BAB V
Ad te suspiramus gementes et flentes in hac lacrymarum valle
Kepadamu kami mengeluh, meratap dan menangis di lembah airmata ini
MARIA, MEDIATRIX KITA
Bahwa bukan saja diperkenankan, melainkan sungguh berguna memohon dan berdoa kepada para kudus, dan terlebih istimewa kepada Ratu Para Kudus, Santa Perawan Maria Tersuci, agar mereka memperolehkan bagi kita rahmat ilahi, merupakan pengakuan iman dan telah diteguhkan oleh Konsili umum melawan bidaah yang mengutuknya sebagai menyakiti Yesus Kristus, satu-satunya Pengantara [= Mediator] kita. Jika Yeremia sesudah kematiannya berdoa bagi Yerusalem (2 Makabe 15:14); jika tua-tua dalam Kitab Wahyu mempersembahkan doa orang-orang kudus Allah (5:8); jika St Petrus menjanjikan kepada para murid bahwa sesudah kematiannya ia akan mengingat mereka (2 Petrus 1:15); jika Stefanus yang kudus berdoa para penganiayanya (Kisah Para Rasul 7:59); jika St Paulus berdoa bagi sama saudaranya (Filipi 1:4; Kolose 1:3); jika, singkat kata, para kudus dapat berdoa bagi kita, mengapakah kita tidak dapat meminta para kudus untuk menjadi perantara kita? St Paulus mempercayakan diri pada doa-doa para muridnya: "Saudara-saudara, doakanlah kami" (1 Tesalonika 5:25). St Yakobus mendorong kita untuk saling mendoakan satu sama lain: "Karena itu hendaklah kamu … saling mendoakan, supaya kamu sembuh" (Yakobus 5:16). Maka, kita dapat melakukan hal yang sama.
Tak seorang pun menyangkal bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya pengantara keadilan, dan bahwa Ia dengan jasa-jasa-Nya telah memperolehkan rekonsiliasi kita dengan Allah. Tetapi, di lain pihak, adalah kurang iman bersikukuh bahwa Allah tak berkenan menganugerahkan rahmat-rahmat melalui perantaraan para kudus-Nya, dan terlebih istimewa melalui Maria BundaNya, yang betapa Yesus inginkan dikasihi dan dihormati oleh semua orang. Siapakah yang dapat beranggapan bahwa hormat yang disampaikan kepada seorang ibunda tidak menggandakan kehormatan putera? "Kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka" (Amsal 17:6). St Bernardus mengatakan, "Janganlah beranggapan bahwa kita menyuramkan kemuliaan Putra dengan limpahan pujian yang kita sampaikan kepada Bunda; sebab semakin Bunda dihormati, semakin Putra dimuliakan." "Tak dapat diragukan," katanya, "bahwa apapun yang kita sampaikan sebagai pujian kepada Bunda sama dengan pujian kepada Putra." Dan St Ildephonsus juga mengatakan, "Bahwa apa yang diberikan kepada Bunda berdampak kepada Putra; hormat yang disampaikan kepada Ratu adalah hormat yang disampaikan kepada Raja." Tak dapat diragukan bahwa dengan jasa-jasa Yesus, Maria dijadikan Mediatrix keselamatan kita; bukan sungguh seorang Mediatrix Keadilan, melainkan mediatrix rahmat dan perantara; sebagaimana St Bonaventura secara istimewa menyebutnya "Maria, mediatrix keselamatan kita yang paling setia." Dan St Laurentius Yustinianus bertanya, "Bagaimanakah ia dapat tidak penuh rahmat, ia yang telah dijadikan tangga menuju firdaus, gerbang surga, mediatrix paling sejati antara Allah dan manusia?"
Karenanya Suarez yang terpelajar dengan tepat mengatakan bahwa jika kita memohon Bunda Maria untuk memperolehkan bagi kita suatu permohonan, itu bukan karena kita tidak percaya akan kerahiman ilahi, melainkan karena kita takut akan ketidakpantasan kita sendiri dan akan tiadanya disposisi batin yang layak; dan kita mempercayakan diri kita pada Maria, agar martabatnya dapat mengisi kehinaan kita. Ia mengatakan bahwa kita memohon kepada Maria "agar martabat perantara dapat mengisi kemalangan kita. Dengan demikian, memohon pertolongan Santa Perawan Tersuci bukanlah ketidakpercayaan pada kerahiman ilahi, melainkan ketakutan akan ketidaklayakan diri sendiri."
Bahwa adalah sungguh berguna dan saleh memohon perantaraan Maria hanya dapat diragukan oleh mereka yang tak beriman. Akan tetapi yang hendak kita buktikan di sini adalah bahwa perantaraan Maria bahkan dibutuhkan bagi keselamatan; kita katakan dibutuhkan - tidak mutlak, melainkan secara moril. Kebutuhan ini berasal dari kehendak Allah Sendiri bahwa segala rahmat yang Ia limpahkan hendaknya melalui tangan-tangan Maria, seturut pendapat St Bernardus, dan yang sekarang dapat dengan aman kita sebut sebagai pendapat umum para teolog dan kaum terpelajar. Penulis "Kuasa Maria" [= Reign of Mary] secara positif menegaskan bahwa demikianlah adanya. Hal ini didukung oleh Vega, Mendoza, Paciucchelli, Segneri, Poiré, Crasset, dan oleh tak terbilang banyaknya para penulis terpelajar lainnya. Bahkan Pater Natalis Alexander, yang senantiasa sangat berhati-hati dalam pengajarannya, mengatakan adalah kehendak Allah bahwa kita sepatutnya mengharapkan segala rahmat melalui perantaraan Maria. Berikut aku kutipkan kata-katanya: "Allah menghendaki bahwa kita memperoleh segala yang baik yang kita harapkan dari-Nya melalui perantaraan Bunda Perawan yang berkuasa, dan maka kita akan mendapatkannya kapanpun kita memohon kepadanya." Sebagai penegasan akan ini, ia mengutip pernyataan St Bernardus yang terkenal: "Demikianlah kehendak Allah, bahwa kita hendaknya memperoleh semuanya melalui Maria." Pater Contenson juga sependapat; sebab, dalam menjelaskan perkataan yang disampaikan Tuhan kita di salib kepada St Yohanes: "Inilah ibumu!" (Yohanes 19:27), ia mengatakan, "Ini adalah sama seolah Ia mengatakan: Sebagaimana tak seorang pun dapat diselamatkan terkecuali melalui jasa-jasa sengsara dan wafat-Ku, demikianlah tak seorang pun akan ikut ambil bagian dalam darah yang dicurahkan pada waktu itu terkecuali melalui doa BundaKu. Ia seorang yang adalah putera dari dukacita-Ku, yang Bundanya adalah Maria. Luka-luka-Ku adalah sumber-sumber rahmat yang senantiasa mengalir, tetapi aliran-alirannya tiada akan mencapai siapapun terkecuali melalui saluran Maria. Sia-sialah ia akan berseru kepada-Ku sebagai Bapa; ia yang tak menghormati Maria sebagai Bunda. Dan engkau, murid-Ku Yohanes, jika engkau mengasihi Aku, kasihilah dia; sebab engkau akan dikasihi oleh-Ku sebanding dengan kasihmu kepadanya."
