BAB VI
Eia ergo, Advocata nostra!
Ya Advocata yang Welas Asih
MARIA, ADVOCATA KITA
I. Maria adalah Advocata yang dapat menyelamatkan semua.
Begitu besar wewenang yang dimiliki para ibu atas anaknya, bahkan meski anaknya itu adalah raja dan memiliki kuasa mutlak atas setiap orang dalam kerajaannya, namun demikian tidak pernah dapat ibu menjadi orang yang tunduk pada anaknya. Benar bahwa Yesus sekarang ada di surga duduk di sisi kanan Bapa, yakni, sebagaimana diterangkan St Thomas, bahkan sebagai manusia, sebab persatuan hipostatis dengan Pribadi Sabda Allah. Ia memiliki kuasa tertinggi atas semua, dan juga atas Maria; namun demikian adalah selalu benar bahwa untuk beberapa waktu lamanya, semasa hidup di dunia ini, Ia suka hati merendahkan Diri-Nya dan tunduk pada Maria, sebagaimana diceritakan St Lukas: Dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka ("Et erat subditus illis"- Lukas 2:51). Lagipula, kata St Ambrosius, Yesus Kristus telah berkenan menjadikan Maria sebagai BundaNya, dan sebab Ia Putranya, Ia sungguh wajib taat kepadanya. Dan karena alasan ini, kata Richard dari St Laurentius, "mengenai para kudus lainnya kita katakan bahwa mereka bersama Allah; tetapi hanya mengenai Maria dapat dikatakan bahwa ia jauh terlebih lagi dikasihi sebab bukan saja karena ia berserah diri pada kehendak Allah, tetapi bahkan Allah taat pada kehendaknya" ("Cum de caeteris Sanctis dicatur, eos esse cum Deo, Maria majus aliquid sortita est, ut non solum ipsa subjiceretur voluntati Domini, sed etiam Dominus voluntati ipsius"). Dan sebagimana mengenai segenap para perawan lainnya, kata santo yang sama, kita katakan bahwa mereka mengikuti Anak Domba kemana saja Ia pergi (Wahyu 14:4), tetapi mengenai Perawan Maria dapat kita katakan bahwa Anak Domba mengikutinya dan taat kepadanya.
Dan di sini kita katakan, bahwa meski Maria, sekarang di surga, tak lagi memerintah Putranya, namun demikian doa-doanya adalah selalu merupakan doa seorang ibunda, dan karenanya paling berkuasa untuk mendapatkan apapun yang ia mohon. "Maria," kata St Bonaventura, "memiliki hak istimewa luar biasa ini, bahwa bersama Putranya, ia melampaui segenap para kudus, paling berkuasa dalam mendapatkan apapun yang ia kehendaki." Dan mengapakah? Tepat karena alasan yang telah kita singgung, dan yang nanti akan kita bicarakan lagi secara lebih terinci; sebab doa-doanya adalah doa seorang ibunda.
Sebab itu, kata St Perus Damian, Santa Perawan dapat melakukan apapun yang ia kehendaki baik di surga maupun di bumi. Ia dapat meninggikan bahkan mereka yang putus-asa untuk percaya; dan St Petrus Damian menyapanya dengan perkataan berikut: "Segala kuasa diberikan kepadamu di surga dan di bumi, dan tiada suatu pun yang mustahil bagimu yang dapat meninggikan mereka yang putus-asa pada pengharapan akan keselamatan." Dan kemudian ia menambahkan bahwa "ketika Bunda pergi untuk memohon suatu kemurahan bagi kita dari Yesus Kristus" (yang disebut sang santo sebagai altar emas kerahiman, di mana para pendosa beroleh pengampunan), "Putranya menjunjung tinggi doa-doanya, dan begitu ingin memuaskan hatinya, hingga apabila ia berdoa seolah lebih tampak ia memberikan perintah daripada berdoa, dan lebih serupa seorang ratu daripada seorang hamba." Yesus berkenan menghormati BundaNya terkasih begitu rupa, Bunda yang menghormati-Nya begitu rupa semasa hidupnya, yakni dengan segera mengabulkan segala yang diminta atau dikehendakinya. Hal ini diteguhkan dengan sangat indah oleh St Germanus, yang mengatakan kepada Santa Perawan: "Engkau adalah Bunda Allah, dan penuh daya kuasa untuk menyelamatkan para pendosa, dan bersama Allah engkau tiada membutuhkan rekomendasi lain; sebab engkau adalah Bunda dari hidup sejati."
"Di bawah perintah Maria, semua taat, bahkan Allah." St Bernardine tidak takut mengucapkan kalimat ini; artinya, sungguh, mengatakan bahwa Allah mengabulkan doa-doa Maria seolah doa-doanya adalah perintah. Dan karenanya St Anselmus mengatakan kepada Maria: "Tuhan kita, ya Santa Perawan Tersuci, telah meninggikanmu ke tingkat begitu rupa hingga dengan perkenanan-Nya segala sesuatu yang mungkin bagi-Nya juga mungkin bagimu." "Sebab perlindunganmu mahakuasa, ya Maria ("Omnipotens auxilium tuum, O Maria!"-Hymn 6)," kata Cosmas dari Yerusalem. "Ya, Maria mahakuasa," ulang Richard dari St Laurentius; "sebab ratu menurut hukum manapun menikmati hak-hak istimewa yang sama seperti raja. Dan sebab kuasa Putra dan kuasa Bunda adalah sama, Bunda dijadikan mahakuasa oleh Putra yang mahakuasa." "Dan demikianlah," kata St Antoninus, "Allah telah menempatkan seluruh Gereja, bukan hanya di bawah perlindungannya, melainkan bahkan di bawah kuasa Maria."
Jadi, sebab Bunda memiliki kuasa yang sama dengan Putra, tepatlah jika Yesus, yang mahakuasa, menjadikan Maria juga mahakuasa; meski, tentu saja, adalah selalu benar bahwa Putra mahakuasa karena kodrat, sedang Bunda mahakuasa hanya karena rahmat. Tetapi Bunda adalah mahakuasa terbukti dari kenyataan, bahwa apapun yang diminta Bunda, sang Putra tiada pernah menolaknya; dan ini diwahyukan kepada St Brigita, yang suatu hari mendengar Yesus berbicara kepada Maria, mengatakan: "Mintalah dari-Ku apa yang engkau kehendaki, sebab tak ada permohonanmu yang dapat ditolak ("Pete quod vis a me; non enim inanis potest esse petition tua"). Seolah Ia mengatakan, "BundaKu, engkau tahu betapa Aku mengasihimu; karenanya mintalah segala yang engkau kehendaki dari-Ku; sebab adalah tidak mungkin Aku menolak apapun untukmu." Dan alasan yang Ia berikan untuk ini sungguh indah: "Sebab engkau tiada pernah menolak apapun untuk-Ku semasa di dunia, maka Aku tidak akan menolak apapun untukmu di surga." BundaKu, semasa engkau di dunia, engkau tiada pernah menolak untuk melakukan apapun demi kasih kepada-Ku; dan sekarang Aku di surga, adalah tepat bahwa Aku tidak menolak apapun yang engkau minta. Jadi, Maria disebut mahakuasa dalam makna di mana dapat dipahami sebagai manusia tanpa daya yang memperoleh sifat ilahi. Maria mahakuasa, sebab dengan doa-doanya ia mendapatkan apapun yang ia kehendaki.
Jadi tepatlah alasan, ya Advocata agung, yang dikatakan St Bernardus, "Engkau menghendaki, dan semuanya terlaksana." Dan St Anselmus: "Apapun yang engkau kehendaki, ya Bunda, tidak akan pernah tidak terlaksana." Engkau menghendaki, dan semuanya terlaksana. Andai engkau menghendaki untuk menaikkan seorang pendosa dari jurang kemalangan yang paling dalam ke tingkat kekudusan yang paling tinggi, engkau dapat melakukannya. Beato Albertus Agung, mengenai hal ini, membuat Maria mengatakan: "Aku perlu diminta agar aku menghendakinya; sebab jika aku menghendaki sesuatu, maka hal itu akan terlaksana."
