Bab 12
![]() Yesus di Dotan dan Sephoris. Dari jauh, Ia menyelamatkan Kapal Karam
![]() Sesudah Perayaan Syukur, Yesus bersama sekitar duabelas murid mengadakan perjalanan ke arah tenggara Kapernaum, seolah antara Kana dan Sephoris. Maria dan delapan perempuan kudus, di antaranya Maria Kleopas, ketiga janda, mempelai perempuan dari Kana, dan saudari Petrus, menyertai-Nya ke sebuah kota kecil di mana mereka makan bersama dan lalu berpisah dari-Nya. Dekat tempat ini terdapat lubang ke dalam mana Yusuf dicampakkan oleh saudara-saudaranya. Tempat ini disebut Dotan. Akan tetapi ada sebuah Dotan lain yang jauh lebih besar di lembah Esdrelon, sekitar empat jam utara Samaria. Dotan yang ini adalah sebuah wilayah kecil, penduduknya sebagian besar hidup dengan menyediakan kebutuhan para saudagar yang berkelana melalui kota mereka. Dotan terhampar di ujung sebuah lembah kecil yang cukup besar untuk menggembalakan sekitar delapanpuluh ternak. Di seberang berdiri bangunan besar di mana Yesus pernah menenangkan mereka yang kerasukan; kali ini Ia tidak masuk ke sana. Dotan sekitar satu setengah jam sebelah timurlaut Sephoris dan antara empat dan lima jam dari Gunung Tabor.
Para murid telah pergi mendahului-Nya guna mempersiapkan penginapan. Sekitar delapan orang, sebagian di antaranya imam, keluar untuk menjumpai Yesus dan para perempuan kudus, dan menghantar mereka ke aula perjamuan umum. Tak ada seorang pun yang tinggal di sana, tetapi segala sesuatu telah dipersiapkan untuk perjamuan. Di depan pintu masuk dihamparkan sebuah karpet demi menghormati Yesus di mana Ia melangkah. Mereka membasuh kaki-Nya. Para perempuan makan terpisah, di belakang perapian. Yesus dan para murid berbaring di meja dan makan hanya santapan dingin, seperti ketul roti kecil dan madu, salad hijau yang dicelupkan ke dalam kuah, dan buah-buahan. Minuman mereka adalah air yang dicampur dengan balsam. Botol-botol minum kecil dengan isi yang sama diberikan kepada Yesus dan para perempuan untuk dibawa bersama mereka. Para imam dari kota tinggal berdiri sepanjang perjamuan dan melayani para tamu dengan kasih dan kerendahan hati yang luarbiasa, sementara Yesus berbicara mengenai Yusuf, yang dijual di tempat ini. Sungguh suatu pemandangan yang menyentuh hati. Aku tak dapat menahan airmataku. Tampak sungguh aneh bagiku bahwa aku melihatnya begitu dekat mataku, namun tak dapat masuk sementara aku begitu ingin melakukannya. Aku ingin melakukan ini dan itu, tetapi tak dapat. Segera sesudah perjamuan para perempuan berangkat menuju Kapernaum.
Yesus berpamitan kepada BundaNya secara pribadi dan lalu menyampaikan selamat tinggal kepada yang lain. Aku memperhatikan bahwa apabila sendirian Yesus selalu memeluk BundaNya di saat kedatangan ataupun kepergian-Nya, tetapi di hadapan orang-orang lain Ia hanya merentangkan tangan-Nya atau mencondongkan kepala-Nya. Maria menangis. Maria tampak masih sangat muda, tinggi semampai dan perawakannya halus. Keningnya sangat tinggi, hidungnya agak mancung, matanya bulat besar dan lembut memandang ke bawah, bibirnya merah nan indah, warna kulitnya agak gelap namun cantik, dan pipinya bersemu warna merah muda.