Pernyataan ini (bahwa segala yang kita terima dari Tuhan kita datang melalui Maria) tidak menyenangkan seorang penulis modern, yang, meski berbicara mengenai devosi yang benar dan salah dengan bijak dan saleh, namun ketika berhadapan dengan devosi kepada Bunda ilahi ia tampak kurang senang akan kemuliaan yang disampaikan kepada Maria tanpa keberatan apapun dari seorang St Germanus, seorang St Anselmus, seorang St Yohanes Damaskus, seorang St Bonaventura, seorang St Antoninus, seorang St Bernardinus, Venerabilis Abbas dari Celles, dan banyak kaum terpelajar lainnya yang tiada mengalami kesulitan dalam menegaskan bahwa perantaraan Maria tak hanya berguna, melainkan dibutuhkan. Pengarang yang sama mengatakan bahwa pernyataan bahwa Allah tidak menganugerahkan rahmat terkecuali melalui Maria, adalah berlebihan dan dibesar-besarkan, meluncur dari bibir sebagian orang kudus dalam semangatnya yang berkobar-kobar, tetapi yang, tepatnya, hanya untuk dipahami dalam arti bahwa melalui Maria kita menerima Yesus Kristus, yang dengan jasa-jasa-Nya kita mendapatkan segala rahmat; sebab ia menambahkan, "Percaya bahwa Allah tak dapat menganugerahkan rahmat kepada kita tanpa perantaraan Maria, adalah bertentangan dengan iman dan ajaran St Paulus yang mengatakan, "Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus" (1 Timotius 2:5).
Tetapi dengan persetujuan dan pengakuannya sendiri, pengantaraan keadilan dengan jalan jasa adalah satu hal, dan perantaraan rahmat dengan jalan doa adalah lain hal. Dan lagi, adalah satu hal mengatakan bahwa Allah tak dapat, dan lain hal bahwa Ia tak hendak, menganugerahkan rahmat tanpa perantaraan Maria. Kita dengan suka hati mengakui bahwa Allah adalah sumber dari segala yang baik, dan Tuan absolut dari segala rahmat; dan bahwa Maria hanyalah suatu makhluk murni yang menerima apapun yang ia peroleh sebagai anugerah murni dari Allah. Tetapi siapakah yang dapat pernah menyangkal bahwa adalah sungguh pantas dan tepat mengatakan bahwa Allah, demi meninggikan makhluk agung ini, yang dihormati dan dikasihi oleh-Nya sepanjang hidupnya lebih dari semua lainnya, dan yang, terlebih lagi, telah Ia pilih menjadi Bunda PutraNya, Penebus kita, yang menghendaki bahwa segala rahmat yang dianugerahkan kepada mereka yang telah Ia tebus hendaknya melalui dan dibagikan oleh tangan Maria? Kita siap mengakui bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Pengantara keadilan, seturut perbedaan yang baru saja dibuat di atas, dan bahwa dengan jasa-jasa-Nya Ia memprolehkan bagi kita segala rahmat dan keselamatan; tetapi kita katakan bahwa Maria adalah Mediatrix rahmat; dan bahwa dengan menerima segala yang ia dapatkan melalui Yesus Kristus, dan karena ia berdoa dan memohonkannya dalam nama Yesus Kristus, maka sama saja rahmat apapun yang kita terima, rahmat datang kepada kita melalui perantaraannya.
Sudah pasti tak ada pertentangan iman di sini, melainkan sebaliknya. Hal ini selaras dengan sentimen Gereja, yang, dalam doa-doa umum dan disetujui Gereja, mengajar kita untuk terus-menerus memohon pertolongan Bunda ilahi ini, dan berdoa kepadanya sebagai "kesehatan bagi yang lemah, pengungsian bagi para pendosa, pertolongan umat Kristiani, dan sebagai hidup serta pengharapan kita." Dalam Ofisi yang ditetapkan untuk didaraskan pada perayaan-perayaan Maria, Gereja kudus, dengan mengenakan kata-kata Sirakh kepada Santa Perawan ini, membuat kita mengerti bahwa dalam dia kita menemukan segala pengharapan. "Dalam aku segala pengharapan hidup dan kebaikan!" ("In me omnis spes vitae et virtutis"-Ecclus. xxiv. 25). Dalam Maria segala rahmat, "Dalam aku segala rahmat jalan dan kebenaran" ("In me gratia omnis viae et veritatis"-Ib.). Akhirnya, dalam Maria, kita akan menemukan hidup dan keselamatan abadi: "Karena siapa mendapatkan aku, mendapatkan hidup, dan TUHAN berkenan akan dia" (Amsal 8:35). Dan di tempat lain: "Mereka yang bekerja bagiku tak akan berdosa; mereka yang menerangkanku akan memiliki hidup kekal" ("Qui operantur in me, non peccabunt. Qui elucidant me, vitam aeternam habebunt"-Ecclus. xxiv. 30, 31). Dan sungguh, pernyataan-pernyataan yang seperti demikian sudahlah cukup membuktikan bahwa kita membutuhkan perantaraan Maria.
Lagipula, pendapat ini ditegaskan oleh begitu banyak teolog dan para Bapa yang berpendapat bahwa adalah sungguh salah mengatakan, seperti penulis di atas, bahwa, dalam memuji Maria, mereka berbicara berlebihan dan membiarkan pernyataan yang terlalu dibesar-besarkan meluncur dari bibir mereka. Berbicara berlebihan dan dibesar-besarkan berarti melampaui batas-batas kebenaran; dan tentunya kita tak dapat mengatakan bahwa para kudus yang digerakkan oleh Roh Allah, yang adalah kebenaran itu sendiri, berbicara demikian. Jika aku diperkenankan sedikit menyimpang dan menyampaikan perasaanku sendiri, yakni, apabila suatu pendapat condong untuk menghormati Santa Perawan Tersuci, apabila pendapat tersebut mempunyai dasar, dan tidak bertentangan dengan iman ataupun ketetapan Gereja ataupun kebenaran, maka menolak untuk mendukungnya atau menentangnya sebab sebaliknya mungkin benar, menunjukan sedikit saja devosi kepada Bunda Allah. Aku tak memilih untuk termasuk dalam golongan mereka ini, pun aku tak ingin pembacaku berlaku demikian, melainkan termasuk dalam golongan mereka yang percaya penuh dan teguh akan segala yang dapat tanpa salah diyakini akan kebesaran Maria, seturut Abbas Rupert, yang, di antara tindakan-tindakan penghormatan yang paling menyenangkan Bunda yang baik ini, menempatkan keyakinan teguh akan segala yang mendatangkan kehormatan bagi Maria. Apabila tak ada yang lain lagi yang dapat mengenyahkan ketakutan kita akan berlebihan dalam puji-pujian kepada Maria, pernyataan St Agustinus hendaknyalah cukup; sebab ia memaklumkan bahwa apapun yang kita katakan sebagai pujian bagi Maria nyaris tiada artinya dibandingkan dengan apa yang sepantasnya ia terima, mengingat martabatnya sebagai Bunda Allah; dan terlebih lagi, Gereja mengatakan, dalam Misa yang ditetapkan bagi perayaannya, "Engkau berbahagia, ya Santa Perawan Maria, dan paling layak akan segala pujian."
