BAB IV
Ad te clamamus, exsules filii Evae
Kepadamu Kami Berseru, Anak-anak Hawa yang Malang dan Terbuang
MARIA, PERTOLONGAN KITA
Betapa celaka kita anak-anak Hawa yang malang; sebab, bersalah di hadapan Allah karena kesalahannya, dan dijatuhi hukuman yang sama, kita harus berkelana di lembah airmata ini sebagai pembuangan dari tanah air kita, dan menangisi begitu banyak kemalangan tubuh dan jiwa. Akan tetapi, berbahagialah ia yang, di tengah dukacita ini, kerap berpaling kepada penghibur dunia, pengungsian mereka yang malang, kepada Bunda Allah yang agung, dan dengan saleh berseru dan memohon kepadanya! "Berbahagialah orang yang mendengarkan daku, yang setiap hari menunggu pada pintuku" (Amsal 8:34). Berbahagialah, kata Maria, ia yang mendengarkan penghiburan-penghiburanku, dan terus-menerus menunggu pada pintu belas-kasihanku, dan memohon perantraan dan pertolonganku.
Gereja yang kudus dengan seksama mengajarkan kepada kita anak-anaknya dengan perhatian dan kepercayaan yang bagaimana hendaknya kita tanpa henti memohon pertolongan kepada pelindung yang penuh kasih sayang ini; dan untuk tujuan ini Gereja menetapkan suatu ibadat istimewa bagi Maria. Dan tak hanya ini, melainkan Gereja telah menetapkan begitu banyak pesta yang dirayakan sepanjang tahun demi menghormati Ratu agung ini: Gereja mendedikasikan satu hari dalam satu minggu, dengan suatu cara yang khusus, demi menghormatinya: dalam Ofisi Ilahi segenap kaum klerus dan religius wajib setiap hari berseru kepadanya atas nama segenap umat Kristiani; dan akhirnya, Gereja menghendaki segenap umat beriman hendaknya menyalami Bunda Allah yang Tersuci ini tiga kali sehari, saat lonceng Angelus berdentang. Dan agar kita dapat memahami kepercayaan yang dimiliki Gereja kudus terhadap Maria, kita hanya perlu ingat bahwa dalam semua bencana umum, Gereja senantiasa mengundang semua orang untuk memohon perlindungan Bunda Allah ini, dengan novena, doa, prosesi, dengan mengunjungi gereja-gereja yang didedikasikan demi menghormatinya, pula patung dan lukisannya. Dan inilah apa yang dikehendaki Maria. Ia menghendaki kita senantiasa mencarinya dan memohon pertolongannya; bukan seolah ia meminta dari kita penghormatan dan bentuk-bentuk penghormatan ini, sebab semua itu tiada sebanding dengan ganjarannya; melainkan ia menghendakinya agar dengan sarana-sarana itu kepercayaan dan devosi kita dapat ditingkatkan, dan dengan demikian ia dapat memberikan kepada kita lebih banyak pertolongan dan penghiburan: "Ia mencari mereka," kata St Bonaventura, "yang menghampirinya dengan saleh dan hormat, sebab merekalah yang ia kasihi, pelihara, dan angkat sebagai anak-anaknya."
St Bonaventura mengatakan bahwa Ruth, yang namanya berarti "melihat dan bergegas" adalah seorang figur Maria; "sebab Maria, melihat kemalangan-kemalangan kita, bergegas dalam belas-kasihannya untuk menolong kita." Novarino menambahkan bahwa "Maria, dalam kerinduannya yang begitu besar untuk menolong kita, tak dapat berlambat, sebab sebagai Bunda Kerahiman Maria bukanlah seorang perantara rahmat yang pelit, dan tak dapat berbuat lain selain dari segera mencurahkan harta dari kemurahan hatinya kepada anak-anaknya."
O betapa segera bunda yang baik ini menolong mereka yang berseru kepadanya! "Buah dadamu seperti anak kembar kijang," demikian dikatakan dalam Kidung Agung (4:5). Richard dari St Laurentius menerangkan ayat ini dengan mengatakan bahwa seperti anak kijang yang gesit larinya, demikianlah buah dada Maria segera dalam mencurahkan susu belas-kasihan kepada mereka semua yang memintanya. "Dengan tekanan ringan sapaan saleh dan doa, buah dadanya mencurahkan tetesan-tetesan besar." Pengarang yang sama meyakinkan kita bahwa belas-kasihan Maria dicurahkan pada setiap orang yang memintanya, bahkan ini hanya perlu diminta dengan bukan doa lain selain dari "Salam Maria" yang sederhana. Novarino menyatakan bahwa Santa Perawan tak hanya berlari melainkan terbang demi menolong dia yang berseru kepadanya. "Maria," kata Novarino, "dalam mengamalkan belas-kasihannya, tidak tahu bagaimana bertindak lain dari Allah; sebab, sebagaimana Ia segera terbang demi menolong mereka yang memohon pertolongan-Nya, sebab setia pada janji-Nya, 'Mintalah maka kamu akan menerima' (Yohanes 16:24), demikian pula Maria, bilamana seorang berseru kepadanya, ia segera siap untuk menolong dia yang berdoa kepadanya. "Allah memiliki sayap-sayap bilamana Ia menolong milik-Nya, dan segera terbang mendapati mereka; Maria juga mengenakan sayap bilamana ia hendak terbang demi menolong kita." Dan demikianlah kita melihat siapa perempuan yang dibicarakan dalam ayat berikut dari Kitab Wahyu, kepada siapa diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke padang gurun. "Kepada perempuan itu diberikan kedua sayap dari burung nasar yang besar, supaya ia terbang ke tempatnya di padang gurun." Ribeira menjelaskan bahwa kedua sayap ini berarti kasih dengan mana Maria senantisa terbang kepada Allah. "Ia memiliki sayap-sayap burung nasar, sebab ia terbang dengan kasih kepada Allah." Tetapi, Beato Amadeus, lebih mendekati tujuan kita, mengatakan bahwa sayap-sayap dari burung nasar ini berarti, "kecepatan, yang melampaui serafim, dengan mana Maria senantiasa terbang demi menolong anak-anaknya."
