Bab 5
![]() Perkawinan di Kana
![]() ![]() Kana, yang terletak di sisi barat sebuah bukit, adalah sebuah tempat yang bersih dan menyenangkan, tak seluas Kapernaum. Kota itu memiliki sebuah sinagoga dengan tiga orang imam yang melayani. Di dekatnya terdapat balai umum di mana perkawinan akan diselenggarakan. Balai itu mempunyai sebuah halaman depan yang ditanami pepohonan dan semak perdu. Dari balai ini ke sinagoga, jalanan dihiasi dengan rangkaian dedaunan dan lengkungan-lengkungan di mana digantungkan karangan-karangan bunga dan buah-buahan. Aula pesta terbentang dari pintu masuk balai bagian belakang ke dan melewati perapian, sebuah tembok tinggi dengan langkan-langkan, yang sekarang dihias bagai sebuah altar dengan jambangan-jambangan dan bebungaan dan hadiah-hadiah untuk mempelai. Nyaris sepertiga dari aula yang luas ini terletak di belakang perapian, dan di sanalah para perempuan duduk dalam perjamuan kawin. Tiang-tiang yang menyangga lantai atas juga digantungi karangan-karangan bunga, dan ada juga peralatan untuk menyalakan lampu-lampu yang dipasang di sana.
Ketika Yesus bersama para murid tiba dekat Kana, Ia dengan teramat hormat disambut oleh Maria, orangtua mempelai, pengantin laki-laki dan mereka yang lain yang keluar untuk menyongsong-Nya. Yesus bersama para murid-Nya yang biasanya, di antara mereka para Rasul mendatang, menginap di sebuah rumah terpencil milik bibi mempelai laki-laki dari pihak ibu. Bibinya ini adalah juga puteri Sobe, saudari Anna. Ia berperan sebagai ibu mempelai laki-laki sepanjang upacara perkawinan. Ayah mempelai bernama Israel; ia adalah keturunan Rut dari Betlehem. Ayahnya ini seorang saudagar kaya yang menjalankan bisnis angkutan yang besar. Ia memiliki gudang-gudang dan penginapan-penginapan besar dan tempat-tempat perbekalan sepanjang jalan-jalan raya guna menyediakan makanan hewan bagi kereta-kereta yang lewat. Pekerjanya banyak, sebagian besar penduduk Kana mendapatkan nafkah mereka dengan bekerja padanya; sesungguhnya, segala transaksi bisnis sepenuhnya ada dalam tangannya dan segelintir kecil orang. Ibu mempelai agak sedikit timpang; ia timpang sebelah dan harus dituntun.
Segenap sanak keluarga St Anna dan St Yoakim telah datang dari sekitar Galilea ke Kana, seluruhnya berjumlah lebih dari seratus orang tamu. Maria Markus, Yohanes Markus, Obed dan Veronica telah datang dari Yerusalem. Yesus Sendiri membawa sekitar duapuluh lima orang murid bersama-Nya.
Di masa lalu, dalam usianya yang keduabelas, Yesus pada pesta anak-anak yang diselenggarakan di rumah St Anna sekembalinya Ia dari Bait Allah, menyampaikan kepada mempelai laki-laki perkataan penuh makna misterius perihal roti dan anggur. Yesus mengatakan kepadanya bahwa suatu hari kelak Ia akan hadir dalam perkawinannya. Keikutsertaan Yesus dalam perkawinan ini, sama seperti setiap tindakan-Nya yang lain semasa karya-Nya di dunia, di samping mengandung makna yang misterius dan luhur, mempunyai alasan yang lahiriah, kelihatan dan biasa. Lebih dari sekali Maria mengirim utusan-utusan kepada Yesus memohon-Nya untuk hadir di sana. Teman-teman dan sanak Keluarga Kudus, menilai dari sudut pandang manusia, menyampaikan pernyataan-pernyataan seperti berikut: “Maria, Bunda Yesus, adalah seorang janda yang kesepian. Yesus menjelajahi negeri, sedikit saja memberikan perhatian untuknya ataupun sanak-Nya, dsb, dsb.” Oleh karena alasan ini, Maria sangat ingin agar Putranya menghormati teman-teman-Nya dengan kehadiran-Nya dalam perkawinan itu. Yesus menangkap maksud Maria dan memandang kehadiran-Nya itu sebagai suatu kesempatan yang tepat untuk membebaskan mereka dari pandangan-pandangan yang keliru. Yesus juga bertanggung jawab atas satu hidangan pesta, dan sebab itu Maria pergi ke Kana sebelum para tamu yang lain datang dan membantu dalam berbagai persiapan. Yesus mengatur persediaan seluruh anggur untuk pesta, itu sebabnya mengapa Maria begitu cemas mengingatkan-Nya bahwa mereka kehabisan anggur. Yesus juga telah mengundang Lazarus dan Marta ke Kana. Marta membantu bersama Maria dalam persiapan, dan adalah Lazarus yang membiayai (hal yang diketahui hanya oleh Yesus dan Maria) segala pengeluaran yang dibelanjakan Yesus dalam pesta itu. Yesus menaruh kepercayaan besar pada Lazarus, dan dengan senang hati menerima semua darinya, sementara Lazarus hanya terlalu bahagia dapat memberi kepada Yesus. Lazarus hingga saat terakhir adalah bagai harta pusaka komunitas. Sepanjang pesta, Lazarus diperlakukan oleh ayah mempelai sebagai seorang yang amat disegani, dan ia bahkan secara pribadi menyibukkan diri untuk melayaninya. Lazarus sangat santun dalam tingkah lakunya, segala perilakunya tulus, tenang dan ditandai oleh kebajikan yang luhur; ia sedikti berbicara dan sikapnya terhadap Yesus penuh kasih pengabdian.