Tetapi marilah kembali ke pokok semula dan memeriksa apa yang dikatakan para kudus mengenai ini. St Bernardus mengatakan "bahwa Allah telah memenuhi Maria dengan segala rahmat, agar manusia dapat menerima melalui perantaraannya, seperti melalui sebuah saluran, segala yang baik yang datang kepada mereka." Ia mengatakan bahwa "Maria adalah saluran air yang penuh, agar yang lain dapat menerima dari kelimpahannya." Mengenai ini St Bernardus memberikan pernyataan berikut yang penuh arti: "Sebelum kelahiran Santa Perawan, tidak ada suatu aliran rahmat yang tetap, sebab saluran air ini tidak ada." Tetapi sekarang setelah Maria diberikan kepada dunia, rahmat berkat surgawi terus-menerus mengalir melalui Maria atas semua orang.
Setan, seperti Holofernes, yang demi menguasai kota Betulia memerintahkan agar saluran-saluran air dihancurkan, mengerahkan segala daya upaya untuk menghancurkan devosi kepada Bunda Allah dalam jiwa-jiwa; sebab jika saluran rahmat ini ditiadakan, ia akan dengan mudah menguasai jiwa-jiwa. Dan di sini, lanjut St Bernardus, "Lihatlah, wahai jiwa-jiwa, betapa Tuhan kita menghendaki devosi mendalam dengan mana kita menghormati Ratu kita, dengan senantiasa memohon perlindungannya; dan dengan mengandalkannya; sebab dalam Maria Ia telah menempatkan berlimpah segala kebaikan, agar untuk seterusnya kita tahu dan mengakui bahwa harapan, rahmat atau kebaikan apapun yang kita peroleh, semuanya berasal dari tangan Maria." St Antoninus mengatakan hal yang sama: "Segala rahmat yang pernah dicurahkan atas manusia, semuanya datang melalui Maria." Dan karenanya Maria disebut bulan, seturut pernyataan St Bonaventura berikut: "Seperti bulan, yang berdiri di antara matahari dan bumi, meneruskan kepada bumi apapun yang diterimanya dari matahari, demikianlah Maria mencurahkan ke atas kita yang ada di dunia ini rahmat-rahmat surgawi yang ia terima dari matahari keadilan ilahi."
Lagi, Gereja yang kudus menyebut Maria "gerbang bahagia surga" ("Felix coeli porta"); sebab St Bernardus mengatakan: "Sebagaimana setiap mandat anugerah yang dikirim oleh seorang raja melewati gerbang-gerbang istana, demikianlah setiap rahmat yang datang dari surga ke dunia melewati tangan-tangan Maria." St Bonaventura mengatakan bahwa Maria disebut "gerbang surga, sebab tak seorang pun dapat masuk ke dalam kerajaan bahagia tanpa melaluinya."
Seorang penulis kuno, kemungkinan St Sofronius, dalam sebuah khotbah mengenai Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga, yang diterbitkan bersama karya St Hieronimus, mengatakan, "bahwa kelimpahan rahmat yang ada dalam Yesus Kristus dimiliki Maria, meski dalam suatu cara yang berbeda"; artinya bahwa Tuhan kita, seperti dalam kepala, darimana roh-roh utama (yakni, pertolongan ilahi untuk memperoleh keselamatan abadi) mengalir ke dalam kita, yang adalah anggota-anggota tubuh mistik-Nya; dan bahwa kelimpahan yang sama ada dalam Maria, seperti dalam leher, melalui mana roh-roh utama ini disampaikan kepada anggota-anggotanya. Gagasan yang sama ditegaskan oleh St Bernardine dari Sienna yang menerangkannya dengan lebih jelas, mengatakan "bahwa segala rahmat hidup rohani yang turun dari Kristus, Kepala mereka, kepada umat beriman, yang adalah tubuh mistik-Nya, disampaikan melalui Maria." St Bernardine berupaya memberikan alasan untuk ini ketika ia mengatakan, "bahwa sebagaimana Allah berkenan tinggal dalam rahim Perawan Tersuci ini, ia mendapatkan, demikian dapat dikatakan, semacam wewenang atas segala rahmat; sebab ketika Yesus Kristus lahir dari rahimnya yang tersuci, segala aliran rahmat ilahi mengalir darinya bagai dari suatu samudera surgawi." Di tempat lain, mengulang gagasan yang sama dalam istilah yang lebih jelas, ia menyatakan bahwa "sejak dari saat Bunda Perawan ini mengandung Sabda Allah dalam rahimnya, ia mendapatkan suatu wewenang istimewa, demikian dapat dikatakan, atas segala karunia Roh Kudus, hingga sejak itu tak ada satu makhluk pun menerima rahmat dari Allah selain melalui tangan-tangan Maria."
Seorang penulis lain, dalam mengomentari suatu ayat Yeremia, di mana sang nabi, berbicara mengenai Inkarnasi Sabda Kekal dan mengenai Maria,BundaNya, mengatakan bahwa seorang perempuan akan merangkul seorang laki-laki (Yeremia 31:22), menyatakan bahwa "seperti suatu garis tak dapat ditarik dari pusat lingkaran tanpa melewati lingkaran, demikianlah tak ada rahmat yang berasal dari Yesus, yang adalah pusat dari segala yang baik, tanpa melewati Maria, yang merangkul-Nya ketika ia menerima-Nya dalam rahimnya."
St Bernardine mengatakan bahwa untuk alasan ini, "segala anugerah, segala keutamaan, dan segala rahmat dibagi-bagikan oleh tangan Maria kepada siapapun, kapanpun, seperti yang ia kehendaki." Richard dari St Laurentius juga menegaskan "bahwa Allah menghendaki bahwa hal-hal baik apapun yang Ia anugerahkan kepada makhluk-makhluk-Nya hendaknya melewati tangan-tangan Maria." Dan karenanya Venerabilis Abbas dari Celles mendorong semua orang untuk memohon kepada "bendahara rahmat ini" (demikianlah ia menyebut Maria); sebab dunia dan seluruh umat manusia akan menerima semua yang baik yang dapat diharapkan melalui Maria saja. "Serahkanlah dirimu kepada Santa Perawan," katanya; "sebab melalui dia, dan dalam dia, dan bersama dia, dan dari dia, dunia menerima, dan akan menerima, segala yang baik."