Ini akan menjelaskan suatu ayat dalam Injil St Lukas, di mana dikatakan bahwa ketika Maria pergi mengunjungi dan melimpahkan rahmat kepada St Elisabet dan seluruh keluarganya, ia tidak berlambat, melainkan bergegas. Injil mencatat, "Berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda" (Lukas 1:39). Dan ini tidak diceritakan dalam kepulangannya. Untuk alasan yang sama, dikatakan dalam Kidung Agung bahwa tangan-tangan Maria biasa bekerja: tangannya cekatan pada jentera ("Manus illius tornatiles"- Kidung Agung 5:14), artinya, kata Richard dari St Laurentius, "bahwa seperti seni memutar adalah cara bekerja yang paling mudah dan paling cepat, demikanlah juga Maria adalah yang paling siap sedia dan segera dari semua para kudus dalam menolong mereka yang dibelanya." Dan sungguh "ia mempunyai kerinduan yang paling berkobar untuk menghibur semua, dan begitu dipanggil ia menyambut doa-doa dan menolong." Jadi, St Bonaventura benar dalam menyebut Maria "keselamatan semua orang yang berseru kepadanya," artinya, cukuplah beseru kepada Bunda Allah ini demi diselamatkan; sebab, menurut Richard dari St Laurentius, Maria selalu siap untuk menolong mereka yang memohon pertolongannya. "Engkau akan senantiasa mendapatinya siap sedia menolongmu." Dan Bernardine de Bustis menambahkan, "Bunda agung ini lebih antusias untuk menganurahkan rahmat-rahmat kepada kita daripada kita antusias untuk menerimanya.
Janganlah banyaknya dosa kita memudarkan keyakinan kita bahwa Maria akan mengabulkan permohonan-permohonan kita bilamana kita merebahkan diri di hadapan kakinya. Ia adalah Bunda Kerahiman; tetapi belas-kasihan tidaklah diperlukan apabila tidak ada yang membutuhkannya. Mengenai ini Richard dari St Laurentius mengatakan, "bahwa seperti seorang ibu yang baik tidak segan mengoleskan obat pada anaknya yang terjangkit bisul-bisul, betapa menjijikkan dan memuakkan bisul-bisul itu, demikian pula Bunda kita yang baik tak dapat menelantarkan kita apabila kita memohon pertolongannya, agar ia dapat menyembuhkan luka-luka yang diakibatkan oleh dosa-dosa kita, betapa menjijikkannya dosa. Inilah tepatnya apa yang dimaklumkan Maria kepada St Gertrude agar mengerti, ketika Bunda Maria menampakkan diri kepadanya dengan mantol terkembang untuk menampung semua yang datang memohon pertolongannya. Pada saat yang sama kepada sang santa dikatakan bahwa "para malaikat terus-menerus melindungi mereka yang dibela oleh Santa Perawan dari serangan neraka."
Cinta kasih Bunda yang baik ini begitu luar biasa, dan kasihnya kepada kita begitu rupa, hingga ia bahkan tidak menanti doa-doa kita demi menolong kita; melainkan, sebagaimana dinyatakan dalam Kitab kebijaksanaan, "Ia mendahului memperkenalkan diri kepada yang ingin kepadanya" (Kebijaksanaan Salomo 6:13). St Anselmus mengenakan kata-kata ini kepada Maria, dan mengatakan bahwa Maria mendahului mereka yang merindukan perlindungannya. Dengan ini hendaknya kita mengerti bahwa ia memperolehkan bagi kita banyak rahmat dari Allah sebelum kita memohon pertolongannya. Oleh karena itu Richard dari St Victor mengatakan bahwa Maria disebut bulan, "bulan purnama" (Kidung Agung 6:10), artinya, tidak saja ia bergegas seperti bulan dalam peredarannya, dengan terbang demi menolong mereka yang berseru kepadanya, melainkan ia lebih dari itu, sebab kasihnya kepada kita begitu halus, bahwa demi kebutuhan-kebutuhan kita ia telah mengantisipasi doa-doa kita, dan belas-kasihannya lebih segera dalam menolong kita dibandingkan kita memohon pertolongannya. "Dan ini muncul," tambah Richard, "dari kenyataan bahwa hati Maria begitu dipenuhi kasih sayang kepada para pendosa yang malang, hingga begitu melihat kemalangan-kemalangan kita ia melimpahkan belas-kasihannya yang halus ke atas kita. Pula tidaklah mungkin bagi Ratu yang lembut hati ini untuk melihat kebutuhan jiwa manapun tanpa bersegera menolongnya."
Maria, bahkan semasa hidupnya di dunia ini, menunjukkan dalam pesta perkawinan di Kana kasih sayangnya yang begitu besar yang sesudahnya ia amalkan kepada kita dalam kebutuhan-kebutuhan kita, dan yang sekarang, seolah, memaksanya untuk berbelas-kasihan kepada kita dan menolong kita, bahkan sebelum kita memintanya untuk melakukannya. Dalam bab kedua Injil St Lukas kita baca bahwa dalam pesta ini Bunda yang penuh kasih sayang melihat aib yang akan harus ditanggung mempelai laki-laki dan perempuan atas kekurangan anggur; dan karenanya, tanpa diminta, dan hanya mendengarkan apa yang dikatakan hatinya yang penuh kasih sayang, yang tiada pernah dapat melihat penderitaan sesama tanpa ikut berbelarasa, ia memohon kepada Putranya untuk menghibur mereka hanya dengan menempatkan masalah mereka di hadapan-Nya: "Mereka kehabisan anggur" (Yohanes 2:3). Tak lama sesudah ia melakukannya, Tuhan kita, demi memuaskan semua yang hadir, dan terlebih lagi demi menghibur hati BundaNya yang penuh kasih sayang, yang meminta pertolongan, mengadakan mukjizat yang terkenal dengan mana Ia mengubah air, yang dibawa kepadanya dalam bejana-bejana, menjadi anggur. Dari sini Novarinus beragumentasi, bahwa "jika Maria, tanpa diminta, bertindak begitu segera demi menolong mereka yang membutuhkan, betapa terlebih lagi ia akan menolong mereka yang berseru kepadanya dan memohon pertolongannya?"