Selain anggur, Yesus juga sibuk menyiapkan satu menu hidangan untuk perjamuan; hidangan ini terdiri dari bahan utama, semacam aneka rupa unggas, buah-buahan dan sayur-mayur. Untuk ini semua persiapan telah dilakukan. Veronica telah membawa bersamanya dari Yerusalem sekeranjang bunga-bunga pilihan dan pita-pita yang dibuat dengan teramat trampil. Yesus bagai Tuan pesta. Ia memimpin semua hiburan, yang Ia atur seturut perintah-perintah-Nya Sendiri. Ia juga yang menetapkan segala tata upacara perkawinan. Ia mengarahkan agar segenap tamu bergembira-ria pada hari-hari itu seturut kebiasaan yang berlaku dalam peristiwa-peristiwa demikian, tetapi pada saat yang sama Ia memetik pelajaran kebijaksanaan dari rupa-rupa kegembiraan mereka. Di antaranya, Ia memerintahkan agar dua kali dalam sehari para tamu hendaknya meninggalkan balai untuk menghibur diri di udara terbuka.
Kemudian aku melihat para tamu perkawinan itu di sebuah taman, laki-laki dan perempuan saling terpisah, bersenang-senang dengan berbincang dan bermain. Para lelaki duduk bersandar dalam lingkaran-lingkaran di atas tanah. Di tengah terdapat beraneka-ragam buah-buahan yang, menurut aturan-aturan tertentu, saling mereka lemparkan satu sama lain. Si pelempar bertujuan memasukkan buah ke dalam lubang-lubang atau lingkaran-lingkaran tertentu, sementara yang lain berusaha menghalangi. Aku melihat Yesus dengan sungguh gembira ikut ambil bagian dalam permainan. Kerap kali dengan tersenyum Ia melontarkan sepatah kata bijak yang membuat para pendengar-Nya berdecak kagum. Dengan amat terkesan mereka menerimanya dalam hati; mereka yang kurang cepat memahami maknanya meminta penjelasan dari teman-teman terdekat. Yesus menguasai pusat lingkaran dan menentukan hadiah-hadiah yang Ia berikan dengan perkataan-perkataan indah dan yang terkadang cukup mencengangkan. Para tamu yang lebih muda bergembira-ria dengan berlarian dan melompati karangan dedaunan dan timbunan buah-buahan. Kaum perempuan duduk terpisah dan bermain buah-buahan juga; tempat duduk mempelai selalu berada di antara Maria dan bibi mempelai laki-laki.
Ada juga ditampilkan semacam tari-tarian. Anak-anak bermain instrumen musik dan menyanyi dalam paduan suara secara berselang-seling. Para penari, baik para lelaki maupun para gadis, memegang selendang dengan mana mereka menyentuh satu sama lain sementara menari dalam barisan-barisan atau dalam lingkaran-lingkaran. Tanpa selendang-selendang itu mereka tak pernah saling bersentuhan satu sama lain. Selendang pasangan mempelai laki-laki dan perempuan berwarna hitam, sementara yang lain berwarna kuning. Pertama-tama, pasangan mempelai laki-laki dan perempuan menari sendirian, kemudian semua menari bersama. Para gadis mengenakan kerudung, tetapi sebagian diangkat di atas wajah; gaun mereka panjang di bagian belakang, tetapi agak sedikit diangkat di bagian depan dengan renda-renda. Tak ada melompat atapun meloncat dalam tarian, sebagaimana biasa di kalangan kita; melainkan lebih merupakan gerakan semua anggota tubuh, disertai gerakan ayun yang kerap si penari dan mengikuti irama musik dengan tangan, kepala dan seluruh tubuh. Meski sepenuhnya sederhana dan lemah-gemulai, tarian itu mengingatkanku akan gerakan ayun kaum Farisi Yahudi pada waktu berdoa. Tak seorang pun dari para Rasul mendatang ikut ambil bagian dalam tarian; tetapi Natanael Chased, Obed, Yonatan, dan beberapa murid yang lain ikut serta. Para penari perempuan terdiri dari para gadis saja. Acaranya cukup luar bisa, dan semangat sukacita yang tenang terasa di kalangan para tamu.
Sepanjang hari-hari gembira itu, Yesus sering mengadakan percakapan pribadi dengan murid-murid yang kelak menjadi Rasul-Nya. Akan tetapi yang lain pun tidak diabaikan. Yesus sering berjalan bersama mereka dan bersama segenap tamu yang lain di wilayah sekitarnya dan mengajar mereka. Para rasul mendatang kerap menjelaskan ajaran-ajaran Yesus kepada teman-teman mereka. Kepergian para tamu untuk berjalan-jalan ini menyediakan waktu bagi persiapan pesta dalam rumah. Tetapi, beberapa murid, dan bahkan Yesus Sendiri terkadang, ikut berpartisipasi dalam persiapan-persiapan yang dilakukan dalam rumah, membantu mengatur ini atau itu, dan di samping itu, beberapa dari mereka ikut serta dalam arak-arakan mempelai.