Sekarang haruslah menjadi nyata bagi semua orang bahwa ketika para kudus dan penulis ini memberikan pernyataan-pernyataan bahwa segala rahmat datang kepada kita melalui Maria, mereka tak sekedar bermaksud mengatakan bahwa kita "menerima Yesus Kristus, sumber dari segala yang baik, melalui Maria,"; melainkan bahwa meraka meyakinkan kita bahwa Allah, yang memberikan Yesus Kristus kepada kita, menghendaki bahwa segala rahmat yang telah dianugerahkan, yang dianugerahkan, dan yang akan dianugerahkan kepada manusia hingga akhir dunia melalui jasa-jasa Kristus, haruslah dibagikan melalui tangan dan melalui perantaraan Maria.
Dan demikianlah Pater Suarez menyimpulkan, bahwa adalah sentimen Gereja semesta, "bahwa perantaraan dan doa-doa Maria, di atas doa-doa semua lainnya, tak hanya berguna, melainkan dibutuhkan." Dibutuhkan, sesuai dengan apa yang telah kita katakan, bukan dengan kebutuhan mutlak; sebab pengantaraan Yesus Kristus saja yang mutlak dibutuhkan; melainkan dengan kebutuhan moral; sebab Gereja percaya bersama St Bernardus, bahwa Allah telah menetapkan bahwa tak ada rahmat yang akan dianugerahkan selain dari melalui tangan-tangan Maria. "Allah menghendaki," kata sang santo, "bahwa tak ada suatupun pada kita yang tidak melalui tangan Maria'; dan sebelum St Bernardus, St Ildephonsus menegaskan hal yang sama, menyampaikan kepada Santa Perawan perkataan berikut: "O Maria, Allah telah menetapkan untuk mempercayakan segala anugerah yang baik yang telah Ia sediakan bagi manusia ke dalam tangan-tanganmu, dan karenanya Ia telah mempercayakan segala harta dan kekayaan rahmat kepadamu." Dan karenanya St Petrus Damianus mengatakan, "bahwa Allah tak akan menjadi manusia tanpa kesediaan Maria; pertama-tama, agar kita merasa berhutang besar kepadanya; dan kedua, agar kita mengerti bahwa keselamatan semua orang dipercayakan pada pemeliharaan Santa Perawan ini."
St Bonaventura, mengenai kata-kata Nabi Yesaya, "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah. Roh TUHAN akan ada padanya" (Yesaya 11:1-2), menyampaikan suatu pernyataan indah, mengatakan: "Barangsiapa menghendaki tujuh karunia Roh Kudus, biarlah ia mencari bunga Roh Kudus dalam tunas." Yakni, Yesus dalam Maria; "Sebab melalui tunas kita menemukan bunga, dan melalui bunga, Allah." Dan dalam bab keduabelas karya yang sama, ia menambahkan, "Jika engkau rindu memiliki bunga ini, tundukkanlah tunasnya yang berbunga, dengan doa; dan maka engkau akan mendapatkannya." Bapa yang saleh, dalam khotbahnya untuk Penampakan Tuhan, mengenai kata-kata St Matius, "Masuklah mereka … dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya" (2:11), mengingatkan kita bahwa jika kita rindu menemukan Yesus kita harus pergi kepada Maria. Jadi, dapat kita simpulkan, bahwa sia-sialah kita mencari Yesus, terkecuali kita berusaha menemukan-Nya bersama Maria. Dan jadi St Ildephonsus mengatakan, "Aku rindu menjadi abdi Putra; tetapi karena tak seorang pun menjadi abdi Putra tanpa melayani Bunda, karenanya aku rindu menjadi abdi Maria."
Teladan
Seorang pemuda bangsawan yang sedang dalam pelayaran mulai membaca sebuah buku yang tidak sopan, dari mana ia menikmati banyak kesenangan. Seorang religius memperhatikan hal ini dan berkata kepadanya: "Apakah kau mau memberikan persembahan kepada Bunda Maria?" Pemuda itu menjawab ya. "Baik," kata sang religius, "aku harap, demi kasih kepada Perawan Tersuci, engkau berhenti membaca buku itu dan melemparkannya ke dalam laut." "Ini, Pater," kata sang pemuda. "Tidak," jawab sang religius, "harus engkau sendiri yang mempersembahkan hadiah ini kepada Maria." Pemuda itu melakukannya; dan tak lama sesudah ia kembali ke Genoa, tanah airnya, Bunda Allah mengobarkan hatinya dengan kasih ilahi hingga ia menggabungkan diri ke sebuah ordo religius.
Doa
Ya jiwaku, lihatlah betapa pasti harapan akan keselamatan dan kehidupan kekal yang telah dianugerahkan Tuhan kita kepadamu, dengan mengilhamimu, dalam kerahiman-Nya, kepercayaan pada perlindungan BundaNya; dan ini dilakukan-Nya, meski telah begitu banyak kali dengan dosa-dosamu engkau membangkitkan murka-Nya dan pantas akan neraka. Berterima kasihlah kepada Allah-mu, dan berterima kasihlah kepada Maria, pelindungmu, yang telah berkenan menempatkanmu di bawah mantolnya; mengenai ini engkau dapat yakin benar, setelah begitu banyak rahmat yang telah engkau terima melaluinya. Ah ya, aku berterima kasih kepadamu, Bundaku terkasih, atas segala yang telah kau lakukan bagiku yang pantas akan neraka. Dan atas begitu banyak marabahaya di mana engkau membebaskanku, ya Ratu! Betapa banyak ilham dan kerahiman yang telah engkau perolehkan bagiku dari Allah! Pelayanan apakah, kehormatan apakah, yang telah aku berikan kepadamu hingga engkau melakukan begitu banyak untukku? Aku tahu bahwa kebaikanmu semata yang telah menggerakkanmu. Ah, betapa akan terlalu sedikit dibandingkan dengan segala hutangku kepadamu, bahkan andai aku mencurahkan darahku dan menyerahkan nyawaku bagimu; sebab engkau telah membebaskanku dari kematian abadi; engkau telah memungkinkanku, sebagaimana aku harap, memulihkan rahmat ilahi; kepadamu, singkat kata, aku berhutang segala yang aku miliki. Ya Bundaku yang paling pantas dikasihi, aku, orang malang yang celaka, tiada dapat membalasmu selain dari senantiasa mengasihi dan memujimu. Ah, janganlah acuh untuk menerima kasih sayang seorang pendosa malang, yang terbakar dengan kasih atas kebaikanmu. Jika hatiku tiada pantas untuk mengasihimu, sebab tiada murni dan dipenuhi dengan cinta duniawi, engkaulah yang harus mengubahnya. Ah, jika demikian ubahlah ya Bunda. Ikatkan aku pada Allah-ku, dan ikatkan aku begitu rupa hingga aku tiada pernah lagi berdaya untuk memisahkan diri dari kasih-Nya. Engkau memintaku agar aku mengasihi Tuhan-mu, dan aku memohon padamu agar engkau memperolehkan kasih ini bagiku, mengasihi-Nya senantiasa; inilah seluruhnya yang aku rindukan. Amin.