Andai ada orang yang meragukan apakah Maria akan menolongnya jika ia memohon pertolongannya, Innosensius III menghardiknya: "Pernahkah ada orang, yang dalam malam dosa, memohon pertolongan kepada Bunda yang manis ini dan tidak dilegakan?"
"Siapakah gerangan," seru Beato Eutychian, "yang dengan tekun memohon pertolonganmu yang penuh daya kuasa dan tak diindahkan olehmu?" Sungguh, tak seorang pun; sebab engkau dapat melegakan ia yang paling terpuruk dan menyelamatkan ia yang paling terbuang. Hal yang demikian pasti tidak pernah dan tidak akan pernah terjadi.
"Aku puas," kata St Bernardus, "bahwa siapapun yang telah memohon pertolonganmu, ya Santa Perawan, dalam kebutuhan-kebutuhannya, dan dapat ingat bahwa ia melakukannya dengan sia-sia, tak perlu lagi berbicara atau memuji belas-kasihanmu."
"Lebih cepat," kata Blosius yang saleh "surga dan bumi binasa dibandingkan Maria tidak menolong ia yang memohon pertolongannya, sepanjang ia melakukannya dengan tujuan baik dan dengan kepercayaan kepadanya."
St Anselmus, untuk meningkatkan kepercayaan kita, menambahkan bahwa "apabila kita memohon pertolongan kepada Bunda ilahi ini, tak hanya kita dapat yakin akan perlindungannya, tetapi seringkali kita akan didengar lebih cepat, dan dengan demikian diperhatikan, jika kita mohon pertolongan Maria dan menyerukan nama tersucinya, dibandingkan jika kita menyerukan nama Yesus Juruselamat kita;" dan alasan yang ia berikan untuk ini adalah, "bahwa Yesus, sebagai hakim, juga berada di posisi untuk menghukum; tetapi belas-kasihan semata adalah milik Santa Perawan sebagai pelindung." Artinya, kita lebih mudah mendapatkan keselamatan dengan memohon pertolongan kepada Bunda daripada pergi kepada Putra - bukan seolah Maria lebih berkuasa dibandingkan Putranya dalam menyelamatkan kita, sebab kita tahu bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya Juruselamat kita, dan bahwa Ia saja yang dengan ganjaran-Nya telah memperolehkan dan terus memperolehkan keselamatan bagi kita; tetapi oleh karena alasan ini: bahwa apabila kita memohon pertolongan kepada Yesus, kita pada saat yang sama menganggap-Nya sebagai hakim kita, pada siapa ada juga kuasa untuk menghukum jiwa-jiwa yang tak tahu berterima kasih, dan karenanya kepercayaan yang diperlukan agar kita didengar dapat pudar; tetapi apabila kita pergi kepada Maria, yang tidak memiliki peran lain selain dari mengasihi kita sebagai Bunda Kerahiman dan membela kita sebagai advocata kita, keyakinan kita lebih mudah dibangun, dan seringkali lebih besar. "Kita seringkali mendapatkan lebih segera apa yang kita mohon dengan menyerukan nama Maria dibandingkan dengan menyerukan nama Yesus. Putranya adalah Tuan dan Hakim dari semua; Ia melihat dengan seksama ganjaran tiap-tiap orang; dan karenanya apabila Ia tidak segera mengabulkan doa-doa semua orang, Ia bertindak adil. Akan tetapi, apabila nama Bunda diserukan, meski jasa-jasa pemohon tidak layak bagi doanya agar dikabulkan, maka jasa-jasa Bunda akan memenuhinya hingga ia boleh mendapatkannya."
"Banyak hal," kata Nicephorus, "dimohon dari Allah dan tak dikabulkan; tetapi ketika dimohon melalui Maria, permohonannya dikabulkan." Dan bagaimanakah ini? Ini "karena Allah telah menetapkan begitu rupa demi menghormati BundaNya." St Briggita mendengar Tuhan kita menyampaikan suatu janji yang paling manis dan menghibur hati; dalam bab 50 dari buku pertama Wahyu yang ditulisnya kita baca bahwa Yesus mengatakan kepada BundaNya perkataan berikut: "Engkau akan menyampaikan kepada-Ku permohonan-permohonan yang tak akan ditolak. BundaKu, mintalah apa yang engkau kehendaki, sebab tiada pernah Aku akan menolak apapun untukmu; dan ketahuilah," tambah-Nya, "bahwa Aku berjanji untuk mendengar dengan murah hati semua yang memohon kepada-Ku dalam namamu, meski mungkin mereka adalah orang-oang berdosa, asalkan mereka memiliki kemauan untuk mengubah hidup mereka." Hal yang sama disingkapkan kepada St Gertrude, ketika ia mendengar Penebus ilahi kita meyakinkan BundaNya bahwa dalam kemahakuasaan-Nya Ia menganugerahi BundaNya kuasa untuk menunjukkan belas-kasihan kepada para pendosa yang berseru kepadanya dengan cara apapun yang berkenan bagi Maria."
