seorang diri dalam doa. Ketika meninggalkan para gembala, Ia mengatakan kepada para murid bahwa sekarang Ia hendak melakukan suatu perjalanan lain mengunjungi orang-orang yang dengan ramah telah memberi DiriNya dan orangtuaNya tumpangan dalam pengungsian, bahwa Ia akan menyembuhkan orang-orang mereka yang sakit dan mempertobatkan seorang pendosa, bahwa tak ada jejak langkah orangtuaNya yang kudus yang tidak diberkati, dan bahwa siapa saja yang telah menunjukkan belas kasihan dan kebaikan bagi Mereka dalam pengungsian, sekarang akan Ia cari dan hantar pada keselamatan. Belas kasihan dan kebaikan semua orang itu bagi Mereka merupakan suatu janji dan antisipasi bagi keselamatan; dampaknya akan selamanya. Sebagaimana sekarang, demikian kata-Nya, Ia mengunjungi mereka semua yang pada waktu itu menunjukkan belas kasih kepada-Nya dan kepada orangtua-Nya, demikianlah Bapa SurgawiNya akan memperhatikan mereka semua yang menunjukkan belas kasihan dan kebaikan kepada bahkan saudara-saudara-Nya yang paling tidak dipandang mata. Yesus lalu menunjuk suatu tempat dekat kota dan Gunung Efraim, di mana para murid hendaknya menantikan kedatangan-Nya.
Sekarang Ia berkelana seorang diri sekitar wilayah kekuasaan Herodes menuju padang gurun dekat Anim, atau Enzannim, beberapa jam jauhnya dari Laut Mati. Perjalanan-Nya terbentang melintasi suatu wilayah liar, meski cukup subur, yang dibatasi dengan pagar-pagar, di mana sangat banyak unta merumput; unta-unta itu dibagi dalam kelompok-kelompok empatpuluh ekor. Terdapat suatu penginapan untuk persingghan para pengelana yang melintasi padang gurun, dan ke sanalah Yesus pergi. Beberapa gubuk dan naungan berdiri dekatnya; pemilik penginapan memiliki banyak unta.
Penginapan ini adalah penginapan terakhir dalam wilayah Herodes yang dijumpai Keluarga Kudus dalam pengungsian mereka ke Mesir. Orang-orangnya adalah sekelompok pencuri dan perampok, namun demikian mereka telah menerima Keluarga Kudus dengan ramah. Kota dekat sana didiami oleh orang-orang dengan perangai kacau yang menetap di sana sesudah perang.
Ye masuk ke dalam penginapan dan meminta tumpangan. Pemiliknya seorang laki-laki bernama Ruben, berumur sekitar limapuluh tahun, yang telah ada di sana pada waktu pelarian ke Mesir. Ketika Yesus menatap dan menyapanya, rahmat terpancar bagai seberkas sinar menembusi dadanya. Perkataan dan sapaan Yesus jatuh atasnya bagai suatu berkat; amat tergerak hatinya ia berseru: “Tuhan, seolah Tanah Terjanji masuk bersama-Mu ke dalam rumahku!” Yesus menjawab bahwa, jika ia percaya pada Janji dan tidak membuang kegenapannya dari-Nya, ia sungguh akan ikut ambil bagian di Tanah Terjanji. Kemudian Ia berbicara mengenai perbuatan-perbuatan baik dan dampak-dampaknya, mengatakan kepadanya bahwa Ia sekarang telah datang untuk memaklumkan keselamatan kepadanya, sebab ia telah berbaik hati menjamu BundaNya dan bapa asuh-Nya bertahun-tahun yang silam dalam pengungsian mereka ke Mesir. Begitulah, perbuatan, entah baik atau buruk, pasti menghasilkan buah. Mendenar kata-kata Yesus ini, si pemilik penginapan tersungkur ke tanah dengan gemetar di hadapan-Nya, dengan mengatakan: “Tuhan, siapakah aku ini, seorang malang yang rendah dan hina, hingga Engkau sudi masuk ke dalam rumahku?” Yesus menjawab bahwa Ia telah datang guna membasuh orang-orang berdosa dari keberdosaan mereka dan menghantar mereka kembali kepada Allah. Pemilik penginapan masih berbicara akan ketidaklayakannya sendiri, dan mengatakan bahwa semua penduduk tempat itu adalah generasi yang malang dan sesat; ia juga menceritakan kepada Yesus mengenai cucu-cucunya yang sakit dan memprihatinkan keadaannya. Yesus menjawab bahwa jika ia percaya kepada-Nya dan dibaptis, Ia akan memulihkan kesehatan cucu-cucunya. Laki-laki itu membasuh kaki Yesus, dan memberi-Nya jamuan terbaik dari yang ia miliki. Ketika para tetangga datang, ia mengatakan keapda mereka siapa Yesus dan apa yang telah dijanjikan-Nya. Ia mempunyai seorang sanak di antara mereka yang bernama Isakhar.