St Bernardus mengatakan, "bahwa seperti seorang laki-laki dan seorang perempuan bekerjasama dalam kebinasaan kita, adalah tepat jika seorang laki-laki lain dan seorang perempuan lain bekerjasama dalam penebusan kita, dan mereka ini adalah Yesus dan BundaNya Maria." "Tak diragukan lagi," kata sang santo, "bahwa Yesus Kristus saja lebih dari cukup untuk menebus kita; tetapi lebih pas jika kedua gender bekerjasama dalam memperbaiki suatu kejahatan yang timbul akibat keduanya." Demikianlah Beato Albertus Agung menyebut Maria, "Pembantu Penebusan" ("Adjutrix redemptionis"-Super Miss. q. 29, #3); dan Santa Perawan sendiri menyingkapkan kepada St Brigitta bahwa "sebagaimana Adam dan Hawa menjual dunia demi sebuah apel, demikianlah ia bersama Putranya menebus dunia seolah dengan satu hati." Ini ditegaskan oleh St Anselmus yang mengatakan "bahwa meski Allah dapat menciptakan dunia dari yang tidak ada, namun, ketika dunia binasa karena dosa, Ia tak hendak memperbaiki kejahatan tanpa kerjasama Maria."
Suarez mengatakan, "bahwa Maria bekerjasama dalam keselamatan kita dalam tiga cara; pertama, dengan memperoleh jasa kepantasan Inkarnasi Sabda; kedua, dengan terus-menerus berdoa bagi kita semasa hidupnya di dunia ini; ketiga, dengan bersedia mengurbankan hidup Putranya kepada Allah." Karena alasan ini Tuhan dengan tepat menetapkan bahwa sebagaimana Maria bekerjasama dalam keselamatan manusia dengan begitu penuh kasih, dan pada saat yang sama memberikan kemuliaan begitu rupa kepada Allah, demikianlah segenap manusia melalui perantaraannya akan memperoleh keselamatan mereka.
Maria disebut "penolong dalam pembenaran kita," sebab kepadanya Allah telah mempercayakan segala rahmat yang diperuntukkan bagi kita ("Auxiliatrix nostrae justificationis; Deus enim omnes gratias faciendas Mariae commisit"-Marial. p. 3, s. 1); dan karenanya St Bernardus menegaskan, "bahwa segenap umat manusia, dulu, sekarang dan yang akan datang, hendaknya memandang Maria sebagai perantara dan negosiator keselamatan sepanjang segala abad."
Yesus Kristus mengatakan, bahwa tiada seorang pun dapat menemukan-Nya terkecuali Bapa yang Kekal terlebih dahulu menariknya melalui sarana rahmat ilahi: "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa" (Yohanes 6:44). Demikian juga yang Yesus katakan mengenai BundaNya, kata Richard dari St Laurentius: "Tidak ada seorang pun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh BundaKu melalui doa-doanya." Yesus adalah buah Maria, seperti dikatakan St Elisabet kepada Maria: "Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu" (Lukas 1:42). Oleh karena itu, barangsiapa merindukan buah haruslah datang kepada pohon; barangsiapa merindukan Yesus haruslah pergi kepada Maria; dan barangsiapa menemukan Maria pasti akan menemukan Yesus.
Ketika St Elisabet melihat bahwa Santa Perawan telah datang untuk mengunjunginya di rumahnya sendiri, tak tahu bagaimana berterima kasih kepadanya, dan dipenuhi kerendahan hati, ia berseru: "Siapakah aku ini sampai ibu Tuhan-ku datang mengunjungi aku?" (Lukas 1:43). Ah, ya, sang santa tahu benar bahwa ketika Maria datang ia membawa Yesus, dan karenanya cukuplah untuk berterima kasih kepada Bunda tanpa menyebut Putra.
"Ia serupa kapal-kapal saudagar, dari jauh ia mendatangkan makanannya" (Amsal 31:14). Maria adalah kapal keberuntungan ini yang mendatangkan bagi kita Yesus Kristus dari surga, yang adalah roti hidup yang turun dari surga demi memberi kita hidup kekal, seperti dikatakan-Nya Sendiri: "Akulah roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti ini, ia akan hidup selama-lamanya" (Yohanes 6:51). Dan demikianlah Richard dari St Laurentius mengatakan, "bahwa di samudera dunia ini semua yang tak dilindungi oleh Maria akan binasa;" dan karenanya ia menambahkan, "Sesering kita melihat diri kita dalam bahaya kebinasaan di tengah pencobaan dan pertentangan hasrat hidup ini, marilah kita memohon pertolongan Maria, dan berseru segera, ya Bunda, tolonglah kami, selamatkanlah kami, jika engkau tak hendak melihat kami binasa."
Perhatikan bahwa penulis ini tak ragu menyampaikan kata-kata berikut kepada Maria: "Selamatkanlah kami, kami binasa"; tak seperti seorang penulis lain yang kita singgung sebelumnya, dan yang mengatakan bahwa kita tak dapat meminta Maria untuk menyelamatkan kita, sebab hak ini hanya ada pada Allah saja. Tetapi sebab seorang kriminal yang dijatuhi hukuman mati dapat meminta grasi dengan memohon perantaraan raja agar nyawanya diselamatkan, mengapakah kita tak dapat memohon Bunda Allah untuk menyelamatkan kita dengan memperolehkan hidup kekal bagi kita? St Yohanes Damaskus berkeberatan untuk tidak menyampaikan kepada Maria kata-kata ini: "Perawan murni dan tak bercela, selamatkanlah aku, dan bebaskanlah aku dari kebinasaan abadi." St Bonaventura menyebut Maria "keselamatan mereka yang berseru kepadanya" ("O Salus te invocantium!"). Gereja yang kudus mengakui seruan ini dengan juga menyebutnya "keselamatan mereka yang lemah" ("Salus infirmorum"). Dan adakah kita berkeberatan memohon Maria untuk menyelamatkan kita, apabila "jalan keselamatan tidak dibuka bagi siapapun selain melalui Maria?" seperti keberatan penulis di atas. Dan sebelumnya, St Germanus telah mengatakan hal yang sama dalam berbicara mengenai Maria, "Tak seorang pun diselamatkan selain melalui engkau."