Jadi, marilah kita semua dengan penuh percaya mendaraskan kata-kata dari doa nan indah yang ditujukan kepada Bunda Kerahiman; doa yang lazim disebut sebagai Doa St Bernardus, "Ingatlah, ya Perawan Maria Tersuci, bahwa tiada pernah terdengar kapanpun bahwa orang yang memohon perlindunganmu ditelantarkan" ("Memorare, piissima Maria, a saeculo non fuisse auditum quemquam ad tua praesidia confugientem esse derelictum").
Teladan
Kita baca dalam Riwayat St Fransiskus de Sales bahwa ia mengalami keampuhan doa ini. Ketika usianya sekitar tujuhbelas tahun, ia tinggal di Paris, di mana ia menuntut ilmu. Pada waktu yang sama ia membaktikan diri dalam mengamalkan kesalehan dan kasih suci kepada Allah, di mana ia menemukan sukacita firdaus. Tuhan kita, untuk mencobainya, dan untuk mempererat ikatan yang mempersatukannya dengan Diri-Nya, membiarkan roh jahat membujuk Fransiskus dengan mengatakan bahwa segala yang ia lakukan adalah sia-sia belaka, sebab ia telah dikutuk dalam keputusan abadi Allah. Kegelapan dan kekeringan rohani di mana Allah tampak meninggalkannya (sebab pada waktu itu ia tiada dapat merasakan segala pemikiran manis akan kebaikan Allah) menyebabkan pencobaan memiliki kuasa yang lebih besar atas hati pemuda kudus ini; dan sungguh, pencobaan mencapai tingkat begitu rupa hingga ketakutan dan kekeringan batin merenggut nafsu makannya, membuatnya tak dapat tidur, menjadikannya pucat dan muram; begitu hebat hingga ia membangkitkan belas-kasihan semua orang yang melihatnya.
Selama badai ngeri ini berlangsung, sang santo hanya dapat memikirkan dan mengucapkan kata-kata sedih dan duka yang pahit. "Jadi," katanya, "aku dijauhkan dari rahmat Allah-ku, yang sebelum ini telah menampakkan Diri-Nya dengan begitu manis dan penuh cinta kepadaku! Ah Kasih, ah Keindahan, kepada siapa aku telah mempersembahkan segenap kasih sayangku, aku tiada lagi menikmati penghiburan-Mu! Ah Perawan, Bunda Allah, yang terelok dari segala puteri-puteri Yerusalem, maka aku tiada akan pernah melihatmu di surga! Ah, Santa Perawan, jika aku tak akan pernah melihat wajahmu yang jelita di Firdaus, setidaknya ijinkan aku untuk tidak mengutukimu di neraka!" Demikianlah perasaan pilu dari hati yang berduka, tetapi sekaligus hati yang mencinta. Pencobaan berlangsung selama sebulan, ketika Tuhan berkenan membebaskannya lewat penghibur dunia, yakni Santa Perawan Maria Tersuci, kepada siapa beberapa waktu sebelumnya sang santo telah mengkonsekrasikan keperawanannya, dan kepada siapa, sebagaimana dimaklumkannya sendiri, ia telah menempatkan segala pengharapannya. Suatu sore, dalam perjalanan pulang, ia memasuki sebuah gereja, dan melihat sebuah prasasti tergantung di dinding. Ia membacanya, dan menemukan doa termasyhur berikut ini, yang lazim disebut "Doa St Bernardus": "Ingatlah, ya Perawan Maria Tersuci, bahwa tiada pernah terdengar kapanpun bahwa orang yang memohon perlindunganmu ditelantarkan." Jatuh berlutut di hadapan altar Bunda Allah, ia mendaraskan doa ini dengan semangat cinta, memperbaharui kaul kemurniannya, berjanji untuk mendaraskan Rosario setiap hari, dan lalu menambahkan: "Ratuku, jadilah advocata-ku di hadapan Putramu, yang tak berani aku hampiri. Bundaku, jika aku begitu malang hingga tak dapat mengasihi Tuhan-ku di dunia mendatang, yang aku tahu begitu patut dikasihi, setidaknya perolehkanlah rahmat bagiku agar aku dapat mengasih-Nya di dunia ini sebanyak mungkin. Inilah rahmat yang aku mohon dan harap darimu." Setelah menyampaikan doanya kepada Santa Perawan, ia menjatuhkan diri ke dalam pelukan kerahiman ilahi, dan menyerahkan diri sepenuhnya pada kehendak Allah. Baru saja ia menyelesaikan doanya ketika sekonyong-konyong ia dibebaskan dari pencobaannya oleh Bundanya yang termanis. Segera ia mendapatkan kembali kedamaian jiwanya, dan bersama itu kesehatan jasmaninya; dan sejak saat itu dan seterusnya ia hidup teramat saleh di hadapan Maria, yang puji-pujian dan belas-kasihannya terus-menerus disanjungnya, baik dalam khotbah maupun dalam tulisan, sepanjang sisa hidupnya.