Yesus bermaksud menyatakan Diri dalam pesta ini kepada segenap teman dan sanak keluarga. Ia juga berkeinginan agar semua yang telah Ia pilih hingga saat itu, hendaknya saling mengenal satu sama lain dan pula mengenal sanak keluarga-Nya. Hal ini dapat dilakukan secara terlebih leluasa pada peristiwa macam pesta perkawinan ini.
Yesus mengajar juga di sinagoga di hadapan para tamu yang berkumpul. Ia berbicara mengenai kegembiraan dari kesenangan-kesenangan yang diperkenankan, mengenai motivasi yang mungkin menggerakkan mereka, dan mengenai sikap yang tak berlebihan dan kebijaksanaan yang hendaknya menyertai mereka. Kemudian Ia berbicara mengenai perkawinan, mengenai suami dan isteri, mengenai pengendalian diri, mengenai kemurnian, dan mengenai persatuan rohani. Di akhir pengajaran, pasangan mempelai menghadap Yesus, dan Ia berbicara kepada mereka secara terpisah.
Upacara Perkawinan. Permainan Kaum Perempuan. Lotere Kaum Lelaki.
Pada hari ketiga sesudah kedatangan Yesus, sekitar pukul sembilan pagi, upacara perkawinan dilangsungkan. Mempelai perempuan telah didandani oleh para gadis pengiringnya. Gaunnya serupa seperti yang dikenakan oleh Bunda Allah pada saat perkawinannya. Mahkotanya juga serupa, meski lebih semarak dalam hiasan. Akan tetapi rambutnya tidak dijalin seindah rambut Maria, melainkan kepang-kepangnya lebih sedikit dan lebih tebal. Ketika telah sepenuhnya siap, mempelai perempuan dihadapkan kepada Santa Perawan dan para perempuan lain.
Mempelai perempuan dan mempelai laki-laki dibimbing dalam arak-arakan dari balai pesta ke sinagoga dan kembali lagi. Enam anak lelaki kecil dan banyak gadis kecil dengan karangan-karangan dan rangkaian-rangkaian bunga mendahului arak-arakan. Di belakang mereka ada enam anak lelaki yang lebih besar dan enam anak gadis yang lebih besar dengan seruling dan alat-alat musik lainnya. Di pundak mereka muncul sesuatu bahan yang kaku serupa sayap-sayap. Duabelas gadis belia menyertai mempelai perempuan sebagai pengiring pengantin; duabelas pemuda menyertai mempelai laki-laki, di antaranya Obed, putera Veronica, kemenakan-kemenakan Yusuf dari Arimatea, Natanael Chased, dan beberapa murid Yohanes, tetapi tak seorang pun dari rasul mendatang.
Upacara perkawinan dipimpin oleh imam di depan sinagoga. Cincin-cincin yang saling dipertukarkan oleh pasangan muda ini telah dibawakan kepada mempelai laki-laki oleh Maria sesudah Yesus memberkatinya untuk Maria. Aku memperhatikan sesuatu dalam perkawinan ini yang luput dari perhatianku pada perkawinan Yosef dan Maria, yakni, imam menoreh jari manis kiri dari mempelai laki-laki dan mempelai perempuan dengan suatu alat yang tajam, tepat di tempat di mana cincin akan dikenakan. Kemudian imam menampung dalam sebuah gelas dua tetes darah dari mempelai laki-laki dan setetes darah dari mempelai perempuan. Isi gelas lalu diminum oleh pasangan muda ini dan sesudahnya gelas diberikan kepada yang lain. Sesudah itu, banyak barng-barang lain, seperti selendang dan kain-kain, dibagi-bagikan kepada orang-orang miskin yang berkumpul sekeliling sana. Ketika pasangan mempelai dihantar kembali ke rumah pesta, Yesus Sendiri yang menyambut mereka.
Sebelum perjamuan perkawinan, aku melihat segenap tamu berkumpul kembali di taman. Kaum perempuan dan para gadis duduk di atas karpet di sebuah anjang-anjang dan bermain buah-buahan. Mereka mengedarkan dari yang satu kepada yang lain sebuah lembaran kecil segitiga yang pinggirnya bertuliskan huruf-huruf tertentu, dan yang dilengkapi pula dengan sebuah penunjuk. Lembaran ini ditempatkan di pangkuan, penunjuknya dipuntir, hadiah-hadiah ditetapkan oleh di mana ujung penunjuk berhenti.
