Bab 13
Yesus di Nazaret. Ketiga Pemuda. Pesta Purim


Dari Sephoris Yesus mengambil jalan pinggir memutari beberapa rumah pedesaan menuju Nazaret sekitar dua jam jauhnya, sambil mengajar dan menghibur selama perjalanan. Di antara para murid yang sekarang bersama-Nya ada dua atau tiga pemuda, putera-putera para janda Esseni. Setibanya di Nazaret, Ia tinggal dengan beberapa kenalan, dan tanpa menarik perhatian mengunjungi beberapa orang baik. Kaum Farisi, yang secara lahiriah menunjukkan hormat tetapi dalam hati penuh kedengkian, mengunjungi Yesus guna menanyai-Nya apa yang sekarang hendak dilakukan-Nya dan mengapakah Ia tidak tinggal bersama BundaNya; pertanyaan-pertanyaan yang dijawab-Nya dengan tajam dan pedas. Persiapan-persiapan dilakukan di segenap penjuru untuk hari puasa yang dilakukan demi mengenang Ester, juga untuk Perayaan Purim yang segera menyusul. Yesus mengajar dengan penuh semangat di sinagoga.

Malam itu, lagi aku melihat Yesus sedang berdoa dengan tangan-tangan terentang, dan lagi penampakan di Laut Galilea untuk menolong mereka yang dalam badai. Kali ini kesulitannya jauh lebih besar, dan lebih banyak kapal dalam mara bahaya. Aku melihat Yesus menumpangkan tangan-Nya ke atas kemudi tanpa nahkoda melihat-Nya. Ketiga pemuda kaya dari Nazaret yang sebelumya dengan sia-sia mengajukan permohonan kepada-Nya untuk diterima sebagai murid, datang lagi kepada-Nya mengulang permohonan mereka. Mereka nyaris berlutut di hadapan-Nya, tetapi Ia menyuruh mereka pergi sesudah menyampaikan persyaratan-persyaratan tertentu yang harus dipenuhi sebelum Ia mengijinkan mereka menggabungkan diri sebagai murid-Nya. Yesus tahu benar bahwa pandangan-pandangan mereka sepenuhnya duniawi, dan bahwa mereka tidak akan dapat memahami-Nya. Mereka ingin mengikuti-Nya sebab mereka melihat dalam Diri-Nya seorang filsuf, seorang Rabbi terpelajar. Setelah beberapa waktu dilewatkan di sekolah-Nya, mereka dapat, demikian pikir mereka, bersinar dengan reputasi yang lebih cemerlang dan mengharumkan kota mereka Nazaret. Di samping itu mereka agak mendongkol hati melihat-Nya lebih memilih putera-putera miskin Nazaret daripada mereka sendiri.

Hingga larut malam aku melihat Yesus bersama si Esseni tua, Eliud dari Nazaret. Orang kudus itu tampak seolah akan segera meninggal dimakan usia. Ia tak lagi dapat melakukan banyak hal, sesungguhnya ia nyaris terus tinggal di atas pembaringan. Yesus menyandarkan lengan-Nya di sisi pembaringan dan berbicara kepadanya. Eliud sepenuhnya larut dalam Allah.

Di awal Perayaan Purim, sebuah alat musik, yang berdiri dengan tiga kaki, dimainkan lagi di atap sinagoga. Alat itu kempis dengan pipa-pipa menembusinya, ujung-ujungnya memanjang ke atas dan ke bawah. Dengan memompa pipa-pipa keluar masuk, dihasilkanlah musik. Anak-anak juga bermain harpa dan seruling. Hari ini dalam peringatan Ester, para perempuan dan para gadis menikmati hak dan perlakuan istimewa di sinagoga. Mereka tidak dipisahkan dari para laki-laki, mereka bahkan dapat menghampiri tempat di mana para imam berada. Di sinagoga ada suatu perarakan anak-anak yang berdandan semarak, sebagian putih, sebagian merah. Kemudian seorang gadis masuk dengan mengenakan sekeliling lehernya suatu perhiasan yang tampak agak mengerikan. Itu kalung merah darah sekeliling tenggorokannya, seolah ia telah dipancung, dan darinya tergantung di gaun putihnya, banyak simpul-simpul benang merah darah seperti begitu banyak bercak darah dari leher yang terluka. Ia mengenakan sebuah mantol nan indah yang disangga oleh para penyangga pancung gaun, dan tampak memainkan peran penting dalam suatu drama. Anak-anak dan para gadis mengikutinya. Ia mengenakan sebuah perhiasan yang tinggi dan runcing di depan kepalanya dan sebuah kerudung panjang. Dalam tangannya ia membawa sesuatu, entah sebilah pedang atau tongkat lambang kekuasaan, aku tidak tahu. Ia tinggi semampai dan seorang gadis yang sangat cantik jelita. Aku tidak tahu pasti karakter apa yang ia perankan. Aku pikir mungkin Ester, atau juga Yudit, meski bukan Yudit yang membunuh Holofernes, sebab ada bersamanya seorang gadis yang membawa sebuah keranjang indah berisi persembahan kepada imam kepala. Ia mempersembahkan kepadanya banyak perisai-perisai kecil berharga, seperti yang terkadang dikenakan para imam di kening atau dada. Di satu pojok sinagoga, tersembunyi di balik sehelai tirai, terbaring di atas sebuah persemayaman figur seorang laki-laki, yang kepalanya ditebas dan dibawa sang gadis kepada imam kepala. Kemudian, dengan mempergunakan hak istimewa yang diberikan kepada para perempuan pada hari itu, ia mengecam para imam atas kesalahan-kesalahan utama yang telah mereka lakukan sepanjang tahun. Sesudah itu, ia undur diri. Hak istimewa mengecam para imam ini menjadi hak para perempuan pada perayaan-perayaan tertentu pula.