Doa
Ya Bunda Allah, Ratu para malaikat dan Harapan manusia, sendengkanlah telingamu kepada dia yang berseru kepadamu dan memohon perlindunganmu. Lihatlah aku yang pada hari ini prostratio di hadapan kakimu; aku, seorang budak neraka yang malang, mempersembahkan diriku sepenuhnya kepadamu. Aku rindu untuk selamanya menjadi abdimu. Aku mempersembahkan diriku untuk melayani dan menghormatimu sekuat tenaga sepanjang seluruh hidupku. Aku tahu bahwa pelayanan dari dia yang begitu hina dan mengerikan tiada dapat memberimu kehormatan, sebab aku telah begitu keji menghinakan Yesus, Putramu dan Penebus-ku. Tetapi jika engkau sudi menerima dia yang begitu tak layak sebagai abdimu, dan dengan perantaraanmu mengubahku, dan dengan demikian menjadikanku layak, belas-kasihan ini akan memberimu kehormatan yang aku, orang yang begitu malang dan mengerikan ini, tiada pernah dapat berikan kepadamu. Jadi, terimalah aku, dan janganlah menolakku, ya Bundaku. Sabda Kekal datang dari surga ke bumi demi mencari domba-domba yang hilang, dan demi menyelamatkan mereka Ia menjadi Putramu. Dan apabila seekor dari mereka datang kepadamu untuk menemukan Yesus, adakah engkau tak mengindahkannya? Harga keselamatanku telah dibayar lunas; Juruselamat-ku telah mencurahkan darah-Nya, yang cukup untuk menyelamatkan ketakterhinggaan dunia. Darah ini hanya perlu dikenakan bahkan kepada orang yang seperti aku. Dan itu adalah peranmu, ya Santa Perawan; adalah wewenangmu, sebagaimana dikatakan St Bernardus, untuk membagi-bagikan ganjaran dari darah ini kepada siapa yang engkau kehendaki. Adalah wewenangmu, kata St Bonaventura, untuk menyelamatkan siapa saja yang engkau kehendaki, "barangsiapa engkau kehendaki akan diselamatkan." Oh, jadi, tolonglah aku, ratuku; ratuku, selamatkanlah aku. Kepadamu aku pada hari ini mengkonsekrasikan seluruh jiwaku; sudi selamatkanlah jiwaku. Ya keselamatan mereka yang berseru kepadamu, aku mengakhiri doaku dengan kata-kata santo yang sama, "Ya keselamatan mereka yang berseru kepadamu, sudi selamatkanlah aku."
Santa Perawan Tersuci bukan hanya Ratu surga dan segenap para kudus, melainkan ia juga adalah Ratu neraka dan segala roh-roh jahat; sebab ia menguasai mereka dengan perkasa dengan keutamaan-keutamaannya. Sejak dari awal mula Allah menubuatkan kemenangan dan kuasa mutlak yang akan suatu hari diperoleh Ratu kita atas si ular, ketika Ia memaklumkan bahwa seorang perempuan akan datang ke dalam dunia untuk menaklukkannya: "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini - keturunannya akan meremukkan kepalamu" (Kejadian 3:15).
Siapakah gerangan perempuan ini, musuhnya, jika bukan Maria, yang dengan kerendahan hati dan hidupnya yang kudus senantiasa menaklukkannya dan mematahkan kekuatannya? Bunda Tuhan kita Yesus Kristus dijanjikan dalam diri perempuan itu, seperti dikatakan St Siprianus, dan sesudahnya oleh penulis kuno lainnya. Oleh karenanya Allah tidak mengatakan, "Aku mengadakan permusuhan," melainkan "Aku akan mengadakan permusuhan;" terkecuali jika Ia menunjuk pada Hawa; artinya bahwa Allah mengatakan, "Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini" guna menunjukkan bahwa musuh si ular bukanlah Hawa, yang hidup pada waktu itu, melainkan seorang perempuan lain yang adalah keturunan Hawa, dan yang, sebagaimana dicermati St Vincentius Ferrer, "akan mendatangkan bagi leluhur pertama kita keuntungan yang jauh melampaui apa yang telah mereka hilangkan dengan dosa mereka." Jadi Maria adalah perempuan yang agung dan perkasa ini, yang menaklukkan iblis dan meremukkan kepalanya dengan meruntuhkan kesombongannya, seperti dinubuatkan oleh Allah Sendiri: "keturunannya akan meremukkan kepalamu." Sebagian orang ragu apakah kata-kata ini menunjuk pada Maria, apakah bukan menunjuk pada Yesus Kristus; sebab Kitab Septuaginta menerjemahkannya, sebagai He shall crush thy head. Tetapi dalam Kitab Vulgata, satu-satunya yang diakui oleh Konsili Suci Trente, kita dapati "She" dan bukan "He"; dan jadi demikianlah yang dipahami oleh St Ambrosius, St Hieronimus, St Agustinus, dan banyak lainnya. Akan tetapi, bagaimanapun, adalah pasti bahwa entah Putra melalui Bunda, atau Bunda melalui Putra, telah menaklukkan Lucifer; sehingga, seperti dikatakan St Bernardus, roh congkak ini, di luar kuasanya, dicampakkan dan diinjak-injak di bawah kaki Santa Perawan Tersuci; sehingga, seperti seorang budak dikuasai dalam perang, ia terus-menerus dipaksa untuk mentaati segala perintah Ratu ini. "Dicampakkan dan diinjak-injak di bawah kaki Maria, ia menanggung perbudakan yang dahsyat." St Bruno mengatakan "bahwa Hawa adalah penyebab maut," dengan membiarkan dirinya dikuasai oleh si ular. "tetapi Maria," dengan menaklukkan iblis, "memulihkan kembali hidup bagi kita." Dan ia membelenggunya begitu rupa hingga musuh ini tak dapat berulah untuk mencelakai barang sedikit pun mereka yang dilindunginya.
Sungguh indah penjelasan yang diberikan Richard dari St Laurentius mengenai kata-kata berikut dari Kitab Amsal: "Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan" (Amsal 31:11). Ia mengatakan, dengan mengenakan kata-kata ini pada Yesus dan Maria: "Hati mempelainya, yakni Kristus, percaya kepadanya, dan Ia tidak akan kekurangan; sebab ia mendatangkan bagi-Nya mereka semua yang dengan doa-doa, jasa-jasa, dan teladannya, direnggutnya dari iblis." "Allah telah mempercayakan hati Yesus ke dalam tangan Maria, agar ia dapat mendatangkan kasih manusia kepada-Nya," kata Cornelius à Lapide; dan karenanya Yesus tidak akan kekurangan keuntungan; yakni, kepada-Nya akan dihantarkan jiwa-jiwa dengan berlimpah; sebab ia memperkaya-Nya dengan mereka yang telah ia renggut dari neraka dan selamatkan dari iblis dengan pertolongannya yang berdaya-kuasa.