Demikianlah St Petrus Damian, merefleksikan kuasa Maria yang luar biasa, dan memohonnya untuk berbelas-kasihan kepada kita, mengatakan kepadanya: "Oh biarlah kodratmu menggerakkanmu, biarlah kuasamu menggerakkanmu; sebab semakin engkau berkuasa, semakin engkau berbelas-kasihan." Ya Maria, Advocata kami sendiri yang terkasih, sebab engkau memilik hati yang begitu penuh cinta kasih, bahwa engkau bahkan tak dapat melihat ia yang malang tanpa tergerak oleh belas-kasihan, dan sebab, pada saat yang sama, engkau memiliki kuasa yang begitu luar biasa bersama Allah, hingga engkau dapat menyelamatkan semua yang engkau lindungi, - janganlah abaikan untuk membela perkara kami makhluk-makhluk ciptaan yang malang yang menempatkan segala pengharapan kami padamu. Jika doa-doa kami tiada dapat menggerakkanmu, setidaknya biarlah hatimu sendiri yang penuh kasih sayang melakukannya; atau, sekurangnya, biarlah kuasamu melakukannya, sebab Allah telah memperkayamu dengan kuasa yang begitu hebat, agar semakin engkau kaya dalam kuasa untuk menolong kami, semakin engkau bermurah-hati dalam kehendak untuk menolong kami. St Bernardus meyakinkan kita akan hal ini, sebab ia mengatakan bahwa Maria berlimpah-ruah dalam belas-kasihan sebagaimana ia berkelimpahan dalam kuasa; dan bahwa cinta kasihnya begitu penuh kuasa, begitu pula penuh kelemah-lembutan dan kasih sayang, dan dampak-dampaknya terus terbukti demikian. Ia mengungkapkannya sebagai berikut: "Cinta kasih Bunda Allah yang paling berdaya kuasa dan berbelas-kasihan melimpah-ruah dalam kasih sayang yang lembut dan dalam pertolongan yang efektif; sama berlimpah dalam keduanya."
Sejak dari saat Maria datang ke dalam dunia, satu-satunya pikirannya, sesudah mencari kemuliaan Allah, adalah untuk menolong mereka yang malang. Dan bahkan pada waktu itu ia telah menikmati hak istimewa mendapatkan apapun yang ia minta. Ini kita ketahui dari apa yang terjadi pada pesta perkawinan di Kana di Galilea. Ketika anggur habis, Santa Perawan Tersuci, tergerak oleh belas-kasihan akan timbulnya kesusahan dan aib pada mempelai laki-laki dan perempuan, meminta Putranya untuk menolong mereka dengan sebuah mukjizat; ia mengatakan kepada-Nya: "Mereka kehabisan anggur." Yesus menjawab: "Mau apakah engkau dari pada-Ku, Perempuan? Saat-Ku belum tiba" (Yohanes 2:4). Dan di sini perhatikan, bahwa meski Tuhan kita tampaknya menolak permintaan BundaNya dan mengatakan: Apakah urusannya bagimu, wahai Perempuan, dan bagi-Ku, jika anggurnya habis? Sekarang bukanlah saatnya bagi-Ku untuk mengadakan mukjizat; saatnya akan tiba ketika Aku memulai pewartaan, dan ketika mukjizat dibutuhkan demi meneguhkan ajaran-ajaran-Ku. Dan meski begitu, Maria, seolah permohonannya telah dikabulkan, memerintahkan para pelayan untuk mengisi bejana dengan air, sebab mereka akan segera dilegakan. Dan demikianlah yang terjadi; karena Yesus, demi memuaskan BundaNya, mengubah air menjadi anggur terbaik. Tetapi bagaimanakah ini terjadi? Sebab saat untuk mengadakan mukjizat adalah saat Tuhan tampil di hadapan publik, bagaimanakah dapat terjadi, bertentangan dengan ketetapan ilahi, mukjizat ini dilakukan? Tidak; dalam hal ini tidak ada pertentangan dengan ketetapan ilahi; sebab meski, secara umum, saat mukjizat belum tiba, namun dari segala kekekalan Allah telah menetapkan dengan suatu ketetapan lain bahwa tak ada suatu pun yang diminta Bunda Ilahi akan pernah ditolak. Dan karenanya Maria, yang tahu benar hak istimewanya, kendati Putra tampaknya menolak permintaannya, menyuruh para pelayan untuk memenuhi bejana-bejana dengan air, seolah permohonannya telah dikabulkan. Inilah makna sebagaimana dipahami St Yohanes Krisostomus; sebab dalam menjelaskan perkataan Tuhan kita ini: Mau apakah engkau dari pada-Ku, ia mengatakan bahwa "meski Yesus menjawab demikian, namun demi menghormati BundaNya, Ia taat pada kehendaknya ("Et licet ita responderit, maternis tamen precibus obtemperavit"-In Jo. Hom. 21). Ini diteguhkan oleh St Thomas, yang mengatakan bahwa dengan perkataan: Saat-Ku belum tiba, Yesus Kristus bermaksud menunjukkan bahwa andai permohonan ini diajukan oleh orang lain, Ia tak akan mengabulkannya; akan tetapi karena permohonan itu disampaikan kepada-Nya oleh BundaNya, Ia tak dapat menolaknya. St Sirilus dan St Hieronimus, sebagaimana dikutip oleh Barrada, mengatakan hal yang sama. Juga Gandavensis, mengenai ayat St Yohanes di atas, mengatakan, bahwa "demi menghormati BundaNya, Tuhan kita mengantisipasi saat pengadaan mukjizat."
Singkat kata, sudah pasti bahwa tak ada makhluk yang dapat memperolehkan begitu banyak belas-kasihan bagi kita sebanyak Advocata yang lemah lembut ini, yang begitu dihormati Allah, bukan hanya sebagai hamba-Nya terkasih, melainkan juga sebagai BundaNya yang sejati. Dan mengenai ini, William dari Paris mengatakan kepada Maria, "Tak ada suatu makhluk ciptaan pun dapat memperolehkan begitu banyak dan begitu berlimah kemurahan seperti yang engkau perolehkan bagi para pendosa yang malang; dan demikianlah tak diragukan lagi Allah menghormatimu bukan hanya sebagai seorang hamba, melainkan sebagai BundaNya yang sejati. Maria hanya perlu berbicara, dan Putranya melaksanakan semuanya. Tuhan kita berbicara kepada sang mempelai dalam Kidung Agung - yakni Maria - mengatakan, "Hai, penghuni kebun, teman-teman memperhatikan suaramu, perdengarkanlah itu kepadaku!" (Kidung Agung 8:13). Para kudus adalah teman-teman, dan mereka, ketika mereka mengajukan suatu permohonan bagi orang-orang yang mereka bela, menanti Ratu mereka untuk memohonkan dan memperolehkannya; sebab sebagaimana kita katakan dalam bab lima, "tak ada suatu rahmat pun yang dianugerahkan jika tidak atas doa Maria." Dan bagaimanakah Maria memperolehkannya? Ia hanya perlu memperdengarkan suaranya, - perdengarkanlah itu kepadaku! Ia hanya perlu berbicara, dan Putranya akan segera mengabulkan doanya. Simak penjelasan Abbas William, dalam makna ini, mengenai ayat di atas. Dalam penjelasannya ia menyajikan Putra yang berkata kepada Maria: Hai, engkau penghuni kebun-kebun surgawi, dengan penuh percaya jadilah perantara bagi siapapun yang engkau kehendaki; sebab tidaklah mungkin Aku sampai melupakan bahwa Aku adalah Putramu sehingga menolak suatu pun bagimu, ya BundaKu. Hanya perdengarkanlah suaramu; sebab didengar oleh Putra berarti ditaati." Abbas Godfrey mengatakan, "meski Maria memperolehkan kemurahan dengan memohon, namun demikian ia memohon dengan otoritas pasti seorang ibu, dan karenanya kita pantas merasa yakin bahwa ia memperolehkan segala yang ia kehendaki dan memohon bagi kita."
Valerius Maximus menceritakan bahwa ketika Coriolanus mengepung Roma, doa-doa sekalian teman dan segenap warga kota tidaklah cukup untuk membuatnya menghentikan pengepungan; tetapi begitu ia melihat ibundanya Veturia memohon kepadanya, ia tak lagi dapat menolak, dan segera mengundurkan pasukan. Doa-doa Maria kepada Yesus sangat jauh lebih berkuasa dibandingkan doa-doa Veturia sebab cinta dan kasih sayang Putra ini bagi BundaNya terkasih jauh lebih hebat. Pater Justin Micoviensis mengatakan bahwa "satu keluhan saja dari Santa Maria dapat melakukan lebih banyak dibandingan hak suara segenap para kudus dijadikan satu." Dan ini diakui oleh iblis sendiri kepada St Dominikus, yang, sebagaimana dikisahkan oleh Pater Paciucchelli, mengharuskannya berbicara melalui mulut seorang yang kerasukan; dan iblis mengatakan bahwa "satu keluhan saja dari Maria bernilai lebih di hadapan Allah dibandingkan hak suara segenap para kudus dijadikan satu."