Sebagai hiburan kaum laki-laki, aku melihat sebuah permainan yang mengagumkan, yang dirancang oleh Yesus Sendiri di pondok musim panas. Di tengah pondok berdiri sebuah meja bundar dengan banyak bunga-bungaan, dedaunan dan buah-buahan yang ditempatkan sekeliling pinggiran meja di mana duduk para pemain. Sebelumnya, Yesus sendirian telah menyusun tatanan ini, masing-masingnya mengandung makna misterius. Di atas permukaan meja terdapat sebuah piringan yang dapat dipindah-pindahkan dengan sebuah celah. Tatanan buah-buahan atau bunga-bungaan di mana cela berhenti ketika piringan diputar, menjadi hadiah bagi dia yang memutarnya. Di tengah meja, terdapat ranting dengan buah-buah anggur di antara berkas-berkas gandum. Semakin lama piringan diputar, semakin naik tinggi buah anggur dan gandum. Baik para rasul mendatang maupun Lazarus tidak ikut ambil bagian dalam permainan. Diberitahukan kepadaku pada waktu itu bahwa barangsiapa telah menerima panggilan untuk mengajar atau barangsiapa mendapat perkenanan untuk dianugerahi pengetahuan yang terlebih besar dari teman-temannya, hendaknya tidak ikut ambil bagian dalam permainan: hendaknya ia mengamati hasilnya dan siap untuk memberikan pencerahan kepada mereka. Demikianlah keseriusan dan kegembiraan saling mengimbangi satu sama lain.
Dalam permainan yang dirancang oleh Yesus ini, ada sesuatu yang sangat mengagumkan dan lebih dari sekedar mengagumkan, sebab hadiah yang jatuh ke tangan pemain masing-masingnya mengandung makna kecondongan-kecondongan pribadi, kesalahan-kesalahan dan keutamaan-keutamaannya sendiri. Yesus menjelaskan kepada mereka masing-masing sementara hadiah yang dimenangkannya diberikan kepadanya. Tiap-tiap hadiah, seolah, adalah sebuah perumpamaan, suatu persamaan dengan si pemenang sendiri, dan aku merasa bahwa bersama buah itu si pemenang sesungguhnya menerima sesuatu secara batin. Semua tersentuh dan tergerak oleh kata-kata Yesus, mungkin juga dengan menyantap buah yang bermakna itu yang sekarang mendatangkan dampak. Apa yang dikatakan Yesus tentang masing-masing hadiah cukup tak terpahami bagi semua orang hingga tak diperhatikan. Perkataan itu diterima oleh para penonton hanya sebagai perkataan yang menyenangkan dan kritis. Akan tetapi masing-masing penerima merasa bahwa Tuhan telah memandang jauh ke kedalaman batinnya. Hal yang sama terjadi di sini sebagaimana perkataan Yesus kepada Natanael sehubungan dengan tatapan-Nya di bawah pohon ara. Tatapan itu masuk ke kedalaman jiwa Natanael, sementara bagi yang lain maknanya tetap tersembunyi.
Aku ingat bahwa di antara bunga-bungaan terdapat mignonette, dan bahwa Yesus, ketika menghadiahkannya kepada Natanael Chased, mengatakan kepadanya: "Sekarang engkau dapat mengerti bahwa Aku benar ketika mengatakan kepadamu: Engkau seorang Israel sejati, tidak ada kepalsuan di dalamnya."
Aku melihat salah satu dari hadiah-hadiah itu mendatangkan dampak yang paling menakjubkan. Natanael, mempelai laki-laki, memenangkan buah yang mengagumkan. Ada dua macam buah dalam satu tangkai: yang satu serupa ara, yang lain, yang cekung, lebih serupa apel yang bertulang. Keduanya berwarna kemerahan, bagian dalamnya putih dan bergalur merah. Aku melihat buah serupa itu di Firdaus.
Aku melihat bahwa hadirin sangat terkejut ketika mempelai laki-laki memenangkan buah itu, dan bahwa Yesus berbicara mengenai perkawinan dan kemurnian, dan buah-buah yang seratus kali lipat dari kemurnian. Dan meski demikian, dalam segala yang Yesus katakan mengenai hal ini, tak ada satu pun yang mengejutkan gagasan Yahudi mengenai nilai perkawinan. Sebagian murid Esseni, Yakobus muda misalnya, memahaminya secara lebih baik dibandingkan yang lain mengenai kedalaman makna kata-kata-Nya.
Aku melihat para tamu terlebih terkagum-kagum atas hadiah itu dibandingkan hadiah-hadiah lainnya, dan aku mendengar Yesus mengatakan bahwa buah-buah itu dapat mendatangkan dampak yang jauh lebih besar dari makna luarbiasa yang diperlambangkannya. Sesudah mempelai laki-laki dan mempelai perempuan memakan buah yang mereka menangkan, aku melihat mempelai laki-laki menjadi amat tersentuh. Ia menjadi pucat, dan suatu kabut gelap keluar darinya; sesudah itu tampak bagiku ia terlabih bersinar dan terlebih murni, ya, bahkan transparan apabila dibandingkan ia sebelumnya. Mempelai perempuan juga, yang beberapa jauhnya duduk di antara kaum perempuan, setelah memakan buah bagiannya menjadi cukup pucat. Suatu bayangan gelap muncul dan pergi darinya. Buah yang dimakan pasangan mempelai itu merujuk pada kemurnian.
Ada penitensi-penitensi tertentu sehubungan dengan hadiah-hadiah yang berbeda. Aku ingat melihat pasangan mempelai membawa sesuatu pergi dari sinagoga, dan melakukan kebaktian-kebaktian tertentu. Hadiah Natanael Chased adalah seberkas kecil sorrel [= tanaman salad, obat].