Di sinagoga mereka secara bergantian membaca dari gulungan-gulungan terpisah dari Kitab Ester; Yesus juga mendapat giliran membaca. Bangsa Yahudi, khususnya anak-anak, memiliki papan-papan kayu kecil dengan palu. Apabila mereka menarik sebuah tali, palu akan menghantam sebuah nama yang tertera dalam papan, sementara pada saat yang sama anak yang memegang papan mengucapkan beberapa patah kata. Mereka melakukan ini sesering nama Aman diucapkan.

Ada juga perjamuan besar. Yesus hadir dalam perjamuan yang diperuntukkan bagi para imam di aula umum besar. Dekorasi perayaan ini serupa dengan Hari Raya Pondok Daun. Ada banyak karangan dedaunan, bunga-bunga mawar sebesar kepala orang, piramide-piramide yang sepenuhnya terbuat dari bebungaan dan buah-buahan. Seekor anak domba utuh disajikan di atas meja, dan aku memandang takjub pada indahnya piring-piring, gelas-gelas dan sajian. Ada semacam masakan yang berwarna-warni dan transparan, seperti batu-batu berharga. Mereka tampak seolah membentuk jalinan gelas kaca. Pada hari ini ada pertukaran besar hadiah, terdiri dari terutama perhiasan dan perlengkapan busana nan indah, seperti jubah, pita, kerudung kepala, dan ikat pinggang berhias jumbai-jumbai. Yesus juga dihadiahi sebuah jubah perayaan berhias serupa itu. Akan tetapi Ia tak hendak menyimpannya; Ia menyerahkannya kepada orang lain. Banyak yang lain juga memberikan hadiah-hadiah mereka kepada orang-orang miskin, yang mendapatkan banyak perhatian pada hari itu.

Sesudah perjamuan, Yesus dan para murid berjalan bersama para imam ke taman-taman rekreasi dan tempat-tempat mengajar yang dihias indah dekat Nazaret. Ada pada mereka tiga gulungan tulisan, dan lagi aku melihat Kitab Ester, yang mereka baca secara bergantian. Himpunan kaum muda dan para gadis mengikuti mereka, akan tetapi para gadis mendengarkan pengajaran dari jarak jauh. Aku melihat juga pada hari itu orang-orang lelaki berkeliling dan mengutip pajak.

Dari Nazaret Yesus dan para murid pergi ke Apheca sekitar empat jam jauhnya, tetapi kembali ke Nazaret untuk merayakan Sabbat yang akan datang dan mengunjungi Eliud yang tengah meregang nyawa. Para imam Nazaret tak dapat mengerti di mana Yesus dalam waktu kepergian-Nya yang sebegitu singkat, telah beroleh begitu banyak pengetahuan. Mereka tidak dapat menemukan suatu kesalahan pun dalam pengajaran-Nya, meski banyak yang secara diam-diam iri hati pada-Nya. Mereka mengantar-Nya hingga sebagian perjalanan ketika Ia meninggalkan Nazaret bersama para murid.


sumber : “The Lowly Life And Bitter Passion Of Our Lord Jesus Christ And His Blessed Mother Together With The Mysteries Of The Old Testament: from the visions of Blessed Anne Catherine Emmerich”; diterjemahkan oleh YESAYA: yesaya.indocell.net
                                                                                                                                                                                                                                                                                                           
Yesus di Padang Gurun          previous  Halaman Sebelumnya     Halaman Selanjutnya next   up  Halaman Utama