Santo Antonius mengatakan bahwa "doa-doa Santa Perawan, sebab adalah doa seorang ibunda, mengandung satu perintah di dalamnya; sehingga mustahil ia tak mendapatkan apa yang ia minta." St Germanus, membesarkan hati para pendosa yang menyerahkan diri mereka pada Advocata ini dengan menyampaikan kepada Maria, "Sebab engkau, ya Maria, memiliki wewenang seorang Bunda bersama Allah, engkau memperolehkan pengampunan bagi para pendosa yang paling besar; sebab Tuhan dalam segala sesuatu mengenalimu sebagai BundaNya yang sejati dan tak bercela, Ia tak dapat melakukan yang lain selain dari mengabulkan apa yang engkau mohon." Pula St Brigita mendengar para kudus di surga mengatakan kepada Santa Perawan: "Ya Ratu Tersuci, apakah yang tiada dapat engkau lakukan? Engkau hanya perlu menghendakinya, dan semua terlaksana." Dan ini selaras dengan pepatah umum, "Apa yang Allah dapat lakukan dengan kuasa-Nya dapat engkau lakukan dengan doamu, ya Perawan Tersuci." "Dan mungkin," kata St Agustinus, "adalah tak pantas bagi kelemah-lembutan Tuhan yang demikian untuk iri hati terhadap penghormatan yang diberikan kepada BundaNya; Ia yang memaklumkan bahwa Ia datang ke dalam dunia, bukan untuk melanggar, melainkan untuk melaksakan hukum: dan hukum ini memerintahkan kita untuk menghormati orangtua kita." St George, Uskup Agung Nicomedia, mengatakan bahwa Yesus Kristus, bahkan seolah demi menunaikan suatu kewajiban di bawah mana Ia menempatkan Diri terhadap BundaNya, ketika BundaNya setuju untuk memberi-Nya kodrat manusia-Nya, mengabulkan semua yang dimohonnya: "Putra, seolah membayar suatu hutang, mengabulkan semua permohonanmu." Dan mengenai ini martir kudus St Metodius berseru, "Bersukacitalah, bersukacitalah, ya Maria, sebab ada padamu Putra yang berhutang padamu, Ia yang menganugerahkan kepada semua dan tiada menerima dari siapa pun. Kita semua berhutang pada Allah atas segala yang kita miliki, sebab semua itu adalah anugerah-Nya; tetapi Allah berkenan menjadi Ia yang berhutang padamu dengan mengambil daging darimu dan menjadi manusia."
Oleh karenanya St Agustinus menjawab, "Maria telah berjasa memberikan daging kepada Sabda Ilahi, dan dengan demikian menyediakan harga tebusan kita, agar kita dibebaskan dari kematian kekal; sebab itu ia lebih berkuasa dibandingkan semua yang lain dalam menolong kita memperoleh kehidupan kekal." St Teofilus, Uskup Alexandria, pada masa St Hieronimus, meninggalkan kata-kata berikut sebagai buah penanya: "Doa-doa Bunda merupakan kesukaan bagi Putra, sebab Ia menghendaki untuk menganugerahkan semua yang dianugerahkan deminya, dan dengan demikian membalas kemurahan hatinya kepada-Nya dengan memberi-Nya Tubuh-Nya." St Yohanes Damaskus, kepada Santa Perawan mengatakan, "Engkau, ya Maria, dengan menjadi Bunda Allah yang Mahatinggi dapat menyelamatkan semua dengan doa-doamu, yang bertambah nilainya dengan wewenang keibuanmu."
Marilah mengakhiri dengan perkataan St Bonaventura, yang, merenungkan keuntungan luar biasa yang dianugerahkan kepada kita oleh Tuhan kita dengan memberikan Maria sebagai Advocata kita, menyampaikan kepadanya: "Oh, sungguh dahsyat dan mengagumkan kebajikan Allah kita, yang berkenan menganugerahkanmu, ya Bunda yang Mahakuasa, kepada kami para pendosa yang malang sebagai Advocata kami, agar engkau, dengan kuasa perantaraanmu, dapat memperolehkan segala yang engkau inginkan bagi kami." "Oh belas-kasihan mengagumkan Allah kita," lanjut santo yang sama, "yang agar kita tak terbang karena hukuman yang mungkin dijatuhkan atas kita, telah memberikan kepada kita BundaNya Sendiri dan teladan rahmat-Nya menjadi Advocata kita."
Teladan
Di Jerman, seorang laki-laki jatuh ke dalam dosa berat; karena malu ia tak hendak mengakukan dosanya; tetapi, di lain pihak, tak tahan menanggung sesal batinnya, ia pergi untuk meneburkan diri ke dalam sungai; pada saat hendak melakukannya, ia bimbang, dan dengan menangis, ia memohon agar Allah sudi mengampuni dosa-dosanya tanpa ia harus mengakukannya. Suatu malam, dalam tidurnya, ia merasa seseorang mengguncang lengannya, dan ia mendengar suara yang mengatakan, "Pergilah mengaku dosa." Ia pergi ke gereja, namun tidak mengakukan dosanya. Pada malam lain, lagi-lagi ia mendengar suara yang sama. Ia kembali ke gereja; tetapi ketika tiba di sana, ia mengatakan bahwa lebih baik ia mati daripada harus mengakukan dosanya itu. Sebelum pulang ke rumah ia menyerahkan diri pada Santa Perawan Tersuci, yang patungnya ada di gereja. Baru saja berlutut, ia telah mendapati dirinya berubah. Ia segera bangkit, menemui seorang bapa pengakuan, dan dengan menangis pahit, melalui rahmat yang telah ia terima dari Maria, ia mengakukan seluruh dosa-dosanya; sesudahnya ia mengatakan bahwa ia merasakan kepuasan yang terlebih besar dibandingkan andai ia memperoleh segala harta pusaka dunia.
Doa
Aku hendak mengatakan kepadamu, ya Bunda Allah yang agung, dalam perkataan St Bernardus: "Berbicaralah, ya Bunda, sebab Putramu mendengarkanmu, dan apapun yang engkau mohon akan engkau peroleh." Jadi, berbicaralah, berbicaralah, ya Maria, Advocata kami, atas nama kami makhluk-makhluk ciptaan yang malang. Ingatlah bahwa juga demi kebaikan kamilah engkau menerima kuasa yang begitu luar biasa dan martabat yang begitu tinggi. Allah sudi menjadi Ia yang berhutang padamu dengan mengambil kemanusiaan-Nya darimu, agar engkau dapat membagi-bagikan seturut kehendakmu kekayaan kerahiman ilahi kepada para pendosa. Kami para hambamu, berbakti dengan suatu cara yang istimewa kepadamu; dan aku adalah salah seorang dari mereka, aku percaya, bahkan terlebih lagi percaya. Kami mulia dengan hidup dalam perlindunganmu. Sebab engkau melakukan yang baik bagi semua, bahkan bagi mereka yang tak mengenal maupun tak menghormatimu, terlebih lagi, mereka yang menghina dan mengutukimu, betapa tidak terlebih lagi kami berharap dari kelembutan hatimu, yang mencari mereka yang terpuruk demi membebaskan mereka, kami yang menghormati, mengasihi, dan mempercayakan diri padamu? Kami adalah para pendosa besar, tetapi Allah telah memperkayamu dengan cinta kasih dan kuasa jauh melampaui kejahatan kami. Engkau dapat, dan memendam kerinduan untuk menyelamatkan kami; dan semakin besar ketidakpantasan kami, semakin besarlah pengharapan kami demi memuliakanmu terlebih lagi di surga, ketika dengan perantaraanmu kami tiba di sana. Ya Bunda Kerahiman, kami mempersembahkan kepadamu jiwa kami, yang tadinya bersih dan dijadikan indah dalam darah Yesus Kristus, tetapi, yang sayang, sejak saat itu, ternoda oleh dosa. Kepadamu kami persembahkan jiwa kami; sudilah engkau memurnikannya. Perolehkanlah bagi kami tobat sejati; perolehkanlah bagi kami kasih Allah, ketekunan, surga. Kami mohon begitu banyak darimu; tetapi apakah semua itu? mungkin engkau tak dapat memperolehkan semuanya? Adakah mungkin terlalu banyak bagi kasih Allah kepadamu? Ah, tidak! sebab engkau hanya perlu membuka mulut dan memohon kepada Putra ilahimu; Ia tak akan menolak apapun untukmu. Jadi, sudi doakanlah kami: dan dengan kepastian yang sama kami akan memperoleh kerajaan surga. Amin.