Dalam diri masing-masing murid yang lain, setelah memakan hadiah mereka, bangkitlah hawa nafsunya yang dominan. Nafsu itu bergulat sedikit untuk menguasai, dan lalu entah pergi, atau si empunya karena pergulatan itu diperteguh dalam melawan serangan-serangannya. Dunia sayur-mayur sebelum Jatuhnya Manusia dalam dosa diberkati dengan kebaikan-kebaikan rohani tertentu, tetapi sejak cemar dosa, kuasa tanam-tanaman tetap menjadi rahasia bagi manusia. Bentuk, rasa, efek dari berbagai macam ragam tanaman ramuan dan buah-buahan, sekarang hanya sekedar sisa-sisa dari kebaikan-kebaikan yang mereka miliki sebelum dosa menyentuh mereka. Dalam penglihatan-penglihatanku, aku melihat di atas meja-meja surgawi buah-buahan sebagaimana mereka adanya sebelum Jatuhnya Manusia. Tetapi ciri khas mereka tidak selalu cukup jelas bagiku. Hal-hal yang demikian tampak membingungkan bagi pemahaman kita yang gelap, terlebih lagi tolol menurut kebiasaan hidup sehari-hari.
Ketika mempelai perempuan jatuh pingsan, para pengiring melepaskan darinya sebagian dari perhiasan-perhiasannya yang paling berat. Dari jari-jemarinya mereka melepaskan beberapa dari cincin-cincinnya yang banyak. Di antaranya sebuah perisai emas berbentuk corong yang dikenakan seperti tudung pada jari tengah. Mereka melepaskan juga gelang-gelang dan kalung-kalung dari pergelangan tangan dan lehernya. Satu-satunya perhiasan yang masih dikenakan selain cincin perkawinan, yang diberikan oleh Santa Perawan, adalah sebuah perhiasan emas yang tergantung di leher. Bentuknya serupa sebuah lengkungan tinggi pada dasar di mana ditatahkan sesuatu berwarna coklat, serupa cincin perkawinan Maria dan Yosef. Di dasar yang coklat itu terdapat sebuah figur yang jika diperhatikan seksama adalah sebuah kuncup bunga dalam berkasnya.
Permainan di taman dilanjutkan dengan perjamuan kawin. Bagian dari aula yang luas dari balai pesta di bagian ini yang diperlengkapi dengan perapian, dibagi menjadi tiga ruang oleh dua tirai yang dapat dipindah-pindahkan; tirai-tirai ini sangat rendah hingga para tamu yang duduk di meja-meja yang berbeda dapat saling melihat satu sama lain. Di masing-masing ruang ini terdapat sebuah meja panjang yang sempit. Yesus duduk di kepala meja yang di tengah, kaki-Nya terjulur ke perapian. Di meja yang sama duduk Israel, ayah mempelai, Lazarus, sanak saudara laki-laki dari pihak Yesus dan dari pihak mempelai. Para tamu yang lain, bersama para murid, duduk di dua meja samping. Para perempuan duduk di ruang di belakang perapian, tetapi di tempat di mana mereka dapat mendengarkan segala yang Yesus katakan. Mempelai laki-laki melayani meja, dengan dibantu oleh kepala pelayan yang mengenakan celemek, dan oleh beberapa pelayan. Para perempuan dilayani oleh mempelai perempuan dan beberapa pelayan perempuan.
Ketika hidangan dibawa masuk, seekor anak domba panggang dengan kaki-kakinya diikat bersilangan, dihidangkan di hadapan Yesus. Ketika mempelai laki-laki membawa kepada Yesus kotak kecil di mana ditempatkan pisau potong, Yesus memintanya mengingat permainan anak-anak sesudah pesta Paskah, di mana Ia mengisahkan perumpamaan tentang perkawinan, dan telah menubuatkan kepadanya bahwa Ia akan hadir dalam perkawinan si mempelai laki-laki. Kata-kata ini ditujukan hanya kepada Natanael seorang. Saat mendengarnya, ia berpikir dalam, sebab ia cukup lupa akan peristiwa tersebut. Yesus ada di perjamuan sebagaimana Ia ada di sepanjang seluruh rangkaian perayaan, sangat gembira dan selalu siap dengan kata-kata pengajaran. Ia menyertai setiap tindakan dengan suatu penjelasan akan makna rohaninya, dan berbicara mengenai kegembiraan dan sukaria pesta. Ia mengatakan bahwa busur tidak harus selalu ditarik, bahwa padang harus sesekali disegarkan kembali dengan hujan, dan di masing-masing Ia menyampaikan suatu perumpamaan. Sementara Ia memotong anak domba, kata-kata paling mengagumkan meluncur dari bibir-Nya. Ia berbicara mengenai memisahkan anak-anak domba dari kawanan, bukan demi keuntungan hewan-hewan kecil yang terpilih, melainkan bahwa mereka ini harus mati. Kemudian Ia membicarakan proses memanggang di mana daging dimatangkan dengan api pemurnian. Pemotongan masing-masing bagian tubuh anak domba, sebagaimana dikatakan-Nya, mengandung makna cara dengan mana mereka yang akan mengikuti Anak Domba harus dipisahkan dari kerabat terdekat mereka seturut daging. Ketika kepada setiap orang Ia telah membagikan sepotong dan semua menyantapnya, Ia mengatakan bahwa anak domba telah dipisahkan dari kawanannya dan dipotong-potong menjadi bagian-bagian kecil agar ia dapat menjadi dalam diri mereka makanan bagi persatuan komunal, demikian pula Ia akan harus mengikuti Anak Domba mengingkari padang rumput-Nya sendiri, mewujudnyatakan kasih-Nya hingga mati, dan dipisahkan dari anggota kaum keluarga-Nya. Maka Ia akan menjadi santapan, makanan, untuk mempersatukan melalui perantaraan Anak Domba saudara-saudara-Nya kepada Bapa Surgawi. Di hadapan setiap tamu terdapat sebuah piring atau sepotong roti gandum kecil. Yesus menempatkan sebuah piring coklat gelap dengan pinggiran kuning di hadapan-Nya, dan sesudahnya piring itu diedarkan. Aku melihatnya terkadang menggenggam seberkas kecil tanaman ramuan di tangan-Nya dan menyampaikan pengajaran mengenainya.