Sesudah itu, ia menghantar Yesus kepada cucu-cucunya yang sakit yang, sebagian karena kusta dan sebagian karena timpang, telah menjadi begitu cacat jasmaninya. Yesus menyuruh anak-anak itu berdiri, dan mereka bangkit dalam keadaan sembuh. Yesus mengunjungi pula beberapa perempuan yang sakit pendarahan. Yesus memerintahkan agar suatu tempat mandi dipersiapkan. Mereka mempersiapkan sebuah bejana besar berisi air di bawah sebuah kemah. Dari salah satu dari kedua botol yang Ia bawa dengan diikatkan pada pinggang-Nya di bawah jubah luar-Nya, Ia menuangkan ke dalam bejana sedikit air baptis dari Sungai Yordan dan memberkati keseluruhannya. Mereka yang sakit lalu diperintahkan untuk mandi di dalamnya. Merka mandi, dan keluar dalam keadaan bersih dan penuh syukur kepada Tuhan. Yesus tidak membaptis mereka, meski pembasuhan ini sepadan dengan Baptis dalam bahaya maut; tetapi Ia mendorong mereka untuk pergi ke pembaptisan di Sungai Yordan.
Ketika orang-orang bertanya kepada Yesus apakah Sungai Yordan sungguh mempunyai suatu khasiat istimewa, Ia menjawab bahwa saluran Yordan telah dilubangi dan jalannya diatur, bahwa semua tempat suci di tanah ini telah ditetapkan untuk tujuan-tujuan khusus oleh Bapa SurgawiNya jauh sebelum manusia ada di sana, ya, bahkan sebelum tanah atau Yordan muncul dari ketiadaan. Yesus menyampaikan hal-hal yang amat mengagumkan mengenai hal ini, dan Ia mengajar para perempuan mengenai perkawinan dengan menanamkan kesahajaan dan pengendalian diri. Ia menyatakan kemerosotan moral orang-orang di tempat ini dan keadaan anak-anak yang memprihatinkan, sebagai akibat dari hubungan tidak sah yang begitu umum di kalangan mereka. Ia berbicara mengenai andil orangtua dalam rusaknya moral anak-anak mereka, mengenai menolak yang jahat dengan tobat dan silih, dan mengenai kelahiran kedua melalui pembaptisan.
Kemudian Ia menceritakan kepada mereka semua perbuatan-perbuatan baik yang telah mereka perbuat bagi Keluarga Kudus pada saat pengungsian, dan Ia juga menyampaikan informasi kepada mereka sehubungan dengan tempat-tempat di mana Keluarga Kudus beristirahat dan menyegarkan diri. Ada pada Maria dan Yosef pada waktu pelarian itu seekor keledai betina, juga keledai yang ditunggangi Santa Perawan. Yesus menunjukkan kepada orang-orang itu segala yang mereka lakukan pada saat pengungsian, yakni segala perbuatan baik yang mereka tunjukkan kepada Keluarga Kudus, sehingga berbagai tipe mereka yang hadir berbalik dari dosa ke keselamatan. Mereka mempersiapkan bagi Tuhan suatu perjamuan dari yang terbaik yang mereka miliki. Jamuan itu terdiri dari semacam susu kental seperti keju putih, madu, ketul-ketul roti dipanggang dengan abu, anggur dan daging burung.