II. Maria adalah Advocata yang begitu lembut hingga tak menolak untuk membela bahkan perkara mereka yang paling malang.
Begitu banyak alasan yang kita miliki untuk mengasihi Ratu terkasih ini, hingga jika Maria dipuji di segenap penjuru dunia, jika di setiap khotbah Maria saja yang dibicarakan; jika semua manusia mempersembahkan hidup pada Maria; masih saja semuanya itu kecil dibandingkan dengan hormat dan syukur yang seharusnya kita sampaikan kepadanya sebagai balas kasih sayang yang ia berikan kepada manusia, dan bahkan kepada para pendosa yang paling malang yang memiliki secercah saja devosi kepadanya.
Beato Raymond Jordano, yang, karena kerendahan hatinya, menyebut diri si Tolol, biasa mengatakan, "Maria tidak tahu melakukan yang lain selain dari mengasihi mereka yang mengasihinya; dan bahkan ia tidak menganggap rendah untuk melayani mereka yang melayaninya; dan atas kemurahan hati yang demikian, andai ia seorang pendosa, Maria menggunakan segala kuasanya demi memperolehkan pengampunan baginya dari Putranya." Dan ia menambahkan, "kemurahan dan kerahimannya begitu luar biasa, hingga hendaknya tak seorang pun, betapa amat besar dosa-dosanya, takut untuk menjatuhkan diri di hadapan kakinya; sebab Maria tiada pernah dapat menolak siapapun yang memohon pertolongan padanya." "Maria, sebagai Advocata kita yang terkasih, mempersembahkan sendiri doa-doa para abdinya kepada Allah, dan teristimewa mereka yang ditempatkan ke dalam tangannya; sebab sebagaimana Putra menjadi perantara bagi kita dengan Bapa, demikianlah Maria menjadi perantara kita dengan Putra, dan tiada henti memohon kepada keduanya demi perkara besar keselamatan kita, dan memperolehkan bagi kita rahmat-rahmat yang kita mohon."
Jadi, dengan alasan tepat Denis si Kartusian menyebut Santa Perawan "satu-satunya pengungsian mereka yang tersesat, pengharapan mereka yang paling terbuang, dan Advocata segenap para pendosa yang memohon pertolongan kepadanya."
Tetapi andai ada seorang pendosa yang, meski tak meragukan kuasa Maria, mungkin meragukan kasih sayangnya, takut kalau-kalau Maria tak bersedia menolongnya sebab besarlah dosa-dosanya, biarlah ia berbesar hati oleh perkataan St Bonaventura. "Hak istimewa Maria yang luar biasa adalah bahwa ia sepenuhnya berkuasa bersama Putranya." "Tetapi," tambah sang santo, "apakah tujuannya Maria memunyai kuasa yang begitu besar jika ia tidak peduli pada kita?" "Tidak, marilah kita tak bimbang, melainkan yakin, dan marilah kita selalu mengucap syukur kepada Tuhan kita dan Bunda ilahi-Nya untuk itu, bahwa sebanding dengan kuasanya bersama Allah melampaui segenap para kudus, sedemikianlah proporsinya ia menjadi Advocata kita yang paling mengasihi, dan ia yang paling peduli akan kesejahteraan kita."
"Dan siapakah, ya Bunda Kerahiman," seru St Germanus, dalam sukacita hatinya, "siapakah, sesudah Yesus, yang begitu peduli akan kesejahteraan kami seperti engkau?" "Siapakah yang membela kami dalam pencobaan-pencobaan yang menimpa kami seperti engkau membela kami? Siapakah, yang seperti engkau, bersusah-payah melindungi para pendosa, bertempur, seolah demikian, demi mereka?" "Sebab itu," tambahnya, "perlindunganmu, ya Maria, lebih berkuasa dan penuh kasih sayang dibandingkan apapun yang dapat pernah kami bayangkan."
"Sebab," kata Beato Raymond Jordano, sementara segenap para kudus lainnya dapat melakukan lebih banyak bagi yang mereka bela daripada bagi yang lainnya, Bunda Allah, sebagai Ratu dari semua, adalah Advocata semua, dan peduli akan keselamatan semua."
Maria mempedulikan semua, bahkan para pendosa; sungguh ia dimuliakan dengan disebut dengan suatu cara yang istimewa sebagai Advocata mereka, sebagaimana dinyatakan Bunda Maria sendiri kepadaVenerabilis Suster Maria Villani, dengan mengatakan: "Sesudah gelar Bunda Allah, aku paling bersukacita dengan gelar Advocata para pendosa."
Beato Amadeus mengatakan, "Ratu kita terus-menerus ada di hadirat Allah yang Mahamulia, menjadi perantara kita dengan doa-doanya yang paling berkuasa." Dan seperti di surga "ia tahu benar kemalangan dan kebutuhan-kebutuhan kita, ia tak dapat melakukan yang lain selain dari melimpahkan kasih sayangnya kepada kita; dan begitulah, dengan kasih sayang seorang bunda, tergerak penuh kelembutan terhadap kita, berbelas-kasihan dan bermurah hati, ia senantiasa berupaya menolong dan menyelamatkan kita." Dan karenanya Richard dari St Laurentius mendorong siapa saja, betapa jahatnya ia, untuk dengan penuh keyakinan memohon pertolongan kepada Advocate yang manis ini, yakin bahwa ia akan selalu mendapati Maria sedia menolongnya; "sebab," kata Abbas Godfrey, "Maria selalu sedia berdoa bagi semua."
"Oh, betapa dengan efektif dan penuh kasih," kata St Bernardus, "Advocata yang baik ini menyibukkan diri dengan masalah keselamatan kita!" St Bonaventura, merenungkan kasih sayang dan semangat dengan mana Maria menjadi perantara bagi kita dengan Allah yang Mahamulia, agar Tuhan kita mengampuni dosa-dosa kita, menolong kita dengan rahmat-Nya, membebaskan kita dari mara bahaya, dan melegakan kita dalam kebutuhan-kebutuhan kita, mengatakan kepada Santa Perawan, dalam kata-kata seorang penulis kuno: "Kita tahu bahwa kita memiliki seolah hanya seorang saja di surga yang peduli kepada kita, dan engkaulah orang ini, begitu besar kepedulianmu kepada kami melampai kepedulian segenap para kudus." "Ya Bunda, memang benar bahwa segenap para kudus merindukan keselamatan kami dan berdoa bagi kami; tetapi kasih, kelemah-lembutan yang engkau tunjukkan kepada kami di surga, demi memperolehkan bagi kami, melalui doa-doamu, begitu banyak belas-kasihan dari Allah, membuat kami mengakui bahwa di surga kami mempunyai hanya satu Advocata, dan ia adalah engkau sendiri; dan bahwa engkau seorang yang sungguh penuh kasih sayang dan peduli akan kesejahteraan kami."
Siapakah gerangan yang dapat pernah memahami kepedulian dengan mana Maria terus-menerus berdiri di hadapan Allah demi kita! "Ia tiada pernah kenal lelah membela kita," kata St Germanus; dan perkataan itu begitu indah, berarti bahwa begitu besar kasih-sayang yang timbul dalam diri Maria karena kemalangan kita, dan demikianlah kasih-sayangnya kepada kita, hingga ia berdoa terus-menerus, dan tiada mengendurkan upayanya demi kita; agar dengan doa-doanya ia dapat secara efektif membela kita dari yang jahat, dan memperolehkan bagi kita rahmat-rahmat yang cukup. "Ia tiada pernah merasa cukup bertindak."