Yesus mengatur persiapan hidangan kedua bagi perjamuan dan juga anggur, dan semua ini dipersiapkan BundaNya dan Marta. Menu kedua ini terdiri dari burung, ikan, manisan madu, buah-buahan dan semacam pastry yang dibawa Veronica bersamanya. Ketika semuanya telah dibawa masuk dan ditata di sebuah meja samping, Yesus bangkit, memberikan potongan petama pada setiap hidangan, dan lalu kembali ke tempat-Nya di meja. Sajian dihidangkan, tetapi anggurnya kurang. Sementara itu Yesus sedang sibuk mengajar. Sekarang, kala Santa Perawan, yang menyediakan bagian sajian ini, melihat bahwa persediaan anggur tak mencukupi, datang kepada Yesus dan mengingatkan-Nya bahwa Ia telah berjanji kepadanya bahwa Ia akan memeriksa anggur. Yesus, yang sedang mengajar mengenai Bapa SurgawiNya, menjawab: "Perempuan, janganlah cemas! Janganlah merepotkan dirimu sendiri dan Aku! Saat-Ku belum tiba." Kata-kata ini tidak diucapkan dengan kasar kepada Santa Perawan. Yesus menyapanya sebagai "Perempuan" dan bukan sebagai "Bunda", sebab, pada saat ini sebagai sang Messias, sebagai Putra Allah, Ia hadir dalam kuasa ilahi dan hendak melakukan di hadapan segenap para murid dan kaum kerabat-Nya suatu tindakan penuh misteri.
Dalam setiap kesempatan apabila Ia bertindak sebagai Inkarnasi Sabda, Ia memuliakan mereka yang berpartisipasi dalam kesempatan tersebut dengan memberi mereka gelar yang paling tepat mewakili bagian yang ditetapkan bagi mereka. Demikianlah kekudusan dari tindakan ilahi dicurahkan, seolah, bagai berkas-berkas cahaya ke atas mereka dan menyampaikan kepada mereka suatu martabat istimewa. Maria adalah "Perempuan" yang melahirkan Dia dan sekarang, sebagai Pencipta-nya, ia berseru mengenai masalah kekurangan anggur. Sebagai Pencipta, Ia sekarang akan memberikan suatu bukti akan martabat-Nya yang mahatinggi. Di sini Ia akan menunjukkan bahwa Ia adalah Putra Allah dan bukan Putra Maria. Kelak, ketika dalam sakrat maut di Salib, Ia kembali menyapa BundaNya yang menangis dengan sebutan Perempuan, "Perempuan, lihatlah puteramu!" dan dengan menunjuk pada Yohanes.
Yesus telah berjanji kepada BundaNya bahwa Ia akan mengurus persediaan anggur. Dan di sini kita lihat Maria memulai peran MEDIATRIX yang sejak saat itu akan terus disandangnya. Maria menempatkan masalah kekurangan anggur di hadapan-Nya. Tetapi anggur yang akan Ia sediakan lebih dari sekedar anggur biasa; merupakan simbolisme dari misteri dengan mana Ia suatu hari nanti akan mengubah anggur menjdi Darah-Nya Sendiri. Jawaban, "Saat-Ku belum tiba," mengandung tiga makna: pertama, saat untuk menyediakan anggur terjanji; kedua, saat untuk mengubah air menjadi anggur; ketiga, saat untuk mengubah anggur menjadi Darah-Nya Sendiri.
Kecemasan Maria akan tamu perkawinan sekarang sepenuhnya telah sirna. Ia telah mengutarakan masalahnya kepada sang Putra, sebab itu dengan penuh keyakinan ia berkata kepada para pelayan: "Lakukanlah semua yang Ia katakan kepadamu."
Demikian juga Gereja, Mempelai Yesus, berkata kepada-Nya: "Tuhan, tak ada anggur bagi anak-anak-Mu." Dan Yesus menjawab: "Gereja" (bukan Mempelai), "janganlah cemas, janganlah gelisah! Saat-Ku belum tiba." Kemudian kata Gereja kepada para imamnya: "Dengarkanlah sabda-Nya, taatilah segala perintah-Nya, sebab Ia akan senantiasa menolongmu!"