Telah dikenal luas bahwa palem adalah tanda kemenangan; dan karenanya Ratu kita ditempatkan di atas tahta yang tinggi, di hadapan segala kuasa, sebagai pohon palem, sebagai tanda kemenangan pasti bahwa semua yang menempatkan diri di bawah perlindungannya dapat berharap. "Aku ditinggikan bagai sebatang pohon palem di Kadesh" ("Quasi palma exaltata sum in Cades"-Ecclus. xxiv. 18), kata Sirakh: "yakni, untuk membela," tambah Beato Albertus Agung. "Anak-anakku," begitu tampaknya Maria berkata, "apabila musuh menyerang kalian, larilah kepadaku; arahkanlah matamu padaku, dan tenanglah; sebab aku pembela kalian, kemenangan pasti di tangan kalian." Jadi, mohon pertolongan Maria adalah sarana paling aman untuk menaklukkan segala serangan neraka; sebab ia, kata St Bernardine dari Siena, adalah bahkan Ratu neraka dan Bunda penguasa iblis: sebab dialah yang menjinakkan dan meremukkan mereka. Beginilah St Bernardine mengungkapkan pemikirannya: "Santa Perawan Tersuci berkuasa atas wilayah-wilayah neraka. Karenanya, ia disebut Bunda penguasa iblis, sebab ia membuat mereka tiada berdaya." Oleh karena alasan ini Maria disebut dalam Kidung Agung sebagai "dahsyat" bagi kuasa-kuasa neraka "seperti bala tentara dengan panji-panjinya" (Kidung Agung 6:4), dan ia disebut dahsyat, sebab ia tahu benar bagaimana mengendalikan kuasanya, belas-kasihannya, dan doa-doanya, untuk mempermalukan para musuhnya, dan demi keuntungan para abdinya, yang dalam pencobaan memohon pertolongannya yang penuh daya kuasa.
"Seperti pohon anggur aku memancarkan bau harum" ("Ego, quasi vitis, fructificavi suavitatem odoris"-Ecclus. xxiv. 23). Demikianlah Roh Kudus membuat Maria berbicara dalam Kitab Sirakh. "Dikatakan," kata St Bernard mengenai ayat ini, bahwa "segala jenis reptil berbisa menjauh dari pohon-pohon anggur yang berbunga" ("Aiunt, florescentibus vineis, omne reptile venenatum cedere loco"-In Cant. s. 60); sebab, seperti reptil berbisa menjauh dari pohon-pohon anggur yang berbunga, demikianlah iblis menjauh dari jiwa-jiwa beruntung di mana tercium harum devosi kepada Maria. Dan karenanya Maria juga menyebut dirinya, dalam kitab yang sama, pohon aras "Seperti pohon aras di gunung Libanon aku berkembang" (Sirakh 24:13). Bukan hanya karena Maria tak tercemar oleh dosa, seperti pohon aras yang tak membusuk, tetapi juga, sebagaimana dikatakan Kardinal Hugo mengenai ayat di atas, sebab, "seperti pohon aras yang dengan baunya menghalau ulat-ulat, demikian pula Maria dengan kekudusannya menghalau iblis."
Di Yudea kemenangan diperoleh melalui tabut. Begitulah Musa menaklukkan para musuhnya, seperti kita ketahui dari Kitab Bilangan. "Apabila tabut itu berangkat, berkatalah Musa: Bangkitlah, TUHAN, supaya musuh-Mu berserak" (Bilangan 10:35). Demikianlah Yerikho ditaklukkan; demikianlah juga Filistin; sebab Tabut Allah ada di sana. Sudah umum diketahui bahwa tabut ini adalah figur Maria. Cornelius à Lapide mengatakan, "Di waktu bahaya, umat Kristiani hendaknya berlari kepada Santa Perawan Tersuci, yang mengandung Kristus bagai manna dalam tabut rahimnya, dan melahirkan-Nya untuk menjadi makanan dan keselamatan dunia. Sebab seperti manna ada dalam tabut, demikianlah Yesus (manna adalah figur Yesus) dalam Maria; dan melalui tabut ini kita memperoleh kemenangan atas para musuh dunia maupun neraka. "Dan demikianlah," St Bernardine dari Sienna mengamatinya dengan cermat, "ketika Maria, tabut Perjanjian Baru, ditinggikan ke martabat Ratu surga, kuasa neraka atas manusia diperlemah dan dienyahkan."
"Oh betapa roh-roh neraka gemetar begitu memikirkan Maria dan namanya yang agung!" kata St Bonaventura. "Oh, betapa mengerikannya Maria bagi iblis!" Sang santo membandingkan para musuh ini dengan mereka yang dibicarakan Ayub: "Di dalam gelap mereka membongkar rumah, pada siang hari mereka bersembunyi; mereka tidak kenal terang" (Ayub 24:16). Perampok pergi dan membongkar rumah di dalam gelap; tetapi begitu fajar menyingsing, mereka lari, seolah melihat bayang-bayang maut. "Tepat demikian," kata santo yang sama, "iblis memasuki suatu jiwa di dalam gelap;" artinya ketika jiwa dalam gelap keacuhan. Mereka membongkar rumah pikiran kita ketika pikiran kita ada dalam gelap keacuhan. Tetapi kemudian, tambahnya, "apabila sekonyong-konyong mereka dikuasai terang, yakni, jika rahmat dan belas-kasihan Maria memasuki jiwa, kecemerlangannya serta-merta menghalau kegelapan, dan membuat para musuh dari neraka ini lari terbirit-birit, seolah mereka melarikan diri dari maut." Oh berbahagialah ia yang senantiasa menyerukan nama indah Maria dalam pergulatannya dengan neraka!