Sungguh betapa malang kita para pendosa yang malang, andai tak ada Advocata luar biasa ini bagi kita, yang begitu berkuasa dan penuh kasih-sayang, dan sekaligus "begitu lihai dan bijaksana, hingga sang Hakim, Putranya," kata Richard dari St Laurentius, "tiada dapat menghukum si bersalah yang dibela olehnya." Dan karenanya St Yohanes Geometra menyalami Maria dengan mengatakan, "Salam, ya pengadilan, sebab telah mengakhiri suatu perkara hukum" ("Salve Jus dirimens lites"-In V. Deipt. Hymn. 4). Sebab semua perkara yang dibela oleh Advocata yang paling bijaksana ini dimenangkan.
Oleh karena alasan ini Maria oleh St Bonaventura disebut "Abigail yang bijak" ("Abigail sapiens"-Laus B. M. n. 13). Abigail adalah perempuan yang kita baca kisahnya dalam Kitab Kedua Raja-raja, yang dengan permohonannya yang indah tahu benar bagaimana meredakan amarah Raja Daud ketika ia murka terhadap Nabal; dan sungguh begitu jauh hingga menggerakkan Daud untuk memberkatinya, sebagai rasa terima kasih sebab telah mencegah Daud, dengan perilakunya yang manis, dari membalaskan dendam kepada Nabal dengan tangannya sendiri. Inilah tepatnya apa yang terus-menerus dilakukan Maria di surga, atas nama para pendosa yang tak terhitung banyaknya: dengan doa-doanya yang lemah-lembut dan memikat hati, ia tahu benar bagaimana, demi meredakan keadilan ilahi, Allah Sendiri memberkatinya untuk itu, dan, seolah, Allah berterima kasih kepadanya sebab telah menahan-Nya dari membuang dan menghukum mereka sebagaimana pantas bagi mereka.
"Dalam hal ini," kata St Bernardus, "adalah Bapa yang Kekal, yang hendak menunjukkan segala kerahiman yang mungkin, di samping memberikan kepada kita Yesus Kristus, Advocata utama kita dengan-Nya, berkenan juga memberikan kepada kita Maria, sebagai Advocata kita dengan Yesus Kristus." "Tak diragukan lagi," tambah sang santo, "bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara keadilan antara manusia dengan Allah; bahwa, dengan keutamaan jasa-jasa dan janji-Nya Sendiri, Ia akan dan dapat memperolehkan bagi kita pengampunan dan kemurahan ilahi; tetapi sebab manusia tahu dan takut pada kemuliaan ilahi, yang ada dalam diri-Nya sebagai Allah, maka perlulah untuk memberikan kepada kita seorang advocata lain, kepada siapa kita dapat meminta pertolongan dengan tidak takut-takut dan terlebih percaya, dan advocata ini adalah Maria, kita tiada mendapati seorang yang lebih berkuasa dengan keillahian-Nya yang mulia, atau terlebih penuh belas-kasihan terhadap kita." Sang santo berkata, "Kristus adalah Pengantara yang setia dan penuh kuasa antara Allah dengan manusia, tetapi dalam Dia manusia takut akan kemuliaan Allah. Jadi, seorang perantara dibutuhkan dengan sang Pengantara Sendiri; dan tiada seorang pun yang terlebih tepat selain dari Maria."
"Namun demikian," lanjut santo yang sama, "andai ada orang yang takut datang di depan kaki Advocata yang paling manis ini, yang tiada memiliki kekerasan dalam dirinya, tiada yang mengerikan, melainkan sepenuhnya santun, penuh kasih sayang dan lemah-lembut, maka sungguh orang itu akan menjadi suatu penghinaan terhadap kasih sayang Maria yang lemah-lembut." Dan ia menambahkan, "Baca, bacalah lagi, sesering yang kau kehendaki, segala yang dikatakan mengenai Maria dalam Injil, dan jika engkau dapat menemukan sedikit saja jejak kekerasan dicatat mengenainya, maka takutlah untuk datang kepadanya. Tetapi tidak, hal ini tiada pernah dapat engkau temukan; dan karenanya pergilah kepadanya dengan hati sukacita, dan ia akan menyelamatkanmu melalui perantaraannya.
Betapa indah seruan yang ditempatkan dalam mulut seorang pendosa yang memohon pertolongan Maria, oleh William dari Paris! "Ya Bunda Allah termulia, aku, dalam keadaan mengerikan ke dalam mana aku direndahkan oleh sebab dosa-dosaku, datang memohon pertolongan kepadamu, dengan penuh percaya, dan jika engkau menolakku, aku mengingatkanmu bahwa engkau dalam suatu cara tertentu terikat untuk menolongku, sebab Gereja semesta orang beriman menyebutmu dan memaklumkanmu sebagai Bunda Kerahiman." "Engkau, ya Maria, adalah dia yang, karena begitu dikasihi Allah, selalu mendengarkan dengan penuh perhatian. Kasih sayangmu yang luar biasa tiada pernah berkekurangan bagi siapa pun; kemurahanmu yang termanis tiada pernah meremehkan seorang pendosa pun yang menyerahkan dirinya padamu, betapapun besar dosa-dosanya." Dan apa! adakah mungkin salah, dan sia-sia belaka, Gereja semesta menyebutmu Advocata dan pengungsian para pendosa? "Ya Bundaku, janganlah pernah biarkan dosa-dosaku mencegahmu menunaikan tugas agung cinta kasih yang adalah tugasmu, dan dengan mana engkau, pada saat yang sama, adalah Advocata kami dan perantara damai antara manusia dan Allah, dan yang, sesudah Putramu, adalah satu-satunya harapan kami, dan pengungsian aman kaum malang. Segala rahmat dan kemuliaan yang engkau miliki, dan bahkan martabat Bunda Allah, dapat dikatakan, engkau peroleh karena orang-orang berdosa, sebab demi merekalah Sabda Allah menjadikan engkau BundaNya. Jauhlah kiranya dari Bunda Allah ini, yang melahirkan sumber cinta kasih yang lemah-lembut itu sendiri ke dalam dunia, berpikiran bahwa ia pernah dapat mengingkari belas-kasihannya kepada seorang pendosa yang memohon pertolongan kepadanya. Jadi, ya Maria, sebab peranmu adalah menjadi juru damai antara Allah dan manusia, biarlah kasih sayangmu yang lemah-lembut, yang jauh melampaui segala dosa-dosaku, menggerakkanmu untuk menolongku."
Teladan
Dalam salah satu misi kami, sesudah khotbah mengenai Santa Perawan Maria, yang selalu merupakan kebiasaan dalam kongregasi kami untuk mewartakannya, seorang yang sudah sangat lanjut usia datang untuk mengakukan dosa kepada salah seorang Pater. Penuh penghiburan, ia mengatakan, "Pater, Bunda Maria kita telah menganugerahi saya suatu rahmat." "Rahmat apakah yang dianugerahkannya kepadamu?" tanya bapa pengakuan. "Seperti Pater tahu bahwa selama tigapuluh lima tahun saya telah melakukan pengakuan sakrilegi, sebab ada satu dosa yang malu saya akukan; dan namun demikian saya telah melewati banyak bahaya, banyak kali di ujung kematian, dan andai saya mati saat itu, pastilah saya binasa; tetapi sekarang Bunda Maria telah mengerakkan hati saya dengan rahmat untuk mengatakannya." Ini dikatakannya dengan menangis dan banjir airmata, hingga ia cukup mengharu-biru. Sang Pater, sesudah mendengarkan pengakuannya, menanyakan devosi apakah yang ia lakukan? Ia menjawab bahwa setiap hari Sabtu ia tidak pernah lalai berpantang susu demi menghormati Maria, dan karena inilah Santa Perawan telah menunjukkan belas-kasihan kepadanya. Ia memberikan ijin kepada Pater untuk menyampaikan kesaksian atas fakta ini.