Maria memerintahkan para pelayan untuk menanti perintah Yesus dan melakukannya. Sebentar kemudian Yesus memerintahkan mereka untuk membawakan kepada-Nya tempayan-tempayan kosong dan membalikkannya. Tempayan-tempayan ini dibawa masuk, tiga tempayan air dan tiga tempayan anggur, dan bahwa tempayan-tempayan itu kosong dibuktikan dengan meletakkannya terbalik. Lalu Yesus memerintahkan agar masing-masing tempayan diisi air. Para pelayan membawa tempayan-tempayan itu ke sumur yang ada dalam sebuah kubah di gudang bawah tanah, dan yang terdiri dari sebuah tangki air dari batu diperlengkapi dengan sebuah pompa. Tempayan-tempayan itu terbuat dari tanah liat, besar dan begitu berat hingga apabila penuh diperlukan dua orang laki-laki untuk menggotongnya, masing-masing di pegangan samping. Tempayan-tempayan itu pada jarak tertentu ditembusi pipa-pipa dari atas ke bawah dan ditutup dengan kran-kran. Ketika isinya pada kedalaman tertentu telah habis, kran berikut di bawahnya dibuka untuk mengeluarkan isinya. Tempayan-tempayan ini hanya dibuka pada kakinya yang tinggi.
Perkataan Maria kepada Yesus disampaikan dalam nada rendah, tetapi jawaban Yesus, pula perintah-Nya untuk meyediakan air, disampaikan dengan suara lantang. Ketika tempayan-tempayan berisi air telah ditempatkan, enam jumlahnya, di meja samping, Yesus pergi dan memberkatinya. Sementara kembali ke tempat-Nya di meja, Ia memanggil seorang pelayan: "Tuanglah sekarang dan bawalah kepada kepala pelayan!" Ketika kepala pelayan telah mencicipi anggur, ia menghampiri mempelai laki-laki dan mengatakan, "Setiap orang pertama-tama menghidangkan anggur yang baik, dan ketika semua telah mabuk, barulah yang kurang baik mutunya. Tetapi engkau telah menyimpan anggur yang baik hingga sekarang." Ia tidak tahu bahwa anggur disediakan oleh Yesus pula seluruh hidangan pesta. Itu adalah rahasia antara Keluarga Kudus dan keluarga pasangan mempelai. Kemudian mempelai laki-laki dan ayah mempelai meneguk anggur, dan mereka sungguh sangat heran. Para pelayan menyanggah dan mengatakan bahwa mereka hanya mengisikan air, dan bahwa bejana-bejana minum dan cawan-cawan di meja telah diisi dengan air itu. Dan sekarang segenap mereka minum. Mukjizat itu tidak menimbulkan kegemparan maupun kehebohan; sebaliknya, suasana takjub yang hening dan hormat menguasai mereka. Yesus mengajarkan banyak hal mengenai mukjizat ini. Di antaranya, Ia mengatakan bahwa dunia menyajikan pertama-tama anggur keras, dan lalu menipu mereka yang setengah mabuk dengan minuman yang buruk kualitasnya; akan tetapi tidak demikian halnya dengan Kerajaan yang telah diberikan Bapa SurgawiNya. Di sana air murni diubah menjadi anggur mahal, sebagaimana suam-suam kuku harus digantikan dengan gairah dan semangat yang berkobar. Ia menyinggung juga perjamuan yang diselenggarakan pada waktu usia-Nya duabelas tahun, sekembali-Nya dari mengajar di Bait Allah; Ia ada bersama banyak tamu-tamu yang sekarang berkumpul di sini, dan yang kala itu masih kanak-kanak. Ia mengingatkan mereka bahwa Ia pada kesempatan itu telah berbicara mengenai roti dan anggur, dan telah menceritakan perumpamaan tentang perkawinan di mana air suam-suam kuku akan diubah menjadi anggur antusiasme. Ini, kata-Nya, sekarang telah digenapi. Ia mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan menyaksikan mukjizat-mukjizat yang lebih besar dari ini; bahwa Ia akan merayakan beberapa Paskah, dan pada Paskah terakhir akan mengubah anggur menjadi Darah dan roti menjadi Daging, dan bahwa Ia akan tinggal bersama mereka hingga akhir guna meneguhkan dan menghibur. Sesudah perjamuan itu mereka akan melihat terjadi atas-Nya hal-hal yang sekarang tak dapat mereka mengerti, meski andai Ia menjelaskannya kepada mereka. Yesus tidak mengatakan semua ini dalam bahasa yang terus-terang. Ia menyembunyikannya dalam perumpamaan-perumpamaan, yang telah aku lupa, meski kepadaku telah diberikan artinya. Para pendengar-Nya dipenuhi rasa takjub dan kagum, dan anggur mendatangkan perubahan atas mereka semua. Aku melihat bahwa, tak hanya dengan mukjizat itu saja, melainkan juga dengan meneguk anggur itu, tiap-tiap orang telah beroleh kekuatan, batin yang benar, masing-masing mereka telah berubah. Perubahan ini serupa dengan yang didatangkan atas mereka pada tahap awal kegembiraan dengan menyantap buah-buahan. Para murid-Nya, kaum kerabat-Nya, singkat kata, semua yang hadir sekarang yakin akan kuasa dan martabat Yesus, pula akan misi-Nya. Semua percaya kepada-Nya. Iman segera menguasai setiap hati. Semua menjadi lebih baik, lebih bersatu, lebih batiniah. Dampak yang sama ini datang atas semua yang telah minum anggur. Yesus dalam pesta perkawinan ini, seolah, berada di tengah komunitas-Nya untuk pertama kali. Di sanalah Ia mengadakan mukjizat pertama demi mereka dan demi peneguhan iman mereka. Oleh karena alasan itu mukjizat ini, perubahan air menjadi anggur dicatat sebagai yang pertama dalam sejarah-Nya sebagaimana Perjamuan Malam Terakhir, ketika para Rasul diteguhkan dalam Iman, adalah yang terakhir.