Sebagai penegasan akan ini, disingkapkan kepada St Brigitta "bahwa Allah telah memberikan kepada Maria kuasa yang begitu hebat atas iblis, hingga begitu para musuh dari neraka itu menyerang suatu jiwa saleh yang lalu memohon pertolongan Santa Perawan Tersuci, maka Maria dengan satu tatapan saja serta-merta menggentarkan mereka, hingga mereka lari jauh-jauh, lebih suka menanggung derita mereka dua kali lipat daripada melihat diri mereka takluk di bawah kuasa Maria."
Mempelai ilahi, ketika berbicara mengenai mempelai terkasih-Nya ini, menyebutnya bunga bakung: "Seperti bunga bakung di antara duri-duri, demikianlah manisku di antara gadis-gadis"(Kidung Agung 2:2). Mengenai ayat ini Cornelius à Lapide menyampaikan refleksi, "bahwa seperti bunga bakung adalah obat melawan ular dan makhluk-makhluk berbisa, demikianlah seruan kepada Maria merupakan suatu sarana dengan mana kita dapat mengatasi segala pencobaan, dan teristimewa pencobaan terhadap kemurnian, seperti yang didapati mereka semua yang mempraktekkannya."
St Yohanes Damaskus biasa mengatakan, "Bilamana aku menempatkan harapanku padamu, ya Bunda Allah yang tak terkalahkan, aku akan selamat. Aku akan bergulat dan mengatasi para musuhku tidak dengan perisai lain selain dari perlindunganmu dan pertolonganmu yang berdaya kuasa." Dan semua yang begitu beruntung menjadi abdi-abdi dari Ratu agung ini dapat mengatakan hal yang sama. Ya Bunda Allah, jika aku berharap padamu, aku yakin aku tak akan dikalahkan; sebab, dibela olehmu, aku akan mengejar para musuhku dan berperang dengan mereka dengan perisai perlindunganmu dan pertolonganmu yang berdaya kuasa; dan maka tanpa diragukan aku akan menang. Sebab kata St Yakobus si biarawan (yang adalah Pujangga di kalangan Yunani), berbicara kepada Tuhan kita mengenai Maria, "Engkau, ya Tuhan, telah menempatkan kami dalam tangan Maria hingga tak ada kekuatan perang yang dapat menang, dan sebuah piala tak akan pernah dapat dilawan."
Dikatakan dalam Perjanjian Lama, bahwa Allah membimbing umatnya dari Mesir ke tanah terjanji, "pada siang hari dalam tiang awan … dan pada waktu malam dalam tiang api" (Keluaran 13:21). Tiang menakjubkan ini, terkadang sebagai awan, terkadang sebagai api, kata Richard dari St Laurentius, adalah figur Maria yang memenuhi peran ganda yang terus-menerus ia amalkan demi kebaikan kita: sebagai awan ia melindungi kita dari murka keadilan ilahi; dan sebagai api ia melindungi kita dari iblis. "Lihatlah, tujuan ganda dengan mana Maria diberikan kepada kita; guna melindungi kita, sebagai awan, dari terik matahari keadilan, dan, sebagai api, guna melindungi kita semua melawan iblis." Ia melindungi kita sebagai api yang berkobar-kobar: sebab, kata St Bonaventura: "seperti lilin meleleh oleh api, demikianlah iblis kehilangan kuasanya melawan jiwa-jiwa yang kerap mengenangkan nama Maria dan dengan saleh menyerukannya; dan terlebih lagi, jika mereka juga berupaya meneladan keutamaan-keutamaannya."
Iblis gemetar bahkan apabila mereka hanya mendengar nama Maria. St Bernadus memaklumkan bahwa dalam "nama Maria setiap lutut bertelut; dan bahwa iblis tak hanya takut melainkan gemetar demi mendengar namanya." Dan seperti manusia rebah ketakutan apabila halilintar menyambar dekat mereka, demikian pula iblis apabila mendengar nama Maria. Thomas à Kempis menyatakan hal yang sama: "Roh-roh jahat amat takut pada Ratu surgawi dan lari pontang-panting demi mendengar namanya, seolah lari dari api. Demi mendengar kata Maria, mereka rebah bagai disambar kilat."
Oh, betapa banyak kemenangan yang telah diperoleh mereka yang dibela Maria, hanya dengan menggunakan namanya yang tersuci! Demikianlah St Antonius dari Padua selalu menang; demikian pula Beato Henry Suso; demikian pula banyak kekasih Ratu agung ini menang. Kita belajar dari sejarah karya misi di Jepang bahwa banyak roh-roh jahat menampakkan diri dalam rupa binatang-binatang mengerikan kepada seorang Kristen, untuk menakuti dan mengancamnya; tetapi orang itu berkata kepada mereka: "Tak ada padaku senjata yang dapat kalian takuti; dan jika yang Mahatinggi mengijinkan, lakukan apa yang kalian suka terhadapku. Akan tetapi, sementara itu, aku mengambil nama suci Yesus dan Maria sebagai perlindunganku." Begitu mendengar nama-nama yang dahsyat ini, tanah terbelah dan roh-roh yang congkak ini serta-merta mencampakkan diri ke dalamnya. St Anselmus memaklumkan bahwa ia sendiri "tahu dan telah melihat dan mendengar banyak yang telah menyerukan nama Maria di saat bahaya, dan segera dibebaskan darinya."