Baiklah sekarang kita lihat apa lagi yang dikatakan para kudus mengenai perlunya perantaraan Bunda ilahi bagi kita. St Kayetanus yang mulia biasa mengatakan bahwa kita dapat saja mencari rahmat, tetapi kita tiada akan pernah mendapatkannya tanpa perantaraan Maria. Hal ini diteguhkan oleh St Antoninus, yang mengungkapkannya dengan begitu indah: "Barangsiapa memohon dan berharap memperoleh rahmat tanpa perantaraan Maria, adalah seperti berupaya untuk terbang tanpa sayap"; sebab, seperti dikatakan Firaun kepada Yusuf, kuasa atas seluruh tanah Mesir, dan mengatakan kepada semua yang datang kepadanya meminta makanan untuk pergi kepada Yusuf, "Pergilah kepada Yusuf" (Kejadian 41:55), demikianlah Allah mengutus kita kepada Maria ketika kita memohon rahmat: "Pergilah kepada Maria"; sebab "Allah telah menetapkan," kata St Bernardus, "bahwa Ia tak akan menganugerahkan rahmat selain melalui tangan Maria." "Dan demikianlah," kata Richard dari St Laurentius, "keselamatan kita ada dalam tangan Maria; sehingga kita umat Kristiani dapat jauh lebih tepat mengatakan kepada Maria dibandingkan bangsa Mesir kepada Yusuf, "Engkau telah memelihara hidup kami" (Kejadian 47:25). Venerabilis Raymond Jordano mengulang hal yang sama: "Keselamatan kita ada dalam tangannya." Cassian berbicara dalam istilah yang lebih tegas. Ia secara mutlak mengatakan, "keselamatan semua orang bergantung pada apakah mereka dikasihi dan dilindungi oleh Maria." Ia yang dilindungi oleh Maria akan diselamatkan; ia yang tidak dilindungi Maria akan binasa. Demikianlah St Bernardine dari Sienna menyampaikan kepada Santa Perawan: "Ya Bunda, sebab engkau adalah penyalur segala rahmat, dan sebab rahmat keselamatan hanya dapat datang melalui tangan-tanganmu, keselamatan kami bergantung padamu."
Karenanya, Richard dari St Laurentius mempunyai alasan tepat mengatakan bahwa "seperti kita akan jatuh ke dalam jurang, jika tanah tempat kita berpijak ditarik, demikianlah suatu jiwa yang jauh dari pertolongan Maria pertama-tama akan jatuh ke dalam dosa, dan lalu ke dalam neraka." St Bonaventura mengatakan bahwa "Allah tak akan menyelamatkan kita tanpa perantaraan Maria." Dan bahwa "seperti seorang kanak-kanak tak dapat hidup tanpa dia yang menyusuinya, demikianlah tak seorang pun dapat diselamatkan tanpa perlindungan Maria." Oleh karenanya ia mendorong kita "untuk haus akan devosi kepada Maria, untuk memeliharanya dengan cermat, dan tiada pernah meninggalkannya hingga kita telah menerima berkat keibuannya di surga." "Dan siapakah gerangan," seru St Germanus, "yang dapat mengenal Allah, jika bukan karena engkau, ya Maria Tersuci? siapakah yang dapat diselamatkan? siapakah yang dapat dilindungi dari marabahaya? siapakah yang dapat menerima rahmat, jika bukan karena engkau, ya Bunda Allah, ya yang penuh rahmat?"
Berikut adalah kata-kata indah dengan mana ia mengungkapkannya: "Tiada seorang pun, ya Maria Tersuci, yang dapat mengenal Allah selain melalui engkau; tiada seorang pun yang dapat diselamatkan ataupun ditebus selain melalui engkau, ya Bunda Allah; tiada seorang pun yang dapat dibebaskan dari mara bahaya selain melalui engkau, ya Bunda Perawan; tiada seorang pun yang mendapatkan belas-kasihan selain melalui engkau, ya yang dipenuhi dengan segala rahmat." Dan di tempat lain, ia menyampaikan kepada Maria, "Tiada seorang pun dibebaskan dari dampak kecondongan daging dan dari dosa, terkecuali engkau membuka jalan baginya."
Dan seperti kita sampai kepada Bapa yang Kekal, kata St Bernardus, hanya melalui Yesus Kristus, demikianlah kita sampai kepada Yesus Kristus hanya melalui Maria: "Melalui engkau kami sampai kepada Putra, ya penemu rahmat yang terberkati, pembawa hidup, dan bunda keselamatan, agar kami dapat menyambut Dia melalui engkau, yang melalui engkau diberikan kepada kami." Inilah alasan yang diberikan oleh sang santo mengapa Tuhan kita menetapkan bahwa semua orang akan diselamatkan melalui perantaraan Maria; dan karenanya ia menyebut Maria sebagai Bunda rahmat dan keselamatan kita.
"Jadi," tanya St Germanus, "apakah jadinya kita? Harapan keselamatan apakah yang dapat kita miliki, jika engkau meninggalkan kami, ya Maria, yang adalah hidup umat Kristiani?"
"Tetapi," kata penulis modern yang kita singgung sebelumnya, "jika segala rahmat datang melalui Maria, ketika kita mohon perantaraan para kudus lainnya, mereka harus memohon pertolongan pada kepengantaraan Maria. Tetapi," katanya, "tak seorang pun percaya atau pernah membayangkannya."
Mengenai percaya, aku jawab bahwa dalam hal itu tak akan dapat ada kesalahan atapun kesulitan. Kesulitan apakah yang dapat ada dalam mengatakan bahwa Allah, demi menghormati BundaNya, dan menjadikannya Ratu para kudus, dan menghendaki bahwa segala rahmat haruslah dibagi-bagikan melalui tangannya, juga menghendaki para kudus harus memohon kepada Maria demi mendapatkan permohonan bagi mereka yang dibelanya?
Mengenai perkataan bahwa tak seorang pun pernah membayangkan hal yang demikian, aku dapati bahwa St Bernardus, St Anselmus, St Bonaventura, Suarez, dan yang lainnya, dengan jelas memaklumkan demikianlah adanya. "Sia-sia saja," kata St Bernardus, "seorang mengajukan pada para kudus yang lain suatu permohonan, jika Maria tak berkenan menjadi perantara untuk mendapatkannya." Beberapa penulis lain, dalam menjelaskan kata-kata Mazmur "Orang-orang kaya di antara rakyat akan mengambil muka kepadamu" (45:12), mengatakan, "para kudus adalah orang-orang kaya dari umat Allah, yang, ketika ingin mendapatkan suatu anugerah dari Allah bagi orang-orang yang dibelanya, memohonnya kepada Maria, dan Maria segera memperolehkannya." Dan Pater Suarez dengan tepat mengatakan, "kita memohon para kudus untuk menjadi perantara kita kepada Maria, sebab Maria adalah Ratu mereka dan Bunda yang berkuasa." "Di antara para kudus," katanya, "kita tidak meminta mereka untuk saling menjadi perantara satu sama lain, sebab mereka semua sederajat; tetapi kita meminta mereka untuk menjadi perantara kepada Maria, sebab Maria adalah penguasa dan Ratu mereka." Dan inilah tepatnya apa yang dijanjikan St Benediktus kepada St Fransiska dari Roma, seperti kita baca dalam Pater Marchese; sebab St Benediktus menampakkan diri kepada St Fransiska dari Roma, dan menempatkannya di bawah perlindungannya, dan ia berjanji bahwa ia akan menjadi advocatanya kepada Bunda ilahi.