Doa
Ya Bunda Tuhan-ku yang agung, aku melihat dengan baik rasa tidak tahu terima kasihku kepada Allah dan kepadamu, dan ini berlangsung selama bertahun-tahun, hingga pantaslah bagiku jika engkau meninggalkanku dan tak lagi mempedulikanku, sebab suatu jiwa yang tidak tahu berterima-kasih tak lagi layak beroleh kemurahan. Tetapi aku, ya Bunda, memiliki pemikiran yang luhur mengenai kebaikanmu yang luar biasa; yang aku percaya jauh lebih besar dibandingkan tidak tahu terima-kasihku. Jadi, ya pengungsian para pendosa, teruslah dan janganlah berhenti menolong seorang pendosa malang yang mempercayakan dirinya padamu. Ya Bunda Kerahiman, berkenanlah mengulurkan tangan pertolongan kepada seorang malang yang jatuh terpuruk yang memohon belas-kasihanmu. Ya Maria, entah engkau sendiri membelaku, atau katakanlah kepadaku kepada siapa aku harus memohon pertolongan, dan siapakah gerangan yang dapat lebih baik membelaku dibandingkan engkau, dan di manakah aku dapat menemukan bersama Allah seorang Advocata yang terlebih lembut dan berkuasa dibandingkan engkau, yang adalah BundaNya. Jadi, dengan menjadi Bunda Juruselamat kami, engkau dijadikan sarana tepat untuk menyelamatkan para pendosa, dan dianugerahkan kepadaku demi keselamatanku. Ya Maria, selamatkanlah dia yang memohon pertolongan kepadamu. Aku tiada pantas beroleh kasihmu, tetapi adalah kerinduanmu sendiri untuk menyelamatkan para pendosa, yang membuatku berharap bahwa engkau mengasihiku. Dan jika engkau mengasihiku, bagaimanakah mungkin aku dapat binasa? Ya Bundaku sendiri yang terkasih, jika melalui engkau aku dapat menyelamatkan jiwaku, sebagaimana aku harapkan, aku tak lagi akan tidak tahu berterima-kasih, aku akan memperbaiki tidak tahu terima kasihku yang dulu, dan demi kasih yang engkau tunjukkan kepadaku, dengan puji-pujianku yang tiada akhir, dan dengan segenap cinta kasih jiwaku. Berbahagialah surga, di mana engkau berkuasa, dan akan berkuasa selamanya. Aku akan senantiasa menyanyikan belas-kasihanmu, dan mengecup sepanjang kekekalan masa tangan-tangan penuh kasih itu yang telah membebaskanku dari neraka, sesering yang pantas karena dosa-dosaku. Ya Maria, pembebasku, pengharapanku, Ratuku, Advocataku, Bundaku sendiri yang termanis, aku mengasihi engkau; aku merindukan kemuliaanmu dan aku mengasihimu untuk selamanya. Amin. Amin. Demikianlah yang aku harapkan.
III. Maria adalah Pendamai antara para pendosa dan Allah.
Rahmat Allah adalah harta pusaka yang paling agung dan paling dirindukan setiap jiwa. Disebut oleh Roh Kudus sebagai suatu harta pusaka yang tak terbatas; sebab dengan sarana rahmat ilahi kita ditinggikan ke martabat menjadi sahabat-sahabat Allah. Inilah perkataan dari Kitab Kebijaksanaan: "Sebab ia adalah harta pusaka tak terhingga bagi manusia; dengan mana mereka yang menggunakannya menjadi sahabat-sahabat Allah" ("Infinitus enim thesaurus est hominibus quo, qui usi sunt, participles facti sunt amici iae Dei"-Sap. vii. 14). Dan karenanya Yesus, Penebus dan Allah kita, tak ragu menyebut sebagai sahabat-sahabat-Nya mereka yang ada dalam rahmat: "Kamu adalah sahabat-Ku" (Yohanes 15:14). Wahai dosa terkutuk, yang merusakkan persahabatan ini! "Tetapi yang merupakan pemisah antara kamu dan Allah-mu ialah segala kejahatanmu," kata Nabi Yesaya (59:2). Kejahatan menempatkan kebencian antara jiwa dan Allah, mengubah seorang sahabat menjadi seorang musuh bagi Tuhan-nya, seperti diungkapkan dalam Kitab Kebijaksanaan: "Sebab sama-sama dibenci oleh Allah baik orang fasik maupun hasil kefasikannya" (14:9).
Jadi, apakah yang harus dilakukan seorang pendosa yang malang yang menjadi musuh Allah? Ia haruslah mencari seorang pengantara yang akan memprolehkan pengampunan baginya, dan yang akan memungkinkannya memulihkan persahabatannya yang rusak dengan Allah. "Tenanglah, wahai jiwa yang malang, yang telah kehilangan Allah-mu," kata St Bernardus, "Tuhan-mu Sendiri telah menyediakan seorang pengantara bagimu, dan Ia adalah PutraNya Yesus, yang dapat memperolehkan bagimu segala yang kau rindukan." "Ia telah memberikan Yesus kepadamu sebagai seorang pengantara; dan apakah yang tak dapat diperoleh seorang Putra yang demikian dari Bapa?"
Tetapi, ya Allah, seru sang santo, dan mengapakah Juruselamat yang Maharahim ini, yang memberikan nyawa-Nya untuk menyelamatkan kami, dianggap menakutkan? Mengapakah manusia percaya bahwa Ia yang adalah sepenuhnya kasih itu menakutkan? Wahai para pendosa yang tidak percaya, apakah yang kalian takutkan? Jika ketakutanmu timbul sebab telah menghina Allah, ketahuilah bahwa Yesus telah memakukan segala dosa-dosamu di salib bersama dengan tangan-tangan-Nya sendiri yang terkoyak, dan telah memuaskan keadilan ilahi atas dosa dengan wafat-Nya, Ia telah menghapuskan dosa-dosa dari jiwamu. Inilah perkataan sang santo: "Mereka membayangkan-Nya menakutkan, Ia yang sepenuhnya adalah kasih"; menakutkan, Ia yang sepenuhnya adalah cinta. Apakah yang kalian takutkan, wahai kalian yang kecil iman? Dengan tangan-tangan-Nya sendiri Ia telah memakukan dosa-dosamu ke salib." "Tetapi, andai saja," tambah sang santo, "kalian takut memohon pertolongan kepada Yesus Kristus karena kemuliaan Allah dalam diri-Nya menakjubkanmu - sebab meski Ia menjadi manusia, Ia tidak berhenti menjadi Allah - dan kalian menghendaki seorang advocata lain bersama pengantara ilahi ini, maka pergilah kepada Maria, sebab ia akan menjadi perantara kalian dengan sang Putra, yang dapat dipastikan mendengarkannya; dan lalu Ia akan menjadi pengantaramu dengan Bapa, yang tiada dapat menolak apapun bagi seorang Putra yang demikian." St Bernardus menyimpulkan, "Bunda Allah ini, wahai anak-anakku, adalah tangga para pendosa, dengan mana mereka mendaki kembali ke keluhuran rahmat Allah; Maria adalah andalanku yang terbesar, ia adalah seluruh dasar pengharapanku."
Roh Kudus, dalam Kidung Agung, membuat Santa Perawan mengenakan ayat berikut: "Aku adalah suatu tembok dan buah dadaku bagaikan menara. Dalam matanya ketika itu aku bagaikan orang yang telah mendapat kebahagiaan" (8:10); yakni, aku adalah pembela mereka yang datang mohon pertolonganku, dan belas-kasihanku kepada mereka adalah bagaikan menara pengungsian, dan karenanya aku telah ditunjuk oleh Tuhan menjadi pendamai antara para pendosa dan Allah. "Maria," kata Kardinal Hugo mengenai ayat di atas, "adalah pendamai agung, yang mendapatkan dan memperolehkan rekonsiliasi para musuh dengan Allah, keselamatan bagi mereka yang sesat, pengampunan bagi para pendosa, dan belas-kasihan bagi mereka yang dalam keputusasaan." Dan karenanya Maria disebut oleh Mempelai Allah, "cantik … seperti tirai-tirai orang Salma" (Kidung Agung 1:4). Di kemah-kemah Daud, pertanyaan-pertanyaan seputar perang saja yang dibicarakan; tetapi di kemah-kemah Salma, pertanyaan-pertanyaan seputar damai saja yang dibahas; dan demikianlah Roh Kudus membuat kita mengerti bahwa Bunda Kerahiman ini tidak pernah berbicara mengenai perang dan balasan setimpal terhadap para pendosa, melainkan hanya damai dan pengampunan bagi mereka.