Yesus tinggal sedikit lebih lama mengajar di penginapan, dan para laki-laki, yang tak hendak menerima uang pembayaran perjamuan, menyertai-Nya pada saat keberangkatan sejauh Sumur Yusuf, yang pada waktu itu sudah tidak seperti ketika Yusuf dicampakkan ke dalamnya. Dulu hanya berupa sebuah lubang kosong, mulutnya dikelilingi semak belukar hijau dan pohon-pohon anggur, tetapi sekarang berupa sebuah bendungan luas berbentuk segi empat, seperti sebuah kolam kecil, berada di bawah atap yang ditopang oleh pilar-pilar. Bendungan itu penuh air dan di dalamnya dipelihara berlimpah ikan. Aku melihat sebagian ikan-ikan itu yang menyembulkan kepalanya penuh raa ingin tahu, tidak lancip seperti yang kita lihat. Tetapi ikan-ikan itu tidak sebegitu besar seperti ikan serupa di Laut Galilea. Tak kelihatan penyaluran air ke sumur. Ada sebuah pagar sekelilingnya yang dijaga oleh orang-orang yang tinggal dekat sana. Yesus masuk ke dalam rumah musim panas bersama rombongan-Nya. Sepanjang hari Ia mengajar mengenai Yusuf dan saudara-saudaranya, dan Ia melanjutkan khotbah yang sama di sumur, di mana aku melihat-Nya memberikan berkat sebelum pergi. Mereka yang menyertai-Nya sekarang kembali ke Dotan, sementara Ia dan para murid melanjutkan perjalanan sekitar satu jam lamanya ke Sephoris, di mana Ia singgah di tempat putera-putera dari saudari Anna.
Sephoris dibangun di atas sebuah gunung di tengah pegunungan. Kota itu lebih besar dari Kapernaum, dan di sana banyak tempat-tempat tinggal yang terpisah berdiri sekelilingnya. Yesus tidak terlalu diterima baik oleh para pujangga sinagoga, dan aku mendengar orang-orang jahat, yang banyak jumlahnya di kota ini, memfitnah-Nya, mengatakan bahwa Ia keluyuran dan bukannya menemani Bunda-Nya. Yesus tidak mengadakan penyembuhan di sini, dan bersikap ambil jarak; masih pada hari Sabbat Ia mengajar di sinagoga dan pergi ke sebuah penginapan dekat sana untuk bersantap. Ia mengunjungi banyak orang dan keluarga secara pribadi, teristimewa kaum Esseni, yang Ia semangati dan hibur sebab banyak dari penduduk yang jahat memperolok dan mencemooh mereka karena kasih mereka kepada-Nya. Yesus mengatakan kepada sebagian dari antara mereka yang tinggal di sekitar sana, juga kepada sebagian dari sanak-Nya sendiri, untuk tidak mengikuti-Nya sekarang, melainkan secara diam-diam tinggal sebagai sahabat-sahabat-Nya, dan untuk melanjutkan karya baik mereka hingga akhir karya-Nya. Sanak-Nya melakukan banyak perbuatan baik di sini dan memberikan sumbangan juga untuk menopang Santa Perawan, yang mereka kirimi aneka macam kebutuhan. Aku melihat Yesus berbicara dengan keluarga-keluarga ini dengan begitu penuh kasih sayang dan akrab hingga tak dapat kuungkapkan dengan kata-kata. Perilaku-Nya yang begitu penuh kasih menyentuh hatiku hingga aku mencucurkan airmata.
Malam itu aku melihat sesuatu yang lain yang tampak bagiku sungguh mengejutkan dan amat menyentuh hati. Malam itu terjadi suatu badai dahsyat di Tanah Suci, dan aku melihat Yesus bersama banyak yang lain sedang berdoa. Ia berdoa dengan kedua tangan terentang agar mara bahaya dapat dihindarkan. Kemuadian aku melihat Laut Galilea yang ditempa badai; kapal-kapal Petrus, Andreas, dan Zebedeus ada dalam bahaya. Para rasul, sebagaimana aku lihat, sedang tidur di Betania, hanya para pelayan saja yang ada di atas kapal. Dan lihatlah! sementara Yesus berdiri berdoa, aku melihat suatu penampakan-Nya di sana di atas kapal-kapal, sekarang di satu kapal, lalu di yang lainnya, dan kemudian lagi di atas ombak yang mengamuk. Seolah Ia tengah bekerja di antaranya, menahan kapal-kapal, menangkis mara bahaya. Ia tidak berada di sana secara pribadi, sebab aku tidak melihat-Nya pergi, melainkan Ia berdiri di atas mereka yang ditimpa kesulitan; Ia melayang-layang di atas gelombang-gelombang laut. Para nahkoda tidak melihat-Nya, sebab Roh-Nya yang menolong mereka dalam doa. Tak seorang pun tahu apa-apa mengenai keberadaan-Nya di sana, meski Ia sungguh menolong mereka. Mungkin para nahkoda percaya kepada-Nya dan memohon pertolongan-Nya.
sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
|
|