Disertai oleh sebagian dari orang-orang ini, Yesus meninggalkan Ainon dan, kembali dengan rute yang lain, menjelang senja hari tiba di sebuah kota yang dibangun pada kedua sisi sebuah gunung, yang dilintasi sebuah lembah yang tidak rata penuh jurang-jurang yang dalam. Baik gunung maupun kota memiliki nama yang sama, Efraim, atau Efron. Gunung ini menghadap langsung ke Gaza. Yesus datang melalui wilayah Hebron. Beberapa jauh dari jalanan yang ditempuh-Nya dapat dilihat sebuah reruntuhan kota dengan sebuah menara yang masih berdiri, yang namanya kedengaran seperti Malaga. (Kemungkinan yang dimaksud adalah Molada, atau Malotha dari Josephus Flavius, 18,7,2.) Sekitar satu jam jauhnya dari tempat ini terdapat pohon-pohon Mamre di mana para malaikat menyampaikan kepada Abraham janji akan seorang putera, Ishak; juga gua kembar yang dibeli Abraham dari Efron, orang Het, dan yang kelak menjadi makamnya. Lapangan yang menjadi saksi pertarungan antara Daud dan Goliat berada tak jauh dari sana.
Setelah mereka yang menyertai-Nya undur diri, Yesus pergi mengitari satu sisi kota kembar dan menjumpai para murid-Nya di jalan lembah yang tak rata yang telah ditunjuk oleh-Nya sebagai tempat pertemuan. Ia menghantar mereka keluar dari ngarai yang berliku-liku menuju ke sebuah gua yang amat luas di bagian gunung yang paling liar, di mana tak ada jalan setapak. Tempat itu merupakan tempat peristirahatan, yang keenam, bagi Keluarga Kudus dalam pengungsian mereka ke Mesir, dan di sinilah Yesus dan para murid-Nya melewatkan malam.
Yesus menceritakan keadaan di sana kepada para murid dengan menekankan kesakralan tempat itu, sementara para murid sibuk membuat perapian. Mereka menyalakan api dengan memutar sepotong kayu dalam kayu lainnya. Seorang dari para nabi sering melewatkan waktu dalam gua ini untuk menyediakan bagi dirinya kesempatan untuk masuk ke dalam doa yang lebih khusuk. Aku pikir nabi ini adalah Samuel. Daud, juga, sementara menjaga kawanan ternak ayahnya di sekitar sini, menjadikan gua ini suatu tempat doa dan di sana menerima perintah-perintah Allah melalui perantaraan malaikat. Pada waktu doa seperti itulah ia diperintahkan untuk membunuh Goliat.
Ketika Keluarga Kudus tiba di gua ini, mereka dalam kondisi patah semangat dan kecapaian. Santa Perawan menangis pedih. Mereka sangat berkekurangan dalam segala sesuatu, sebab mereka melarikan diri melalui jalan-jalan yang tak lazim, dengan menghindari kota-kota besar dan penginapan-penginapan umum. Mereka melewatkan seharian penuh di sini guna menghimpun tenaga kembali, dan beberapa peristiwa ajaib terjadi demi menyediakan makanan bagi mereka - sebuah mataair menyembul dalam gua, dan seekor kambing melompat masuk dan memberikan diri diperah susunya.
Yesus berbicara kepada para murid mengenai pencobaan dan penderitaan besar yang menghadang-Nya dan segenap para murid-Nya, mengenai kesulitan hidup di sini yang ditanggung-Nya dan BundaNya, mengenai belas kasihan Bapa SurgawiNya, dan mengenai kesakralan tempat ini. Ia menambahkan bahwa kelak di kemudian hari akan berdiri sebuah gereja di tempat itu, dan Ia memberkati gua seolah mentahbiskannya. Para murid membawa buah-buahan dan roti, dan mereka semua bersantap.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|