Maria digambarkan sebelumnya sebagai burung merpati yang kembali kepada Nuh di bahtera dengan sebuah ranting zaitun di paruhnya (Kejadian 8:11), sebagai tanda janji damai yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Mengenai gagasan ini St Bonaventura menyampaikan kepada Santa Perawan: "Engkaulah merpati yang paling setia itu; engkau adalah perantara pasti antara Allah dan dunia, yang binasa dalam suatu bah rohani"; engkau, dengan menghadirkan dirimu sendiri di hadapan Allah, telah memperolehkan damai dan keselamatan bagi dunia yang binasa. Jadi, Maria adalah merpati surgawi yang membawa ke dunia yang binasa ranting zaitun, lambang kerahiman, sebab Maria pertama-tama memberikan kepada kita Yesus Kristus, yang adalah sumber kerahiman; dan lalu, dengan jasa-jasa-Nya, memperolehkan segala rahmat bagi kita." "Dan seolah melalui Maria," kata St Epifanius, "damai surgawi dianugerahkan sekali untuk selamanya kepada dunia, jadi melalui dia para pendosa masih dapat diperdamaikan kembali dengan Allah." Karenanya Beato Albertus Agung membuat Maria berkata: "Aku adalah merpati Nuh itu, yang membawa ranting zaitun damai semesta kepada Gereja."
Lagi, pelangi yang dilihat St Yohanes, yang melingkungi tahta Allah, merupakan figur tepat Maria: "suatu pelangi melingkungi takhta itu" (Wahyu 4:3). Demikian dijelaskan Kardinal Vitalis: "Pelangi sekeliling tahta adalah Maria, yang memperlunak pengadian dan hukuman Allah atas para pendosa"; artinya, bahwa ia senantiasa ada di hadapan pengadilan Allah, meringankan hukuman atas para pendosa. St Bernardine dari Siena mengatakan, "bahwa pelangi inilah yang Allah bicarakan ketika Ia menjanjikan kepada Nuh bahwa Ia akan menempatkannya di awan-awan sebagai tanda damai, sehingga dengan melihatnya Ia akan ingat akan damai abadi yang telah Ia janjikan kepada manusia." "Busur-Ku Kutaruh di awan, supaya itu menjadi tanda perjanjian antara Aku dan bumi… maka Aku akan melihatnya, sehingga Aku mengingat perjanjian-Ku yang kekal" (Kejadian 9:13). "Maria," kata sang santo, "adalah busur damai kekal ini"; sebab, sebagaimana dengan melihatnya Allah teringat akan damai yang dijanjikan kepada dunia, demikianlah Ia, dengan doa-doa Maria, mengampuni kejahatan para pendosa, dan meneguhkan damai-Nya dengan mereka."
Untuk alasan yang sama Maria diibaratkan dengan bulan dalam Kidung Agung: "indah bagaikan bulan purnama" (6:10). "Sebab," kata St Bonaventura, "seperti bulan ada di antara langit dan bumi, demikianlah Maria terus-menerus menempatkan dirinya antara Allah dan para pendosa untuk meredakan murka Tuhan kita demi mereka, dan untuk menerangi mereka agar kembali kepada-Nya."
Tugas utama yang diberikan kepada Maria, dengan ditempatkannya di dunia ini, adalah untuk mengangkat jiwa-jiwa yang telah jatuh dari rahmat Allah, dan untuk memperdamaikan mereka kembali dengan Allah. "Gembalakanlah anak-anak kambingmu" (Kidung Agung 1:8), adalah perintah Tuhan kita kepada Maria ketika menciptakannya. Umum diketahui bahwa para pendosa digambarkan sebagai kambing-kambing, dan bahwa seperti pada pengadilan akhir, orang-orang benar di bawah figur domba-domba akan ada di sebelah kanan, demikianlah kambing-kambing akan ada di sebelah kiri. "Kambing-kambing ini," kata Abbas William, "dipercayakan kepadamu, ya Bunda agung, agar engkau mengubah mereka menjadi domba-domba; dan mereka yang dengan dosa-dosanya pantas dihalau ke sebelah kiri, melalui perantaraanmu akan ditempatkan di sebelah kanan." Dan karenanya Tuhan kita menyingkapkan kepada St Katarina dari Siena, bahwa Ia telah menciptakan putri terkasih-Nya ini agar menjadi seperti kail paling manis untuk menangkap manusia, dan teristimewa para pendosa, dan menarik mereka kepada Allah." Tetapi, mengenai subyek ini, janganah kita melewatkan refleksi indah William sang Angelis mengenai ayat Kidung Agung di atas, di mana ia mengatakan, "bahwa Allah mendorong kambing-kambingnya datang kepada Maria;" "sebab," tambah sang penulis, "Santa Perawan tidak menyelamatkan semua pendosa, melainkan hanya mereka yang melayani dan menghormatinya. Begitulah, mereka yang hidup dalam dosa, dan tidak menghormatinya dengan suatu tindak penghormatan tertentu maupun tidak mempercayakan diri kepadanya agar dilepaskan dari dosa, mereka sudah pasti bukanlah kambing-kambing Maria, dan pada pengadilan akhir, akan dihalau ke sebelah kiri bersama mereka yang terkutuk dalam kemalangan kekal."
Seorang bangsawan, berputus-asa akan keselamatannya, sebab banyaknya dosa-dosanya, didorong oleh seorang biarawan untuk memohon pertolongan kepada Santa Perawan, dan, untuk tujuan ini, mengunjungi sebuah patung Maria di sebuah gereja tertentu. Sang bangsawan pergi ke sana, dan, begitu melihat patung, ia merasa seolah Maria mengundangnya untuk menjatuhkan diri di depan kaki Maria dan mempercayakan diri kepadanya. Ia ragu untuk prostratio dan mencium kaki Maria, ketika sekonyong-konyong Maria mengulurkan tangan, memberikannya kepadanya untuk dikecup, dan saat itulah sang bangsawan melihat tertulis kata-kata berikut: "Aku akan membebaskanmu dari mereka yang menindasmu"; seolah Maria mengatakan, anakku, janganlah berputus-asa, sebab aku akan membebaskanmu dari dosa dan duka yang begitu berat membebanimu. Sesudah membaca kata-kata manis ini, sang bangsawan malang ini dipenuhi dukacita begitu mendalam atas dosa-dosanya, dan, pada saat yang sama, dengan kasih yang begitu berkobar kepada Allah dan BundaNya yang lembut ini, hingga ia serta-merta meninggal dunia di kaki Maria.
Oh, betapa banyak para pendosa kepala batu yang tidak membiarkan hati besinya mendekati Allah setiap hari! Untuk mereka ini, Maria satu hari menampakkan diri dan mengatakan kepada St Brigita, "Seperti magnet menarik besi, demikianlah aku menarik jiwa-jiwa." Ya, bahkan hati yang paling keras kaku, untuk memperdamaikannya kembali dengan Allah. Janganlah kita beranggapan bahwa perkara-perkara demikian adalah peristiwa luar biasa; perkara-perkara demikian terjadi setiap hari. Dari pihakku sendiri, aku dapat menceritakan banyak kasus demikian yang terjadi dalam misi-misi kami, di mana para pendosa dengan hati yang lebih keras dari besi, terus dalam keadaan demikian kendati mendengar segala khotbah-khotbah lain, tetapi begitu mereka mendengar khotbah mengenai belas-kasihan Maria, mereka dipenuhi penyesalan dan kembali kepada Allah. St Gregorius (Moral. l. 31, c. 13) mengatakan bahwa unicorn adalah seekor binatang liar yang amat ganas hingga tak seorang pemburu pun berhasil menangkapnya; hanya dengan suara seruan seorang perawan maka binatang ini datang mendekat dan tanpa ragu membiarkan diri diikat olehnya. Oh, betapa banyak pendosa; terlebih ganas dari binatang liar sekalipun, dan yang lari dari Allah, begitu mendengar suara Perawan Maria yang agung ini datang mendekat dan membiarkan diri diikatkan dengan manis kepada Allah olehnya!