Di akhir perjamuan, mempelai laki-laki datang kepada Yesus dan berbicara secara pribadi kepada-Nya dengan penuh kerendahan hati. Ia mengatakan kepada-Nya bahwa ia sekarang merasa dirinya telah mati terhadap segala keinginan daging dan bahwa, jika mempelainya setuju, ia akan memeluk hidup laku tapa. Mempelai perempuan juga menemui Yesus seorang diri dan mengungkapkan kerinduannya pada hal yang sama. Yesus memanggil mereka berdua di hadapan-Nya. Ia berbicara kepada mereka tentang perkawinan, tentang kemurnian yang begitu berkenan dalam pandangan Allah, dan mengenai buah roh yang beratuskali lipat. Ia menunjuk pada banyak nabi dan orang-orang kudus lainnya yang telah hidup dalam kemurnian, mempersembahkan tubuh mereka sebagai suatu korban bakaran bagi Bapa Surgawi. Dengan demikian mereka telah memenangkan kembali banyak jiwa-jiwa yang berkeliaran, telah memenangkan bagi diri mereka sendiri begitu banyak anak-anak rohani, dan telah mendapatkan berlimpah kesejahteraan rohani. Yesus berbicara mengenai semua ini dalam perumpamaan-perumpamaan tentang menabur dan menuai. Pasangan muda ini mengucapkan kaul laku tapa, dengan mana mereka mengikat diri untuk hidup sebagai saudara dan saudari selama rentang waktu tiga tahun. Lalu mereka berlutut di hadapan Yesus, dan Ia memberkati mereka.
Pada sore hari keempat perkawinan, mempelai perempuan dan mempelai laki-laki dihantar ke rumah mereka dalam perarakan pesta. Lentera-lentera yang ditata begitu rupa membentuk sebuah huruf dibawa. Anak-anak berjalan di depan membawa dua karangan bunga dalam balutan kain, yang satu terbuka dan yang satu tertutup, yang mereka sobek kecil-kecil dan tebarkan sekeliling depan rumah pasangan yang baru menikah. Yesus telah pergi mendahului. Ia menyambut mereka di rumah dan memberkati mereka. Para imam juga hadir. Sejak mukjizat yang diadakan Yesus dalam perjamuan, mereka telah menjadi sangat rendah hati dan memberi-Nya hak utama di manapun.
Pada hari Sabbat yang dilewatkan di Kana, Yesus mengajar dua kali di sinagoga. Ia menyinggung perjamuan kawin dan ketaatan serta kesalehan pasangan mempelai. Pada saat meninggalkan sinagoga, Ia dikerumuni oleh banyak orang; mereka merebahkan diri di hadapan kaki-Nya dan memohon-Nya untuk menyembuhkan orang-orang mereka yang sakit.
Yesus mengadakan di sini dua penyembuhan menakjubkan. Seorang laki-laki telah jatuh dari sebuah menara yang tinggi. Ia dibawa dalam keadaan mati, kedua tangan dan kakinya patah. Yesus mendatanginya, menempatkan kedua tangan dan kakinya pada tempatnya, menjamah bagian-bagian yang patah, dan lalu memerintahkan lelaki tadi untuk bangun dan pulang ke rumah. Laki-laki itu bangkit, berterima kasih kepada Yesus, dan pulang ke rumah. Ia mempunyai seorang isteri dan anak-anak. Yesus selanjutnya dihantar kepada seorang laki-laki yang dirasuki iblis, dan yang Ia dapati terbelenggu pada sebuah batu besar. Yesus membebaskannya. Lagi, Yesus dihantar kepada seorang perempuan, seorang pendosa, yang dijangkiti sakit pendarahan. Ia menyembuhkan perempuan itu, juga beberapa orang yang sakit gembur-gembur. Ia menyembuhkan tujuh orang seluruhnya. Orang tak berani mengerumuni-Nya sepanjang pesta perkawinan; tetapi sekarang sebab disebarkan kabar angin bahwa Ia akan pergi sesudah Sabat, mereka tak lagi dapat ditahan. Sejak mukjizat pesta perkawinan, para imam tak mencampuri urusan Yesus. Mereka membiarkan-Nya melakukan segala yang Ia kehendaki. Mukjizat-mukjizat, penyembuhan-penyembuhan yang baru saja dikisahkan terjadi di hadapan mereka saja, sebab para murid tidak ada di sana.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|