Sebagai penegasan akan ini, St Anselmus mengatakan kepada Bunda Maria, "Ya Bunda, apapun yang dapat diperoleh segenap para kudus dengan bersatu denganmu, dapat engkau peroleh seorang diri." "Dan mengapakah demikian?" tanya sang santo; "mengapakah engkau seorang memiliki kuasa yang begitu hebat? Ah, ini karena engkau adalah mempelai Allah; engkau adalah Ratu semesta surga dan bumi. Jika engkau tidak berbicara atas nama kami, maka tak ada seorang kudus pun yang akan mendoakan atau menolong kami. Tetapi, jika engkau mulai mendoakan kami, maka segenap para kudus akan melakukan hal yang sama dan menolong kami."
Demikianlah Pater Segneri, dalam "Devout Client of Mary" mengenakan bersama Gereja Katolik kata-kata Sirakh kepada Maria, "Seorang diri telah kujelajah lingkaran langit" (24:5) mengatakan bahwa "seperti bola pertama dengan gerakannya membuat semua yang lain bergerak, demikianlah apabila Maria berdoa bagi suatu jiwa; segera seluruh istana surgawi mulai berdoa bersamanya." "Tak hanya itu," kata St Bonaventura "bilamana Santa Perawan Tersuci menghadap Allah untuk menjadi perantara kita, ia, sebagai ratu, memerintahkan segenap malaikat dan para kudus menyertainya, dan mempersatukan doa mereka dengan doanya."
Dan jadi, akhirnya, kita mengerti mengapa Gereja yang kudus menghendaki kita menyalami dan berseru kepada Bunda ilahi di bawah gelar mulia "Harapan Kita" ("Spes nostra! salve!"). Luther mengatakan bahwa ia tak dapat tahan Gereja Roma menyebut Maria, yang hanyalah seorang makhluk ciptaan belaka, sebagai "harapan kita"; sebab, katanya, "Allah saja, dan Yesus Kristus sebagai Pengantara kita, adalah harapan kita: dan Allah mengutuk mereka yang menempatkan harapan mereka pada makhluk ciptaan, seturut Nabi Yeremia, 'Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia' (Yeremia 17:5)". Akan tetapi Gereja mengajar kita untuk berseru kepada Maria di segala kesempatan, dan menyebutnya "harapan kita; salam, harapan kita!" Barangsiapa menempatkan kepercayaannya pada makhluk ciptaan yang tergantung pada Allah, ia pasti dikutuk oleh Allah; sebab Allah adalah satu-satunya sumber dan penyalur segala yang baik, dan makhluk ciptaan tanpa Allah tak ada artinya, dan tak dapat memberi apapun. Tetapi jika Tuhan kita telah menetapkan demikian, seperti telah kita buktikan, bahwa segala rahmat harus melalui Maria seperti melalui sebuah saluran belas-kasihan, kita tak hanya dapat melainkan wajib menegaskan bahwa Maria, dari siapa kita menerima rahmat-rahmat ilahi, adalah sungguh harapan kita.
Oleh karena itu St Bernardus mengatakan bahwa Maria adalah kepercayaannya yang terbesar dan seluruh dasar dari harapannya. St Yohanes Damaskus mengatakan hal yang sama; sebab ia menyampaikan kepada Santa Perawan demikian: "Ya Bunda, padamu kutempatkan segala harapanku; dan dengan mataku tertuju padamu, darimulah aku sungguh mengharapkan keselamatan." St Thomas mengatakan, "Maria adalah seluruh harapan keselamatan kita," dan St Efrem, berkata kepada Maria, "Ya Santa Perawan Tersuci, terimalah kami di bawah perlindunganmu, jika engkau hendak melihat kami diselamatkan, sebab kami tiada memiliki harapan keselamatan selain melalui perantaraanmu."
Jadi marilah kita, dalam kata-kata St Bernardus, "berupaya menghormati Bunda Allah ini dengan segenap kasih sayang dari hati kita; sebab demikianlah kehendak Allah, yang berkehendak kita menerima setiap rahmat dari tangannya." Dan karenanya sang santo mendesak kita, bilamana kita merindukan atau memohon rahmat apapun, untuk mempercayakan diri kepada Maria, dan yakin bahwa kita akan menerimanya dengan perantaraannya; sebab katanya, jika engkau tiada layak mendapatkan anugerah itu dari Allah, Maria, yang akan memohonkannya bagimu, akan layak menerimanya; "sebab engkau tak layak akan anugerah, anugerah dicurahkan atas Maria, supaya melalui dia engkau dapat menerima semua yang engkau miliki." Sang santo kemudian menasehati kita untuk mempercayakan segala yang kita persembahkan kepada Allah pada pemeliharaan Maria, entah itu perbuatan-perbuatan baik ataupun doa-doa, jika kita ingin Tuhan kita menerimanya. "Apapun yang mungkin engkau persembahkan kepada Allah, pastikan engkau mempercayakannya kepada Maria, agar tak menghadapi penolakan."
Doktrin martabat Maria sebagai mediatrix segala rahmat pada umumnya diterima oleh para teolog sekarang, dan paus-paus terakhir dari waktu ke waktu membicarakannya. Kita tahu bahwa Benediktus XIV telah mewariskan catatan berikut: "Maria adalah bagai sebuah sungai surgawi dengan mana air segala rahmat dan anugerah disalurkan kepada makhluk-makhluk fana yang malang." Pius IX berbicara kepada para uskup sedunia mempergunakan kata-kata St Bernardus: "Allah menghendaki agar setiap rahmat datang kepada kita melalui Maria." Dalam ensikliknya mengenai devosi Rosario, 22 September 1891, Paus Leo XIII mengatakan: "Dengan budi yang baik dan benar dapat kita katakan bahwa dari harta pusaka berlimpah rahmat yang Tuhan perolehkan bagi kita, tak satupun datang kepada kita, seturut kehendak Allah selain melalui Maria." Pius X memaklumkan: "Maria adalah penyalur rahmat-yang-telah-Yesus-Kristus-perolehkan-bagi-kita dengan darah-Nya dan wafat-Nya." Berikut adalah kata-kata Benediktus XV: "Allah berkenan menganugerahkan kepada kita segala rahmat melalui perantaraan Maria." Lagi: "Segala rahmat yang oleh sang Pemberi segala yang baik berkenan anugerahkan kepada keturunan Adam, disalurkan kepada kita, dalam kuasa Penyelenggaraan penuh kasih, melalui tangan-tangan Santa Perawan." Dan akhirnya: "Segala macam rahmat yang kita terima dari harta pusaka Penebusan dibagi-bagikan oleh tangan-tangan Perawan Yang Berdukacita."