St Yohanes Krisostomus mengatakan, "suatu tujuan lain mengapa Santa Perawan Maria dijadikan Bunda Allah adalah agar ia dapat memperolehkan keselamatan bagi banyak orang yang, karena hidup mereka yang jahat, tak dapat diselamatkan menurut kecermatan keadilan ilahi, namun dapat diselamatkan dengan pertolongan belas-kasihannya yang manis dan perantaraannya yang berdaya kuasa." Ini diteguhkan oleh St Anselmus yang mengatakan, "Maria ditinggikan ke martabat Bunda Allah lebih diperuntukkan bagi orang-orang berdosa daripada bagi orang-orang benar, sebab Yesus Kristus memaklumkan bahwa Ia datang untuk memanggil bukan orang-orang benar, melainkan orang-orang berdosa." Untuk alasan ini, Gereja yang kudus bermadah, "Engkau tiada benci kepada para pendosa, tanpa mereka engkau tiada pernah layak akan seorang Putra yang demikian" ("Peccatores non exhorres, sine quibus nunquam fores tali digna Filio"-Crasset. Vér. Dév. p. 1, tr. 1, q. 10). Untuk alasan yang sama William dari Paris berseru kepadanya mengatakan: "Ya Maria, engkau berkewajiban menolong para pendosa oleh sebab segala karunia, rahmat, dan kehormatan luhur yang terkandung dalam martabat Bunda Allah yang telah engkau terima; engkau berhutang semuanya, demikian dapat dikatakan, kepada para pendosa; sebab karena merekalah engkau dijadikan layak untuk memiliki Allah sebagai Putramu." "Jadi, jika Maria dijadikan Bunda Allah," St Anselmus menyimpulkan, "demi para pendosa, bagaimanakah aku dapat, kendati sangat besarlah dosaku, berputus asa mengharapkan pengampunan?"
Gereja yang kudus mengatakan, dalam doa yang didaraskan pada perayaan Misa Vigili Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, "bahwa Bunda Allah diambil dari dunia ini agar ia dapat menjadi perantara kita dengan Allah, dengan keyakinan pasti untuk mendapatkan semuanya." Demikianlah St Yustinus menyebut Maria sebagai arbitratrix: "Sabda yang kekal menggunakan Maria," katanya, "sebagai seorang arbitratrix. Seorang arbitratrix adalah seorang yang ke dalam tangannya pihak-pihak yang bersengketa mempercayakan segala perkara mereka; dan begitulah sang santo bermaksud mengatakan bahwa seperti Yesus adalah Pengantara dengan Bapa yang Kekal, demikian pula Maria adalah perantara kita dengan Yesus; dan bahwa Ia menempatkan segala perkara yang ada pada-Nya untuk menjatuhkan hukuman atas kita ke dalam tangan Maria.
St Andreas dari Kreta menyebut Maria "suatu tanda janji, suatu jaminan bagi rekonsiliasi kita dengan Allah." Yakni, bahwa Allah mengupayakan rekonsiliasi dengan para pendosa dengan mengampuni mereka; dan agar mereka tak ragu akan pengampunan mereka, Ia memberikan kepada mereka Maria sebagai tanda janji, dan karenanya ia berseru, "Salam, wahai pendamai Allah dengan manusia!" ("Salve, Divina hominibus Reconciliatio"-In Deip. Annunt). Karenanya St Bonaventura membesarkan hati pendosa dengan mengatakan: "Jika engkau takut bahwa karena dosa-dosamu Allah dalam murka akan membalasmu setimpal, apakah yang harus engkau lakukan? Pergilah mohon pertolongan kepada Maria, yang adalah harapan para pendosa; dan jika engkau takut kalau-kalau ia menolak untuk membelamu, ketahuilah bahwa ia tiada dapat melakukannya, sebab Allah Sendiri telah mengembankan kepadanya tugas menolong mereka yang malang. Abbas Adam juga mengatakan, "Perlukah pendosa takut binasa jika Bunda sang Hakim menawarkan diri menjadi Bunda dan Advocata?" "Dan engkau, ya Maria," tambahnya, "yang adalah Bunda Kerahiman, adakah engkau memandang hina untuk menjadi perantara dengan Putramu, yang adalah hakim, demi seorang putera lain, yang adalah pendosa? Adakah engkau menolak campur tangan bagi suatu jiwa yang telah ditebus oleh Penebus yang wafat di salib demi menyelamatkan para pendosa?" Tidak, tidak, engkau tiada akan menolaknya, melainkan dengan segenap cinta kasih engkau akan berdoa bagi semua yang memohon pertolongan kepadamu, sebab tahu benar bahwa "Tuhan yang telah menetapkan Putramu sebagai pengantara damai antara Allah dan manusia, juga telah menjadikanmu perantara antara Hakim dan pelaku kejahatan."
"Jadi, ya pendosa," kata St Bernardus, "siapapun gerangan engkau, berkubang dalam kejahatan, berlumuran dosa, janganlah berputus asa; bersyukurlah kepada Tuhan-mu, bahwa Ia berkenan menunjukkan kerahiman-Nya kepadamu, dengan tak hanya memberikan PutraNya sebagai Advocata-mu, melainkan juga, demi membesarkan kepercayaanmu, telah memberimu seorang perantara yang dengan doa-doanya memperolehkan apapun yang ia kehendaki. Jadi, pergilah mohon pertolongan kepada Maria, dan engkau akan diselamatkan."
Teladan
Di Braganza adalah seorang pemuda yang, sesudah meninggalkan biara, menenggelamkan diri dalam begitu banyak kejahatan hingga suatu hari, dalam keputusasaan, ia pergi untuk menenggelamkan diri dalam sebuah sungai; namun sebelum melakukannya, ia mengatakan kepada Bunda Maria: "Ya Maria, dulu aku melayanimu dalam biara; tolonglah aku." Santa Perawan menampakkan diri kepadanya dan berkata: "Ya, dan sekarang apakah ini yang hendak kau lakukan? Adakah engkau ingin membinasakah dirimu jiwa dan badan? Pergilah, akukanlah dosa-dosamu, dan bergabunglah kembali dalam biara." Sang pemuda, yang dengan demikian dibesarkan hatinya, mengucap syukur kepada Santa Perawan dan mengubah hidupnya (Auriem. Aff. p. 2., c. 4).
Doa
Ya Bundaku termanis, sebab tugasmu adalah, seperti dikatakan William dari Paris, sebagai perantara antara Allah dan para pendosa, aku hendak menyapamu dalam kata-kata St. Thomas dari Villanova: "Sudi tunaikanlah tugasmu demi aku, ya Advocata yang lemah lembut; laksanakanlah tugasmu. Janganlah katakan bahwa perkaraku terlalu sulit untuk dimenangkan; sebab aku tahu, dan semua mengatakannya kepadaku, bahwa setiap perkara, tak peduli betapa tanpa harapan, jika ditangani olehmu, tiada pernah, dan tiada akan pernah, gagal. Adakah perkaraku akan gagal? Ah tidak, aku tidak takut ini terjadi. Satu-satunya hal yang aku takutkan adalah, bahwa, melihat banyaknya dosa-dosaku, engkau mungkin tak hendak membela perkaraku. Tetapi, mengingat kerahimanmu yang luar biasa, dan kerinduan yang sungguh luar biasa dari hatimu yang termanis untuk menolong para pendosa yang paling terbuang, bahkan ini pun tak dapat aku takuti. Dan siapakah yang pernah binasa jika memohon pertolongan kepadamu? Sebab itu aku memohon pertolonganmu, ya Advocataku yang agung, pengungsianku, pengharapanku, Bundaku Maria. Ke dalam tanganmu aku percayakan perkara keselamatan kekalku. Kepadamu aku serahkan jiwaku; jiwaku sesat, tetapi engkau harus menyelamatkannya. Aku akan senantiasa mengucap syukur kepada Tuhan sebab telah memberiku kepercayaan besar ini kepadamu; dan yang, kendati ketidaklayakanku, aku rasa merupakan suatu kepastian akan keselamatan. Aku hanya punya satu ketakutan yang mengkhawatirkanku, ya Ratu terkasih, dan itu adalah, bahwa suatu hari aku, karena kelalaianku sendiri, kehilangan kepercayaan kepadamu ini. Dan karenanya aku mohon kepadamu, ya Maria, demi kasihmu kepada Yesus, sudilah engkau sendiri memelihara dan menambahkan dalam diriku lagi dan lagi kepercayaan manis akan perantaraanmu ini; dengannya aku harap pasti memulihkan kembali persahabatan ilahi di mana hingga saat ini aku begitu hina dan sesat; dan sesudah pulih kembali, aku harap, melaluimu, untuk memeliharanya; dan dengan memeliharanya dengan sarana yang sama, aku harap pada akhirnya aku dapat berterima kasih kepadamu atasnya di surga, dan di sana memadahkan kerahiman Allah dan kerahimanmu sepanjang kekekalan masa. Amin. Inilah pengharaanku; kiranya terjadi demikian, kiranya demikianlah terjadi.
sumber : “The Glories of Mary by St. Alphonsus de Liguori”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”