"Sungguh mulia dan mengagumkan," seru St Bonaventura, "adalah namamu, ya Maria; sebab mereka yang menyebutnya di saat ajal tiada perlu takut akan segala kuasa neraka"; sebab iblis demi mendengar nama Maria serta-merta terbirit-birit, dan meninggalkan jiwa dalam damai. Santo yang sama menambahkan, "bahwa manusia tiada perlu takut pada bala tentara musuh yang dahsyat sebab kuasa neraka itu takut pada nama dan perlindungan Maria." "Engkau, ya Bunda," kata St Germanus, "lewat seruan sederhana namamu yang penuh daya kuasa, memberikan keamanan pada para abdimu melawan segala serangan musuh." Oh, andai umat Kristiani berlaku cermat dalam pencobaan-pencobaan mereka dengan mengucapkan nama Maria dengan penuh percaya, tidak pernah mereka akan jatuh, sebab, seperti dikatakan Beato Allan, "Demi mendengar kata-kata ini, Salam, Maria! Setan lari terbirit-birit dan neraka gemetar." Bunda Maria sendiri menyingkapkan kepada St Brigitta bahwa musuh lari bahkan dari para pendosa yang paling terbuang, yang dengan demikian paling jauh dari Allah, dan sepenuhnya dikuasai iblis, andai saja mereka menyerukan namanya yang berdaya kuasa dengan niat tulus untuk berubah. "Iblis demi mendengar nama Maria, dikuasai terror, dan meninggalkan jiwa." Akan tetapi, bersamaan dengan itu Bunda Maria menambahkan, "bahwa jika jiwa tidak berubah dan menyilih dosa-dosanya dengan penderitaan, iblis akan segera kembali dan melanjutkan menguasainya."
Teladan
Di Reichersperg, di Bavaria, ada seorang kanon biarawan bernama Arnold, yang diberi nama belakang Saleh karena kekudusan hidupnya, dan yang memiliki devosi yang teramat mendalam kepada Bunda Maria. Pada waktu menjelang ajal, setelah menyambut Sakremen Terakhir, ia memanggil saudara-saudara religiusnya dan memohon agar mereka tidak meninggalkannya di saat-saat terakhir. Baru saja ia mengucapkan perkataan ini ketika, di hadapan semua, ia mulai gemetar, memutar-mutar bola matanya dan, bermandikan keringat dingin, dengan suara tersendat mengatakan, "Ah, tidakkah kalian lihat iblis yang tengah berupaya menyeretku ke neraka?" Ia lalu berseru, "Saudara-saudara, mohonkanlah pertolongan Maria untukku; dalam dia aku mempercayakan diriku; ia akan memberiku kemenangan." Mendengar ini saudara-saudaranya mendaraskan Litani Santa Perawan Maria, dan sementara mereka mengucapkan, "Santa Maria, doakanlah dia," ia yang meregang nyawa berseru, "Ulangi, ulangi nama Maria, sebab aku sudah di hadapan pengadilan Allah." Ia diam sesaat, dan lalu menambahkan, "Memang benar bahwa aku melakukannya, tetapi aku telah melakukan penitensi untuknya." Dan lalu berpaling kepada Bunda Maria, ia mengatakan, "Oh Maria, aku akan dibebaskan jika engkau menolongku." Lagi, roh-roh jahat menyerangnya; tetapi ia mempertahankan diri dengan salibnya dan dengan nama Maria. Demikianlah malam dilewatkan; tetapi begitu fajar merekah Arnold berseru dengan ketenangan luar biasa dan penuh sukacita kudus, "Maria, Bundaku yang berkuasa, pengungsianku, telah memperolehkan bagiku pengampunan dan keselamatan." Kemudian mengarahkan matanya pada Santa Perawan yang mengundangnya untuk mengikutinya, Arnold mengatakan, "Aku datang, ya Bunda, aku datang!" dan berupaya melakukannya bahkan dengan tubuhnya; jiwanya terbang mengikuti Maria ke alam kebahagiaan abadi, sebagaimana kita percaya, sebab ia wafat dalam damai.
Doa
Lihatlah di hadapan kakimu, ya Maria pengharapanku, seorang pendosa malang, yang telah begitu banyak kali menjadi budak neraka akibat kesalahannya sendiri. Aku tahu bahwa dengan lalai memohon pertolonganmu, pengungsianku, aku membiarkan diriku dikuasai iblis. Andai aku senantiasa memohon pertolonganmu, andai aku senantiasa berseru kepadamu, pastilah aku tidak jatuh. Aku percaya, ya Bunda yang paling pantas mendapatkan segenap kasih kami, bahwa melalui engkau aku telah meloloskan diri dari tangan-tangan iblis, dan bahwa Allah telah mengampuniku. Tetapi aku gemetar kalau-kalau di masa mendatang aku jatuh lagi ke dalam kesalahan yang sama. Aku tahu bahwa para musuhku tak berputus asa untuk menguasaiku kembali, dan mereka telah mempersiapkan serangan-serangan dan pencobaan-pencobaan baru untukku. Ah, Ratu dan pengungsianku, sudilah engkau menolong aku. Tempatkanlah aku di bawah mantolmu; janganlah biarkan aku menjadi budak mereka lagi. Aku tahu bahwa engkau akan menolongku dan memberiku kemenangan, asalkan aku berseru kepadamu; tetapi aku takut kalau-kalau dalam pencobaanku aku melupakanmu, dan lalai melakukannya. Jadi, permohonan yang aku ajukan kepadamu, dan yang haruslah engkau kabulkan bagiku, ya Santa Perawan Tersuci, adalah agar aku jangan pernah melupakanmu, dan teristimewa pada waktu pencobaan; kiranya aku dapat terus mengulang berseru kepadamu, mengatakan, "Ya Maria, tolonglah aku; ya Maria, tolonglah aku." Dan bilamana pergulatan terakhirku dengan neraka tiba, di saat ajalku, ah waktu itu, Ratuku, tolonglah aku terlebih dari sebelumnya, dan engkau sendiri mengingatkanku untuk berseru kepadamu terlebih kerap baik dengan bibirku maupun dalam hatiku; agar, dengan dipenuhi kepercayaan demikian, aku dapat menyerahkan nyawa dengan namamu yang termanis dan nama Putramu di bibirku; agar dengan demikian aku dapat memberkatimu dan memujimu, dan tak beranjak dari kakimu di Firdaus sepanjang kekekalan masa. Amin.
sumber : “The Glories of Mary by St. Alphonsus de Liguori”
Diperkenankan mengutip / menyebarluaskan artikel di atas dengan mencantumkan: “diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net”
|
|