Teladan
Kisah Teofilus, yang ditulis oleh Eutychian, Patriark Konstantinopel - yang adalah saksi mata dari kisah yang ia ceritakan -sungguh terkenal. Kisah ini diteguhkan oleh St Petrus Damianus, St Bernardus, St Bonaventura, St Antoninus, dan yang lainnya sebagaimana dikutip oleh Pater Crasset.
Teofilus adalah seorang diakon agung dari Gereja Adana, sebuah kota di Sisilia, dan ia dihormati begitu rupa oleh orang banyak hingga mereka hendak menjadikannya uskup mereka, tetapi ia, karena kerendahan hatinya, menolak martabat itu. Terjadilah ada orang-orang berniat jahat yang memfitnahnya melakukan beberapa kejahatan, dan karenanya Teofilus dinonaktifkan dari jabatannya. Teofilus amat sakit hati, hingga, dibutakan oleh murka, ia pergi menemui seorang tukang tenung Yahudi yang membuatnya berkonsultasi dengan setan supaya setan menolongnya dalam kemalangan ini. Setan mengatakan bahwa jika Teofilus ingin ditolong, ia harus menyangkal Yesus dan BundaNya Maria, dan menyerahkan kepada setan surat penyangkalan yang ditulis dengan tangannya sendiri. Teofilus segera menyetujui persyaratan itu. Keesokan harinya, uskup yang mendapati bahwa ia telah ditipu, memohon maaf pada diakon agung dan memulihkannya pada jabatannya. Begitu hal ini dimaklumkan, hati Teofilus tercabik-cabik oleh penyesalan mendalam, dan ia tiada dapat berbuat apa-apa selain menangis. Apakah yang dapat ia lakukan? Ia pergi ke sebuah gereja, dan di sana menjatuhkan diri dalam banjir air mata di kaki sebuah patung Maria, dengan berkata kepadanya: "Ya Bunda Allah, aku tiada akan berputus asa selama aku dapat datang kepadamu, yang begitu penuh belas-kasihan dan berkuasa untuk menolongku." Ia tinggal dalam keadaan demikian, menangis dan berdoa kepada Bunda Maria selama empatpuluh hari - ketika, satu malam Bunda belas-kasihan menampakkan diri kepadanya dan berkata: "Wahai Teofilus, apakah ini yang telah engkau lakukan? Engkau telah mengingkari persahabatanku dan Putraku, dan demi siapakah? Demi musuh-Nya dan musuhku." "Ya, Bunda," jawab Teofilus, "engkau harus mengampuni aku, dan memperolehkan pengampunan bagiku dari Putramu." Maria, melihat kepercayaannya, menjawab, "Berbesar-hatilah; aku akan menjadi perantaramu kepada Allah." Terofilus, disemangati oleh kata-kata penghiburan ini, menggandakan airmata, matiraga, dan doa-doanya, tiada pernah meninggalkan patung itu. Akhirnya, Maria menampakkan diri lagi kepadanya, dan dengan wajah sukacita mengatakan: "Teofilus, berbesar-hatilah; aku telah mempersembahkan airmata dan doa-doamu kepada Allah; Ia telah menerimanya dan telah mengampunimu; tetapi sejak hari ini dan seterusnya bersyukurlah dan setialah kepada-Nya." "Tetapi, ya Bunda," jawab Teofilus, "itu belumlah cukup untuk melegakan hatiku sepenuhnya; musuh masih menyimpan tulisan hujat dengan mana aku menyangkal engkau dan Putramu. Engkau dapat memerintahnya untuk menyerahkannya." Tiga hari kemudian, Teofilus terbangun tengah malam dan mendapati tulisan itu di atas dadanya. Keesokan harinya, Teofilus pergi ke gereja di mana uskup berdiam dan, di hadapan orang banyak, ia menjatuhkan diri di depan kaki uskup dan dengan airmata pahit menceritakan segala yang telah terjadi; ia menyerahkan ke tangan uskup tulisan hujat itu. Uskup mencampakkannya ke dalam api di hadapan semua yang hadir, yang tiada dapat berbuat lain selain menangis penuh sukacita dan memuji kebaikan Allah, dan belas-kasihan Maria yang ditunjukkannya kepada pendosa malang ini. Teofilus kembali ke gereja Bunda Maria dan tinggal di sana selama tiga hari, dan lalu wafat; hatinya dipenuhi sukacita dan penuh ucapan syukur kepada Yesus dan BundaNya Tersuci.
Doa
Ya Ratu dan Bunda Kerahiman, yang membagi-bagikan rahmat kepada semua yang memohon pertolonganmu dengan begitu murah hati, sebab engkau adalah Ratu, dan dengan begitu penuh kasih, sebab engkau adalah Bunda kami terkasih; kepadamu aku, yang sama sekali tanpa jasa dan keutamaan, dan begitu terbeban dengan hutang kepada keadilan ilahi, mempersembahkan diriku pada hari ini. Ya Maria, engkau memegang kunci dari semua kerahiman ilahi; janganlah lupa akan kemalanganku dan janganlah meninggalkanku dalam kemiskinanku. Engkau begitu murah hati terhadap semua orang, dan memberi lebih dari yang diminta, ya, bermurah-hatilah demikian terhadapku. Ya Bunda, lindungilah aku; ini saja yang aku mohon kepadamu. Jika engkau melindungiku, aku tiada takut akan apapun. Aku tiada gentar akan roh-roh jahat; sebab engkau lebih berkuasa dari semua mereka. Aku tiada takut akan dosa-dosaku; sebab engkau dengan sepatah kata saja dapat memperolehkan pengampunan penuh atasnya dari Allah. Dan jika aku beroleh perkenananmu, aku bahkan tak takut akan murka Allah; sebab satu doa darimu akan meredakan murka-Nya. Singkat kata, jika engkau melindungiku, aku mengharapkan segalanya; sebab engkau berdaya kuasa. Ya Bunda Kerahiman, aku tahu bahwa engkau bersuka dan dipermuliakan dengan menolong mereka yang paling malang, dan, asal mereka tidak berdegil, engkau dapat menolong mereka. Aku seorang pendosa, tetapi aku tidak berdegil; aku rindu mengubah hidupku. Jadi, engkau dapat menolongku; ya, tolonglah aku dan selamatkanlah aku. Aku sekarang menempatkan diriku sepenuhnya ke dalam tanganku. Katakan apakah yang harus aku lakukan demi menyenangkan Allah, dan aku siap untuk segalanya, dan berharap melakukan semuanya dengan pertolonganmu, ya Maria - Maria Bundaku, terangku, penghiburanku, pengungsianku, pengharapanku. Amin. Amin. Amin.
sumber : “The Glories of Mary by St. Alphonsus de Liguori”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|